Professional Documents
Culture Documents
SAINS KIMIA
(JOURNAL OF CHEMICAL SCIENCE)
Volume : 9, Nomor : 1, 2005 ISSN : 1410 – 5152
Daftar Isi
4. Pemanfaatan Ekstrak Biji Buah Pinang (Areca Catechu L) Sebagai Anti Oksidan
Terhadap Minyak dan Lemak
Pina Barus ........................................................................................................... 21-24
9. Pengujian Terhadap Pengikatan dan Pelepasan Sefaleksin pada Eritrosit Secara In Vitro
Matheus T Simanjuntak .................................................................................... 46-50
JURNAL
SAINS KIMIA
(JOURNAL OF CHEMICAL SCIENCE)
Volume : 9, Nomor : 1, 2005 ISSN : 1410 – 5152
Kepada para mitra bestari Jurnal Sains Kimia yang telah mengevaluasi artikel-artikel
Jurnal Sains Kimia Volume 9 Nomor 1 Tahun 2005, kami mengucapkan banyak terima
kasih:
Daniel
Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Mulawarman
Abstrak
Metil ester asam lemak campuran yang berasal dari minyak kemiri dibuat secara reaksi interesterifikasi
trigliserida dengan menggunakan pereaksi methanol dan katalis H2SO4 dengan hasil reaksi sebesar 98-
99%. Selanjutnya metil ester asam lemak campuran diubah kedalam bentuk alkanolamida campuran
melalui reaksi amidasi. Reaksi dijalankan dengan mereaksikan metil ester asam lemak campuran dengan
etanolamin pada suhu refluks yang akan menghasilkan alkanolamida campuran sebesar 64%. Harga HLB
pengamatan alkanolamida campuran yang berasal dari minyak kemiri adalah sebesar 6,0 yang sesuai
untuk digunakan sebagai bahan pengemulsi.
Pembentukan metil ester asam lemak Gambar 1. Spektrum FT-IR Metil ester asam
dari minyak kemiri pemisahannya secara lemak campuran dari miyak kemiri
kromatografi lapisan tipis akan
memberikan harga Rf mulai dari metil Metil ester yang diperoleh dari reaksi
Stearat (C18:0), palmitat (C16:0), antara methanol dengan minyak kemiri
Linoleat (C18;2). Sedangkan Oleat menggunakan pelarut benzene dan
memiliki harga Rf sama dengan palmitat katalis asam sulfat dengan pemanasan
dan Linolenat Rf nya sama dengan harga pada temperature 80oC selama 4-6 jam.
Rf linoleat. Selanjutnya untuk Spektrum FT-IR (gbr 1) menunjukkan
puncak serapan pada daerah bilangan
4 Koleksi BPAD Prov SU
Pembuatan Surfaktan dari Minyak Kemiri Melalui Reaksi Interesterifikasi Diikuti Reaksi Amidasi
(Daniel)
gelombang 2923 dan 2854 cm-1 amida. Vibrasi CH sp3 muncul pada
merupakan serapan khas dari vibrasi daerah bilangan gelombang 2923-2854
stretching C-H sp3 yang didukung cm-1 yang didukung dengan munculnya
dengan vibrasi bending C-H sp3 pada serapan pada daerah bilangan gelombang
daerah bilangan gelombang 1458 cm-1. 1465 cm-1 yang menunjukkan adanya
Serapan pada daerah bilangan vibrasi bending C-H sp3. Vibrasi gugus
-1
gelombang 1743 cm adalah frekuensi C=O (karbonil) muncul pada daerah
regangan gugus karbonil (C=O) dari bilangan gelombang 1643 cm-1
ester yang terbentuk dan didukung merupakan gugus khas dari C=O amida.
dengan puncak vibrasi C-O-C ester pada
daerah bilangan gelombang 1172 cm-1.
Spektrum yang menunjukkan puncak
vibrasi pada daerah bilangan gelombang
725 cm-1 adalah vibrasi rocking (CH2)n
dari asam lemak. Dari spectrum FT-IR
metil ester di atas maka senyawa yang
terbentuk mengandung gugus C=O dan
C-O-C yang merupakan karakteristik
dari ester dan tidak mengandung OH.
Metil ester asam lemak campuran
dari minyak kemiri tersebut selanjutnya
dilakukan reaksi amidasi untuk
membentuk amida asam
lemak/alkanolamida. Pemurnian
terhadap alkanolamida yang terbentuk
dilakukan dengan work-up maupun
destilasi secara pengurangan tekanan Gambar 2. Spektrum FT-IR alkanolamida
terhadap sisa metil ester asam lemak campuran dari minyak kemiri.
yang tidak ikut berekasi membentuk
alkanolamida. Juga dilakukan analisa Untuk mengetahui komposisi asam
pengujian terhadap alkanolamida yang lemak dari alkanolamida yang terbentuk
terbentuk secara kromatografi lapisan dilakukan dilakukan analisis secara
tipis maupun uji kualitatif secara kromatografi gas sebagai basis
gravimetric melalui pembentukan perhitungan HLB teorotis.
endapan dan uji titik lebur. Ternyata Komposisi asam lemak dari
alkanolamida yang diperoleh sebesar alknolamida palmitat (7%), sterarat
64%. Dari hasil analisa spektroskopi FT- (3%), oleat (24%), linoleat (40%),
IR memberikan spectrum dengan linilenat (26%). Selanjutnya Harga HLB
puncak-puncak serapan pada daerah teoritis dari amida palmitat 6,1; amida
bilangan gelombang 3301; 2923; 2859; stearat 4,6; amida oleat 6,5; amida
1643, 1558; 1465; 1060 dan 721 cm-1 linoleat 6,3; dan amida linolenat 5,9.
