Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
pertumbuhan ekonomi indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara
untuk memperbesar outputnya dan dalam laju yang lebih cepat dari pada tingkat
pertumbuhan penduduk.
Krisis moneter datang menyerang kawasan Asia sejak Juli 1997 di Indonesia
meluas menjadi krisis ekonomi, politik dan sosial menyebabkan angka pertumbuhan
ekonomi Indonesia secara makro minus 13,1% pada tahun 1998. Kegiatan ekonomi
yang mengalami pertumbuhan negatif relatif paling besar adalah jenis usaha yang
sangat bergantung pada komponen impor. Hal ini disebabkan oleh melemahnya nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar menyebabkan jumlah hutang dan bunga yang ditanggung
Setelah mengalami kontraksi yang besar pada tahun 1998 sebesar 13,1%, sejak
ekonomi bertumbuh sekitar 0,79%, tahun 2000 sekitar 4,92%, tahun 2001 3,4%, dan
2002 3,66%. Peningkatan pertumbuhan ini memberikan harapan bagi bangsa Indonesia
2
untuk segera keluar dari krisis ekonomi, walaupun pertumbuhan masih di bawah target
yang diinginkan yaitu sebesar 4%. Hal ini memperlihatkan pemulihan perekonomian
telah berjalan ke arah yang diharapkan. Berikut data laju pertumbuhan ekonomi
Tabel 1.1
Data Pertumbuhan PDB (dalam Milyar Rupiah) dan PDB rill (%)
Tahun 1981-2006
Tahun PDB PDB
1981 600.543,1 7.9
1982 614.034,4 2.2
1983 639.780,6 4.2
1984 684.408,7 7
1985 701.259,8 2.5
1986 742.461,6 5.9
1987 779.032,2 4.9
1988 824.064,1 5.8
1989 885.519,4 7.5
1990 949.641,1 7.2
1991 1.018.062.6 7.2
1992 108.1248 6.2
1993 1.151.490,2 6.5
1994 1.238.312,3 7.5
1995 1.340.101,6 8.2
1996 1.444.873,3 7.8
1997 1.512.780,9 4.7
1998 1.314.202 -13.1
1999 1.324.599 0.8
2000 1.389.770,2 4.9
2001 1.442.984,6 3.8
2002 1.506.124,4 4.4
2003 1.579.558,9 4.9
2004 1.656.825,7 4.9
2005 1.750.815,2 5.7
2006 1.847.292,9 5.5
Sumber : BPS (diolah), lembaga penelitian ekonomi IBII
investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor pertanian dan non-pertanian. Berikut ini data
Tabel 1.2
Data Konsumsi ,Investasi, dan Pengeluaran Pemerintah periode 1981-2006
Berdasarkan harga konstan 2000 (dalam Milyar Rupiah)
Tahun KONSUMSI INVESTASI PENGELUARAN
PEMERINTAH
1981 332.467,2 110.524,6 55.154.9
1982 343.646,4 124.885,7 59.695.7
1983 369.461,2 134.655,6 59.117.6
1984 384.213,6 126.553,2 61.135,4
1985 388.184,3 135.678,5 65.806,4
1986 396.680,7 148.169,6 67.636,9
1987 409.791,6 156.297,5 67.522,7
1988 425.685,4 174.309,6 72.635,7
1989 443.354,2 197.606,7 80.254,8
1990 487.139,6 226.397,2 82.831,1
1991 522.707,9 241.170,1 88.652,6
1992 537.627,5 253.080,8 93.822
1993 568.963,8 267.480,9 93.900,3
1994 645.014,3 304.274,8 96.064,7
1995 726.185,3 346.857,7 97.352,2
1996 796.776,5 397.201,9 99.973,9
1997 859.089 431.234,5 100.035,1
1998 806.097,6 288.891,8 84.658,1
1999 843.445,5 236.326,6 85.246,4
2000 856.798,3 275.881,2 90.779,7
2001 886.736 293.792,7 97.646
2002 920.749,6 307.584,6 110.333,6
2003 956.593,4 310.776,9 121.404,1
2004 1.004.109 354.561,3 126.248,7
2005 1.043.805,1 393.500,5 134.625,6
2006 1.076.928,1 403.161,9 147.563,7
Sumber: BPS (diolah), lembaga penelitian ekonomi IBII
Berdasarkan data tersebut di atas maka bisa dilihat bagaimana kontribusi terhadap
laju pertumbuhan ekonomi Indonesia, konsumsi memiliki kontribusi yang paling besar
tahun ke tahun ini di karenakan adanya peningkatan jumlah pendapatan, gaya hidup
4
hidup baik itu makanan maupun energi yang mengakibatkan bertambahnya konsumsi.
