You are on page 1of 35

Postmodern Approach

PENDEKATAN POSTMODERN

A. PENDAHULUAN

Paham modern percaya bahwa yang dapat di observasi dan diketahui


tingkah lakunya adalah realitas objektif. Paham ini menjadikan manusia sebagai
pusatnya. Lebih lanjut, paham ini percaya bahwa mereka dapat dengan bebas
melakukan segala usaha dalam melakukan observasi karena realitas itu ada. Para
ahli modernist percaya bahwa orang yang datang untuk diterapi adalah orang-
orang yang secara norma menunjukan penyimpangan perilaku. Contohnya, klien
yang depresi, yang menunjukan atau larut dalam kesedihan di sepanjang harinya
akan dianggap berada dibawah level mood yang normal. Klien yang dilabeli
karena kesedihannya yang berlebihan itu akan dikatakan abnormal dan
selanjutnya dia datang ke terapis supaya dia dapat kembali ke tingkah laku yang
normal kembali.

Sebaliknya, paham postmodern percaya pada realitas subjektif yang


menganggap realitas itu tidak ada dan tidak dapat dengan bebas di observasi.
Social constructionism adalah salah satu paham yang berada dalam lingkup
postmodernisme memandang realitas subjek tanpa membantah apakan itu akurat
atau rational. Social constructionism didasarkan pada penggunaan bahasa dan
fungsi dari situasi/lingkungan tempat klien tinggal. Realitas adalah sesuatu yang
telah dibentuk secara sosial. Dalam paham ini, masalah ada karena klien/orang
menganggapnya sebagai ,masalah dan butuh untuk di selesaikan.

Dalam pandangan postmodern, bahasa dan penggunaanya dalam suatu


cerita akan memberikan arti. Dalam hal ini mungkin kita akan mendapatkan
banyak maksud dari cerita yang diutarakan oleh seseorang dan beberapa bagian
dari cerita itu akan menunjukan perasaan sebenarnya dari klien. Social
constructionism telah lahir ketika Kenneth Gergen (1985, 1991, 1999)
menekankan pendapatnya tentang cara pembentukan makna dari relasi sosial yang
di bangun seseorang. Dalam Social constructionism, para terapisnya lebih
memilih untuk untuk berkolaborasi atau bertindak sebagai penasehat dibanding

1
Postmodern Approach

mengikuti aturan dari para ahli. Mereka memandang bahwa klienlah yang menjadi
ahli dalam hidupnya.

Pada paham ini dalam proses terapinya lebih mementingkan kolaborasi


dari empati dan partnership dibanding dengan proses assessmennya atau teknik
yang digunakan. Gaya bercerita dan proses penggunaan bahasa telah menjadi
fokus dalam upaya membantu dan mengerti bentuk perubahan yang diinginkan
klien. Teori Social constructionism dalam perkembangannya, terdapat 4 asumsi
utama (Burr, 1955), yang pada dasarnya merupakan pembeda antara teori
postmodern dan perpektif psikologi yang tradisional. Pertama, Social
constructionism mengajak kita secara kritis dengan memandang bahwa
pengetahuan yang kita terima selalu benar. Social constructionism mencurigai
asumsi teori konvensional yang dalam sejarahnya mengajak kita untuk mengerti
dunia ini dan penyebabnya dan menantang para ahlinya untuk membuktikan
asumsi tersebut. Kedua, Social constructionism, percaya bahwa bahasa dan
konsep yang biasa kita gunakan, memiliki sejarah dan latar budaya masing-
masing yang spesifik. Ketiga, Social constructionism menyatakan bahwa
pengetahuan terbentuk dari suatu proses sosial. Apa yang kita katakan sebagai
kebenaran adalah hasil dari interaksi sehari-hari kita dengan orang lain. Jadi,
dalam hal ini kebenaran yang mutlak dalam satu kehidupan. Keempat, Social
constructionism dipahami dengan menggunakan beragam paham dalam bentuk
yang berbeda-beda. Berdasar asumsi tersebut, pengetahuan dan perilaku sosial
sifatnya berjalan beriringan.

Sejarah Pandangan Social Constructionism

Beberapa ratus tahun yang lalu, Freud, Adler dan Jung telah ambil bagian
dalam paradigm utama yang telah merubah psikologi seperti dengan filosofinya,
ilmu pengetahuan alam, ilmu kesehatan dan bahkan kesenian. Pada abad ke 21,
sebagai ilmu alternatif postmodern telah menjadi salah satu paradigma utama
yang mempengaruhi ranah psikoterapi. Penciptaan diri, yang oleh para ahli
modernis di dominasi pada pencarian esensi dan kebenaran hidup manusia telah

2
Postmodern Approach

digantikan dengan konsep tingkatan hidup secara sosial. Oleh beberapa ahli
konstruksi sosial, rasa tidak percaya pada keadaan budaya yang dominan dalam
mempengaruhi apa yang keluarga dan masyarakat serap, dimasukkan dalam
pembentukan ‘knowing’(White & Epson dalam Corey) dan perubahan dimulai
dari pengkonstruksian ulang kemampuan gaya cerita kebudayaan dan prosesnya
dalam mengkonstruksi kembali makna hidup yang baru.

Berikut ini adalah beberapa teknik terapi dalam perspektif postmodern.


Yang paling dikenal adalah kolaborasi pendekatan sistem bahasa, solution-
focused brief therapy, solution oriented therapy dan narrative therapy.

Kolaborasi pendekatan sistem bahasa

Sebenarnya dialog tentang Social constructionism sudah disarankan


sebelumnya oleh Harlene Anderson dan lebih lanjut oleh Harold Golishian(1992)
di Institut Galveston Houston. Pendekatan terapi di utara Amerika, menolak
terlalu banyak kontrol dan intervensi dari terapis. Anderson dan Golishian telah
mengembangkan terapi yang care/peduli dan menjadi satu dengan klien. Metode
mereka ini sebanarnya mirip dengan teknik person center yang dikembangkan
oleh Carl Rogers. Berkat informasi yang diperoleh dan kontribusi dari Social
constructionism, membuat mereka percaya bahwa proses dan pemaknaan hidup
seseorang dibentuk oleh dirinya sendiri dan latar belakang keluarganya. Hal ini
terbentuk dari interaksi yang manusia lakukan setiap saat. Sistem sosial budaya
dimana manusia hidup telah menghasilkan interaksi sosial. Hal ini berarti, terapi
adalah suatu sistem yang tercipta dari pembicaraan dalam proses terapetik
diantara klien dan fasilitator(terapist).