(Gambar 2). Puncak serapan pada daerah Untuk menghitung HLB teoritis dari
bilangan gelombang 3301 cm-1 masing-masing amida asam lemak
menunjukkan adanya gugus OH hal ini campuran diperhitungkan kembali
didukung dengan munculnya serapan berdasarkan komposisi asam lemak yang
pada daerah bilangan gelombang 1060 dikandungnya. Atas dasar tersebut
cm-1 menunjukkan adanya C=O dari diperoleh HLB teoritis dari masing-
masing amida asam lemak campuran
Koleksi BPAD Prov SU 5
Jurnal Sains Kimia
Vol 9, No.1, 2005: 1-7
58
semua pihak yang telah membantu
56
terlaksananya penelitian ini. Penelitian
54
ini merupakan penelitian pendahuluan
52 bagi penulis dalam rangka penyelesaian
50
disertasi pada Program Pascasarjana S3
Ilmu Kimia USU pada saat ini.
48
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Konsentrasi (%) = CMC
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 3. Harga KKM/CMC dari alkanolamida
campuran minyak kemiri
Balakrishnan, S.. and D. Raghavan, (2003),
“Synthesis of 13(140)-Hydroxy-cis-10-
KESIMPULAN DAN SARAN nonadecenyl Amine Hydrochloride”, J.
Am. Oil. Chem. Soc., 80 (3), 503
Billenstein, S dan Blaschke, G., (1984),
Kesimpulan “Industrial Production of Fatty Amines
1. Metil ester asam lemak campuran and Their Derivatives”, J. Am. Oil. Soc.,
dari minyak kemiri dibuat secara 61 (2), 354.
reaksi esterifikasi dari trigliserida Brahmana, H.R., Laporan Hasil Penelitian
Mengenai Sintesa Amida Sebagai Bahan
minyak. Hasil reaksi esterifikasi Pemantap Lateks, Lembaga Penelitian
metil ester minyak kemiri sebesar USU, 1991.
98-99 %.
6 Koleksi BPAD Prov SU
Pembuatan Surfaktan dari Minyak Kemiri Melalui Reaksi Interesterifikasi Diikuti Reaksi Amidasi
(Daniel)
Irfan Mustafa
Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Syiah Kuala, 23111
Abstrak
Impregnasi polistirena bekas yang dimodifikasi dengan asam akrilat dan benzoil peroksida sebagai
inisiator, ke dalam Kayu Kelapa Sawit (KKS) walaupun telah memperbaiki sifat mekanik KKS, namun
stabilitas termalnya masih rendah. Untuk meningkatkan stabilitas termal, khususnya stabilitas panas dan
ketahanan nyala KKS, maka dilakukan pemantapan resin Polistirena dengan antioksidan 2,6, di-tert butil-
4-metil fenol (BHT).
Dalam penelitian ini perbaikan sifat-sifat termal, dilakukan dengan penggunaan BHT sebagai stabiliser
pada resin pengimpregnasi. Proses pengimpregnasi dilakukan dalam impregnator dengan kondisi tekanan,
suhu dan waktu yang optimum. Kinerja dari bahan stabiliser pada resin untuk impregnasi KKS tersebut
diamati menggunakan Uji sifat mekanis, Mikroskop Elektron Payaran (SEM), Spektroskopi Infra Merah
Fourier Transform (FT-IR) dan Analisa Termal Differensial (DTA) dari specimen KKS terimpregnasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa stabilitas panas dan nyala KKS terimpregnasi dengan penambahan
0,02 g BHT (10% dari resin) meningkat 5 sampai 8 kali dibandingkan tanpa antioksidan. Hal ini
disebabkan oleh kemampuan Butil Hidroksi Toluena dalam berinteraksi dengan resin dan KKS serta
kemampuannya dalam mendeaktifkan radikal makro yang terbentuk akibat adanya pengaruh termal.
rapuh dan tidak stabil. Untuk menjadi diperoleh dari tempat pembuangan akhir
bahan yang potensial KKS dapat (TPA) Kodya Medan.
dimodifikasi agar mencapai kualitas Bahan Kimia yang digunakan pada
yang baik melalui proses impregnasi. penelitian ini adalah asam akrilat,
Penelitian tentang pemanfaatan limbah benzoil peroksida, n-heksane
padat KKS untuk dijadikan produk yang (P.a.E.Merck), toluena dari Brataco
mempunyai nilai ekonomis tinggi telah Chemica. Polistirena murni dan daur
dilakukan oleh beberapa peneliti ulang, BHT (2,6 di-tert-butil-4-metil
meskipun demikian tinjauan secara fenol)
komersil masih sedikit. Zulkarnain dkk
(1999) telah melakukan impregnasi Alat
larutan resin getah Pinus Merkusi ke
dalam KKS, tetapi teknik ini Pisau Pemotong, dan
membutuhkan pelarut organik yang ImpregnatorAlat pencetak tekan di
banyak dan mahal. Sukatik (2001) juga laboratorium Kimia Polimer FMIPA
telah melakukan impregnasi resin USU. Uji tarik dan kelenturan
Polipropilena yang dimodifikasi dengan menggunakan alat uji tarik model MFG
asam akrilat, impregnasi ini dilakukan SC-2 DE.
pada suhu tinggi sehingga dapat
menyebabkan kerusakan kayu. Prosedur Kerja
Demikian juga penelitian yang
melakukan impregnasi KKS Penyediaan Bahan Baku Kayu
menggunakan resin Polistirena Kelapa Sawit (KKS)
termodifikasi. Walaupun mampu
memperbaiki sifat-sifat dari kayu kelapa Sampel Kayu Kelapa Sawit (KKS) yang
sawit, namun belum adanya suatu digunakan diambil dari bagian luar
bahasan khusus mengenai ketahanan batang, dikeringkan dalam udara
termal dari kayu yang dihasilkan. terbuka selama 30 hari. Spesimen
Nurfajriani (2002). dipotong-potong dengan ukuran
panjang sesuai dengan ASTM
Berdasarkan penelitian-penelitian di
(American for Testing and Material) D
atas, khususnya impregnasi dengan
1324-60.
