You are on page 1of 4

indosiar.

com, Bandung - Beragam cara digelar, dalam rangka memperingati hari Batik
Nasional yang jatuh pada dua Oktober. Di kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (03/10/10)
kemarin, digelar parade batik terpanjang di dunia, dengan menghadirkan sekitar 407 motif batik
unggulan dengan 112 komposisi warna, dari seluruh wilayah nusantara. Uniknya, kain batik
yang terbentang sepanjang 447 meter ini, tanpa memiliki sambungan, antara motif satu dengan
yang lainnya.

Beginilah suasana kemeriahan yang terjadi di halaman rumah Wakil Gubernur Jawa Barat Dede
Yusuf, Minggu dikawasan Dago, Kota Bandung. Untuk memeriahkan hari Batik Nasional,
Yayasan Batik Jawa Barat menggelar parade kain batik terpanjang di dunia.

Pembentangan kain batik sepanjang 447 meter ini diawali dari kediaman wakil gubernur Jawa
Barat kemudian diarak disepanjang Jalan Insinyur Haji Juanda dengan melibatkan 300
mahasiswa. Kain batik yang ditampilkan dalam parade kain batik terpanjang ini berharga senilai
400 juta rupiah, telah diakui oleh Museum Rekor Indonesia (Muri).

Kain berbahan sutra yang panjangnya 447 meter ini terdiri dari 407 motif batik unggulan dari
seluruh wilayah Indonesia, dengan 112 komposisi warna. Sementara pembuatannya sendiri
dilakukan oleh para pembatik dengan memakan waktu selama hampir 1,5 tahun.

Uniknya lagi, antara motif dengan satu motif batik lainnya dibuat tanpa sambungan. Ketua
Yayasan Batik Jawa Barat, Sendy Yusuf mengungkapkan, digelarnya parade batik terpanjang di
dunia ini merupakan wujud pelestarian budaya, sekaligus pemersatu bangsa Indonesia.

Parade kain batik yang membentang sepanjang 900 meter dikawasan Jalan Insinyur Haji Juanda
ini berakhir disalah satu tempat Factory Outlet (FO) penjualan batik. Bahkan, tidak hanya
mahasiwa, warga pun ikut membantu proses penggulungan akhir kain batik tersebut yang
memakan waktu hampir satu jam lamanya. Acara parade kain batik ini juga dimeriahkan oleh
sejumlah kesenian tradisional Jawa Barat. (Cecep Hendar/Sup)

Aksi terorisme (irhab) yang belakangan ini marak di Sumatera dan Jawa dengan mengatasnamakan
“jihad”, dinilai ulama sebagai bentuk tindakan pelecehan terhadap agama. Oleh karena itu, para ulama
Aceh mengecam keras aksi tersebut, karena bukan saja bertentangan dengan ajaran Islam, tapi juga
cenderung memberikan imej buruk terhadap agama yang dikembangkan Nabi Muhammad saw ini.

Kecaman terhadap terorisme tersebut datang dari Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh,
Prof Dr Muslim Ibrahim MA, saat ia tampil sebagai pembicara pada Seminar Muktamar VII Persatuan
Dayah Inshafuddin di Banda Aceh, Sabtu (2/10).

Sangatlah menarik dan kontekstual apa yang diutarakan dengan gamblang oleh Guru Besar Ilmu Fikih
pada Program Pascasarjana IAIN Ar-Raniry ini. Profesor Muslim telah menunjukkan kelasnya sebagai
ulama dan keberaniannya sebagai ilmuwan yang berkaliber tinggi. Bahwa memang begitulah seharusnya
seorang akademisi dan mubalig bersikap. Ia tidak perlu takut dan merasa terintimidasi oleh teror karena
menyuarakan kebenaran. Islam telah memberi penekanan kepada pemeluknya untuk menyampaikan
kebenaran walau satu ayat pun dan senantiasa berkata benar, meskipun itu pahit.

Sangat terang benderang apa yany dinyatakan Muslim Ibrahim bahwa terorisme adalah perbuatan
terkutuk. Ia juga mempertegas bahwa terorisme sama sekali beda dengan jihad. Antara keduanya tidak
boleh dicampur aduk atau disalahartikan. Irhab atau terorisme cenderung mengarah pada tindakan
merusak, membuat orang resah, takut, dan itu bertentangan dengan tuntunan syariat. Sedangakan jihad
adalah satu kewajiban bagi umat Islam dalam mempertahankan agamanya dari hinaan, rongrongan,
atau serangan pihak lain.