Dalam memandang terapi, seseorang sering kali dibawa masuk ke proses


dialog yang unik dan penuh makna yang berhubungan dengan masalahnya. Terapi
mengarah pada sistem pembicaraan lainnya yang secara alami menjadikan proses
terapi sebagai sarana mengorganisir masalah dan menghancurkan masalah itu
sendiri. Dalam hal ini, dari posisi tidak mengetahui apa-apa, terapis harus bersedia
untuk masuk ke dalam proses terapetik yang memfasilitasi relasi yang care pada

3
Postmodern Approach

klien. Dalam posisi not-knowing, terapis tetap menahan pengetahuan dan


pribadinya serta pengalaman yang di peroleh selama masa hidupnya tetapi terapis
diperbolehkan untuk masuk kedalam pembicaraan dengan rasa ingin tahu dan
ketertarikannya pada pengalaman. Tujuan dari metode tadi adalah supaya kita
dapat masuk dalam dunia klien sedalam mungkin kita bisa. Klien menjadi ahli
yang menginfomasikan dan menceritakan hal-hal yang penting dalam hidupnya
kepada therapist. Posisi not-knowing ini akan membuat kita(terapis) menjadi
empati dan karakter pertanyaan yang keluar dari mulut kita akan muncul dari
lubuk hati kita.

Pada pendekatan ini, pertanyaan yang diajukan terapis selalu berasal dari
pengembangan jawaban yang diberikan klien. Terapis memulai sesi terapi dengan
menerima atau penyerahan uang dari klien. Klien menjawab pertanyaan yang
disediakan dan menstimuli terapis dengan tetap berada dalam sikap inquiry dan
selanjutnya pertanyaan diproses dari jawaban yang diberikan klien. Proses ini
cukup mirip dengan metode Socratic namun tanpa mempertimbangkan ide
tentang bagaimana seharusnya suatu cerita dikembangkan. Maksud dari
pembicaraan ini(antara klien dan terapis) adalah bukan untuk meragukan apa yang
diceritakan oleh klien tetapi untuk memfasilitasi apa yang klien ceritakan hingga
klien memperoleh kesempatan untuk memperoleh makna yang baru dalam
hidupnya dan mengembangkan suatu cerita yang baru. Menceritakan satu cerita
adalah gambaran dari pengalaman; cerita itu terbentuk dari sejarah masa kini
subjek. Dengan tetap berada dalam cerita klien, pembicaraan yang terjadi di antara
klien dan terapis akan mengarah pada makna baru dalam kehidupan. Posisi not-
knowing dalam hal ini adalah konsep dasar untuk pendekatan solution-focused
brief therapy dan narrative therapy.

B. SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY (SFBT)

Perkembangan pesat dari orientasi strategi terapi yang terjadi di Institut


Penelitian Mental, menghasilkan solusi – focused brief therapy (SFBT)* / solusi
yang difokuskan pada terapi lengkap beralih fokus dari metode problem solving/

4
Postmodern Approach

penyelesaian masalah kepada metode fokus solusi yang lengkap. Steve de Shazer
(bersama Insoo Kim Berg) memprakarsai peralihan fokus ini pada Brief Therapy
Center (Pusat Terapi Lengkap) di Milwaukee akhir tahun 1970-an. Merasa tidak
puas dengan ketidakleluasaan dari strategi model, di tahun 1980-an de Shazer
berkolaborasi dengan beberapa orang terapis, termasuk di dalamnya Eve Lipchik,
John Walter, Jane Peller; dan Michelle Weiner-Davis, yang masing-masing
mencatat secara luas tentang solusi- fokus terapi lengkap dan memulai solusi
mereka masing-masing – focused training institute. Berikutnya, Scott Miller
menggabungkan kekuatan dengan Insoo Kim Berg (Berg & Miller; 1992; Miller
& Berg, 1995), dan berikutnya Weiner-Davis bergabung dengan Bill O’Hanlon,
yang telah di training sebelumnya oleh Milton Erickson. Kelompok praktisi ini
bersama-sama mengembangkan dasar yang ditemukan oleh de Shazer (Nicholas
& Schwartz, 2001, 2002).

1. KONSEP KUNCI

SFBT berbeda dari terapi tradisional dengan memisahkan bagian masa lalu
untuk menggantikan kedua masa, baik masa sekarang dan masa depan. SFBT juga
sangat fokus pada apa saja kemungkinannya, memiliki sedikit ketertarikan atau
tidak sama sekali dalam pencapaian sebuah pemahaman dari suatu masalah. De
Shazer (1988, 1991) menyarankan bahwa tidaklah penting untuk mengetahui
penyebab dari permasalahan untuk menyelesaikannya dan tidak adanya hubungan
yang penting antara permasalahan dan solusinya. Pengumpulan informasi tentang
permasalahan tidak perlu dirubah. Jika mengetahui dan memahami masalah
adalah suatu hal yang tidak penting, maka yang penting adalah bagaimana
mencari solusi yang “baik”. Beberapa orang mungkin mempertimbangkan banyak
solusi, dan apa yang bagi seseorang baik belum tentu baik bagi orang lain. Dalam
SFBT, pasien memilih tujuan yang mereka harapkan untuk disempurnakan dalam
terapi, dan perhatian kecil yang diberikan pada diagnosa, pengambilan kisah masa
lampau, atau pengeksplorasian masalah (Bertolino & O’ Hanlon, 2002; Gingerich
& Eisengart, 2000; O’ Hanlon & Weiner-Davis, 1989).

