You are on page 1of 23

KARYA TULIS

DAMPAK ABORSI TERHADAP


KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Maria Victoria Seran (0808013580)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena berkat
dan rahmatNya, penulis boleh menyelesaikan penulisan karya tulis ini. Penulis sekiranya
berbahagia dengan adanya lomba karya tulis ilmiah dengan tema “Kesehatan Reproduksi
Remaja” dimana penulis berkesempatan untuk mengikuti lomba ini. Judul yang diambil oleh
penulis adalah “DAMPAK ABORTUS TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA”.

Judul yang diambil penulis sudah dipertimbangkan dan dipikirkan secara maksimal oleh
penulis agar memberikan hasil yang terbaik bagi pembaca. Penulis mengharapkan agar semua
yang ditulis dapat dipahami.

Tak lupa pula pada kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan berlimpah terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan. Baik itu
secara moril maupun materiil. Tak ada yang dapat penulis sampaikan kecuali limpah terima
kasih. Semoga Tuhan membalas semua budi baik mereka.

Penulis mengharapkan agar kiranya maksud yang ingin penulis sampaikan melalui karya
tulis ini dapat dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari, karya tulis ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan.

Sekali lagi,atas perhatian dan partisipasi pembaca sekalian penulis haturkan limpah
terima kasih.

Kupang, September 2010

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ……………………………………………

I.2 Rumusan Masalah ……………………………………………

I.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………

I.4 Metode Penulisan ……………………………………………

I.5 Manfaat Penulisan ……………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi ……………………………………………

II.2 Faktor – Faktor yang Menyebabkan Tindakan Abortus Pada Remaja

II.3 Jenis-jenis abortus ……………………………………………


II.4 Cara-cara Abortus ……………………………………………
II.5 Dampak Abortus Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja ……..
II.6 Upaya Pencegahan Abortus di Kalangan Remaja ………………

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan …………………………………………..

III.2 Saran …………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu fungsi luhur manusia adalah fungsi reproduksi atau


menghasilkan keturunan. Berbicara tentang reproduksi berarti berbicara tentang seks
dan kesehatan reproduksinya, serta hak – hak reproduksi perempuan. Saat ini di
Indonesia persoalan reproduksi yang yang mengahantui perempuan, antara lain
pengabaian hak mendapatkan kebahagiaan seksual, hak untuk bebas dari kekerasan dan
pelecehan seksual, masalah kehamilan tidak diinginkan, aborsi tidak aman, angka
kematian ibu yang melahirkan yang tinggi, akses yang mudah untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan reproduksi, pendidikan seks yang memadai, dan lain - lain.

Masa remaja adalah peralihan masa kanak – kanak menjadi dewasa yang
melibatkan perubahan berbagai aspek biologis, psikologis, dan sosial budaya.. Remaja
dan salah satu permasalahannya adalah “ Early sexual experience, late marriage “ atau
hubungan seksual sebelum menikah. Tidak semua kehamilan diharapkan kehadirannya.
Banyak hal yang menyebabkan seorang perempuan tidak menginginkan kehamilannya,
antara lain karena perkosaan, kehamilan yang terlanjur datang pada saat yang belum
diharapkan, janin dalam kandungan yang cacat berat, atau alasan social. Banyak survey
yang telah dilakukan di negara – negara berkembang menunjukkan bahwa hampir 60 %
kahamilan pada wanita di bawah 20 tahun adalah kehamilan tidak diinginkan atau salah
waktu ( mistimed). Kehamilan yang tidak diinginkan umumnya berakhir dengan aborsi.
Pada pertemuan Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di
Kairo tahun 1994, telah dikemukakan mengenai hak hak wanita dalam mendapatkan
pelayanan Kesehatan Reproduksi yang baik, diantaranya bahwa mereka mempunyai
hak mendapatkan pelayanan aborsi yang aman (safe abortion), hal ini dimaksudkan
untuk menurunkan angka kematian maternal yang hal inilah yang mungkin merupakan
salah satu “hambatan” dalam upaya menyelenggarakan pelayanan aborsi yang aman.
Namun, tindakan aborsi menjadi faktor resiko kesehatan reproduksi remaja karena
banyak di antara mereka yang mencari pertolongsn yang tidak aman sehingga remaja
mengalami komplikasi serius atau kematian karena ditangani oleh orang yang tidak
kompeten atau dengan peralatan yang tidak memenuhi standar.

