Professional Documents
Culture Documents
Asma adalah suatu penyakit paru-paru yang ditandai dengan pembengkakkan dan
penyempitan saluran napas akibat dari beberapa faktor yang disebut sebagai faktor pencetus atau
pemicu. Pemicu gejala ini dapat berupa kelelahan pikiran (gangguan emosi), kelelahan jasmani,
perubahan lingkungan (cuaca, kelembaban temperatur, asap (terutama rokok) dan bau yang
merangsang), infeksi saluran napas terutama penyakit influenza tertentu, dan reaksi alergi dari
Tingkat kepekaan saluran napas ini diawali dari gejala yang ringan (berupa pilek/bersin
atau batuk yang sering berulang/kambuh sampai dengan gejala yang berat berupa serangan
Asma. Gejala kepekaan biasanya diawali sejak masa kanak. Sekitar 50% gejala akan sembuh
dengan sendirinya, walaupun pada suatu saat gejala ini akan muncul lagi pada tingkat yang lebih
berat. Keadaan ini lebih dikenal sebagai Asma. Sekitar 55-60% penyakit alergi pernapasan
diturunkan dan sisanya diakibatkan karena adanya polusi lingkungan hidup yang kurang atau
masih belum mendapatkan perhatian, karena itu gejala baru muncul setelah dewasa
[1]
ASMA
1. Pemeriksaan
a. Anamnesis
Riwayat keluarga
Batuk, sesak, rasa berat pada dada, sputum banyak, serangan terutama
pengobatan.
b. Pemeriksaan Fisik
kaki.
Pada saat serangan, tekanan darah bisa naik, frekuensi pernapasan dan
tanpa statoskop, ekpirasi memanjang (lebih dari 4 detik atau 3 kali lebih
[2]
Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
c. Pemeriksaan Penunjang
meningkat pada pasien asma, dan hal ini dapat membantu untuk
Pemeriksaan analisis gas darah, hanya dilakukan pada asma yang berat.
Pada fase awal serangan terjadi hipoksemia dan hipokapnia (PaCO2 < 35
mmHg) kemudian pada fase yang lebih berat PaCO2 justru mendekati
respiratorik
[3]
Pemeriksaan Spirometri ; Spirometri merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur faal ventilasi paru. Pemeriksaan ini sangat penting baik
mellitus.
Cara yang paling cepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosis asma
dapat dinilai dengan meningkatnya FEV1 dan atau FVC sebanyak 20%
peningkatan sebesar 20% tidak berarti bukan asma. Hal ini dapat dijumpai
mungkin juga tidak dijumpai pada obstruksi saluran napas yang berat
oleh karena dosis tunggal aerosol tidak cukup memberikan efek seperti
[4]
Pemeriksaan fungsi paru, dapat ditemukan menurunnya tidal volume,
1. Diagnosis
a. Gejala Klinis
pernafasan yang berbunyi, dan tidak semua orang yang nafasnya terdegar
(bronchiale).
atau leher. Selama serangan asma, rasa kecemasan yang berlebihan dari
b. Working Diagnosis
Asma
c. Differensial Diagnosis
Emfisema
yang luas.
Cystic fibrosis
[6]
melibatkan kegagalan sistem penghadaman dan bahagian paru-
Bronkiektasis
tempat.
Bronkhitis kronis
banyak terjadi hampir tiap hari minimal tiga bulan dalam setahun
rinore dapat terjadi jika ada infeksi bakteri atau proses radang.
2. Etiologi
Aspek genetic
Kemungkinan alergi
Jenis kelamin
Ras/etnik
b. Faktor lingkungan
[8]
Bahan-bahan di dalam ruangan
o Binatang, kecoa
o Jamur
pewarna makanan
Obat-obatan tertentu
Perubahan cuaca
[9]
3. Epidemiologi
a. Asma adalah penyakit yang dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul segala
usia.
b. Umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia dibawah lima tahun dan
c. Para ahli asma mempercayai bahwa asma merupakan penyakit keturunan dan
sebagian besar orang yang menderita asma karena allergi terhadap sumber allergi
tertentu.