Bagi kita, apa yang disampaikan Profesor Muslim Ibrahim itu sangatlah penting dan relevan, agar tidak
ada lagi kalangan dayah di Aceh, terutama para santri dan pendidiknya, yang terpengaruh ikut dalam
barisan kaum teroris, karena mengira itu bagian dari jihad. Cukuplah sekali saja ada beberapa orang
Aceh pada tahun 2009 yang tergiur bujuk rayu para teroris, lalu bergabung dalam aksi yang dikutuk
mayoritas penduduk bumi ini.

Sangatlah penting memperjelas duduk soal terorisme dalam konteks keberagamaan di Aceh, mengingat
Islam yang kita anut dan pahami adalah Islam yang damai, Islam yang mendatangkan rahmat bagi alam
dan seluruh isinya. Islam kita di bumi Serambi Mekkah ini adalah Islam yang santun, prodamai, persuasif,
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, dan tidak mempunyai akar radikalisme maupun ekstremisme,
konon lagi terorisme.

Di sisi lain, pernyataan Tgk Muslim Ibrahim bahwa terorisme perbuatan terkutuk dan Islam tidak
membenarkan teror, sangat membantu pencitraan Aceh pada masa damai ini. Sebab, kita tidak
menghendaki tindak kekerasan bertakhta kembali di Aceh, setelah konflik bersenjata tiga dasawarsa kita
sudahi dengan opsi damai.

Argumen yang diutarakan Muslim, apalagi dia merupakan Ketua MPU Aceh, sangat berguna untuk
menghempang dan memupus perkiraan para teroris dari luar yang sejak awal sangat yakin bahwa
mereka bakal diterima dengan tangan terbuka oleh rakyat Aceh, apalagi dengan membawa isu Islam.
Kelompok ini menganggap, dengan mengusung isu Islam, mereka bakal diterima di Aceh. Padahal, dalam
sejarah peradaban Islam Aceh, tidak pernah ada secuil kisah pun tentang Islam radikal. Militansi Islam di
Aceh bukanlah militansi Islam radikal, melainkan militansi karena sangat fanatik dengan Islam.

Selain itu, karena perdamaian di Aceh masih dalam proses, maka kelompok ini berasumsi ada mantan
kombatan GAM yang kecewa dengan perdamaian. Kelompok ini mereka anggap sangat potensial
dirangkul, di samping senjata yang diduga masih ada di tangan sipil, bisa digunakan. Tapi nyatanya, tidak
ada eks kombatan yang ikut dalam kelompok mereka. Dan kini, dengan penegasan Ketua MPU Aceh itu,
berarti tidak bakal ada pula ulama Aceh yang ikut dalam kelompok teroris. Aceh memang bukan tempat
yang tepat bagi terorisme.

Jakarta - Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Oegroseno belum melihat ada keterkaitan kelompok
bersenjata Serdang Bedagai dengan jaringan teroris. Oegro masih menilai para pelaku terkait
perampokan Bank CIMB Niaga.

"Kalau saya berangkat dari TKP, mereka masih (terkait) kriminal. Kalau kaitan dengan teroris sulit," ujar
Oegroseno saat berbincang dengan detikcom, Senin (4/10/2010).

Menurut Oegro, tidak mudah membuktikan keterlibatan kelompok bersenjata dengan teroris. Pihaknya
mempersilakan Densus 88 untuk memeriksa keterlibatan pelaku.

"Kalau Densus mau periksa silakan. Yang jelas dari yang saya amati di TKP semuanya masih kita duga
kuat terkait perampokan. Kalau terkait teroris biar Densus nanti yang membuktikannya," jelasnya.

Oegro menjelaskan, dari keterangan pelaku yang hidup belum ditemukan indikasi mereka terkait teroris.
Umumnya pelaku perampokan berprofesi sebagai buruh di Pelabuhan Belawan.

"Mereka ngakunya buruh. Ada juga yang pengangguran," ujarnya.

Terkait kemahiran pelaku menggunakan senjata, Oegro mengatakan, hal itu bisa saja diperoleh dari
latihan rutin. "Bisa saja si Taufik (otak perampokan) bikin tempat latihan di areal tambaknya. Di sana dia
latihan loncat, nembak dan sebagainya. Yang mahir menggunakan senjata kan hanya 4 orang saja
termasuk Taufik. Kalau lainnya hanya tukang bawa peluru dan magazen saja," tandasnya.

