Professional Documents
Culture Documents
FAKULTAS KEDOKTERAN
2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena berkat
dan rahmatNya, penulis boleh menyelesaikan penulisan karya tulis ini. Penulis sekiranya
berbahagia dengan adanya lomba karya tulis ilmiah dengan tema “Kesehatan Reproduksi
Remaja” dimana penulis berkesempatan untuk mengikuti lomba ini. Judul yang diambil oleh
penulis adalah “DAMPAK ABORTUS TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA”.
Judul yang diambil penulis sudah dipertimbangkan dan dipikirkan secara maksimal oleh
penulis agar memberikan hasil yang terbaik bagi pembaca. Penulis mengharapkan agar semua
yang ditulis dapat dipahami.
Tak lupa pula pada kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan berlimpah terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan. Baik itu
secara moril maupun materiil. Tak ada yang dapat penulis sampaikan kecuali limpah terima
kasih. Semoga Tuhan membalas semua budi baik mereka.
Penulis mengharapkan agar kiranya maksud yang ingin penulis sampaikan melalui karya
tulis ini dapat dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari, karya tulis ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan.
Sekali lagi,atas perhatian dan partisipasi pembaca sekalian penulis haturkan limpah
terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah peralihan masa kanak – kanak menjadi dewasa yang
melibatkan perubahan berbagai aspek biologis, psikologis, dan sosial budaya.. Remaja
dan salah satu permasalahannya adalah “ Early sexual experience, late marriage “ atau
hubungan seksual sebelum menikah. Tidak semua kehamilan diharapkan kehadirannya.
Banyak hal yang menyebabkan seorang perempuan tidak menginginkan kehamilannya,
antara lain karena perkosaan, kehamilan yang terlanjur datang pada saat yang belum
diharapkan, janin dalam kandungan yang cacat berat, atau alasan social. Banyak survey
yang telah dilakukan di negara – negara berkembang menunjukkan bahwa hampir 60 %
kahamilan pada wanita di bawah 20 tahun adalah kehamilan tidak diinginkan atau salah
waktu ( mistimed). Kehamilan yang tidak diinginkan umumnya berakhir dengan aborsi.
Pada pertemuan Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di
Kairo tahun 1994, telah dikemukakan mengenai hak hak wanita dalam mendapatkan
pelayanan Kesehatan Reproduksi yang baik, diantaranya bahwa mereka mempunyai
hak mendapatkan pelayanan aborsi yang aman (safe abortion), hal ini dimaksudkan
untuk menurunkan angka kematian maternal yang hal inilah yang mungkin merupakan
salah satu “hambatan” dalam upaya menyelenggarakan pelayanan aborsi yang aman.
Namun, tindakan aborsi menjadi faktor resiko kesehatan reproduksi remaja karena
banyak di antara mereka yang mencari pertolongsn yang tidak aman sehingga remaja
mengalami komplikasi serius atau kematian karena ditangani oleh orang yang tidak
kompeten atau dengan peralatan yang tidak memenuhi standar.
Hal – hal yang terjadi pada kaum remaja ini berhubungan dengan
pengetahuan dasar remaja terhadap kesehatan reproduksinya, akses terhadap pelayanan
kesehatan reproduksi yang terjangkau dan terjamin rahasianya. Masalah lainnya adalah
banyak remaja yang kurang atau tidak memilki hubungan yang stabil dengan orang tua
atau dewasa lainnya, dengan siapa seyogianya remaja dapat berbicara tentang masalah
– masalah kesehatan reproduksi. Mengingat remaja adalah generasi penerus bangsa
maka perhatian yang besar dari segala pihak sangat diperluhkan.