Akan tetapi investasi di dalam neraca nasional atau struktur Produk Domestik Bruto
(PDB), sebagai salah satu komponen penting dari permintaan agregat di dalam
kapita atau laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) rata-rata per tahun yang
tinggi dan stabil. Proses pembangunan ekonomi dalam negeri melibatkan kegiatan-
kegiatan produksi (barang dan jasa) di semua sektor ekonomi domestik untuk
Selain itu juga perlu disiapkan tenaga kerja atau sumber daya manusia
(SDM/human capital) yang terampil, untuk pengadaan semua itu, termasuk fasilitas
infrastruktur dan pelayanan masyarakat, hal lain diakibatkan oleh penurunan harga
minyak dan lebih pada perbaikan birokrasi. Variabel lain yang mempengaruhi struktur
PDB adalah dari sektor ekspor, berikut ini akan kita lihat data total ekspor pertanian
dan non- pertanian yang mana juga memberikan kontribusi terhadap laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
Tabel 1.3
Total Ekspor Sektor Pertanian dan Non-Pertanian Periode 1981-2006
5
pertumbuhan ekonomi, akan tetapi ini tergantung dari komoditas ekspor andalan
kebanyakan komoditas andalan kita menggunakan bahan dasar impor dan penguasaan
pemodal asing, sehingga kontribusinya sangat penting terhadap PDB. Berikut ini akan
kita lihat laju pertumbuhan konsumsi, laju pertumbuhan investasi, laju pertumbuhan
6
Tabel 1.4
Laju Pertumbuhan Konsumsi, Investasi ,dan
Pengeluaran Pemerintah(%)
TAHUN LAJU LAJU LAJU
PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN
KONSUMSI INVESTASI PENGELUARAN
(%) (%) PEMERINTAH(%)
1981 17 11 10
1982 3 13 8
1983 8 8 -1
1984 4 -6 3
1985 1 7 8
1986 2 9 3
1987 3 5 0
1988 4 12 8
1989 4 13 10
1990 10 15 3
1991 7 7 7
1992 3 5 6
1993 6 6 0
1994 13 14 2
1995 13 14 1
1996 10 15 3
1997 8 9 0
1998 -6 -33 -15
1999 5 -18 1
2000 2 17 6
2001 3 6 8
2002 4 5 13
2003 4 1 10
2004 5 14 4
2005 4 11 7
2006 3 2 10
Sumber tabel 1.2 (diolah)
Tabel 1.5
Laju Pertumbuhan Ekspor Pertanian dan Non-Pertanian
Dalam juta US $ (%)
7
LAJU LAJU
TAHUN PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN
XAGR(%) XNAGR(%)
1981 -10 -19
1982 -22 -8
1983 12 31
1984 12 24
1985 -9 7
1986 26 6
1987 -5 48
1988 15 39
1989 2 19
1990 7 8
1991 10 27
1992 -3 30
1993 20 17
1994 6 12
1995 0 14
1996 4 10
1997 8 9
1998 17 -1
1999 -21 -4
2000 -7 26
2001 -10 -10
2002 5 3
2003 -2 6
2004 -1 19
2005 15 14
2006 17 17
Sumber: tabel 1.3 (diolah)
Dengan melihat data tesebut di atas kita bisa melihat bagaimana perkembangan
Pertanian dan non-Pertanian, diatas maka kita bisa melihat bagaimana masing-masing
8
produk domestik bruto (PDB) yang cukup baik, bisa kita lihat pada Tabel 1.1, 1.2, 1.3.
Berdasarkan data-data yang telah kita lihat di atas maka kita juga bisa melihat
dengan menggunakan grafik pada gambar 1.1, 1.2, 1.3 akan kita lihat laju
Pemerintah, laju pertumbuhan Ekspor Pertanian dan laju pertumbuhan ekspor non-
penurunan yang signifikan pada antara tahun 1997 dan 1998. Hal ini disebabkan oleh
Gambar 1.1
Laju pertumbuhan konsumsi, Investasi,dan Pengeluaran pemerintah (%)
0.2
LAJU
LAJU PERTUMBUHAN C, I, G.