Kacacatan atau kematian karena aborsi tidak aman umumnya terjadi


karena perdarahan dan infeksi (Gunawan,2000). Secara fisik tindakan aborsi ini
memberikan dampak jangka pendek secara langsung berupa perdarahan, infeksi pasca
aborsi, sepsis sampai kematian. Dampak jangka panjang berupa mengganggu
kesuburan sampai terjadinya infertilitas. Ada beberapa sumber pustaka yang juga
menyebutkan bahwa bahaya aborsi tidak aman adalah peluang terjadinya kanker seperti
kanker serviks, kanker payudara dan sebagainya. Secara psikologis aborsi memberikan
dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa atau stress berkepanjangan,
perasaan takut hamil bahkan upaya bunuh diri. Ini semua berkaitan dengan
kelangsungan remaja itu sendiri ke depannya setelah upaya aborsi.

Hal – hal yang terjadi pada kaum remaja ini berhubungan dengan
pengetahuan dasar remaja terhadap kesehatan reproduksinya, akses terhadap pelayanan
kesehatan reproduksi yang terjangkau dan terjamin rahasianya. Masalah lainnya adalah
banyak remaja yang kurang atau tidak memilki hubungan yang stabil dengan orang tua
atau dewasa lainnya, dengan siapa seyogianya remaja dapat berbicara tentang masalah
– masalah kesehatan reproduksi. Mengingat remaja adalah generasi penerus bangsa
maka perhatian yang besar dari segala pihak sangat diperluhkan.

Dari beberapa alasan di atas maka penulis tertarik mengambil “Dampak


Aborsi Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja” sebagai judul penulisan karya tulis
ini. Alasan lainnya adalah untuk membantu menentukan usaha – usaha atau langkah –
langkah perbaikan kasus kecacatan atau kematian karena aborsi yang tinggi pada
remaja.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka, rumusan masalah yang
diperoleh adalah sebagai berikut :Apa dampak aborsi terhadap kesehatan reproduksi
remaja ?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan umum penulisan ini adalah diketahuinya dampak dari aborsi terhadap
kesehatan reproduksi remaja.
Sedangkan tujuan khusus dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu aborsi dan metode – metode apa yang digunakan
dalam suatu tindakan aborsi, serta usaha – usaha untuk mencegah terjadinya
aborsi tidak aman.
2. Untuk mendapatkan pemahaman tentang kesehatan reproduksi remaja.

1.4. Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan adalah metode kepusatkaan dengan
mengambil sumber – sumber pustaka yangberkaitan dengan judul.

1.5. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini meliputi :

1. Penulis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan wawasan


ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan reproduksi perempuan.

2. Masyarakat

Dengan adanya tulisan ini diharapkan masyarakat mempunyai


pengetahuan kesehatan reproduksi yang baik terutama bagi orang tua dengan anak
remaja. Masyarakat juga dapat mengetahui masalah – masalah apa yang sering
terjadi pada remaja dan usaha – usaha untuk mencegah atau untuk
menyelesaikannya serta pentingnya pemberian pendidikan tentang kesehatan
reproduksi yang dini pada remaja.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Defenisi
a. Remaja

Remaja berasal dari bahasa Latin; adolescence yang berarti “tumbuh atau
tumbuh untuk mencapai kematangan”. Istilah adolescence sesungguhnya
mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan
fisik (Hurlock, 1991). Remaja adalah kelompok usia antara 12 – 24 tahun yang
belum menikah dimana sedang mengalami masa perubahan baik itu secara
anatomi reproduksi, hormonal, dan psikologi menjadi dewasa. Masa remaja
adalah masa ‘akil balik’ dimana orang-orang pada kelompok usia ini mulai
berusaha mencari jati diri.

b. Abortus

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) secara prematur dari uterus (Dorland, 2002). Secara umum, abortus
diartikan sebagai berhentinya perkembangan foetus dalam uterus sebelum partus.

c. Kesehatan Reproduksi

Reproduksi berasal dari kata; re: kembali dan produksi:


menghasilkan/membuat, jadi reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan
manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup.

