Professional Documents
Culture Documents
1. Analisa angin
Analisa angin adalah dasar dari perencanaan lapangan terbang sebagai
pedoman pokok. Pada umumnya, Run Way (R/W) dibuat sedapat mungkin
harus searah dengan arah angin yang dominan (Prevalling Wind), agar gerakan
pesawat pada saat take off dan landing dapat bergerak bebas dan aman, sejauh
komponen angin samping (Cross Wind) yang tegak lurus arah bergeraknya
pesawat. Maksimum Cross Wind yang diijinkan tidak hanya tergantung pada
ukuran pesawat, tapi juga pada konfigurasi sayap dan kondisi perkerasan
landasan.
Persyaratan FAA (Federal Aviation Administration) untuk Cross Wind
semua lapangan terbang (kecuali utility) :
o Run Way harus mengarah sedemilkian sehingga pesawat take off dan
landing pada 95% dari waktu dan Cross Wind.
o Cross Wind tidak melebihi 13 knots (15 mph), untuk utility Cross Wind
diperkecil menjadi 11,5 mph.
KECECEPATAN 0 - 3 3 - 6 6 - 10 10 - 16 16 - 22 > 22
JUMLAH
ARAH ANGIN (KNOTS) (KNOTS) (KNOTS) (KNOTS) (KNOTS) (KNOTS)
CALM 375 375
N 312 126 25 9 2 474
NE 460 200 15 7 2 684
E 556 157 20 6 - 739
SE 712 215 32 12 - 971
S 423 190 21 5 3 642
SW 325 112 18 4 - 459
W 300 96 17 6 3 422
NW 257 100 20 10 - 387
JUMLAH 375 3345 1196 168 59 10 5153
Pesawat B – 720
Kode angka huruf = 4D
ARFL = 1981 m
Jarak terluar roda pendaratan = 7.5 m
Wingspan = 39.9 m
Nilai maksimum permissible
Crosswind component = 20 knots
Lebar jalur kontrol angin = 2 x crosswind (20)
= 40 knots
Pesawat DC - 10 - 40
Kode angka huruf = 4D
ARFL = 3124 m
Jarak terluar roda pendaratan = 12.6 m
Wingspan = 50.4 m
Nilai maksimum permissible
KONTROL ARAH SE - NW
2. Runway (R/W)
Konfigurasi runway (R/W)
Sebagai syarat untuk R/W yang ditetapkan oleh FAA dan ICAO,
prosentasi angin harus menggunakan nilai maksimum yang berlaku bagi kondisi
cuaca maka dalam tugas ini prosentasi yang menentukan adalah arah SE - NW =
99,8880 %.
Panjang runway
Panjang runway (R/W) biasanya ditentukan berdasarkan pesawat rencana
terbesar yang akan beoperasi pada airport yang bersangkutan. Dalam tugas ini
diambil pesawat rencana B – 747 - 200 dengan kode 4E dan ARFL = 3150 m
Data tugas :
Elevasi = 16 m
Slope = 0,7 %
Temperature (T)
T1 = (20.8, 20.9, 21.4,21.5, 20.9, 21.0) °C
T2 = (30.2, 30.4, 31.2, 31.4, 30.2, 31.0) °C
Ketiga data diatas dipakai untuk mengoreksi panjang runway.
a) Koreksi terhadap elevasi
Setiap kenaikan 300 m (1000 ft) dari permukaan laut rata-rata, ARFL
bertambah 7 %
300¿
E¿ ¿
L1 = Lo (1 + 0.07 ¿ )
Dimana,
L1 = Panjang runway terkoreksi
Lo = ARFL (m)
E = Elevasi (m)
16
L1 = 3105 [ 1+ 0,07 300 ]
= 3116,592 m
b) Koreksi terhadap temperature
T1 = Temperatur rata-rata dari temperature harian
rata-rata tiap bulan
T2 = Temperatur rata-rata dari temperature harian
maksimum tiap bulan.