menggunakan Polistirena termodifikasi,
peneliti mencoba mengambil bahasan
penting mengenai stabilitas termal dari Penyediaan Resin Pengimpregnasi
KKS yang diimpregnasi mengunakan
antioksidan Butil Hidroksi Toluena Butiran polistirena bekas tersebut
(BHT). Hasil yang diperoleh, ditimbang sebanyak 20 gram
diharapkan akan dapat memperbaiki dimasukkan ke dalam gelas ukur
sifat termal dari KKS yang telah dilarutkan dengan toluena, dicampur
diimpregnasi. selama 5 menit lalu ditambahkan
dengan 0,1 gram benzoil peroksida
BAHAN DAN METODA dicampur lagi hingga tercampur rata,
Bahan kemudian dimasukkan 3,6 gram asam
akrilat, dan dicampur lagi sampai
Sampel Kayu Kelapa Sawit (KKS) homogen. Setelah campuran benar-
yang digunakan berumur + 25 tahun benar homogen, ditambahkan BHT
dari jenis Dura, ketinggian 10 meter dan dengan variasi 0; 0,005; 0,01; 0,015;
diameter 35 cm. Polistirena bekas 0,02; 0,025; 0,03.
9
Jurnal Sains Kimia
Vol 9, No.1,
2005: 8-15
senyawa yang bersifat polar. Uji tarik dan Uji getas getas
Penambahan asam akrilat juga menunjukkan terjadinya peningkatan
meningkatkan sifat mekanis resin, setelah ditambahkan antioksidan.
sehingga terjadi peningkatan Peningkatan ini disebabkan oleh
kompatibilitas kayu terimpregnasi. interaksi dari gugus asam akrilat
Pemantapan sifat resin yang (cangkokan) dengan gugus –OH dari
termodifikasi dan kayu yang Butil hidroksi Toluena yang
diimpregnasi, yaitu dengan ditambahkan.
menambahkan bahan antioksidan. Data
Tabel 1. Data pengukuran sifat mekanis resin PS bekas modifikasi
11
Jurnal Sains Kimia
Vol 9, No.1,
2005: 8-15
KKS + resin + BHT 0,015 604,57 39,61 0,61 Tak mampu nyala
0,02 617,12 41,13 0,64
0,025 611,54 40.41 0.62
Analisis FT-IR
diperkuat dengan 1164,9 cm-1 adalah munculnya dua puncak. Data lainnya
merupakan gugus OH dari fenol atau Ar yang mendukung adalah serapan 3080–
C-OH. Kemudian adanya serapan di 3030 cm-1 sebagai bentukan dari Ar C-
1870–1725 cm-1 semakin mempertajam H.
interaksi dari gugus C=O dengan
Dari data diatas, menunjukkan telah Data FT-IR dari KKS awal,
terjadinya interaksi antara resin dan menunjukkan beberapa gugus penting dari
antioksidan yang ditambahkan, karena rangkaian kayu kelapa sawit, dimana
gugus fenol yang dipunyai oleh BHT dapat kandungannya adalah selulosa. Hal ini
terikat dengan resin polistirena dapat dilihat pada bilangan gelombang dan
termodifikasi. gugus fungsinya. Sedangkan spektrum KKS
yang telah diimpregnasi, menginformasikan
Analisis FT-IR KKS awal dan KKS tentang keberadaan gugus dasar KKS dan
gugus resin yang diimpregnasikan serta
hasil Impregnasi
interaksi keduanya. Adanya serapan pada
1/ 3429,2 cm-1 yang merupakan gugus
Spektroskopi FT-IR ini dilakukan hidroksil (-OH) selulosa KKS dan diperkuat
untuk mengetahui informasi tentang dengan serapan 1029,9 dan 1242,1 cm-1.
perubahan gugus fungsi dan interaksi yang Serapan pada daerah 1600,8 cm-1
terjadi antara resin dengan selulosa KKS, merupakan gugus C-C selulosa serta
dan untuk mengetahui adanya gugus serapan di 1242,1 cm-1 menunjukkan
karbonil serta serapan khas matriks dari keberadaan C-O-C dalam selulosa.
resin polistirena. Analisa ini juga sangat Sedangkan untuk bilangan gelombang
penting dalam menginformasikan seberapa 2920,0 cm-1 merupakan khas dari C-H yang
jauh resin dapat masuk ke dalam KKS. diperkuat dengan serapan 1373,2 cm-1.
13
Jurnal Sains Kimia
Vol 9, No.1,
2005: 8-15
Data di atas menunjukkan adanya Hasil analisis termal untuk resin Polistirena
pergeseran serapan pada daerah 3421,5 modifikasi, dapat diketahui mempunyai
menjadi 3429,2 cm-1 setelah KKS suhu leleh 120 –140oC sedangkan
diimpregnasi. Hal ini dimungkinkan dengan Polistirena modifikasi dengan penambahan
adanya ikatan hidrogen antar molekul yang BHT, ternyata mengalami peningkatan
bertambah akibat interaksi gugus hidroksil sampai range suhu 150–190oC
dari resin termodifikasi dengan gugus OH DTA untuk KKS sebelum di
dalam selulosa KKS. Pergeseran lainnya impregnasi terlihat bahwa reaksi cenderung
adalah pada 3058,9 menjadi 2920 cm-1 melepaskan kalor (reaksi eksoterm), ini
yaitu gugus C-H selulosa. terjadi karena KKS bersifat hidrofil dan
Demikian juga gugus fungsi dari resin banyak mempunyai susunan gugus –OH
yaitu, dengan adanya serapan pada daerah selulosa yang mudah terurai menjadi lebih
3024 dan 2850,6 cm-1 adalah khas dari sederhana. Dari kurva terlihat bahwa KKS
Polistirena yang diperkuat pada serapan sebelum impregnasi, terdekomposisi
1492,8-1450,4 cm-1 dan adanya serapan seluruhnya pada suhu 390oC. Penyusun
C=O pada daerah 1728 cm-1. serta serapan KKS seperti lignin dan hemiselulosa
pada 1600,8 cm-1 yang memperkuat meleleh di 110-150oC sedangkan pada suhu
keberadaan resin didalam KKS yang 210 – 230 merupakan lelehan selulosa yang
diimpregnasi. berakhir di sekitar 260-280oC. Semakin
Spektrum FT-IR dari KKS yang besar temperatur tersebut, menunjukkan
diimpregnasikan resin dengan penambahan bahwa selulosa penyusun KKS adalah
antioksidan ternyata menunjukkan hasil selulosa yang berupa kristalin.