4. Patogenesis
a. Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas dimana banyak sel dan
kelainan dasar pada asma. Dulu, asma dianggap suatu manifestasi alergi semata-
asma, di samping itu orang yang mempunyai riwayat alergi tidak selalu
[10]
c. Obstruksi saluran napas yang terjadi secara patologis ditandai dengan spasme otot
polos, hipersekresi dan peradangan saluran napas. Proses ini terjadi karena
polos bronkus atau secara tidak langsung melalui sistem para simpatis
(kolinergik).
d. Pada waktu serangan asma saluran napas akan menyempit akibat spasme otot
bronkus, mukosa sembab, infiltrasi sel-sel radang dan sekresi mukus yang
serangan volume residu akan meningkat; karena volume rongga dada meningkat
e. Penyempitan saluran napas yang terjadi pada penyakit asma merupakan suatu hal
yang kompleks. Hal ini terjadi karena lepasnya mediator dari sel mast yang
bawah membran basal. Berbagai faktor pencetus dapat mengaktivasi sal mast.
f. Selain sel mast sel lain yang juga dapat melepaskan mediator adalah sel makrofag
alveolar. eosinofil, sel epitel jalan napas, netrofil, platelet, limfosit dan monosit.
nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas. Peregangan vagal
[11]
oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan
yang terjadi.
serangan asma, melalui sel efektur sekunder seperti eosinofil, netrofil, platelet dan
limfosit. Sel-sel inflamasi ini juga mengeluarkan mediator yang kuat seperti
lekotriens, tromboksan, PAF dan protein sitotoksis yang memperkuat reaksi asma.
bronkus.
h. Reaksi asma ada dua macam yaitu reaksi asma awal (early asthma reaction =
EAR) dan reaksi asma lambat (late asthma reaction = LAR). Pada reaksi asma
awal, obstruksi saluran napas terjadi segera yaitu 10–15 menit setelah rangsangan
dan menghilang secara spontan. Spasme bronkus yang terjadi merupakan respons
pada otot polos bronkus atau melalui refleks vagal. Keadaan ini mudah diatasi
i. Pada reaksi asma lambat, reaksi terjadi setelah 3–4 jam rangsangan oleh alergen
dan bertahan selama 16–24 jam, bahkan kadang-kadang sampai beberapa minggu.
Fase ini disertai dengan reaktivasi sel mast dan aktivasi netrofil sehingga timbul
rusaknya tight junction epitel bronkus dan spasme bronkus. Pada fase ini peran
[12]
spasme bronkus kecil, akibatnya reaksi ini sukar diatasi dengan pemberian beta-2
agonis.
j. Setelah reaksi asma awal dan reaksi asma lambat, proses dapat terus berlanjut
menjadi reaksi inflamasi subakut atau kronik. Pada keadaan ini terjadi inflamasi
hipertrofi.
k. Pada beberapa keadaan reaksi asma dapat juga terjadi tanpa melibatkan sel mast
misalnya pada waktu hiperventilasi, inhalasi udara dingin, asap, kabut dan SO2.
Pada keadaan ini reaksi asma terjadi melalui reteks saraf. Rangsang ujung saraf
hipereaktivitas bronkus ini dapat diukur secara tidak langsung. Pengukuran ini
hipereaktivitas bronkus ini, antara lain dengan uji provokasi beban kerja, inhalasi
m. Sampai saat ini patogenesis dan etiologi asma belum diketahui secara pasti,
namun berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa dasar gejala asma adalah
inflamasi dan respon saluran napas yang berlebihan7. Sel inflamasi yang berperan
terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, magrofag, neutrofil dan sel epitel.
Sedangkan factor lingkungan dan berbagai factor lain berperan sebagai penyebab
n. Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran napas, akan ditangkap oleh
makrofag yang bekerja sebagai APC (antigen presenting cell). Setelah diproses,
antigen (setiap benda asing yang masuk kedalam tubuh disebut antigen) akan
dipresentasikan ke sel Th0 (T helper nol) oleh APC dengan melepaskan IL-1
menjadi Th2. Th2 meberikan sinyal pada sel limfosit B untuk berproliferasi dan
spesifik untuk allergen tersebut dengan bantuan IL-2 B Cell Growth Factor dan B
o. IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh mastosit di jaringan terutama bronkus.
Pemaparan oleh allergen yang sama untuk kesekian kalinya akan diikat oleh IgE
yang spesifik pada permukaan sel mastosit yang akan menyebabkan degranulasi.
[14]
NCF, tryptase dan kinin (perform mediator). Penglepasan mediator histamine
(sekitar 10 menit) dan berakhir sekitar 1 jam sesudahnya. Reaksi ini disebut fase
p. Membran mastosit yang kecil mengandung fasfolipid akan diubah mejadi asam
obstruksi bronkus yang terjadi setelah 4-24 jam kemudian. Reaksi inilah yang
Asma idiopatik atau non alergik misalnya common cold, infeksi traktus
agens sulfit.