T1 = ∑ T1 / n T2 = ∑ T2 / n
= 125,5 / 6 = 183,4 / 6
= 20,92 °C = 30,57 °C
T 2−T 1
Tr eff = T1 + 3
30,2−20 , 8
= 20,8 + 3
= 23,93 °C
Dimana,
L2 = Panjang R/W setelah dikoreksi
To = Tempertur standar sebesar 59 °F = 15 °C
To = (15 °C – 0.0065 E)
Maka,
L2 = L1 [ 1+ 0.001 ( Tr eff – ( 15 – 0,065 E ))]
= 3116,592 [ 1 + 0,01 (23,93 – ( 15 – 0,0065 (16)))]
= 3398,1449 m
Kesimpulan:
Setelah dikoreksi terhadap elevasi, slope, dan temperatur, maka panjang
runway direncanakan L = 3636,0150 m ≈ 3636 m
Berdasarkan table diatas pesawat rencana B – 747 – 200 kode 4E didapat lebar
runway sebesar 45 m.
3. Taxiway (T/W)
Taxiway adalah bagian dari lapangan terbang yang telah diberi perkerasan dan
digunakan oleh pesawat yang telah selesai mendarat maupun yang akan take off.
Fungsi utama taxiway adalah sebagai jalan keluar masuk pesawat dari landas
pacu ke terminal dan sebaliknya atau dari landas pacu kehangar pemeliharaan.
Taxiway diatur sedemikian hingga pesawat yang baru saja mendarat tidak
mengganggu pesawat lain yang siap menuju landasan pacu. Rutenya dipilih jarak
terpendek dari bangunan terminal menuju ujung landasan yang dipakai untuk areal lepas
landas. Dibanyak lapangan terbang, taxiway membuat sudut siku-siku dengan landasan,
maka pesawat yang akan mendarat harus diperlambat sampai kecepatan yang sangat
rendah sebelum belok ke taxiway.
Karena kecepatan pesawat saat ditaxiway tidak sebesar saat dilandasan pacu,
maka persyaratan mengenai kemiringan memanjang, kurva vertical dan jarak pandang
tidak seketat pada landasan. Oleh sebab itu, lebar taxiway masih tetap bergantung dari
ukuran lebar pesawat.
Salah satu jenis taxiway adalah exit taxiwayyang berfungsi menekan sekecil
mungkin waktu penggunaan runway. Exit taxiway terdiri dari 2 jenis :
o High Speed Taxiway (membentuk sudut 25˚-45˚dengan runway)
a. Lebar Taxiway
ICAO telah menetapkan bahwa lebar taxiway dan lebar total taxiway
(lebar perkerasan dan bahu landasan). Dalam data tugas didapat pesawat
rencana B – 747 - 200 dengan kode huruf 4E.
Pesawat rencana
B – 747 – 200 masuk kode huruf E
Dengan wheel base : 25,60 m
Wheel track : 11 m
o Dari table, untuk kode huruf E diperoleh : jarak bebas minimum dari
sisi terluar roda utama dengan perkerasan taxiway 4,5 m.