5
Postmodern Approach

Orientasi Positif

SFBT berdasarkan pada asumsi optimis bahwa semua manusia adalah


sehat, mampu dan memiliki kemampuan untuk menciptakan solusi yang dapat
meningkatkan kehidupan mereka. Tanpa memperhatikan seperti apa keadaan
pasien ketika mereka memasuki terapi, Berg percaya bahwa pasien mampu dan itu
merupakan aturan dari terapis untuk membantu pasien menyadari kemampuan
yang mereka miliki (sebagaimana disebutkan oleh West, Bubenzer, Smith, &
Hamm, 1997). Proses terapi memberikan konteks pada individu untuk fokus pada
penemuan dan penciptaan solusi daripada membicarakan masalah mereka. O’
Hanlon (1994) menggambarkan orientasi positif ini: “menumbuhkan solusi –
meningkatkan bagian kehidupan seseorang daripada berfokus pada masalah
pathology – bagian permasalahan dan perubahan yang luar biasa dapat terjadi
dengan cepat”.

Karena pasien sering datang ke lokasi terapi dalam sebuah “orientasi


masalah”, walaupun sedikit solusi yang telah mereka sadari seringnya dibungkus
oleh kekuatan dari orientasi masalah tersebut. Pasien yang sering memiliki cerita
yang mengakar dalam penentuan pandangan bahwa apa yang terjadi di masa lalu
akan menentukan masa depan mereka.

Solusi yang difokuskan oleh terapis menjawab presentasi pasien dengan


perbincangan yang optimis yang menggaris bawahi keyakinan mereka terhadap
kesuksesan, tujuan berguna yang masih terdiam di sudut. Seorang terapis dapat
sangat membantu dalam memandu seseorang dalam membuat sebuah perubahan
dari bagian masalah yang pasti menuju sebuah dunia dengan beberapa
kemungkinan yang baru. Seorang terapis dapat mendorong dan menantang pasien
untuk menuliskan cerita yang berbeda yang dapat mengarahkan pada akhir yang
baru. (O’Hanlon, disebutkan di Bubenzer & West, 1993)

Mencari Apa yang Berhasil

Individu membawa banyak cerita pada sesi terapi mereka. Beberapa


digunakan untuk menyuguhkan keyakinan mereka bahwa kehidupan bisa dirubah

6
Postmodern Approach

atau buruknya kehidupan akan terus bergerak menjauhi mereka dan menjauh dari
tujuan mereka. SFBT membantu pasien dalam memberikan perhatian tanpa
pengecualian terhadap pola masalah mereka.

SFBT fokus pada pencarian tentang apa yang seseorang lakukan dapat
berhasil dan selanjutnya dapat membantu mereka dalam penggunaan pengetahuan
ini untuk mengeliminasi permasalahan dalam jumlah waktu yang memungkinkan.
Seperti yang telah diungkapkan oleh O’Hanlon (1999): “hal ini mendorong
seseorang unntuk bergerak keluar dari analisa permasalahan dan bagaimana hal
ini dapat meningkat serta memulai untuk menemukan solusi-solusi dan
melakukan suatu aksi nyata untuk mengatasi masalah ini.”

Ada banyak variasi cara untuk membantu pasien dalam memikirkan


tentang apa yang dikerjakan untuk mereka. De Shazer (1991) memilih untuk
menggabungkan pasien dalam perbincangan yang mengarahkan pada naratif
progresif dimana seseorang membuat beberapa situasi yang mana mereka dapat
membuat beberapa keuntungan terus-menesrus terhadap tujuan mereka. De Shazer
mungkin berkata, “Tolong ceritakan pada saya tentang kapan anda merasa sedikit
lebih baik dan kapan sesuatu mengikuti cara anda.” Melalui cerita ini, kehidupan
yang berharga menjadi kekuatan dari masalah dapat dibangun ulang dan solusi
dapat menjadi nyata dan mungkin.

Asumsi Dasar Panduan Praktis

Walter dan Peller (1992, 2000) memikirkan solusi – fokus terapi sebagai
model yang menjelaskan bagaimana seseorang berubah dan bagaimana mereka
dapat mencapai tujuannya. Berikut ini beberapa asumsi dasar tentang solusi –
fokus terapi:

 Ada beberapa keuntungan terhadap fokus positif pada solusi dan


pada masa depan. Jika pasien dapat melakukan penyesuaian ulang
diri mereka dalam petunjuk kekuatan mereka dengan

7
Postmodern Approach

menggunakan solusi – bicara, ada kesempatan baik terapi yaitu


terapi menjadi singkat.
 Individu yang datang ke lokasi terapi memiliki kemampuan
berperilaku secara efektif, walaupun keefektifan ini mungkin
terhalang sementara oleh kesadaran negatif. Terapi Fokus –
masalah memikirkan tentang menjaga seseorang dari pengenalan
cara yang efektif yang berhubungan dengan masalah mereka
 Terdapat beberapa pengecualian terhadap setiap masalah. Dengan
membicarakan tentang pengecualian ini, pasien akan dapat
mengontrol hal apa yang sekirannya bisa menjadi masalah yang
tidak dapat diatasi. Suasana dari pengecualian ini menimbulkan
kemungkinan terciptanya beberapa solusi.
 Pasien sering hanya memperlihatkan satu sisi dari cerita mereka.
SFBT mengajak pasien untuk melihat sisi lain dari cerita yang
mereka ceritakan.
 Perubahan kecil membuka jalan menuju perubahan besar. Setiap
masalah diselesaikan satu demi satu langkah.
 Pasien ingin berubah, memiliki kapasitas untuk berubah, dan
melakukan yang terbaik untuk mewujudkan perubahan. Terapis
seharusnya mengadopsi mental koperatif bersama pasien daripada
memikirkan strategi untuk mengontrol pola perlawanan dari
pasien.
 Pasien dapat dipercaya dalam tujuan untuk menyelesaikan masalah
mereka. Tidak ada solusi “baik” untuk masalah yang spesifik yang
dapat diaplikasikan kepada semua orang. Setiap individu itu unik
dan memiliki solusi permasalahan masing-masing.