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial


yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran, dan system
reproduksi (Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan, 1994).

d. Sistem Reproduksi Wanita


Alat reproduksi terbagi menjadi dua bagian utama; genitalia eksterna dan
genitalia interna ( Benson and Pernoll’s handbook of Obstetrics & Gynecology,
2008).

 Genitalia eksterna (fungsi kopulasi) terdiri atas;


1. Mons Pubis ( Mons veneris ); merupakan suatu daerah berupa
jaringan lemak yang menutupi simfisis pubis. Normalnya, pada
awal pubertas tumbuh rambut lebat diatas mons pubis, namun
menjadi jarang saat menopause.
2. Labia Mayor; berasal dari penonjolan genital yang meluas ke arah
posterior dan dorsal dari tuberkel genital. Labia normalnya tertutup
pada wanita nulipara dan semakin terbuka pasca persalinan per
vaginam. Kulit permukaan lateral labia mayor tebal dan seringkali
berpigmen. Kulit ini ditutupi oleh rambut kasar yang serupa
dengan mons pubis. Kulit labia mayor bagian dalam tipis dan tidak
berambut. Labia Mayor tersusun atas jaringan ikat dan areolar
dengan banyak kelenjar sebasea.
3. Labia Minor; merupakan lipatan kulit yang memanjang, yang
kecil, dan sempit antara labia mayor dan introitus vagina.
Permukaan lateral dan anterior labia minor biasanya berpigmen.
Bagian dalamnya berwarna merah muda dan lembab menyerupai
mukosa vagina. Labia minor tidak mempunyai folikel rambut
ataupun kelenjar keringat tetapi kaya akan kelenjar sebasea.
4. Klitoris; ditemukan pada garis tengah. Tersusun atas dua korpus
kecil yang erektil, masing-masing melekat ke periosteum simfisis
pubis dan glans klitoridis yang banyak sekali mendapat persarafan
sensoris.

 Genitalia interna (fungsi ovulasi) terdiri dari:


1. Vagina; terletak di antara kandung kemih dan rektumdisokong
terutama oleh ligamentum transversum servikalis dan muskulus
levator ani. Vagina merupakan saluran tipis yang memanjang dari
hymen pada celah urogenital ke arah serviks dan membelok ke atas
dan posterior dari vulva. Serviks menonjol ke atas dan membentuk
beberapa cekungan yang disebut forniks. Vagina dilapisi oleh
epitel skuamos berlapis. Normalnya, tidak ada kelenjar dalam
vagina.
2. Serviks; terdiri dari 85% jaringan ikat dan 15% serat otot sirkuler
yang membentuk miometrium diatasnya. Selain itu, pada bagian
intravagina dilapisi oleh sel skuamosa bertingkat yang biasanya
meluas hingga kira-kira ke ostium eksterna. Kanalis servikalis
dilapisi oleh epitel kolumnar sekretoris.
3. Uterus; merupakan organ berotot seperti buah pir terbalik dengan
ruang sempit di tengahnya, terletak jauh di dalam pelvis minor
antara kandung kemih dan rectum. Setiap apeks bagian atas
berhubungan dengan saluran ovum dan apeks bagian bawah
bersatu dengan kanalis servikalis. Substansi uterus terdiri dari 85%
otot polos dan hanya 15% jaringan ikat.
4. Tuba Uterina ( Tuba Falopii ); kedua tuba uterine berfungsi
membawa ovum dari ovarium ke uterus. Setiap tuba terbagi atas
ismus, ampula, dan infundibulum. Ismus adalah segmen paling
medial, bagian lebih distal adalah ampula, dan pada bagian distal,
ampula berakhir pada infundibulum yang berbentuk corong yang
mempunyai serangkaian tonjolan tersebar berbentuk jari-jari
tangan sebagai batas paling distal, yang disebut fimbria. Dinding
tuba tersusun atas komponen serosa, subserosa, muscular ( lapisan
otot polos sirkular bagian dalam dan otot polos longitudinal bagian
luar), dan mukosa ( dilapisi oleh epitel kolumnar sekretori bersilia)
5. Ovarium; adalah sepasang organ endokrin berbentuk oval, sedikit
pipih, yang tampak putih seperti mutiara berbercak dengan banyak
ketidakteraturan pada permukaannya, dan terletak di dalam rongga
peritonium. Ovarium dilapisi oleh epitel kolumner rendah atau
kuboid dan terbagi menjadi medulla (terdiri dari banyak pembuluh
darah, limfe, saraf, jaringan ikat, dan otot polos) dan korteks
(terdiri dari stroma areolar halus, banyak pembuluh darah, dan sel
epitel tersebar yang tersusun dalam folikel). Ovarium berfungsi
dalam pembentukkan dan pematangan folikel menjadi ovum,
ovulasi, sintesis dan sekresi hormone-hormon steroid.