o Dari table, untuk kode huruf E dipeoleh :
Lebar taxiway (T/W) = 23 m (75 ft)
Lebar total Taxiway = 38 m (125 ft)
b. Kemiringan (Slope) dan Jarak Pandang (Sight Distance)
Persyaratan yang dikeluarkan oleh ICAO untuk taxiway dengan kode huruf D
(table 4-9) adalah :
Kemiringan memanjang maksimum = 1,5 %
Perubahan kemiringan memanjang max = 1 % per 30 m
Jarak pandang minimum = 300 m dari 3 m
diatas
Kemiringan transversal max.. dari taxiway = 1,5 %
Kemiringan transversal max. dari bagian yang diratakan pada
strip taxiway : - Miring keatas = 2,5 %
- Miring kebawah = 5%
Sumbu Perkerasan
Daerah Aman
Bahu
Perkerasan Struktural
5% 1.5 %
38.00 m
Dapat dicari dengan 2 cara, yaitu cara analitis (dengan rumus) dan table 4-10
buku Lapangan Terbang, Ir. H. Basuki
1. Menggunakan Rumus (Analitis)
(125xf)¿
V 2¿ ¿ 0.388 xW 2
R = ¿ atau R = (T /2 )−s
Dimana : V = Kecepatan pesawat saat memasuki taxiway
f = Koefisien gesekan antara ban pesawatdengan
permukaan perkerasan
s = Jarak antara titik tengah roda pendaratan utama dengan tepi
perkerasan
= ½ wheel track + EK (ambil 2,5)
T = Lebar taxiway
W = Wheel base (jarak roda depan dengan roda pendaratan)
utama
Dalam menghitung jari-jari taxiway diambil jenis pesawat rencana yaitu B –
747 – 200, sehingga didapat :
Lebar wheel track = 11 m
Lebar whell base = 25,60 m
Lebar taxiway (T/W) = 23 m
0,388 x25,602
Maka jari-jari taxiway (R) = (23/2)−8 = 72,65 m ≈ 73 m
4. Exit Taxiway
Fungsi exit taxiway adalah menekan sekecil mungkin waktu penggunaan
landasan oleh pesawat yang mendarat.
Exit taxiway dapat ditempatkan dengan membuat sudut siku-siku terhadap
landasan atau kalau terpaksa sudut yang lain yang juga bisa.
Exit taxiway yang mempunyai sudut 30° disebut “ Kecepatan Tinggi “ atau
cepat keluar sebagai tanda bahwa taxiway tersebut direncanakan penggunaannya
bagi pesawat yang harus cepat keluar.
Apabila lalu lintas rencana pada jam-jam puncak kurang dari 26 gerakan
(mendarat atau lepas landas), maka exit taxiway menyudut siku cukup memadai.
Lokasi exit taxiway ditentukan oleh titik sentuh pesawat waktu mendarat pada
landasan dan kelakuan pesawat waktu mendarat.
Exit Taxiway Menyudut Siku-Siku (Right Angled Exit Taxiway)
R/W
Exit Taxiway
T/W
R/W
Jari-jari kurva
T/W
Sudut intersection
Dalam tugas ini diketahui pesawat rencana : B – 747 - 200, 4E, Group D dapat
dari table sehingga untuk :
Kec. Touchdown (S1) = 259 km / jam = 72 m/s
Jarak. Touchdown dengan desain Group D = 450 m
Perlambatan (a) = 1,5 m/s²
Kec. Awal saat meninggalkan Landasan (S2) = 32 m/det
= 9 m/s
2 2
(S 1 )−(S 2 )
D = 2a
Diketahui : S1 = 259 km/jam = 72 m/s
S2 = 9 m/s
Jarak titik sentuh (touch distance) dari ujung R/W untuk Group D = 450 m
a = 1,5 m/det
2 2
(72 )−(9 )
D = 2 (1,5)
= 1701 m
T/W
A
T/W
Sudut intersection
Jari-jari kurva
S1 S 2
2 2
D
Touchdown Distance
2a
Perencanaan Apron
Apron merupakan bagian lapangan terbang yang disediakan untuk memuat, dan
menurunkan penumpang dan barang dari pesawat, pengisian bahan bakar, parkir
pesawat dan pengecekan alat mesin yang seperlunya untuk pengoperasian selanjutnya.