Water dan Peller (2000) telah bergerak jauh dari istilah terapi dan merujuk
pada apa yang mereka lakukan sebagai konsultasi personal. Mereka memfasilitasi
sesi perbincangan disekitar pilihan dan kemungkinan dari pasien mereka untuk
membantu mereka menciptakan masa depan yang positif. Dengan menghindari

8
Postmodern Approach

mental seorang ahli, Walter dan Peller yakin bahwa mereka dapat tertarik, merasa
ingin tahu, dan terdorong untuk bergabung bersama mengeksplor keinginan
pasien mereka.

2. PROSES TERAPI

Bertolino dan O'Hanlon (2002) menekankan pentingnya menciptakan


hubungan kolaborasi terapi dan melihat hal yang diperlukan untuk keberhasilan
terapi. Terapis mengakui bahwa memiliki keahlian dalam menciptakan konteks
untuk perubahan, mereka menekankan bahwa klien adalah ahli pada kehidupan
mereka sendiri dan sering mempunyai pengertian yang baik dari apa yang telah
atau belum bekerja di masa lalu dan, juga, apa yang mungkin bekerja di masa
depan . Jika klien yang terlibat dalam proses terapeutik dari awal sampai akhir,
kemungkinan meningkat bahwa terapi akan berhasil. Singkatnya, hubungan
kolaboratif dan kooperatif dalam terapi.

Walter dan Peller (1992) menjelaskan empat langkah yang menjadi ciri
proses SFBT:

1. Mencari tahu apa yang klien inginkan daripada mencari apa yang tidak
mereka inginkan.
2. Jangan mencari patologi, dan tidak berusaha untuk mengurangi klien
dengan memberi mereka label diagnostik. Sebaliknya, carilah apa yang
klien lakukan yang sudah bekerja dan mendorong mereka untuk
melanjutkan ke arah itu.
3. Jika apa yang klien lakukan adalah tidak bekerja, kemudian mendorong
mereka untuk bereksperimen dengan melakukan sesuatu yang berbeda.
4. Simpan terapi singkat dengan mendekati setiap sesi seolah-olah itu adalah
yang terakhir dan hanya sesi. Meskipun langkah-langkah ini tampak cukup
jelas, proses kolaboratif klien dan terapis solusi membangun bukan hanya
soal menguasai beberapa teknik. Solusi model terfokus membutuhkan
sikap filosofis menerima orang di mana mereka berada dan membantu

9
Postmodern Approach

mereka dalam menciptakan solusi. Sikap para terapis sangat penting untuk
efektivitas dari proses terapeutik.

De Shazer (1991) percaya klien pada umumnya dapat membangun solusi


untuk masalah-masalah mereka tanpa penilaian sifat masalah-masalah mereka.
Mengingat kerangka ini, struktur bangunan solusi yang sangat berbeda dari
pendekatan tradisional untuk memecahkan masalah seperti dapat dilihat pada
uraian singkat ini langkah-langkah yang terlibat (De Jong & Berg, 2002):

1. Klien diberi kesempatan untuk menjelaskan masalah-masalah mereka.


Terapis mendengarkan dengan penuh hormat dan hati-hati sebagai klien
terapis menjawab pertanyaan, "bagaimana aku bisa bermanfaat bagi
anda?".
2. Terapis bekerja dengan klien dalam mengembangkan tujuan-tujuan baik
terbentuk sesegera mungkin. Pertanyaannya adalah berpose, "apa yang
akan berbeda dalam hidup Anda ketika masalah Anda terpecahkan?".
3. Terapis klien bertanya tentang masa-masa ketika masalah-masalah
mereka tidak hadir atau ketika masalah-masalah yang kurang parah. Klien
dibantu dalam mengeksplorasi pengecualian ini, dengan penekanan khusus
pada apa yang mereka lakukan untuk membuat peristiwa ini terjadi.
4. Pada akhir setiap solusi-bangunan percakapan, terapis ringkasan klien
menawarkan umpan balik, memberikan dorongan, dan menunjukkan apa
yang klien bisa mengamati atau lakukan sebelum sesi berikutnya untuk
lebih memecahkan masalah mereka.
5. Terapis dan klien mengevaluasi kemajuan yang dibuat dalam mencapai
solusi yang memuaskan dengan menggunakan skala penilaian. Klien juga
bertanya apa yang perlu dilakukan sebelum mereka melihat masalah
mereka sebagai dipecahkan dan juga apa yang akan mereka lakukan
langkah berikutnya.

10
Postmodern Approach

Tujuan Terapi

SFBT mencerminkan gagasan dasar tentang perubahan, tentang interaksi,


dan tentang mencapai tujuan. Solusi terapis berfokus pada orang-orang percaya
memiliki kemampuan untuk menentukan tujuan-tujuan pribadi yang bermakna
dan bahwa mereka memiliki sumber daya yang diperlukan untuk memecahkan
masalah mereka. Tujuan adalah unik untuk setiap klien dan dibangun oleh klien
untuk menciptakan masa depan yang lebih kaya (Prochaska & Norcross, 2003).
Kurangnya kejelasan tentang preferensi klien, tujuan, dan hasil yang diinginkan
dapat menyebabkan keretakan antara terapis dan klien. Dengan demikian, penting
bahwa tahap awal alamat terapi apa yang klien inginkan dan apa keprihatinan
mereka bersedia untuk mengeksplorasi (Bertolino & O'Hanlon, 2002).

SFBT berkonsentrasi pada latar belakang, realistis, dapat dicapai


perubahan yang dapat menyebabkan hasil positif tambahan. Karena keberhasilan
cenderung untuk membangun dirinya sendiri, tujuan sederhana dipandang sebagai
awal perubahan. Solusi-terfokus praktisi bergabung dengan bahasa klien mereka,
dengan menggunakan kata-kata serupa, mondar-mandir, dan nada. Terapis
menggunakan pertanyaan seperti ini mengandaikan bahwa perubahan,
menempatkan beberapa jawaban, dan tetap tujuan-diarahkan dan berorientasi
masa depan: "apa yang Anda lakukan dan apa yang telah berubah sejak terakhir
kali?" Atau "apa yang kau menyadari bahwa pergi lebih baik?" ( Bubenzer &
West, 1993).