PERTUMBUHAN
0.1
KONSUMSI
0
LAJU
1970 1980 1990 2000 2010
PERTUMBUHAN
-0.1
INVESTASI
-0.2
LAJU
PERTUMBUHAN
-0.3
PENGELUARAN
PEMERINTAH
-0.4
TAHUN
Gambar 1.2
Laju Pertumbuhan Ekspor Pertanian (XAGR) dan Ekspor non Pertanian
(XNAGR) dalam(%)
9
0.8
XAGR(%)DAN XNAGR(%)
0.6
-0.2
-0.4
-0.6
TAHUN
Gambar 1.3
Produk domestic bruto(PDB) dan Laju Pertumbuhan PDB (%)
2000000
PDB dan Laju Pertumbuhan PDB
1500000
1000000 PDB
Laju Pertumbuhan
500000 PDB
0
1970 1980 1990 2000 2010
-500000
TAHUN
juga dibarengi dengan munculnya permasalahan makro ekonomi yang secara teori
10
tidak terjadi. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi diikuti dengan tingginya
penyerapan tenaga kerja yang banyak. Dengan melihat perbandingan yang ada dari
tahun 1981-2006, maka kita akan melihat bagaimana pengaruh laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
3.TUJUAN PENELITIAN
3 MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Pemerintah
2. Bagi Penulis
pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
4. STUDI TERKAIT
dilakukan oleh Suryahadi et al (2006). Studi ini menekankan pada lokasi dan
perkotaan menimbulkan nilai elastisitas yang tinggi dari semua sektor kecuali
kontibutor terbesar kemiskinan di indonesia. Hal ini menunjukan bahwa cara yang
pedesaaan dan jasa di perkotaan namun dalam jangka panjang fokus penekanan
harus diarahkan pada pencapaian pertumbuhan menyeluruh yang kuat dalam sektor
jasa.
ekonomi yang baik dalam periode reformasi dapat dilestarikan bila modal manusia
modal yang diakibatkan oleh akumulasi modal fisik. Untuk itu diperlukan alokasi
pengeluaran yang lebih besar untuk pendidikan, khususnya untuk kaum miskin, suatu
pertumbuhan per kapita sebesar 4 persen per tahun, dapat dipertahankan bila modal
manusia per kapita diperluas pada tingkat kecepatan sekitar 1,7-1,8 persen per tahun
Bela Balassa (1986) melakukan studi pertumbuhan ekonomi untuk kurun waktu
Countries OOCs), diantaranya yang dikenal sebagai east asian dragons seperti:
Korea Selatan, Singapura dan Taiwan; dan negara-negara yang berorientasi kedalam
13
(Inward –Oriented Countries atau IOCs), termasuk Argentina, Mesir, India, Jamaika
pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih baik (lebih tinggi ) dari pada negara- negara
impor.
meningkat pada tingkat diatas 3% per tahun negara-negara yang menganut strategi
empirik menemukan adanya relasi yang kuat antara pertumbuhan GDP menyeluruh
mereka, berhasil didalam mencapai pertumbuhan agregat cepat. Studi Anne Krueger
0,11 persen.
Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang sebagai suatu proses multi-
dimensional yang mencakup berbagai perubahan dasar atas struktur sosial sikap-
ekonomi, indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk
memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat dari tingkat pertumbuhan
penduduknya.