1. Penulis
2. Masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Defenisi
a. Remaja
Remaja berasal dari bahasa Latin; adolescence yang berarti “tumbuh atau
tumbuh untuk mencapai kematangan”. Istilah adolescence sesungguhnya
mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan
fisik (Hurlock, 1991). Remaja adalah kelompok usia antara 12 – 24 tahun yang
belum menikah dimana sedang mengalami masa perubahan baik itu secara
anatomi reproduksi, hormonal, dan psikologi menjadi dewasa. Masa remaja
adalah masa ‘akil balik’ dimana orang-orang pada kelompok usia ini mulai
berusaha mencari jati diri.
b. Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) secara prematur dari uterus (Dorland, 2002). Secara umum, abortus
diartikan sebagai berhentinya perkembangan foetus dalam uterus sebelum partus.
c. Kesehatan Reproduksi
Selain organ inti, ada pula organ reproduksi ekstragonadal, antara lain:
Payudara (Mammae)
Seluruh susunan kelenjar payudara berada dibawah kulit di
daerah pectoral. Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar
mengandung jaringan lemak, berlobus-lobus, yang dibawah
pengaruh hormon prolaktin memproduksi air susu. Dari lobus-
lobus, air susu dialirkan melalui duktus yang bermuara di daerah
papilla/putting. Fungsi utama payudara adlah laktasi, dipengaruhi
hormone prolaktin dan oksitosin pasca persalinan. Kulit daerah
payudara sensitive terhadap rangsangan, termasuk sexually
responsive organ.
Kulit
Di berbagai area tertentu tubuh, kulit memiliki sensitivitas
tinggi dan responsive secara seksual, misalnya kulit di
daerah bokong dan lipat paha dalam. Protein di kulit
mengandung pheromone yang berfungsi sebagai ‘parfum’
daya tarik seksual. Pheromone ditemukan juga di dalam
urine, plasma, keringat dan liur.
Panggul
Dasar panggul tersusun atas otot, ligamentum dan fasia
yang tersusun sedemikian rupa sehingga dapat menopang visera
pelvis, berfungsi sebagai sfingter bagi uretra, vagina, dan rectum,
serta merupakan jalan lahir bayi aterm.
Tulang Panggul
Tulang panggul tersusun atas 4 tulang, sacrum dan
koksigeus serta dua tulang innominata di sisi lateral dan anterior.
Tulang innominata mempunyai tiga bagian utama, yaitu ilium,
ischium, dan pubis.
4. Cara-Cara Abortus
a. Pada kehamilan muda (< 1 bulan)
Infeksi
Shock/Koma
Kematian
Keguguran Kandungan
Kehamilan Tuba
Kelahiran Prematur
Hysterectom
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa
resiko yang akan dihadapi seorang wanita. Penjelasan metode-metode aborsi yang
digunakan, akan memberikan kita gambaran bagaimana metode itu dapat
menyebabkan kerusakan alat reproduksi wanita dan kematian. Seperti yang telah
ditulis dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd, yaitu:
1.Kematian mendadak karena pendarahan hebat
2.Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3.Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4.Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya
6.Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7.Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8.Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9.Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
11.Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi/hamil di luar uterus
(Ectopic Pregnancy)
12.Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Adapun resiko yang dihadapi berhubungan dengan metode atau alat aborsi
yang digunakan:
Kira-kira 33-35 jam setelah suntikan larutan garam itu bekerja, pasien akan
melahirkan bayi yang sudah tak bernyawa dan berkulit hitam karena terbakar.
Suntikan larutan garam ini juga memberikan efek samping pada wanita
pemakainya yang disebut “Konsumsi Koagulopati” (pembekuan darah yang tak
terkendali diseluruh tubuh), juga dapat menimbulkan pendarahan hebat dan efek
samping serius pada sistim saraf sentral. Serangan jantung mendadak, koma, atau
kematian mungkin juga dihasilkan oleh suntikan saline lewat sistim pembuluh
darah.
2.Metode Urea
Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa dipakai
adalah hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan biasanya harus
dibarengi dengan asupan hormon oxytocin atau prostaglandin agar dapat
mencapai hasil maksimal. Gagal aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi
dalam menggunakan metode ini, sehingga operasi pengangkatan janin dilakukan.
Seperti teknik suntikan aborsi lainnya, efek samping yang sering ditemui adalah
pusing-pusing atau muntah-muntah. Masalah umum dalam aborsi pada trimester
kedua adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga
perobekan rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena
endometriosis/peradangan dinding rahim.
3.Prostaglandin
5.Histerotomy
Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika cairan
kimia yang digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil memuaskan. Sayatan
dibuat di perut dan rahim. Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan.
Terkadang, bayi dikeluarkan dalam keadaan hidup, yang membuat satu
pertanyaan bergulir: bagaimana, kapan dan siapa yang membunuh bayi ini?