Walter dan Peller (1992) menekankan pentingnya membantu klien


dalam menciptakan baik-sasaran yang ditetapkan adalah (1) tercantum dalam
positif dalam bahasa klien, (2) proses atau tindakan-berorientasi, (3) yang
terstruktur di sini -dan sekarang, (4) dapat dicapai, konkret dan spesifik, dan (5)
dikontrol oleh klien. Namun, Walter dan Peller (2000) hati-hati terhadap terlalu
kaku memaksakan agenda mendapatkan tujuan tepat sebelum klien memiliki
kesempatan untuk mengekspresikan keprihatinan mereka. Klien pertama-tama
harus merasa bahwa keprihatinan mereka didengar dan dipahami sebelum mereka

11
Postmodern Approach

dapat merumuskan tujuan pribadi yang bermakna. Dalam semangat terapis untuk
menjadi solusi-fokus, itu adalah mungkin untuk mendapatkan hilang dalam
mekanika dari terapi dan tidak cukup untuk aspek interpersonal.

Dalam SFBT, ada beberapa bentuk tujuan: mengubah penampilan


situasional atau kerangka acuan; mengubah perbuatan situasi yang problematis,
dan menekan kekuatan klien dan sumber daya (O'Hanlon & Weiner-Davis, 1989).
Sebuah tujuan utama dari melibatkan SFBT membantu klien mengadopsi sebuah
sikap dan bahasa pergeseran dari membicarakan masalah-masalah untuk berbicara
tentang solusi. Klien didorong untuk terlibat dalam perubahan - atau solusi-bicara,
daripada bicara masalah, dengan asumsi bahwa apa yang kita berbicara tentang
sebagian besar akan apa yang kita hasilkan. Berbicara tentang masalah akan
menghasilkan masalah yang berkelanjutan. Bicara tentang perubahan akan
menghasilkan perubahan. Segera setelah individu-individu belajar untuk berbicara
dalam arti apa yang mereka mampu melakukan secara kompeten, apa sumber
daya dan kekuatan yang mereka miliki dan apa yang mereka telah lakukan yang
telah bekerja, mereka telah mencapai tujuan utama terapi (Nichols & Schwartz,
2001, 2002 ).

Fungsi dan Peran Terapis

Klien akan lebih berpartisipasi dalam proses terapeutik jika mereka


menganggap diri mereka sebagai menentukan arah dan tujuan percakapan (Walter
& Peller, 1996). Banyak dari apa yang proses terapeutik adalah tentang
melibatkan klien berpikir tentang masa depan mereka dan apa yang mereka ingin
berbeda dalam hidup mereka. Solusi terfokus terapis mengadopsi singkat "tidak
tahu" posisi sebagai rute untuk menempatkan klien dalam posisi sebagai ahli
tentang kehidupan itu sendiri. Terapis tidak berasumsi bahwa mereka mengetahui
mereka berdasarkan kerangka acuan ahli pentingnya tindakan-tindakan dan
pengalaman klien (Anderson & Goolishian, 1992). Model ini melemparkan peran
dan fungsi terapis dalam cahaya yang berbeda dari biasanya berorientasi terapis
yang memandang diri mereka sebagai ahli dalam penilaian dan pengobatan.

12
Postmodern Approach

Terapis berusaha untuk menciptakan hubungan kolaboratif karena


keyakinan mereka bahwa melakukan hal itu membuka berbagai kemungkinan
untuk perubahan kini dan masa depan (Bertolino & O'Hanlon, 2002). Terapis
menciptakan iklim saling menghormati, dialog, pertanyaan, dan penegasan di
mana klien bebas untuk menciptakan, mengeksplorasi, dan co-penulis cerita-cerita
yang berkembang mereka (Walter & Peller, 1996). Tugas terapeutik utama terdiri
dari membantu klien membayangkan bagaimana mereka akan menyukai hal-hal
yang berbeda dan apa yang diperlukan untuk membawa perubahan-perubahan ini
(Gingerich & Eisengart, 2000). Beberapa pertanyaan yang Walter & Peller (2000,
hal 43) menemukan berguna adalah "apa yang kau inginkan dari datang ke sini?".
"Bagaimana yang membuat perbedaan bagi Anda?" Dan "apa yang mungkin ada
tanda-tanda kepada Anda bahwa perubahan yang Anda inginkan terjadi?".

Terapi Hubungan

Seperti halnya terapi lainnya orientasi, kualitas jika hubungan antara


terapis dan klien adalah faktor yang menentukan dalam hasil SFBT, adalah
penting untuk menciptakan rasa percaya sehingga klien akan kembali untuk sesi
selanjutnya dan akan mengikuti saran melalui pekerjaan rumah (De jong & Berg,
2002). SFBT dirancang untuk menjadi singkat, sehingga terapis harus pergeseran
fokus secepat mungkin untuk membicarakan masalah-masalah untuk menggali
solusi, memang, salah satu cara untuk menciptakan kemitraan yang efektif
terapeutik adalah untuk terapis untuk menunjukkan kepada klien bagaimana
mereka dapat menggunakan kekuatan dan sumber daya yang telah mereka miliki
untuk membangun solusi.

De shazer (1998) telah menggambarkan tiga jenis hubungan yang


mungkin berkembang antara terapis dan klien mereka.

1. Pelanggan : klien dan terapis secara bersama-sama mengidentifikasi


masalah dan solusi untuk bekerja ke arah tujuan. Klien menyadari bahwa
untuk mencapai tujuan nya, usaha pribadi akan diperlukan.