Selain organ inti, ada pula organ reproduksi ekstragonadal, antara lain:

 Payudara (Mammae)
Seluruh susunan kelenjar payudara berada dibawah kulit di
daerah pectoral. Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar
mengandung jaringan lemak, berlobus-lobus, yang dibawah
pengaruh hormon prolaktin memproduksi air susu. Dari lobus-
lobus, air susu dialirkan melalui duktus yang bermuara di daerah
papilla/putting. Fungsi utama payudara adlah laktasi, dipengaruhi
hormone prolaktin dan oksitosin pasca persalinan. Kulit daerah
payudara sensitive terhadap rangsangan, termasuk sexually
responsive organ.
 Kulit
Di berbagai area tertentu tubuh, kulit memiliki sensitivitas
tinggi dan responsive secara seksual, misalnya kulit di
daerah bokong dan lipat paha dalam. Protein di kulit
mengandung pheromone yang berfungsi sebagai ‘parfum’
daya tarik seksual. Pheromone ditemukan juga di dalam
urine, plasma, keringat dan liur.

Sedangkan, organ reproduksi lain pada wanita adalah;

 Panggul
Dasar panggul tersusun atas otot, ligamentum dan fasia
yang tersusun sedemikian rupa sehingga dapat menopang visera
pelvis, berfungsi sebagai sfingter bagi uretra, vagina, dan rectum,
serta merupakan jalan lahir bayi aterm.
 Tulang Panggul
Tulang panggul tersusun atas 4 tulang, sacrum dan
koksigeus serta dua tulang innominata di sisi lateral dan anterior.
Tulang innominata mempunyai tiga bagian utama, yaitu ilium,
ischium, dan pubis.

2. Faktor – Faktor yang Menyebabkan Tindakan Abortus Pada Remaja


a. Internal
 Stress atau masalah psikis lain yang membuat ibu tidak bisa
menerima kelahiran calon bayi.
 Keadaan fisik ibu yang belum bisa untuk melahirkan bayi.
 Mental belum cukup kuat untuk menerima kehadiran anak.
b. Eksternal
 Masalah ekonomi
 Masalah sosial; ibu masih berstatus pelajar/mahasiswa.

3. Jenis - Jenis Abortus


1. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun
mekanis
2. Abortus buatan yaitu abortus yang sengaja dibuat atau dilakukan, yaitu dengan
cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.
Abortus buatan ini terdiri dari:
a. Therapeutic Abortion

Yang dalam bahasa latinnya dikenal sebagai Abortus Provocatus


Therapeuticus atau Abortus provocatus artificialis. Indikasi abortus untuk
kepentingan ibu tetapi tetap memperhatikan autonomy pasien dan keluarganya
dalam memutuskan hal tersebut. Keputusan ini juga harus ditentukan oleh tim
ahli yang terdiri dari dokter ahli kebidanan, penyakit dalam, dan psikiatri, atau
psikolog.Misalnya pada kasus ibu dengan penyakit jantung.
b. Eugenic Abortion
pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat. Biasanya ini dilakukan
oleh tenaga medis atas permintaan ibu dan keluarga setelah didapati adanya
kelainan pada janin. Biasanya yang melakukan aborsi jenis ini adalah pasangan
yang sudah menikah.
c. Elective Abortion
Ini adalah pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain. Termasuk
didalamnya abortus provocatus kriminalis yang adalah jenis abortus tanpa
alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh
hukum. Aborsi jenis inilah yang paling sering dilakukan pada kasus kehamilan
tak diinginkan di kalangan remaja atau kehamilan diluar pernikahan.