yang sedikit berbeda. Perbedaan yang Sedangkan data DTA untuk KKS
sangat signifikan adalah dengan munculnya setelah impregnasi resin modifikasi tanpa
gugus fenol (senyawa BHT) pada bilangan antioksidan mengalami banyak perubahan
gelombang 1166,9 cm-1. Perbedaan lainnya reaksi baik secara eksoterm atau
adalah serapan pada 987,5 yang merupakan endotermis, karena pengaruh dari resin
bentukan dari benzena tersubstitusi. yang telah memasukinya. Dari data
Sedangkan serapan pada bilangan diperoleh adanya puncak pelelehan pada
gelombang yang lainnya hanyalah suhu 110, 120, 150 dan 160oC yang bersifat
merupakan pergeseran yang terjadi akibat eksotermis dari resin dan mengalami masa
adanya interaksi antar molekul seperti transisi dengan reaksi endotermis untuk
3421,5 menjadi 3427,3 cm-1 dengan temperatur glass yang dimulai dari range
munculnya beberapa puncak yang mewakili 225oC–335oC dengan puncak eksotermis
gugus –OH. Hal ini dimungkinkan dengan pada 305oC. Reaksi ini berakhir dengan
adanya ikatan hidrogen antar molekul yang proses dekomposisi dari komponen yang
bertambah akibat interaksi gugus hidroksil terjadi pada temperatur 410–435oC.
dari resin termodifikasi dengan gugus OH Kayu Kelapa Sawit yang diimpregnasi
dalam selulosa KKS. resin modifikasi dengan penggunaan
antioksidan, memperlihatkan adanya
Analisis Termal (DTA) perbedaan dan kenaikan temperatur pada
tingkat tertentu. Data yang didapatkan
DTA adalah merupakan salah satu terlihat adanya kenaikan untuk fase leleh
metode untuk menetukan perubahan termal resin dari 110-120 menjadi 135oC dan
suatu bahan sebagai fungsi temperatur. berakhir di sekitar 190oC. Sedangkan
14
Peranan 2,6,-Di-Tret-4-Butil-4- Metil Fenol Terhadap Stabilitas dan Panas Kayu Kelapa Sawit
(Irfan Mustafa)
16
Jurnal Sains Kimia
Vol 9, No.1, 2005: 16-20
Abstrak
Kompatibiitas antara bahan pengisi pulp tandan kosong sawit didalam matriks polietilena dan karet alam
SIR 20 adalah sangat rendah. Untuk itu diselidiki pengaruh anhidrida maleat terhadap kompatibilitas
dalam matriks pelietilena dan karet alam SIR 20 yang dibandingkan dengan tampa penambahan anhidrida
maleat dengan menggunakan labu plastomil. Dilaporkan bahwa terlihat perubahan yang nyata dari
kompatibilitas bahan pengisi dalam matriks polietilena dan karet alam SIR 20 dengan adanya
penambahan anhidrida maleat.Pada uji mekanis terjadi peningkatan kuat tarik dan karakterisasi dari DTA
terjadi interaksi yang positif antara pengisi dan matriks polietilena dan karet alam SIR 20. Dalam foto
SEM terlihat bahwa pengisi pulp tandan kosong sawit menyebar secara merata dibandingkan dengan
tampa anhidrida maleat. Hasil spektoskopi infra merah menunjukkan anhidrida maleat berikatan dengan
matriks polietilena dan karet alam SIR 20 dan bahan pengisi pulp tandan kosong sawit.
Tabel 2. Kekuatan tarik (MPa) dan kemuluran (mm) dari campuran polietilena, karet alam SIR 20 dan
pulp TKS dengan anhidrida maleat dan tanpa anhidrida maleat
Komposisi (%)
Kuat tarik Kemuluran
PE Karet Alam Pulp TKS BPO AM
SIR 20
42 28 30 - - 2,79 26,02
17
Jurnal Sains Kimia
Vol 9, No.1, 2005: 16-20
(1a) (1b)
Gambar 1a dan 1b. Fota SEM campuran polietilena, karet alam SIR 20 dan pulp TKS dengan
anhidrida maleat dan tampa anhidrida maleat
18
Peranan Anhidrida Maleat Terhadap Kompabilitas Polietilena dan Karet Alam SIR 20
(Lely Risnawaty Daulay)
Gambar 2 a. Pengukuran termal diffrensial (DTA) campuran polietilena, karet alam SIR 20 dan pulp TKS
dengan anhidrida maleat
Gambar 2 b. Pengukuran termal diffrensial (DTA) campuran polietilena, karet alam SIR 20, dan pulp
TKS tanpa anhidrida maleat
Gambar 3 a. Spektra inframerah campuran polietilena, karet alam SIR 20 dan pulp TKS dengan
anhidrida maleat
19
Jurnal Sains Kimia
Vol 9, No.1, 2005: 16-20
Gambar 3 b. Spektra inframerah campuran polietilena, karet alam SIR 20 dan pulp TKS tanpa anhidrida
maleat
DAFTAR PUSTAKA
Pina Barus
Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Sumatera Utara
Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155
Abstrak
Ekstrak biji buah pinang (Areca catechu L) dapat digunakan sebagai antioksidan terhadap minyak/lemak.