per tahun, maka laju pertumbuhan PDB tahunan per kapita rata-rata dalam kurun
waktu 1960 – 1985 dipastikan akan dapat mencapai 1,8% lebih tinggi, suatu potensi
pencapaian sebesar 50% dalam pendapatan per kapita. Hasil-hasil riset lain juga
memperkuat hasil studi Mauro dalam mengungkapkan efek buruk dari korupsi dalam
Vishny ; 1991), tingkat investasi baik domestik maupun asing yang rendah (Mauro
1997, Wei 1997), dan perkembangan perusahaan dan pertumbuhan ekonomi yang
terdistorsi (Johnson, Kaufmann, dam Zoido-Lobaton (1998). Selain itu, korupsi juga
terdistorsi serta infrastruktur fisik publik yang memburuk (Tanzi dan Davoodi 1997),
pendapatan publik yang lebih rendah dan penyediaan aturan hukum sebagai barang
publik yang lebih sedikit (Johnson, Kaufmann, dan Shleifer 1997), pemerintah yang
terlalu terpusat (Fisman dan Gatti 2000), serta penguasaan negara oleh elite korporat
15
atas hukum dan kebijakan negara, sehingga merongrong pertumbuhan hasil dan
6 HIPOTESIS PENELITIAN
1981-2006
ekonomi
ekonomi
pertumbuhan ekonomi
16
pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan ekonomi
ekonomi
pertumbuhan ekonomi
ekonomi
dalam satuan persen. Data bersumber dari Biro Pusat Statistik DIY, Statistik
pendek, baik itu penanaman modal yang di lakukan dari luar negeri (PMA) atau
penanaman yang dilakukan dari dalam negeri (PMDN). Investasi diukur dalam
milyar rupiah dan pertumbuhan investasi diukur dalam satuan persen. Data
bersumber dari Biro Pusat Statistik DIY. Statistik ekonomi Indonesia tahun
membiayai operasional pemerintahan berupa barang dan jasa yang dibeli baik
satuan persen. Data bersumber dari Biro Pusat Statistik DIY, Statistik ekonomi
bersumber dari Biro Pusat statistik DIY, Statistik ekonomi Indonesia tahun
gergajian, dan lain – lain ), barang dari logam (timah, alumunium, nikel),
pakaian jadi, karet olahan, makanan ternak, minyak atsiri, minyak kelapa sawit,
bahan kimia, pupuk, kulit dan bahan dari kulit, kertas dan bahan dari kertas,
dan rotan keluar negeri melalui pelabuhan seluruh wilayah Indonesia untuk
pertanian diukur dalam milyar rupiah dan pertumbuhannya diukur dalam satuan
persen. Data bersumber dari Biro Pusat Statistik DIY, Statistik ekonomi
Indonesia. Satuannya adalah persen. Data bersumber dari Biro Pusat Statistik
hal 279)
8.METODE PENELITIAN
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah
8.2 Model
8.3.1 Multikolinearitas
linear antara variabel independen regresi berganda pada persamaan biasa disebut
mempunyai dampak:
2. Varian dan kovarian yang besar juga membuat interval estimasi makin lebar
dan nilai t-hitung semakin kecil. Hal ini akan membuat variabel pengaruh
8.3.2Heteroskedastisitas
variabel gangguan mempunyai rata-rata sama dengan nol atau E(e i) = 0, varian
konstan atau Var(ei) = σ2, variabel gangguan tidak berhubungan antar observasi
atau Cov(ei,ej) = 0. Varian yang tidak konstan pada variabel gangguan dikenal
berakibat pada :
1. Estimator hanya bersifat Linear Unibiased (LU) dan tidak mempunyai varian
minimum.
3. Uji hipotesis dengan didasarkan pada distribusi t dan F secara statistik juga
Peneliti akan menggunakan metode White. Metode ini tidak memerlukan asumsi
+ e.
b. Regresi auksiliari
persamaan:
Sebaliknya jika nilai chi-squares hitung lebih kecil dari nilai chi squares
8.3.3 Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi antara setiap objek observasi (n)
dalam time series data dan cross section data. Secara matematis dapat
confidence interval menjadi semakin besar. Uji t dan uji F menjadi tidak akurat.
dibentuk persamaan:
2. Regresi residual dengan variabel independen Xt dan lag dari residual et-
regresi persamaan.
formula
koefisien perlu diuji untuk menentukan signifikansi koefisien. Uji ini digunakan
sama.
1. Ho diterima jika t hitung lebih kecil daripada t tabel atau jika probabilitas t
2. Ha diterima jika t hitung lebih kecil daripada t tabel atau jika probabilitas t
Nilai t-hitung dapat dicari dengan rumus di bawah ini, yang kemudian
ˆ
t hitung
SE ( ˆ )
Dimana:
25
t = nilai statistik
menggunakan data masa lalu. Dengan dasar tersebut paling tidak akan terjadi
dalam memprediksi dapat dilihat dari deviasi hasil prediksi dengan data
sebenarnya.
signifikan
1. Menolak Ho, jika nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel atau jika
2. Menerima Ho, jika nilai F hitung lebih kecil daripada nilai F tabel atau jika
R 2 ( K 1)
F hitung
(1 R 2 )( N K )
26
Dimana:
R2 = koefisien determinasi
N = jumlah observasi
besar perubahan atau variasi dari variabel dependen bisa dijelaskan oleh
koefisien determinasi, akan bisa menjelaskan kebaikan dari model regresi dalam
variabel dependen.
R
2 ESS
1
e1 1 RSS
2
Dimana:
9. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
penulisan.
dan dependen.