4. Cara-Cara Abortus
a. Pada kehamilan muda (< 1 bulan)

Abortus dilakukan dengan cara menggunakan alat penghisap ( suction).

b. Pada kehamilan 1-3 bulan


Pada tahap ini, janin ditusuk-tusuk dan bagian tubuhnya dipotong-potong
dengan menggunaka semacam tang khusus untuk abortus atau dengan kata lain
janin dikuret. Pada tahap ini, ibu biasanya mengkonsumsi jamu peluntur atau
minuman tradisional lain yang dipercaya mampu menggugurkan kandungan.
c. Pada kehamilan 3-6 bulan
Pada tahap ini, diberikan suntikan saline (garam pekat) kedalam cairan
amnion bayi. Cairan ini akan membakar kulit bayi dan secara perlahan-lahan
menyiksa bayi sampai bayi meninggal, lalu dikeluarkan dari kandungan ibu.
d. Pada kehamilan 6-9 bulan
Pada tahap ini, bayi dikeluarkan hidup-hidup dari janin ibu, lalu disiksa
sampai meninggal lalu dibuang. Tindakan ini bukan termasuk abortus melainkan
pembunuhan.
5. Dampak Abortus Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja
 Kesehatan Fisik
Dampak Jangka Panjang :

 Rasa sakit yang intens

 Terjadi kebocoran uterus

 Pendarahan yang banyak

 Infeksi

 Bagian bayi yang tertinggal di dalam

 Shock/Koma

 Merusak organ lain

 Kematian

Dampak jangka pendek :

 Tidak dapat hamil kembali

 Keguguran Kandungan

 Kehamilan Tuba

 Kelahiran Prematur

 Gejala peradangan di bagian pelvis

 Hysterectom

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa
resiko yang akan dihadapi seorang wanita. Penjelasan metode-metode aborsi yang
digunakan, akan memberikan kita gambaran bagaimana metode itu dapat
menyebabkan kerusakan alat reproduksi wanita dan kematian. Seperti yang telah
ditulis dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd, yaitu:
1.Kematian mendadak karena pendarahan hebat
2.Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3.Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4.Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya
6.Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7.Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8.Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9.Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
11.Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi/hamil di luar uterus
(Ectopic Pregnancy)
12.Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

Adapun resiko yang dihadapi berhubungan dengan metode atau alat aborsi
yang digunakan:

1.Metode racun garam (Saline)

Praktik aborsi yang biasa dilakukan pada usia kandungan di atas 3


bulan ini menggunakan jarum suntik. Air ketuban dikeluarkan, diganti dengan
larutan konsentrasi garam. Janin yang sudah mulai bernapas, menelan garam dan
teracuni. Larutan kimia ini juga membuat kulit janin terbakar dan memburuk.
Biasanya, setelah kira-kira satu jam, janin akan mati.

Kira-kira 33-35 jam setelah suntikan larutan garam itu bekerja, pasien akan
melahirkan bayi yang sudah tak bernyawa dan berkulit hitam karena terbakar.
Suntikan larutan garam ini juga memberikan efek samping pada wanita
pemakainya yang disebut “Konsumsi Koagulopati” (pembekuan darah yang tak
terkendali diseluruh tubuh), juga dapat menimbulkan pendarahan hebat dan efek
samping serius pada sistim saraf sentral. Serangan jantung mendadak, koma, atau
kematian mungkin juga dihasilkan oleh suntikan saline lewat sistim pembuluh
darah.

