You are on page 1of 7

DASAR TEORI

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM / IUD (Intra Uterine Devices)

A. Pengertian
IUD merupakan alat kontrasepsi yang digunakan didalam rahim.

B. Penggolongan IUD
1. Un-medicated Devices/generasi pertama
Misalnya :
a. Grafenberg Ring
b. Ota Ring
c. Margulies Coil
d. Lippes Loop (dianggap sebagai IUD standar)
e. Saf – T – Coil
f. Delta Loop : Modified Lippes Loop D : penambahan benang chroic
cat gut pada lengan atas terutama untuk insersi post partum

2. Medicated Devices/generasi kedua


a. Mengandung logam
- AKDR – Cu Generasi pertama
 Cu T 200 : tatum – T (3tahun daya kerja)
 Cu-7 : Gravidard (3 tahun daya kerja)
 ML Cu – 250 (3 tahun daya kerja)

- AKDR – Cu Generasi kedua


 Cu – 380 A : paragard (8 tahun daya kerja)
 CuT – 380 Ag (5 tahun daya kerja)
 CuT-220 C (3 tahun daya kerja)

b. Mengandung hormone
- Progestasert : Alza-T dengan gaya kerja 1 tahun
- LNG-20 : mengandung levonorgestrel
C. Mekanisme IUD
Ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah diajukan yaitu :
1. Timbulnya reaksi radang local yang non spesifik didalam cavum uteri
sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu
2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan
terhambatnya implantasi
3. Gangguan / terlepanya blastocyst yang telah berimplantasi didalam
endometrium
4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopi
5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri
6. Dari penelitian juga dikatakan bahwa IUD mencegah spermatozoa membuahi
sel telur
7. Untuk IUD yang mengandung Cu
- Menghambat reaksi carbonic anhydrase sehingga tidak
memungkinkan terjadinya implantasi dan mungkin juga menghambat aktvitas
alkhali phospatase
- Mengganggu pengambilan estrogen endogenous oleh mukosa
uterus
- Mengganggu jumlah DTM dalam sel endometrium
- Mengganggu metabolisme glikogen

8. Untuk IUD yag mengandung progesterone


a. Gangguan proses pematangan proliferatif – sekretoir sehingga timbul
penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi
b. Lendir serviks yang menjadi lebih kental / tebal karena pengaruh
progestin

D. Keuntungan dan kerugian IUD


Keuntungan :
1. Sebagai kontrasepsi efektivitasnya tinggi
2. AKDR dapat efektif segera setelah pemsangan
3. Metode jangka panjang
4. sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat – ingat
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
7. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
8. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
9. Dapat digunakan sampai menopause
10. Tidak ada interaksi dengan obat – obat
11. Membantu mencegah kehamilan ektopik

Kerugian :
a. Efek samping yang umum terjadi
b. Komplikasi lain :
- Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan
- Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang
memungkinkan penyebab anemia
- Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya
benar0
- Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
- Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan
- Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan
IMS memakai AKDR
- Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam
pemasangan AKDR, seringkali wanita takut selama pemasangan
- Sedikit nyeri dan perdarahan terjadi segera setelah pemsangan
AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari
- Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri
- Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering
terjadi apabila AKDR dipasang sesudah melahirkan
- Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi
AKDR untuk mencegah kehamilan normal
- Wanita harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke
waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam
vagina, sebagian wanita tidak mau melakukan ini.
E. Persyaratan pemakaian
a. Yang dapat menggunakan :
 Wanita pada usia reproduktif
 Wanita pada keadaan nullipara
 Wanita yang menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
 Wanita menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
 Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusukan bayinya
 Wanita setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
 Wanita dengan resiko rendah dari IMS
 Wanita yang tidak menghendaki hormonal
 Wanita yang tidak menyukai untuk mengingat – ingat minum pil setiap hari
 Wanita yang tidak menghendaki kehamilan, setelah 1 – 5 hari senggama

b. Yang tidak dapat menggunakan


 Wanita yang sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
 Wanita dengan perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat
dievaluasi)
 Wanita yang sedang menderita infeksi alat genital\
 Wanita yang 3 bulan terakhir sedang mangalami abortus atau sering
mengalami abortus septic
 Wanita dengan kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak
rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri
 Wanita dengan penyakit trofoblas yang ganas
 Wanita yang diketahui menderita TBC pelvic
 Wanita dengan kanker alat genital
 Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

c. Waktu penggunaan
 Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil
 Hari pertama sampai ke7 siklus haid
 Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pasca persalinan setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenore laktasi
 Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak
ada gejala infeksi
 Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi

