Professional Documents
Culture Documents
Huruf Kuno
AKSARA LAMPUNG
Aksara Lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah bentuk
tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan.
Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup
seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris
atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tapi tidak menggunakan tanda
dammah di baris depan
melainkan menggunakan
tanda di belakang,
masing-masing tanda
mempunyai nama
tersendiri. Artinya Had
Lampung dipengaruhi
dua unsur yaitu Aksara
Pallawa dan Huruf Arab.
Had Lampung memiliki
bentuk kekerabatan
dengan aksara Rencong,
Aksara Rejang Bengkulu
dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak
huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan tanda
baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari
kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.
AKSARA SUNDA
Aksara Sunda berjumlah 32 buah, terdiri atas 7 aksara swara atau
vokal (a, é, i, o, u, e, dan eu) dan 23 aksara ngalagena atau konsonan (ka-ga-
nga, ca-ja-nya, ta-da-na, pa-ba-ma, ya-ra-la, wa-sa-ha, fa-va-qa-xa-za). Aksara
fa, va, qa, xa, dan za merupakan aksara-aksara baru, yang dipakai untuk
mengonversi bunyi aksara Latin. Secara grafis, aksara Sunda berbentuk
persegi dengan ketajaman yang mencolok, hanya sebagian yang berbentuk
bundar.
Aksara swara adalah tulisan yang melambangkan bunyi fonem vokal
mandiri yang dapat berperan sebagai sebuah suku kata yang bisa menempati
posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata. Berikut tabel aksara swara
Sunda:
Rarangkén
Berdasarkan letak penulisannya, 14 rarangkén dikelompokkan sebagai
berikut:
rarangkén di atas huruf = 5 macam
rarangkén di bawah huruf = 3 macam
rarangkén sejajar huruf = 5 macam
a. Rarangkén di atas huruf
Bahasa
BAHASA LAMPUNG
Bahasa Lampung, adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Ulun
Lampung di Provinsi Lampung, selatan palembang dan pantai barat Banten.
Bahasa ini termasuk cabang Sundik, dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia
barat dan dengan ini masih dekat berkerabat dengan bahasa Sunda, bahasa
Batak, bahasa Jawa, bahasa Bali, bahasa Melayu dan sebagainya.
Berdasarkan peta bahasa, Bahasa Lampung memiliki dua subdilek.
Pertama, subdialek A (api) yang dipakai oleh ulun Melinting-Maringgai,
Pesisir Rajabasa, Pesisir Teluk, Pesisir Semaka, Pesisir Krui, Belalau dan
Ranau, Komering, dan Kayu Agung (yang beradat Lampung
Peminggir/Saibatin), serta Way Kanan, Sungkai, dan Pubian (yang beradat
Lampung Pepadun). Kedua, subdialek o (nyo) yang dipakai oleh ulun Abung
dan Menggala/Tulangbawang (yang beradat Lampung Pepadun).
Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Sub
Dialek, yaitu Dialek Belalau atau Dialek Api dan Dialek Abung atau Nyow.
A. Dialek Belalau (Dialek Api), terbagi menjadi:
1. Bahasa Lampung Logat Belalau
2. Bahasa Lampung Logat Krui
3. Bahasa Lampung Logat Melinting
4. Bahasa Lampung Logat Way Kanan
5. Bahasa Lampung Logat Pubian
6. Bahasa Lampung Logat Sungkay
7. Bahasa Lampung Logat Jelema Daya atau Logat Komring
B. Dialek Abung (Dialek Nyow), terbagi menjadi:
1. Bahasa Lampung Logat Abung
2. Bahasa Lampung Logat Menggala
BAHASA SUNDA
Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di
daerah yang dijuluki Tatar Sunda. Namun demikian, bahasa Sunda juga
dipertuturkan di bagian barat Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Brebes
dan Cilacap. Banyak nama-nama tempat di Cilacap yang masih merupakan
nama Sunda dan bukan nama Jawa seperti Kecamatan Dayeuhluhur,
Cimanggu, dan sebagainya. Ironisnya, nama Cilacap banyak yang menentang
bahwa ini merupakan nama Sunda. Mereka berpendapat bahwa nama ini
merupakan nama Jawa yang "disundakan", sebab pada abad ke-19 nama ini
seringkali ditulis sebagai "Clacap".
Selain itu menurut beberapa pakar bahasa Sunda sampai sekitar abad
ke-6 wilayah penuturannya sampai di sekitar Dataran Tinggi Dieng di Jawa
Tengah, berdasarkan nama "Dieng" yang dianggap sebagai nama Sunda (asal
kata dihyang yang merupakan kata bahasa Sunda Kuna). Seiring mobilisasi
warga suku Sunda, penutur bahasa ini kian menyebar. Misalnya, di Lampung,
di Jambi, Riau dan Kalimantan Selatan banyak sekali, warga Sunda menetap
di daerah baru tersebut.
Bahasa Sunda resmi diakui sebagai bahasa yang mandiri mulai pada
tahun 1841, ditandai dengan diterbitkannya kamus bahasa Sunda yang
pertama (Kamus bahasa Belanda-Melayu dan Sunda). Kamus tersebut
diterbitkan di Amsterdam, disusun oleh Roorda, seorang Sarjana bahasa
Timur. Tidak diketahui pasti kapan bahasa sunda lahir, tetapi dari bukti
tertulis yang merupakan keterangan tertua, berbentuk prasasti berasal dari
abad ke-14.
Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda beragam, mulai dari dialek
Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur
bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang
berbeda. Dialek-dialek ini adalah:
Dialek Barat
Dialek Utara
Dialek Selatan
Dialek Tengah Timur
Dialek Timur Laut
Dialek Tenggara
Pertanggalan Kuno
PERTANGGALAN SUNDA
Ada dua sistem kalender yang digunakan dalam kalender Sunda,
surya kalender (sistem kalender solar) dan sistem kalender lunar. Mereka
menggunakan kedua kalender secara bersamaan. Dapat disebut dengan "Kala
Sunda" atau kalender Sunda.
Sumber :
http://oediku.wordpress.com/2010/04/14/ragam-aksara-kuno-di-indonesia/
http://www.indonesiakuno.com
http://www.wacananusantara.org
http://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Saka