2.Metode Urea

Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa dipakai
adalah hipersomolar urea, walau metode ini kurang efektif dan biasanya harus
dibarengi dengan asupan hormon oxytocin atau prostaglandin agar dapat
mencapai hasil maksimal. Gagal aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering terjadi
dalam menggunakan metode ini, sehingga operasi pengangkatan janin dilakukan.
Seperti teknik suntikan aborsi lainnya, efek samping yang sering ditemui adalah
pusing-pusing atau muntah-muntah. Masalah umum dalam aborsi pada trimester
kedua adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari perlukaan kecil hingga
perobekan rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena
endometriosis/peradangan dinding rahim.

3.Prostaglandin

Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh tubuh


dalam proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air
ketuban memaksa proses kelahiran berlangsung, mengakibatkan janin keluar
sebelum waktunya dan tidak mempunyai kemungkinan untuk hidup sama sekali.
Sering juga garam atau racun lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban
untuk memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak jarang
terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan keluar dalam
keadaan hidup. Efek samping penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian
dari ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim
karena dipaksa melahirkan, infeksi, pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung,
perobekan rahim.
4.Partial Birth Abortion

Metode ini sama seperti melahirkan secara normal, karena janin


dikeluarkan lewat jalan lahir. Aborsi ini dilakukan pada wanita dengan usia
kehamilan 20-32 minggu, mungkin juga lebih tua dari itu. Dengan bantuan alat
USG, forsep (tang penjepit) dimasukkan ke dalam rahim, lalu janin ditangkap
dengan forsep itu. Tubuh janin ditarik keluar dari jalan lahir (kecuali kepalanya).
Pada saat ini, janin masih dalam keadaan hidup. Lalu, gunting dimasukkan ke
dalam jalan lahir untuk menusuk kepala bayi itu agar terjadi lubang yang cukup
besar. Setelah itu, kateter penyedot dimasukkan untuk menyedot keluar otak bayi.
Kepala yang hancur lalu dikeluarkan dari dalam rahim bersamaan dengan tubuh
janin yang lebih dahulu ditarik keluar.

5.Histerotomy

Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika cairan
kimia yang digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil memuaskan. Sayatan
dibuat di perut dan rahim. Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan.
Terkadang, bayi dikeluarkan dalam keadaan hidup, yang membuat satu
pertanyaan bergulir: bagaimana, kapan dan siapa yang membunuh bayi ini?
Metode ini memiliki resiko tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada
kemungkinan terjadi perobekan rahim.

6.Metode Penyedotan (Suction Curettage)

Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan
metode penyedotan. Teknik inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan
usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke
dalam rahim lewat mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini
mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding
rahim. Hasil penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan
tubuh janin terkumpul dalam botol yang dihubungkan dengan alat penyedot ini.
Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode ini sangat perlu dijaga guna
menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan
pendarahan hebat yang terkadang berakhir pada operasi pengangkatan rahim.
Peradangan dapat terjadi dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau
bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim. Hal inilah yang paling sering
terjadi yang dikenal dengan komplikasi pasca-aborsi.

7.Metode D&C – Dilatasi dan Kerokan

Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa untuk
memasukkan pisau baja yang tajam. Bagian tubuh janin dipotong berkeping-
keping dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok dari dinding rahim. Darah yang
hilang selama dilakukannya metode ini lebih banyak dibandingkan dengan
metode penyedotan. Begitu juga dengan perobekan rahim dan radang paling
sering terjadi. Metode ini tidak sama dengan metode D&C yang dilakukan pada
wanita-wanita dengan keluhan penyakit rahim (seperti pendarahan rahim, tidak
terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang sering terjadi antara lain robeknya
dinding rahim yang dapat menjurus hingga ke kandung kencing.

8.Pil RU 486

Masyarakat menamakannya “Pil Aborsi Perancis”. Teknik ini menggunakan


2 hormon sintetik yaitu mifepristone dan misoprostol untuk secara kimiawi
menginduksi kehamilan usia 5-9 minggu. Di Amerika Serikat, prosedur ini
dijalani dengan pengawasan ketat dari klinik aborsi yang mengharuskan
kunjungan sedikitnya 3 kali ke klinik tersebut. Pada kunjungan pertama, wanita
hamil tersebut diperiksa dengan seksama. Jika tidak ditemukan kontra-indikasi
(seperti perokok berat, penyakit asma, darah tinggi, kegemukan, dll) yang malah
dapat mengakibatkan kematian pada wanita hamil itu, maka ia diberikan pil RU
486.