F. Petunjuk bagi klien


1. Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR
2. Selama bulan pertama menggunakan AKDR, periksalah tali secara rutin
terutama setelah haid
3. Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan
benang setelah haid apabila :
- Kram / kejang di perut bagian bawah
- Perdarahan (spotting) diantara haid atau setelah senggama
- Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak
nyaman selama melakukan hubungan seksual
4. AKDR perlu dilepas setelah waktu yang ditentukan tetapi dapat dilakukan
lebih awal apabila diinginkan
5. Kembali ke klinik apabila :
- Tidak dapat meraba tali AKDR
- Merasakan bagian yang keras dari AKDR
- AKDR terlepas
- Siklus terganggu
- Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan
- Adanya infeksi
G. Pemasangan dan pencabutan AKDR
1. Pemasangan AKDR
 Persiapan alat
- Bivalve speculum (kecil, sedang, besar)
- Tenakulum
- Sonde uterus
- Forsep/korentang
- Gunting
- Mangkuk untuk larutan antiseptic
- Sarung tangan steril
- Cairan antiseptic untuk membersihkan serviks
- Kassa
- Lampu untuk penerangan
- IUD yang masih belum rusak dan terbuka

 Langkah – langkah
1) Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan
2) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
3) Masukkan speculum dan usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptic
4) Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks
5) Masukkan sonde uterus
6) Pasang AKDR
 Atur letak leher baru pada tabung
inserter sesuai dengan kedalaman kavum uteri.Hati – hati memasukkan
tabung inserter sampai leher biru menyentuh fundus atau sampai teraba
ada tahanan
 Lepas lengan AKDR dengan
menggunakan teknik menarik, atau keluar pendorong
 Setelah lengan AKDR lepas, dorong
secara perlahan – lahan tabung inserter ke dalam kavum uterisampai leher
biru menyentuh serviks
 Tarik keluar sebagian tabung inserter,
potong benang AKDR kira – kira 3 – 4 cm panjangnya
7) Buang bahan – bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas
sarung tangan.
Bersihkan permukaan yang terkontaminasi
8) Lakukan dekontaminasi alat – alat dan sarung tangan dengan segera setelah
selesai dipakai
9) Mencuci tangan
10) Ajarkan pada klien begaimana memeriksa benang AKDR
11) Minta klien menunggu diklinik selama 15 – 30 menit setelah pemasangan
AKDR.

2. Pencabutan AKDR
- Menjelaskan kepada klienapa yang akan dilakukan dan
persilahkan klien untuk bertanya
- Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
- Memasukkan speculum untuk melihat serviks dan benang
AKDR
- Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptic 2
sampai 3 kali
- Meminta klien untuk tenang dan menarik nafas panjang
- Jepit benang didekat serviks dengan menggunakan klem lurus
atau lengkung yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi / steril dan tarik benang
pelan – pelan. Tidak boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut
dengan mudah
- Untuk mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap
dan cabut AKDR dengan pelan – pelan
- Bila benag putus saat ditarik tetapi ujungnya masih dapat
dilihat maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar

DAFTAR PUSTAKA

1. Hanafi Hartanto “Kb dan Kontrasepsi” Pustaka Sinar Harapan. Jakarta . 2004
2. Abdul Bari Saifuddin, “ Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi” YBP SP.
Jakarta. 2003.
3. Ida BAgus Manuaba “ Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk
pendidikan Bidan” EGC. Jakarta . 1998

You might also like