Asma gabungan merupakan bentuk asma yang paling umum. Asma ini
atau nonalergik.
[15]
r. Tingkatan pada penyakit asma :-
maupun fungsi paru. Pafa penderita ini timbul gejala bila ada faktor
pencetus.
fisisk tetapi fungsi paru menunjukan obstruksi jalan nafas dan sering
Tingkat III Pada penderita tanpa keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik
dan fungsi paru menunjukan kelainan yaitu obstruksi jalan nafas, biasanya
pasien yang telah sembuh dari asma tetapi tidak berobat secara teratur.
5. Komplikasi
a. Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah pneumotoraks,
6. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
reseptor beta-adrenergik.
jantung yang cepat, gelisah, sakit kepala dan tremor (gemetar) otot.
lebih baru memiliki efek yang lebih panjang, tetapi karena mula
kerjanya lebih lambat, maka obat ini lebih banyak digunakan untuk
mencegah serangan.
[17]
akan mengendapkan obat langsung di dalam saluran udara,
[18]
Kortikosteroid
rangsangan.
d. perdarahan lambung
e. katarak premature
h. kelaparan
i. kelainan mental
[19]
o Tablet atau suntikan kortikosteroid bisa digunakan selama 1-2
penyakit asma.
o Obat ini terutama efektif untuk anak-anak dan untuk penyakit asma
karena olah raga. Obat ini sangat aman, tetapi relatif mahal dan
Obat Antikolinergik
asetilkolin.
[20]
o Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran
reseptor beta2-adrenergik.
Pengubah Leukotrien
b. Non-medikamentosa
lingkungan hidupnya
Latihan relaksasi, kontrol terhadap emosi dan lakukan senam atau olah
7. Pencegahan
[21]
a. Langkah tepat yang dapat dilakukan untuk menghindari serangan asma adalah
sendiri. Setiap penderita umumnya memiliki ciri khas tersendiri terhadap hal-hal
b. Setelah terjadinya serangan asma, apabila penderita sudah merasa dapat bernafas
lega akan tetapi disarankan untuk meneruskan pengobatannya sesuai obat yang
diberi.
8. Prognosis
yang penyakitnya ringan timbul pada masa kanak-kanak. Jumlah anak yang
sampai 78 persen, dengan nilai rata-rata 46 persen; akan tetapi persentase anak
b. bila tidak diobati, pasien asma tidak terus menerus berubah dari penyakit yang
pasien yang menderita penyakit ini di usia dewasa dan 40 persen atau lebih
diharapkan membaik dengan jumlah dan beratnya serangan yang jauh berkurang
[22]
PENUTUP
Asma bronkial merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang melibatkan
berbagai sel imun serta menyebabkan peningkatan respons saluran napas terhadap berbagai
rangsangan.Konsep patogenesis asma bronkial adalah hipereaktivitas saluran napas yang didasari
oleh inflamasi alergik kronis. Inflamasi ini akan menyebabkan penyempitan saluran napas yang
bersifat reversibel, dan mebaik secara spontan ataupun dengan pengobatan. Gejala yang timbul
dapat berupa batuk berulang, mengi, dada terasa tertekan, dan sesak napas, terutama pada malam
dan/atau pagi hari. Dengan demikian pengobatan asma tidak hanya ditujukan untuk mengatasi
bronkokonstriksi tapi juga untuk mengatasi inflamasi alergi dan hiperreaktifitas bronkus.
Asma dapat timbul pada berbagai usia, terjadi pada laki-laki dan wanita. Berbagai
Prevalensi morbiditas dan mortalilas asma akhir-akhir ini dilaporkan meningkat di seluruh dunia,
meskipun berbagai obat baru terus dikembangkan dan digunakan untuk mengobati penyakit ini.
[23]
Penatalaksanaan asma ada dua, yaitu: penatalaksanaan asma pada saat serangan (reliever)
penatalaksanaan asma di rumah dan di rumah sakit dan penatalaksanaan asma di luar serangan
(controller) dengan memakai anti implamasi. Edukasi kepada penderita asma dan keluarganya
mutlak harus dilakukan dan ini memerlukan kerjasama yang erat antara dokter/tenaga medis
[24]