13
Postmodern Approach

2. Pengadu : klien menggambarkan masalah tidak mampu atau bersedia


untuk mengambil peran dalam membangun sebuah solusi, percaya bahwa
solusi bergantung pada tindakan orang lain. Dalam situasi ini, klien
biasanya mengharapkan terapis untuk mengubah orang lain kepada siapa
klien masalah atribut.
3. Pengunjung : klien yang datang ke terapi karena orang lain (pasangan,
orangtua, guru, pengawas orang jahat) menganggap klien memiliki
masalah. Klien ini mungkin tidak setuju bahwa ia memiliki masalah dan
mungkin tidak dapat mengidentifikasi apa saja untuk menjelajahi dalam
terapi.
3. APLIKASI: TEKNIK DAN PROSEDUR TERAPI

Perubahan Pra Terapi

Penjadwalan hanya janji sering perubahan positif sesi bergerak. Selama


sesi terapi awal, biasanya untuk terapis berfokus pada solusi untuk bertanya, "Apa
yang telah Anda lakukan karena Anda meminta penunjukan yang membuat
perbedaan dalam masalah Anda?" (De Sharez 1985, 1988). Dengan bertanya
tentang perubahan tersebut, terapis dapat menimbulkan, membangkitkan, dan
menguatkan apa yang klien telah dilakukan dengan cara membuat perubahan
positif. Perubahan ini tidak dapat dikaitkan dengan proses terapi itu sendiri,
sehingga menanyakan tentang mereka cenderung untuk mendorong klien untuk
mengandalkan kurang pada terapis mereka dan lebih pada sumber daya mereka
sendiri untuk mencapai tujuan pengobatan mereka ( Bertolino & O’Hanlon,2002;
Mckeel, 1996).

Pertanyaan Pengecualian

SFBT didasarkan pada kehidupan klien ketika mengidentifikasi masalah


mereka tidak bermasalah. Hal ini disebut pengecualian dan merupakan perbedaan
berita (Bateson, 1972). Solusi yang berfokus pada terapis bertanya pengecualian
untuk langsung pada saat masalah itu tidak ada. Pengecualian adalah mereka
pengalaman masa lalu yang terjadi, tapi jika tidak (de Shazer; 1985). eksplorasi

14
Postmodern Approach

ini mengingatkan kepada klien bahwa masalah adalah tidak semua-kuat dan
belum ada selamanya, juga menyediakan lapangan kesempatan untuk
membangkitkan sumber daya, kekuatan menarik, dan pengecualian ini terjadi
lebih sering. Terapis meminta klien apa yang harus terjadi untuk pengecualian ini
terjadi lebih sering. Dalam kosakata solusi-fokus, ini disebut perubahan-berbicara
( Andrew & Clark, 1996).

Keajaiban Pertanyaan

Tujuan terapi dikembangkan dengan menggunakan apa de Shazer (1985,


1988) menyebut pertanyaan keajaiban. Para terapis bertanya, "jika keajaiban
terjadi dan masalah Anda telah dipecahkan semalam, bagaimana kau tahu itu
dipecahkan, dan apa yang akan berbeda?" Klien kemudian didorong untuk
membuat "apa yang akan berbeda" meskipun masalah dirasakan menjengkelkan.
Jika klien menyatakan bahwa dia ingin merasa lebih percaya diri dan aman,
terapis mungkin berkata: "Biarkan diri Anda membayangkan bahwa Anda
meninggalkan kantor hari ini dan bahwa Anda berada di jalur untuk bertindak
lebih percaya diri dan aman. Apa yang akan Anda lakukan secara berbeda?."
Proses mempertimbangkan hipotesis melakukan dan melihat perubahan masalah
dianggap masalah.

De Jong dan Berg (2002) mengidentifikasi sejumlah alasan pertanyaan


keajaiban adalah teknik yang berguna. Meminta klien untuk mempertimbangkan
bahwa sebuah keajaiban terjadi membuka berbagai kemungkinan di masa depan.
Klien didorong untuk memungkinkan mereka untuk bermimpi diri sebagai cara
untuk mengidentifikasi jenis-jenis perubahan yang mereka ingin tanyakan. Fokus
ini memiliki masa depan yang klien dapat mulai mempertimbangkan berbeda dari
kehidupan yang tidak didominasi oleh masalah tertentu. Intervensi ini menggeser
penekanan dari kedua masalah masa lalu dan saat ini menuju kehidupan yang
lebih memuaskan di masa depan.

15
Postmodern Approach

Skala Pertanyaan

SFBT juga menggunakan skala pertanyaan ketika perubahan dalam


pengalaman manusia tidak mudah diamati, seperti perasaan, suasana hati, atau
komunikasi. Sebagai contoh, seorang wanita pelaporan perasaan atau kegelisahan
panik mungkin ditanyakan: "Pada skala nol sampai 10. Dengan nol bagaimana
yang Anda rasakan ketika Anda pertama kali datang ke terapi dan yang ke-10
adalah bagaimana Anda merasakan hari setelah terjadi keajaiban pada Anda dan
Anda masalah hilang, bagaimana Anda menilai kecemasan sekarang? " Bahkan
jika klien hanya menjauh dari nol ke satu, dia telah ditingkatkan. Bagaimana dia
melakukan itu? Apa yang dia perlu lakukan untuk memindahkan nomor lain
sampai skala? Scaling pertanyaan memungkinkan nasabah untuk membayar
perhatian lebih dekat dengan apa yang mereka lakukan bagaimana mereka dapat
mengambil langkah-langkah yang akan menyebabkan perubahan yang mereka
inginkan. Teknik ini dapat diterapkan secara kreatif untuk memanfaatkan persepsi
klien tentang berbagai macam pengalaman, termasuk "harga diri, perubahan pra-
sesi, percaya diri, investasi dalam perubahan, kemauan untuk bekerja keras untuk
membawa perubahan yang diinginkan, memprioritaskan masalah untuk
dipecahkan, persepsi harapan, dan evaluasi kemajuan "(Berg, 1994, hal. 102-103).

Formula untuk Tugas Sesi Pertama

Formula untuk tugas sesi pertama (FFST) adalah bentuk pekerjaan rumah
terapis akan memberikan klien untuk menyelesaikan antara sesi pertama dan
kedua. terapis mungkin berkata: "Antara sekarang dan berikutnya kita bertemu,
saya ingin Anda untuk mengamati, jadi apa yang Anda bisa menjelaskan kepada
saya waktu berikutnya, apa yang terjadi di (keluarga Anda, hidup, perkawinan,
hubungan) bahwa Anda ingin terus telah terjadi "(de Shazer, 1985, p.137). Pada
sesi kedua, klien optimisme dan harapan tentang situasi mereka. Klien umumnya
bekerja sama dengan FFST dan laporan perubahan atau perbaikan sejak sesi
pertama mereka (McKeel, 1996; Walker & Peller, 2000). Bertolino dan O'Hanlon
(2002) menunjukkan bahwa intervensi FFST digunakan setelah klien telah

16
Postmodern Approach

mengalami perubahan untuk mengekspresikan keprihatinan mereka saat ini,


pandangan, dan cerita. Adalah penting bahwa klien merasa dipahami sebelum
mereka diarahkan untuk membuat perubahan.