Dari 50 g bubuk biji buah pinang diekstraksi dengan etanol-air (4:1) v/v (ekstrak A); Aseton-air (4:1) v/v
(ekstrak B) dan dengan air pada suhu 80 0C (ekstrak C). Total polifenol dari ekstrak A, B dan C
ditentukan secara volumetris (AOAC). Uji aktivitas antioksidan ekstrak A, B dan C terhadap asam
linoleat pada kosentrasi 200 dan 400 ppm. Aktivitas antioksidan ditentukan melalui pengukuran bilangan
peroksida dan absorbansi pada E11cm
%
232 nm (Carotein Bleaching Method). Sebagai pembanding
digunakan BHT dalam kosentrasi yang sama. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa ekstrak biji buah
pinang dapat digunakan sebagai antioksidan terhadap minyak dan lemak, walaupun tidak sebaik BHT. Uji
statistik menunjukkan bahwa ketiga ekstrak tidak begitu nyata dalam hal aktivitas antioksidannya.
2. Metode kolorimetri
Dasar: Pembentukan warna biru
oleh reduksi asam phosphotung-
statmolybdic oleh tannin.
22
Pemanfaatan Ekstrak Biji Buah Pinang (Areca Catechu L) Sebagai Anti Oksidan
(Pina Barus)
DAFTAR PUSTAKA
24
Analisa Kadar Ion Cu2+ pada Glyserol dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom
(Zul Alfian)
Zul Alfian
Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Sumatera Utara
Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155
Abstrak
Telah dilakukan analisa logam Cu didalam glyserol yang berperan sebagai katalis dalam bentuk Cupper
Chromite. Sampel glyserol yang digunakan dalam pengujian diambil dari tangki penyimpanan sementara
antar tiap proses.
Kadar logam Cu dalam glyserol dapat ditentukan dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA), dimana serapan atom-atom yang teratomisasi kebentuk dasar sebanding dengan konsentrasi
analit pada panjang gelombang tertentu.
Kadar logam Cu dalam glyserol yang diperoleh adalah 0,777 ppm – 1,579 ppm sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI).
Tabel 1. Hasil pengukuran Cu pada air umpan menurut dari hasil penelitian ini dapat
boiler dengan menggunakan dilihat bahwa kadar logam Cu tersebut
Spektrofotometer Serapan Atom
Nyala = udara – asetilen.
tidak berbahaya untuk pembuatan bahan
lain dari glyserin dan tidak akan
Sampel Absorbansi Rata- Konsentrasi Rata- berbahaya jika dikonsumsi manusia
(ppm) (A) rata (ppm) Rata
nantinya karena masih dibawah standar
Cu 0 0.0005 0
yang ditetapkan.
0.0007 0.0007 0 0
0.0009 0 KESIMPULAN
Cu 0.5 0.0851 0.5
0.0857 0.0851 0.5 0.5 Dari hasil analisis yang dilakukan
0.0845 0.5
terhadap glyserol dapat diambil
Cu 1 0.1598 1
kesimpulan bahwa kadar ion Cu2+ yang
0.1598 0.1597 1 1
terdapat dalam glyserol dengan
0.1595 1
menggunakan metode Spektroskopi
Cu 2 0.3409 2
Serapan Atom (SSA) masih sesuai
0.3406 0.3408 2 2
dengan Standar Nasional Indonesia
0.3409 2
(SNI).
Cu 3 0.5091 3
0.5095 0.5091 3 3
SARAN
0.5087 3
Abstrak
Estimasi kadar kurkumin pada sediaan herbal komersial telah ditentukan dengan metode spektrofotometri
derivatif tanpa adanya pemisahan dari sediaan awal. Metode ini didasarkan pada jarak antara dua puncak
(amplitudo puncak ke puncak) pada derivat spektrum standar dan ekstrak contoh. Puncak 441,5 dan 477
nm derivat kedua dari ekstrak jamu Curmino dan puncak 452 nm derivat ketiga ekstrak Cursil®70 dipilih
sebagai daerah kerja untuk estimasi kadar kurkumin.
Kurva kalibrasi dari amplitudo puncak ke puncak (DL) derivat kedua ekstrak Curmino (r = 0,9992)
maupun amplitudo puncak (DZ) derivat ketiga ekstrak Cursil®-70(r = 0,9938) linear pada konsentrasi 2 –
10 ppm.