Kerja RU 486 adalah untuk memblokir hormon progesteron yang berfungsi


vital untuk menjaga jalur nutrisi ke plasenta tetap lancar. Karena pemblokiran ini,
maka janin tidak mendapatkan makanannya lagi dan menjadi kelaparan. Pada
kunjungan kedua, yaitu 36-48 jam setelah kunjungan pertama, wanita hamil ini
diberikan suntikan hormon prostaglandin, biasanya misoprostol, yang
mengakibatkan terjadinya kontraksi rahim dan membuat janin terlepas dari rahim.
Kebanyakan wanita mengeluarkan isi rahimnya itu dalam 4 jam saat menunggu di
klinik, tetapi 30% dari mereka mengalami hal ini di rumah, di tempat kerja, di
kendaraan umum, atau di tempat-tempat lainnya, ada juga yang perlu menunggu
hingga 5 hari kemudian. Kunjungan ketiga dilakukan kira-kira 2 minggu setelah
pengguguran kandungan, untuk mengetahui apakah aborsi telah berlangsung. Jika
belum, maka operasi perlu dilakukan (5-10 persen dari seluruh kasus). Ada
beberapa kasus serius dari penggunaan RU 486, seperti aborsi yang tidak terjadi
hingga 44 hari kemudian, pendarahan hebat, pusing-pusing, muntah-muntah, rasa
sakit hingga kematian. Dilaporkan, RU 486 juga dapat mempengaruhi kehamilan
selanjutnya, yaitu kemungkinan keguguran spontan dan cacat pada bayi yang
dikandung. Sedikitnya seorang wanita Perancis meninggal sedangkan beberapa
lainnya mengalami serangan jantung.

9.Suntikan Methotrexate (MTX)

Prosedur dengan MTX sama dengan RU 486, hanya saja obat ini
disuntikkan ke dalam badan. MTX pada mulanya digunakan untuk menekan
pertumbuhan pesat sel-sel, seperti pada kasus kanker, dengan menetralisir asam
folat yang berguna untuk pemecahan sel. MTX ternyata juga menekan
pertumbuhan pesat trophoblastoid – selaput yang menyelubungi embrio yang juga
merupakan cikal bakal plasenta. Trophoblastoid tidak saja berfungsi sebagai
‘sistim penyanggah hidup’ untuk janin yang sedang berkembang, mengambil
oksigen dan nutrisi dari darah calon ibu serta membuang karbondioksida dan
produk-produk buangan lainnya, tetapi juga memproduksi hormon hCG (human
chorionic gonadotropin), yang memberikan tanda pada corpus luteum untuk terus
memproduksi hormon progesteron yang berguna untuk mencegah gagal rahim
dan keguguran.
MTX menghancurkan integrasi dari lingkungan yang menopang, melindungi dan
menyuburkan pertumbuhan janin, dan karena kekurangan nutrisi, maka janin
menjadi mati. 3-7 hari kemudian, tablet misoprostol dimasukkan ke dalam
kelamin wanita hamil itu untuk memicu terlepasnya janin dari rahim. Terkadang,
hal ini terjadi beberapa jam setelah masuknya misoprostol, tetapi sering juga
terjadi perlunya penambahan dosis misoprostol. Hal ini membuat cara aborsi
dengan menggunakan suntikan MTX dapat berlangsung berminggu-minggu. Si
wanita hamil itu akan mendapatkan pendarahan selama berminggu-minggu (42
hari dalam sebuah studi kasus), bahkan terjadi pendarahan hebat. Sedangkan janin
dapat gugur kapan saja – di rumah, di dalam bis umum, di tempat kerja, di
supermarket, dsb. Wanita yang kedapatan masih mengandung pada kunjungan ke
klinik aborsi selanjutnya, mau tak mau harus menjalani operasi untuk
mengeluarkan janin itu. Bahkan dokter-dokter yang bekerja di klinik aborsi
seringkali enggan untuk memberikan suntikan MTX karena MTX sebenarnya
adalah racun dan efek samping yang terjadi terkadang tak dapat diprediksi.