Terapi Umpan Balik pada Klien

Praktisi Solusi yang berfokus pada umumnya istirahat 5 sampai 10 menit


menjelang akhir setiap sesi untuk menulis ringkasan pesan untuk klien. Selama ini
terapis istirahat merumuskan umpan balik yang akan diberikan kepada klien
setelah istirahat. De Jong dan Berg (2002) menggambarkan tiga bagian dasar
dengan struktur umpan balik ringkasan: pujian, jembatan, dan menyarankan tugas.
Pujian adalah afirmasi asli dari apa yang klien siap melakukan yang mengarah ke
solusi yang efektif. Pujian ini, yang merupakan bentuk dorongan, menciptakan
harapan dan kawanan harapan kepada klien bahwa mereka dapat mencapai tujuan
mereka dengan menggambar pada kekuatan dan keberhasilan. Kedua, jembatan
menghubungkan pujian awal untuk tugas menyarankan yang akan diberikan.
Jembatan ini memberikan alasan untuk saran. Aspek ketiga dari umpan balik
terdiri dari tugas menyarankan kepada klien, yang dapat dianggap sebagai
pekerjaan rumah. tugas observasi meminta klien untuk hanya memperhatikan
beberapa aspek kehidupan mereka. Proses pemantauan diri yang berbeda tentang
cara berpikir, merasa, dari berperilaku. Perilaku tugas mengharuskan klien benar-
benar melakukan sesuatu terapis percaya akan berguna bagi mereka dalam
membangun solusi.

Terminating

Dari wawancara yang berfokus pada solusi pertama, terapis adalah sadar
terhadap pemutusan hubungan kerja. Setelah klien dapat membangun solusi yang
memuaskan, hubungan terapeutik dapat dihentikan. Pertanyaan tujuan
pembentukan awal yang terapis adalah sering bertanya, "Apa yang perlu berbeda
dalam hidup Anda sebagai hasil dari datang ke sini untuk Anda untuk mengatakan
bahwa pertemuan dengan saya adalah berharga?" Pertanyaan lain untuk
mendapatkan klien berpikir adalah, "Ketika masalah ini diselesaikan, apa yang

17
Postmodern Approach

akan Anda lakukan secara berbeda?" Melalui penggunaan pertanyaan scaling,


terapis dapat membantu klien memantau kemajuan mereka dalam berkendara dan
pada akhirnya menentukan kapan mereka tidak perlu lagi datang ke terapi (De
Jong & Berg, 2002). Sebelum mengakhiri terapi, terapis membantu klien dalam
mengidentifikasi hal yang bisa mereka lakukan untuk melanjutkan perubahan
yang mereka telah dibuat ke depan (Bertolino & O'Hanlon 2002). Klien juga
dapat membantu untuk mengidentifikasi rintangan atau hambatan yang dirasakan
yang bisa masuk jalan mempertahankan perubahan yang telah mereka buat.

Karena model terapi ini singkat, sekarang berpusat, dan keluhan spesifik,
sangat mungkin bahwa klien akan mengalami masalah pembangunan lainnya di
lain waktu. Klien dapat meminta sesi tambahan kapan pun mereka merasa perlu
untuk mendapatkan kehidupan mereka kembali ke jalur atau memperbarui
kemudian cerita. Dr David Clark menggambarkan penilaian dan pengobatan dari
SFBT dalam kasus Rush Pendekatan Konseling dan Psikoterapi (Corey, tahun
2005, chap. 11).

C. TERAPI NARASI

Dari semua konstruksionis sosial, yang paling dikenal untuk penggunaan


dalam terapi narasi adalah Michael White dan David Epston (1990). Menurut
White (1992), individu membangun makna kehidupan dalam kisah-kisah
interpretatif, yang kemudian dianggap sebagai "kebenaran." Karena kekuatan
budaya narasi dominan, individu cenderung menginternalisasi pesan dari wacana
dominan dan membentuk identitas mereka di seluruh posisi untuk hidup dari
pesan-pesan yang ditawarkan ini – bahkan jika posisi tersebut tidak berguna bagi
individu. 

1. KONSEP KUNCI
Konsep kunci dan proses terapeutik bagian ini diadaptasi dari beberapa
karya yang berbeda, terutama dari sumber ini: Winslade dan Monk (1999), Monk

18
Postmodern Approach

(1997), Winslade, Crocket, dan Monk (1997), McKenzie dan Monk (1997),
dan Freedman dan Combs (1996).

Fokus Terapi Narasi


Pendekatan narasi meliputi adopsi perubahan fokus dari teori paling
tradisional. Terapis dianjurkan untuk mendirikan pendekatan kolaboratif dengan
minat khusus dalam mendengarkan cerita-cerita klien; mencari waktu untuk
kehidupan klien ketika mereka banyak akal; menggunakan pertanyaan sebagai
cara untuk melibatkan klien dan memfasilitasi eksplorasi mereka; untuk
menghindari diagnosis dan menamai klien atau menerima deskripsi total masalah;
untuk membantu klien dalam memetakan pengaruh masalah dalam kehidupan
mereka, dan untuk membantu klien memisahkan diri dari cerita-cerita dominan
yang diinternalisasi mereka sehingga ruangan dapat dibuka untuk menciptakan
kisah kehidupan alternatif (Freedman & Combs, 1996).

Peran Cerita
Kita menjalani kehidupan dengan cerita yang kita ceritakan tentang diri
sendiri dan orang lain katakan tentang kita. Cerita ini sebenarnya membentuk
realitas bahwa mereka membangun dan membentuk apa yang kita lihat, rasakan,
dan lakukan. Cerita hidup kita tumbuh dari percakapan dalam konteks sosial dan
budaya. Cerita tidak hanya mengubah orang yang bercerita, tetapi juga mengubah
terapis yang beruntung menjadi bagian dari proses yang tengah berlangsung ini
(Monk, 1997).