Metode ini memiliki resiko tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada
kemungkinan terjadi perobekan rahim.
Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan
metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan
usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke
dalam rahim lewat mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini
mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding
rahim. Hasil penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan
tubuh janin terkumpul dalam botol yang dihubungkan dengan alat penyedot ini.
Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat perlu dijaga guna
menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan
pendarahan hebat yang terkadang berakhir pada operasi pengangkatan rahim.
Peradangan dapat terjadi dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau
bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang paling sering
terjadi yang dikenal dengan komplikasi pasca-aborsi.
Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa untuk
memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin dipotong berkeping-
keping dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok dari dinding rahim. Darah yang
hilang selama dilakukannya metode ini lebih banyak dibandingkan dengan
metode penyedotan. Begitu juga dengan perobekan rahim dan radang paling
sering terjadi. Metode ini tidak sama dengan metode D&C yang dilakukan pada
wanita-wanita dengan keluhan penyakit rahim (seperti pendarahan rahim, tidak
terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang sering terjadi antara lain robeknya
dinding rahim yang dapat menjurus hingga ke kandung kencing.
8.Pil RU 486
Prosedur dengan MTX sama dengan RU 486, hanya saja obat ini
disuntikkan ke dalam badan. MTX pada mulanya digunakan untuk menekan
pertumbuhan pesat sel-sel, seperti pada kasus kanker, dengan menetralisir asam
folat yang berguna untuk pemecahan sel. MTX ternyata juga menekan
pertumbuhan pesat trophoblastoid – selaput yang menyelubungi embrio yang juga
merupakan cikal bakal plasenta. Trophoblastoid tidak saja berfungsi sebagai
‘sistim penyanggah hidup’ untuk janin yang sedang berkembang, mengambil
oksigen dan nutrisi dari darah calon ibu serta membuang karbondioksida dan
produk-produk buangan lainnya, tetapi juga memproduksi hormon hCG (human
chorionic gonadotropin), yang memberikan tanda pada corpus luteum untuk terus
memproduksi hormon progesteron yang berguna untuk mencegah gagal rahim
dan keguguran.
MTX menghancurkan integrasi dari lingkungan yang menopang, melindungi dan
menyuburkan pertumbuhan janin, dan karena kekurangan nutrisi, maka janin
menjadi mati. 3-7 hari kemudian, tablet misoprostol dimasukkan ke dalam
kelamin wanita hamil itu untuk memicu terlepasnya janin dari rahim. Terkadang,
hal ini terjadi beberapa jam setelah masuknya misoprostol, tetapi sering juga
terjadi perlunya penambahan dosis misoprostol. Hal ini membuat cara aborsi
dengan menggunakan suntikan MTX dapat berlangsung berminggu-minggu. Si
wanita hamil itu akan mendapatkan pendarahan selama berminggu-minggu (42
hari dalam sebuah studi kasus), bahkan terjadi pendarahan hebat. Sedangkan janin
dapat gugur kapan saja – di rumah, di dalam bis umum, di tempat kerja, di
supermarket, dsb. Wanita yang kedapatan masih mengandung pada kunjungan ke
klinik aborsi selanjutnya, mau tak mau harus menjalani operasi untuk
mengeluarkan janin itu. Bahkan dokter-dokter yang bekerja di klinik aborsi
seringkali enggan untuk memberikan suntikan MTX karena MTX sebenarnya
adalah racun dan efek samping yang terjadi terkadang tak dapat diprediksi.
Efek samping yang tercatat dalam studi kasus adalah sakit kepala, rasa
sakit, diare, penglihatan yang menjadi kabur, dan yang lebih serius adalah depresi
sumsum tulang belakang, kekurangan darah, kerusakan fungsi hati, dan sakit
paru-paru.
Kesehatan Mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak
yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti
berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi
perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.
Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh
kembang remaja)
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
III.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
JM. Seno Ajie..Kesehatan Reproduksi remaja dalam Aspek Sosial. Blog Ikatan Dokter Anak
Indonesia
Sastrawinata, Sulaiman dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi Obstetri Patologi. Jakarta:
EGC
http://medic-care.blogspot.com
http://www.dokter-online.org
http://id.wikipedia.org
http://www.aborsi.org
http://medic-care.blogspot.com