28
Estimasi Kandungan Kurkumin pada Sediaan Herbal Komersial Secara Spektrofotometri Derivatif
(Irmanida Batubara, Mohammad Rafi, Latifah K. Darusman)
2 .4
2 .3
2 .2
2 .1
2 .0
1 .9
1 .8
1 .7
1 .6
1 .5
1 .4
1 .3
nm
400 450 500 55 0
30
Estimasi Kandungan Kurkumin pada Sediaan Herbal Komersial Secara Spektrofotometri Derivatif
(Irmanida Batubara, Mohammad Rafi, Latifah K. Darusman)
Gambar 1. Spektra Absorpsi ( ) larutan standar kurkumin dan ( ) ekstrak Curmino. Konsentrasi 5
ppm
2 .1
2 .0
1 .9
1 .8
1 .7
1 .6
1 .5
1 .4
1 .3
nm
400 450 500 55 0
Gambar 2. Spektra Absorpsi ( ) larutan standar kurkumin (C = 5 ppm) dan ( ) ekstrak Cursil70 (C
= 10 ppm)
0 .0 0 5
0 .0 0 0
- 0 .0 0 5
- 0 .0 1 0
nm
400 450 500 55 0
(a)
0 .0 0 0 1 5
0 .0 0 0 1 0
0 .0 0 0 0 5
0 .0 0 0 0 0
- 0 .0 0 0 0 5
- 0 .0 0 0 1 0
- 0 .0 0 0 1 5
- 0 .0 0 0 2 0
nm
400 450 500 550
(b)
31
Jurnal Sains Kimia
Vol 9, No.1, 2005: 28-34
0 .0 0 0 0 1
0 .0 0 0 0 0
nm
400 450 500 550
(c)
Gambar 3. Derivat spektra standar kurkumin ( ) dan ekstrak Curmino ( ) (a) pertama, (b) kedua, dan
(c) ketiga
Spektra derivatif pertama, kedua, dan Untuk spektra derivatif Cursil70 tidak
ketiga tiap sampel beserta standar terdapat daerah yang tumpang tindih
ditunjukkan pada Gambar 3 untuk ekstrak dengan standar kurkumin baik pada
Curmino dan Gambar 4 untuk ekstrak derivate pertama, kedua maupun ketiga
Cursil70. Derivatif kedua dari spektra sehingga dipilih suatu puncak identik dari
Curmino dan standar kurkumin terlihat kedua spektra tersebut yaitu pada panjang
adanya tumpang tindih pada daerah dengan gelombang 452 nm.
panjang gelombang 441,5-477,0 nm.
0 .0 0 5
0 .0 0 0
- 0 .0 0 5
- 0 .0 1 0
nm
400 450 500 55 0
(a)
0 .0 0 0 1 5
0 .0 0 0 1 0
0 .0 0 0 0 5
0 .0 0 0 0 0
- 0 .0 0 0 0 5
- 0 .0 0 0 1 0
- 0 .0 0 0 1 5
- 0 .0 0 0 2 0
nm
400 450 500 550
(b)
32
Estimasi Kandungan Kurkumin pada Sediaan Herbal Komersial Secara Spektrofotometri Derivatif
(Irmanida Batubara, Mohammad Rafi, Latifah K. Darusman)
0 .0 0 0 0 1
0 .0 0 0 0 0
nm
400 450 500 550
(c)
Gambar 4. Derivat spektra standar kurkumin ( ) dan ekstrak Cursil70 ( ) (a) pertama, (b) kedua,
dan (c) ketiga
0 .0 0 0 4
0 .0 0 0 3
0 .0 0 0 2
0 .0 0 0 1
0 .0 0 0 0
- 0 .0 0 0 1
- 0 .0 0 0 2
- 0 .0 0 0 3
- 0 .0 0 0 4
nm
400 500 600 700
(a)
33
Jurnal Sains Kimia
Vol 9, No.1, 2005: 28-34
0 .0 0 0 0 2
0 .0 0 0 0 1
0 .0 0 0 0 0
- 0 .0 0 0 0 1
nm
400 500 600 700
(b)
Gambar 5. Derivat spektrum deret standar kurkumin (2-10 pm) (a) kedua dan (b) ketiga
Harry Agusnar
Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Sumatera Utara
Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155
Abstrak
Telah dilakukan penelitian dengan pengujian limbah industri penggumpalan karet, dengan memakai
kitosan pada beberapa pH. Adapun kondisi pengujian optimum adalah 20 ppm kitosan pada pH 4,8 –
6,0. Diantara parameter yang diamati dan yang ditemukan adalah menurunnya turbiditas / kekeruhan
dari 267 ke 5,5 NTU, warna dari 1605 ke 51 TCU, COD dari 2802 ke 2298 ppm, BOD dari 1400 ke 75
ppm. Limbah mengandung protein 0,01%.
Kata Kunci: Kitosan, Limbah Karet, Koagulasi.
35
Jurnal Sains Kimia
Vol 9, No.1, 2005: 35-37
dalam air tetapi larut dalam asam cair, yang sama. Kekeruhan (turbiditas) diukur
larutannya mengalami biodegradasi yang oleh Hach turbidimeter model 2100A
lambat. Kelompok amino bebas pada (dengan unit NTU). BOD dibaca secara
kitosan menimbulkan sifat-sifat langsung dari meter G.Vittadin BOD, dan
polykationik dan asam anionik khelat COD dibaca dari COD
chilating (Bough, 1982). Telah SpectrophotometerDR 2000. Kandungan
dilaporkan bahwa kitosan bisa dipakai protein diukur dengan memakai Kjehdal
untuk menguji limbah, dimana bertindak standar dan akhirnya kation dan anion
sebagai koagulan (penggumpal) aktif dianalisa pada instrumen Dionex 100 Ion
untuk menahan padatan (Bough, 1975, Chromatografi.
1976). Kitosan bisa juga memisahkan
protein dari limbah dan lumpur yang Pengaruh pH
dibentuk bisa dipakai sebagai sumber Tes ini melihat keefektifan penyerapan
protein pada makanan hewan (Oke, 1978) pada beberapa pH dalam Tes Jar. Enam
Kitosan telah dilaporkan sangat efektif beaker telah diisi dengan 500 ml sampel
dalam pengujian limbah cair dan limbah dimana pH dan kekeruhan telah diukur.
industri. Namun demikian, tak satupun Konsentrasi larutan kitosan 1000 ppm
nampak untuk limbah perusahaan kemudian ditambahkan dengan jumlah
pengolahan karet. Keefektifan kitosan tertentu. pH disesuaikan dengan 1 M HCl
untuk limbah demikian dievaluasi dalam ataupun 1 M NaOH pada nilai yang
pengamataan ini. Sekarang, limbah dari dibutuhkan. Campuran diaduk selama 40
perusahaan pengolahan lateks pada menit yang diikuti oleh pengendapan 1
umumnya diuji secara tidak memuaskan, jam hingga lumpur berpisah dari
pengujian biologis biasa memakai kolom supernatant. Akhirnya, turbiditas dan
oksidasi terbuka yang besar. warna diukur.