Dimensi apron dipengaruhi oleh :
Jumlah gate position
Konfigurasi parkir pesawat
Cara pesawat masuk dan keluar
Jumlah gate position untuk semua jenis pesawat yang akan dilayani adalah :
= G1 + G2 + G3
= 4 + 2+ 2
= 8 buah
a. Pesawat B-720
Dik :
- Wingspan = 39,9 m
- Wheel track = 5,72 m
Maka :
1
x(39 , 9+5 , 72)
Turning Radius (r) = 2 + 3,048
= 25,858 m
Luas gate = πr2
a. Pesawat B-720
Dik : G = 4 buah C=3m
W = 39,9 m Pb = 41,68 m
Maka : P1 = G.W +(G-1).C+2.Pb
= 4.(39,88) + (4-1).3 + 2.(41,68)
= 335,24 m
b. Pesawat DC – 10 - 40
Dik : G = 2 buah C=3m
W = 50,4 m Pb = 55,34 m
Maka : P1 = G.W +(G-1).C+2.Pb
= 2.(50,4) + (2-1).3+ 2.(55,34)
= 214,48 m
Passenger Terminal
Luas passenger terminal diperhitungkan terhadap ruang gerak dan sirkulasi dari
penumpang yaitu : untuk pesawat dengan jenis masing-masing dapat diperkirakan
jumlah penumpang per pesawat dalam 1 jam ( Tabel 1-1, Kolom Payload, Ir.H.Basuki)
Parking area
Ada beberapa cara untuk menentukan luas parking area, walaupun kadang-kadang
cara tersebut tidak dapat dilakukan karena ada perbatasan.
Cara-cara tersebut antara lain :
1. Mendapatkan proyeksi harian penumpang yang masuk (datang) dan keluar
(berangkat) lapangna terbang. Jumlah ini dikonvorsikan kejumlah kendaraan
untuk menentukan akumulasi puncak dari jumlah kendaraan.
2. Menghubungkan akumulasi maksimum jumlah kendaraan dengan jam-jam sibuk
jumlah penumpang pada tahun yang diketahui. Koreksi ini dipergunakan untuk
memproyeksikan permintaan kendaraan pada jam-jam sibuk dimasa depan.
Batasan dari kedua cara ini adalah : karakteristik sifat kendaraan sulit untuk
menentukan tingkat estimasi kendaran dan lain-lain. Rata-rata luas ruang parkir untuk 1
mobil adalah lebar 2,60 m dan panjang 5,5 m (Sumber : “Merancang, Merencana
Lapangan Terbang” oleh Ir.H.Basuki, hal 118-121).
Diketahui bahwa ukuran pemakaian ruang parkir yang normal untuk 1 buah mobil
termasuk bagian samping adalah : 3 x 5 = 15 m2
Jadi luas areal parkir yang direncanakan adalah : L = 15 m2 x 10048 = 150720 m2
Ruang gerak sirkulasi dari pada mobil sama dengan luas areal parkir mobil. Jadi
total luas areal parkir adalah :
L total areal parkir = 2x150720 m2 = 301440 m2
3. Perlampuan (Lighting).
Untuk penerbangan dimalam hari, maka diperlukan alat bantu yaitu :
Perlampuan approach untuk melihat rentang kemiringan pada R/W saat
akan take-off ataupun landing.
Perlampuan Threshold berguna untuk pilot sebagai pedoman apakah
pilot bisa mendarat atau tidak pada saat melakukan approach final untuk
mendarat.
Perlampuan landasan agar pilot mengetahui posisi sumbu landasan
terhadap posisi pesawatnya pada malam hari.
- Annual Departure
Annual Departure
B - 720 25000
DC – 10 - 40 6000
B – 747 – 200 15000
S= √ n 1
= 5,7 – 1,967
= 3,733
CBR Subgrade berada diantara 3,8 %
CBR subbase = 24 %
Perhitungan Tebal Perkerasan
Menentukan pesawat rencana
Pesawat rencana
Jumla
Annual MTOW
h R2 W1 W2 R1
Pesawat Departure (kg)
Roda
41906,043
B-720 8 25000 104326 15000 24777,425 11534,028
75
41906,043
DC – 10 - 40 16 6000 268981 6000 31941,494 7408,078
75
41906,043
B-747-200 16 15000 352893 15000 83812,088 15000
75
=33942,106=
EQUIVALENT ANNUAL DEPARTURE (∑ R1)
33943
SURFACE 4”
BASE COURSE 12”
51”
SURFACE 4”
BASE COURSE 12”
41,31”
Subgrade stabilisasi
(CBR 7 %)
SURFACE 4”
BASE COURSE 16“
41,31”
SUB BASE COURSE 21,31”
Subgrade Stabilitas
(CBR 7 %)
Subgrade tanah asli
(3,8 %)
SURFACE 4”
SURFACE 4”
BASE COURSE 12“
41,31”
SUB BASE COURSE X=25,31”
Tanah B (CBR 7 %)
Subgrade Stabilitas t=
(CBR 7 %)
Subgrade tanah asli
(3,8 %)
t (35−25 , 31)
35−
21,31 = (35+25 , 31)
t (9 , 69)
35−
21,31 = (60, 31)
Setelah melihat tebal perkerasan yang dihasilkan oleh masing – masing pesawat
diperoleh bahwa pesawat B-747-200 dengan konfigurasi roda DTWG yang
menghasilkan perkerasan rigid paling tebal yaitu 8 inchi.