Efek samping yang tercatat dalam studi kasus adalah sakit kepala, rasa
sakit, diare, penglihatan yang menjadi kabur, dan yang lebih serius adalah depresi
sumsum tulang belakang, kekurangan darah, kerusakan fungsi hati, dan sakit
paru-paru.

 Kesehatan Mental

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak
yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.

Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion


Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam
“Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-
Abortion Review (1994).

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti
berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi
perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.

6. Upaya Pencegahan Tindakan Aborsi Tidak Aman Pada Kaum Remaja


a. Pendidikan Kesehatan Reproduksi

Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi


yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada
disekitarnya.  Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap
dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai  proses reproduksi.

Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka 


mempunyai kesehatan reproduksi yang baik meliputi :

 Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh
kembang remaja)

 mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana


merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginannya dan pasanganya

 Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi


kesehatan reproduksi

 Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi

 Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual

 Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya

 Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat


kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
 Hak-hak reproduksi

b. Penyediaan Pelayanan Klinis Bagi Remaja


Pelayanan klinis kesehatan reproduksi remaja yang paling baik dilakukan
oleh petugas yang telah terlatih atau oleh dokter. Aborsi aman apabila
mempergunakan alat – alat kedokteran yang layak dan hygienis, serta dilakukan
kurang dari 12 minggu sesudah terakhir kali mnedapat haid.

c. Kebijakan Aborsi oleh Pemerintah


Aborsi dianggap illegal kecuali atas alasan medis untuk menyelamatkan
nyawa ibu. Oleh karena itulah praktek aborsi dapat dikenai pidana oleh negara.
Fatwa lembaga keagamaan pun rata-rata mendukung kebijakan pemerintah
tersebut , misalnya fatwa Majlis Tarjih Muhammadiyah tahun 1989 tentang aborsi
yang menyatakan bahwa aborsi dengan alasan medik diperbolehkan dan aborsi
dengan alasan non medik diharamkan.
Di Indonesia sebenarnya tidak ada celah hukum yang memperbolehkan
tidakan aborsi ditambah lagi dengan sumpah dokter Indonesia yang masih
mengikuti sumpah Hipocrates “Akan menghormati makhluk hidup insan sejak
pembuahan dimulai”. Kondisi ini ternyata tidak mampu mencegah perempuan
untuk mencari pelayanan penghentian kehamilan.
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang menjadi


tanggung jawab bersama laki-laki maupun perempuan. Karena itu baik laki-laki maupun
perempuan harus tahu dan mengerti mengenai berbagai aspek kesehatan reproduksi.
Kesalahan dimana persoalan reproduksi lebih banyak menjadi tanggung jawab perempuan
tidak boleh dibiarkan.

Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang


benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang berhubungan. Dengan
informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang
bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.

III.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Rayburn, William F,dkk.2001.Obstetri dan Ginekologi.Jakarta : Widya Medika

OutLook edisi Indonesia vol 16.Kesehatan Reproduksi Remaja : Membangun Perubahan


Yang bermakna

JM. Seno Ajie..Kesehatan Reproduksi remaja dalam Aspek Sosial. Blog Ikatan Dokter Anak
Indonesia

Benson, Ralph C. ; Martin L. Pernoll.2008.Buku Saku Obstetri & Ginekologi.Jakarta: EGC

Sastrawinata, Sulaiman dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi Obstetri Patologi. Jakarta:
EGC

Rabe,Thomas .2002. Buku Saku Ilmu Kandungan. Jakarta: Hipokrates

Putz,R. ; Pabst,R .2006. Sobotta. Jakarta: EGC

http://medic-care.blogspot.com

http://www.dokter-online.org

http://id.wikipedia.org

http://www.aborsi.org

http://medic-care.blogspot.com

You might also like