36
Analisa Keefektifan Kitosan dalam Pengujian Limbah
(Harry Agusnar)
37
Jurnal Sains Kimia
Vol 9, No.1, 2005: 35-37
DAFTAR PUSTAKA
Bough, W.A. 1975. J Food Sc. 40: 297.
Bough, W.A. 1976. Process Biochem. 11(1): 1976.
Knorr, D. 1982, J. Food Sc, 47: 593.
Knorr, D. 1984, Food Tech.: 85.
Kobayashi, Y., nishiyama, M., Maturo, R.,Takura,
S. And Nishi, N. 1982. Proc. Second
Inter. Conf. Chitin-Chitosan, Japan.
Mallete, W.G., Quigleg, H.J. and Adiches, D.
1985. Proc. Third Inter. Conf.chitin-
Chitosan, Italy.
Muzzarelli, R.A.A. (Ed.) 1997. Chitin, Oxford:
Pergamon Press.
38
Jurnal Sains Kimia
Vol 9, No.1, 2005: 38-45
Misdawati
Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Al-Washliyah
Abstrak
Selulosa telah diasetilasi dengan asetat anhidrid menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalis dalam
pelarut asam asetat-glasial.
Interesterifikasi metil kaproat dengan selulosa asetat menggunakan pelarut metanol dan katalis natrium
metoksida pada suhu refluks menghasilkan senyawa baru selulosa kaproat.
Senyawa metil kaproat, selulosa asetat dan selulosa kaproat dikonfirmasikan melalui analisis spektroskopi
FT-IR dan analis permukaan dengan Scanning Electron Microscopy.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi asetil mencapai 44,08% dengan derajat substitusi 2,95.
Selulosa kaproat yang diperoleh dengan rendemen reaksi sebesar 60%.
38
Sintesis Selulosa Kaproat Melalui Reaksi Interesterifikasi
(Misdawati)
Titrasii dihentikan tepat saat warna sulfat anhydrous. Selanjutnya hasil yang
merahnya hilang kemudian dicatat telah dikeringkan diuapkan melalui rotary
volume titrasinya. Volume titrasi pada evaporator untuk menghilangkan n-
larutan yang terdapat pada erlenmeyer heksana dan dilanjutkan dengan destilasi
pertama dicatat sebagai volume titrasi vakum pada suhu 400C dan tekanan 17
sampel (V1). Sedangkan volume titrasi mmHg. Destilat yang diperoleh
larutan pada erlenmeyer kedua dicatat diidentifikasi secara spektroskopi FT-IR.
sebagai volume titrasi blanko (V0).
Sehingga dapat diperoleh bilangan Sintesis Selulosa Kaproat
penyabunan. Dari bilangan penyabunan Kedalam labu leher tiga dimasukkan
dapat ditentukan % asetilasinya dengan 2 gram selulosa asetat kemudian labu
menggunakan persamaan 2. Dengan dihubungkan dengan pendingin bola
mengetahui % asetilasinya maka dapat yang ujungnya bagian atas dengan
ditentukan derajat substitusinya tabung kaca yang berisi CaCl2 dan
menggunakan persamaan 1. kapas. Selanjutnya ditambah 100 ml
metanol kering dan 0.02 gram natrium
Sintesis Metil Kaproat metoksida sambil diaduk. Secara
Sebanyak 125 ml asam kaproat perlahan-lahan melalui corong penetes
dimasukkan kedalam labu lehar tiga ditambahkan metil kaproat 13 ml tetes
volume 500 ml kemudian ditambahkan demi tetes kemudian direfluks selama
60 ml metanol dan 120 ml benzena. Lalu 30 jam. Kemudian hasil reaksi diuapkan
dihubungkan dengan pengaduk magnet, melalui rotary evaporator untuk
penangas air yang diberi es, kondensor memisahkan methanol dan metil asetat
yang ujungnya dihubungkan dengan yang terbentuk., residunya berupa
tabung yang berisi natrium sulfat selulosa kaproat dicuci berulang kali
anhidrous dan kapas. Melalui corong dengan metanol. Hasil dikeringkan
penetes sambil diaduk ditambahkan dengan vakum setelah itu disimpan
secara pelan-pelan 1 ml asam sulfat pekat. dalam desikator kemudian diidentifikasi
Campuran direfluks selama 5jam. Hasil secara spektroskopi FT – IR, dan
reaksi yang diperoleh diuapkan melalui analisis permukaan dengan Scanning
rotary evaporator untuk menghilangkan Electron Microscopy (SEM).
benzena serta kelebihan methanol. Residu Pembuatan Metil Kaproat
yang tertinggal dalam labu dilarutkan Metil kaproat yang dihasilkan
dengan 120 ml n- heksan kemudian dengan rendemen reaksi sebesar 90%
dicuci berturut-turut sebanyak dua kali diperoleh dari reaksi sebagai berikut:
dengan masing-masing 25 ml aquadest.