Pesawat B - 720
R2 = 25000
W1 = 20953,022 kg
W2 = 1/8*(0,95)* (104326) = 12388,713
W 2 1/2
log R 1=log R2 x ( )
W1
12388 ,713 1/2
log R 1=log 25000 x ( )
20953 , 022
= 4,28382977
R1 = 19223,381
0,64 L √ L ×t
As = fs
Dimana : As : luas penampang melintang setiap lebar/panjang slab (inch)
L : panjang/lebar slab (ft)
t : tebal slab (m), tebal perkerasan rigid yang paling kritis
Fs : tegangan tarik baja (Psi)
Dari data :
- mutu baja : U – 32
kg
- fs : 3200 cm 2
-H : 20,32 cm = 8”
-L :5m
0,64 x 500 √ 500 x 20,32
o Tulangan melintang : As = 3200 = 10,080 cm²
Direncanakan menggunakan tulangan D-10 mm, dimana :
1 2
πD
Luas penampang (As) = 4
1
π 102
= 4
2
= 78,54 mm
2
= 0,7854 cm
10 ,080
Jumlah tulangan : n = 0,7854 = 12,83 ≈ 13 buah
500
Jarak tulangan : 2 = 250 cm
Jadi tulangan yang dipakai adalah 13D10 mm – 250 cm
2. Construction Joint
- Memanjang
Joint seperti ini terdapat pada tepi setiap jalur pengecoran dan dibuat
dengan menggunakan tulangan dowell sebagai pemindah beban pada
bagian itu. (Tipe C, lihat buku “Merancang, Merencana lapangan
Terbang”, hal 383).
0.1 T
T
2
T 0.2 T
Slope 1:4
Tipe C - Kunci
- Melintang
1
apabila pengecoran diperhitungkan akan berhenti selama 2 jam atau
0.5 T
0.5 T
T
TipeD - Dowel
TipeH - Dummy
- Melintang
FAA menyarankan pembesian dowell untuk 2 joint pertama pada
masing-masing sisi dari expansion joint dan semua construction joint
melintang dalam perkerasan rigid dengan penulangan. Untuk construction
joint ini digunakan menurut construction joint tipe F.
0.5 T
0.5 T
T
Tipe F - Dowel
5. Joint Sealant
Dipakai untuk mencegah menembusnya air dan benda asing kedalam
joint. Dalam perencanaan ini dipakai joint sealant siap pasang yang sudah
diproduksi dari pabrik. Ukuran joint sealant ini diambil berdasarkan daftar
dari PSA seperti tercasntum pada table 6-17. Untuk jarak joint 25 ft dipakai
1 9
lebar joint 4 ” dan lebar seal 16 ”.
6. Dowell
Besi ini dipasang pada joint. Berfungsi sebagai pemindah beban
melintang sambungan, juga berfungsi mengatasi penurunan vertical relative
pada slab beton ujung. Ukuran dowell harus proporsional dewngan beban
yang harus dilayani dan direncanakan untuk berbagai tebal slab seperti
tercantum pada table 6-15 (dilampirkan).
Untuk tebal slab beton 15”
1
- Diameter : 1 4 ” (30 mm)
- Panjang : 20” (51 cm) ≈ 50 cm
- Jarak :15” (38 cm)
DODDY HIDAYAT
030211049
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2006
DODDY HIDAYAT
030211499
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2006