Ditemukannya senjata M-16 dari tangan pelaku, lanjut Oegro, memperkuat dugaan bahwa kelompok
bersenjata terkait perampokan CIMB Niaga, 18 Agustus lalu. Sebab, senpi M-16 itu identik dengan
senjata milik Briptu Immanuel Simanjutak yang dirampas perampok.

Sejak Sabtu (2/10) lalu, Polda Sumut dibantu TNI dan masyarakat berhasil menangkap 9 orang anggota
kelompok bersenjata di Serdang Bedagai, Sumut. 6 orang dinyatakan tewas terkena tembaka, 3 di
antaranya masih hidup. Saat ini polisi masih terus memburu 5 anggota kelompok bersenjata lainnya
yang bersembunyi di hutan dan areal perkebunan kelapa sawit.

(ape/nrl)

Jakarta - Kapolda Sumut Irjen Pol Oegroseno sempat menyatakan belum ada keterkaitan kelompok
bersenjata di Dolok Masihul, Sumut, dengan jaringan teroris. Namun Mabes Polri yakin kalau kelompok
bersenjata itu terkait jaringan teroris.

"Saya kira itu," ujar Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Iskandar Hasan dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jl
Trunojoyo, Jakarta, Senin (4/10/2010).
Iskandar mengatakan, selain terkait kasus perampokan CIMB Niaga dan penyerangan Mapolsek
Hamparan Perak, 14 pria bersenjata laras panjang itu juga terlibat dalam kasus di Aceh. Hal itu
berdasarkan fakta-fakta yuridis, bukan dipaksakan untuk dikait-kaitkan dengan jaringan teroris.

"Kita tidak mengait-ngaitkan. Tapi kita berdasarkan fakta yuridis. Kalau kita lihat mereka kan terkait
kasus di Aceh, CIMB Niaga, penyerangan Polsek," jelasnya.

Namun Iskandar sendiri belum melihat ada keterkaitan Abu Tholut sebagai buron teroris dengan
kelompok bersenjata yang terlibat baku tembak dengan Brimob di Dolok Masihul. "Saya belum lihat,"
imbuhnya.

Hingga kini polisi masih mengejar kurang lebih 4 atau 5 orang lagi dari kelompok bersenjata.

Sebelumnya polisi mendapat informasi dari masyarakat mengenai segerombolan pria yang diduga
perampok CIMB Niaga pada 18 Agustus lalu. Anggota kepolisian kemudian melakukan pengintaian dan
penyisiran di daerah Tebing Tinggi. Kelompok bersenjata mengetahui keberadaan pengintaian polisi dan
mencoba melarikan diri menuju Dolok Masihul, Sumut.

Di Dolok Masihul, kelompok bersenjata berpapasan dan baku tembak dengan Kapolsek Dolok Masihul.
Seorang di antara kelompok bersenjata terkena tembakan Kapolsek di perut. Namun kelompok tersebut
masih bisa melarikan diri. Di perbatasan menuju Dolok Masihul, sepeda motor seseorang dari kelompok
bersenjata mengalami gangguan.

Motor Yamaha RX King pun ditinggalkannya. Sebagai gantinya, dia mengambil motor Yamaha Mio milik
Toni, petugas retribusi Dishub. Motor RX King itu kini disita polisi. Di sepeda motor RX King itu
ditemukan 200 butir peluru. Kelompok bersenjata kemudian melarikan diri ke semak-semak kebun sawit
di Dolok Masihul.

Selama kurang lebih 2 hari, polisi mengepung sekitar kebon sawit. Satu per satu kelompok bersenjata
dilumpuhkan. 9 Orang akhirnya ditangkap.  6 Di antaranya tewas dalam baku tembak dengan polisi.
Sedangkan 3 orang lainnya masih hidup. Diduga masih ada 5 orang lainnya yang masih buron di Sungai
Martebing, Sumut. 700 Butir peluru juga ditemukan polisi dari hasil penangkapan 9 tersangka.

Penyergapan polisi ini dibantu oleh aparat TNI dan masyarakat setempat. Bahkan ada satu di antara
pelaku yang ditangkap hidup-hidup oleh petugas TNI dan masyarakat setempat. Polisi juga menangkap 4
orang di Deli Serdang pada pagi ini. 1 Di antaranya adalah perempuan. Namun masih belum diketahui
apakah keempatnya berhubungan dengan kelompok bersenjata yang diburu tersebut.

(gus/vit)

You might also like