Hasil cucian dikeringkan dengan natrium
O Benzena O
CH2OH O
H O CH3C
H O + O H2SO4
CH3C
OH H H O
O
H OH asetat anhidrid
n
Selulosa
CH2 – O – C – CH3
O
H H O O
O + CH3C
O–C–CH3 H OH
O H
H O - C – CH3 n
O
Pada spektrum ini dapat dilihat glikosida. Kemudian puncak serapan
bahwa puncak serapan pada daerah pada daerah bilangan gelombang 1033
bilangan gelombang 3382 cm-1 cm-1 merupakan rentangan C-O gugus
merupakan pita serapan gugus hidroksil hidroksil (OH) pada unit
(OH) pada unit anhidroglukosa, anhidroglukosa dan puncak serapan
sedangkan puncak serapan pada daerah pada daerah bilangan gelombang 898
bilangan gelombang 1164 merupakan cm-1 khas untuk piranosa (Hendri, J,
serapan dari ikatan C-O-C dari bentuk 1999; Silvestrein,1986). Puncak-puncak
41
Jurnal Sains Kimia
Vol 9, No.1, 2005: 38-45
O O
Sel – O - C + CH3 – C
C5H11 OCH3
selulosa kaproat metil asetat
Billmeyer, W.F., (1984), “Textbook of Polymer Leyes, C. E., (1986), “Hawley’s Condensed
Science” , 3rd Ed., John Willey & Sons, Chemical Dictionary”, 12th Ed., Van
New York. Nostrand Reinhold, New York.
Brahmana, H.R., (1994), “Sintesa Alkil Eter dan March, J., (1992), “ Advance organic Chemistry
Ester Selulosa Turunan Asam Lemak “, fourth edition, A Wiley Interscience
Kelapa Sawit (CPO) dan Inti Sawit publication, John Wiley & Sons, New
(CPOK) dengan Natrium Selulosa Pinus York.
Merkusii”, Laporan Penelitian Hibah
44
Sintesis Selulosa Kaproat Melalui Reaksi Interesterifikasi
(Misdawati)
45
Jurnal Sains Kimia
Vol 9, No.1, 2005: 46-50
Abstrak
Telah dilakukan penelitian mengenai pengujian terhadap pengikatan dan pelepasan sefaleksin pada
eritrosit manusia secara in vitro. Pengikatan dan pelepasan sefaleksin terhadap eritrosit manusia dilakukan
pada temperatur kamar, pHin = pHout = 7,4. Hasil percobaan pengikatan sefaleksin terhadap eritrosit
manusia menunjukkan adanya kenaikan konsentrasi obat terikat dengan menaiknya konsentrasi sefaleksin
dan pada konsentrasi di atas 1 mM terjadi peningkatan yang lebih tajam dan pelepasan sefaleksin dari
ikatan sefaleksin terhadap eritrosit manusia berlangsung dengan cepat.
48
Pengujian Terhadap Pengikatan dan Pelepasan Sefaleksin pada Eritrosit Secara In Vitro
(Matheus T Simanjuntak)
1.4
0.05
0.04
1
0.035
0.8
0.03
0.025 0.6
0.02
0.4
0.015
0.01 0.2
0.005
0
0 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 Obat Bebas (mM/mL eritrosit)
Konsentrasi Awal (mM)
1.2
1
Dari pengamatan secara makroskopis
0.8
dari eritrosit (gambar tidak diperlihatkan)
0.6
diketahui bahwa semakin meningkat
0.4
konsentrasi awal sefaleksin, maka bentuk
0.2
eritrosit semakin tidak beraturan terutama
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 pada konsentrasi sefaleksin lebih besar dari
Konsentrasi Awal (mM)
1 mM.
Gambar 2. Grafik konsentrasi obat terikat vs konsentrasi Dengan mempergunakan Scatchard
awal dari pengikatan sefaleksin terhadap Plot dari rasio obat yang terikat dan obat
eritrosit manusia pada temperatur kamar, bebas vs obat yang terikat (Shargel, 1988),
pHin = pHout = 7,4 diperoleh tetapan ikatan (Ka) dan tempat
49
Jurnal Sains Kimia
Vol 9, No.1, 2005: 46-50
berikatan (n) dari sefaleksin terhadap eritrosit. 2. Pelepasan sefaleksin dari ikatan
(grafik tidak diperlihatkan) sefaleksin terhadap eritrosit manusia
berlangsung dengan cepat.
Pelepasan sefaleksin dari eritrosit manusia
Urutan percobaan pelepasan sefaleksin dari DAFTAR PUSTAKA
ikatan sefaleksin terhadap eritrosit manusia
DitJen POM, 1995, Farmakope Indonesia. Edisi Ke
seperti yang tercantum pada metodologi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal.
dilakukan dengan maksud : 179-181.
1. Prosedur a : untuk mengetahui Endo, H. , Yoshida, H., Hasegawa, M., Ohmi, N.,
pengaruh eritrosit terhadap obat. Horiuchi, N., Hamada, Y., Higuchi, S., 2001,
2. Prosedur b : untuk mengetahui Stereo and Selectivity and Species difference
in Plasma Protein Binding of KE-298 and Its
pengaruh eritrosit Metabolits, Biology Pharmacetical Bulletin,
terhadap membran Japan, Vol. 24 : 800-805.
selulosa. Gennaro, R.A., 2000, Remington. The Science and
3. Prosedur c : untuk mengetahui Pactice Pharmacyl, 20th Edition,University
pengaruh memban of The Sciences in Philadelphia, p.903-920.
Ishida, S., Sakiya, Y., Ichikawa, T., Kinoshita, M.,
selulosa terhadap Awazu, S., 1989, Binding of Glycyrrhizin to
larutan. Human Serum and Human Serum Albumin,
Chemical Pharmaceutical Bulletin, Tokyo,
Japan, Vol. 37 : 226-228.
Kimura, T., Yamamoto, T., Ishizuka, R., 1985,
100
90
80
Transport of Cefadroxil, an Amino
% Kumulatif Obat Terlepas
70
60
50
Cephalosporine Across Artificial Membrane
40
30
and Rabbit Ileum, Biochemistry
20
10
Pharmacology, 34 (1) : 81-84.
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140
Waktu (menit)
50