Mendengarkan dengan Pikiran Terbuka


Semua teori konstruksionis sosial menekankan pada klien, mendengarkan
tanpa menghakimi atau menyalahkan, menegaskan dan menghargai
mereka. Lindsley (1994) menekankan bahwa terapis dapat mendorong klien
mereka untuk mempertimbangkan kembali penilaian absolut dengan melihat
"baik" dan "buruk" unsur-unsur dalam situasi. Terapis narasi melakukan upaya
untuk mengaktifkan klien untuk mengubah keyakinan yang menyakitkan, nilai,

19
Postmodern Approach

dan interpretasi tanpa memaksakan sistem nilai dan interpretasi mereka. Mereka


ingin menciptakan makna dan kemungkinan-kemungkinan baru dari berbagi cerita
klien bukan dari prasangka dan akhirnya ditentukan teori kepentingan dan nilai.
Walaupun terapis narasi membawa sikap usaha terapi tertentu seperti
optimisme, tanggung jawab dan ketekunan, dan menghargai pengetahuan klien,
mereka dapat mendengarkan kisah masalah kejenuhan klien tanpa
terjebak. Sebagai terapis narasi yang mendengarkan cerita klien, mereka tetap
waspada untuk rincian yang memberikan bukti dari kompetensi klien dalam
melawan masalah berat. 
Perspektif narasi berfokus pada kemampuan manusia untuk berpikir
kreatif dan imajinatif. Pelaksana narasi tidak pernah menganggap bahwa ia tahu
lebih banyak tentang kehidupan klien daripada yang mereka lakukan. Klien adalah
penafsir utama pengalaman mereka sendiri. Pelaksana narasi melihat seseorang
sebagai agen aktif yang mampu memperoleh makna dari dunia pengalaman
mereka. Dengan demikian, proses perubahan dapat difasilitasi, tetapi tidak
diarahkan, oleh terapis.
2. PROSES TERAPI

Ini gambaran singkat tentang langkah-langkah dalam proses terapi narasi


yang mengilustrasikan struktur pendekatan narasi (O'Hanlon, 1994, hlm. 25-26):
 Bekerja sama dengan klien dengan penerimaan satu sama lain terhadap
masalah.
 Mewujudkan masalah dan menghubungkan penekanan tujuan dan taktik
untuk itu.
 Selidiki bagaimana masalah mengganggu, mendominasi, atau mengecilkan
hati klien.
 Mintalah klien untuk melihat kisahnya dari perspektif yang berbeda
dengan menawarkan perihal makna alternatif .
 Temukan saat-saat ketika klien tidak didominasi atau berkecil hati oleh
masalah dengan mencari pengecualian terhadap masalah.

20
Postmodern Approach

 Carilah bukti-bukti terdahulu untuk mendukung pandangan baru klien


dengan kompetensi yang cukup untuk berjuang, kalah, atau melarikan diri
dari dominasi atau penindasan dari masalah. (Pada tahap ini identitas
seseorang dan kisah hidupnya mulai ditulis ulang.)
 Mintalah klien untuk berspekulasi mengenai masa depan macam apa yang
dapat diharapkan dari orang yang kuat, munculnya kompetensi seseorang.
Klien menjadi bebas dari cerita masalah-kejenuhan masa lalu, ia dapat
membayangkan dan merencanakan masa depan yang tidak terlalu
bermasalah.
 Cari atau buat penonton memahami dan mendukung cerita baru. Tidaklah
cukup untuk membacakan cerita baru. Klien perlu cerita baru dalam hidup
di luar terapi. Karena masalah seseorang awalnya dikembangkan dalam
konteks sosial, penting untuk melibatkan lingkungan sosial dalam
mendukung kisah kehidupan baru yang telah muncul dalam percakapan
dengan terapis.

Tujuan Terapi
Tujuan umum terapi narasi adalah mengundang orang untuk
menggambarkan pengalaman mereka dalam bahasa yang baru dan segar. Dalam
melakukan ini, mereka membuka pandangan baru dari apa yang mungkin. Bahasa
baru ini memungkinkan klien untuk mengembangkan makna-makna baru untuk
masalah pikiran, perasaan, dan perilaku (Freedman & Combs, 1996). 

Fungsi dan Peran Terapis


Terapis narasi adalah fasilitator aktif. Konsep perawatan, perhatian, rasa
hormat, keterbukaan, empati, hubungan, dan bahkan pesona dipandang sebagai
suatu keharusan relasional.
Tugas utama terapis adalah membantu klien membangun alur cerita
pilihan. Terapis narasi mengadopsi ciri sikap mental dari rasa hormat dan bekerja
dengan klien untuk mengeksplor dampak dari masalah pada mereka dan apa yang
mereka lakukan untuk mengurangi efek dari masalah (Winslade & Monk,

21
Postmodern Approach

1999). Salah satu fungsi utama terapis adalah menanyakan pertanyaan-pertanyaan


dari klien dan, berdasarkan pada jawaban, menghasilkan pertanyaan lebih lanjut.

Hubungan Terapi
Tempat terapis narasi sangat penting terhadap kualitas seorang terapis
dalam usaha terapi. Beberapa di antaranya mencakup sikap optimisme dan rasa
hormat, keingintahuan dan ketekunan, menghargai pengetahuan klien, dan
menciptakan semacam hubungan spesial yang ditandai dengan sebuah dialog
pembagian kekuasaan yang nyata (Winslade & Monk, 1999). Kerjasama, rasa iba,
refleksi, dan penemuan merupakan ciri hubungan terapeutik. Jika hubungan ini
benar-benar kolaboratif, terapis harus menyadari bagaimana kekuasaan
memanifestasikan dirinya dalam praktek profesional. Ini tidak berarti bahwa
terapis tidak memiliki otoritas sebagai seorang profesional. Dia menggunakan
otoritas ini, bagaimanapun, dengan memperlakukan klien sebagai ahli dalam
kehidupan mereka sendiri.
Winslade, Crocket, dan Monk (1997) menjelaskan kerjasama ini sebagai
coauthoring atau berbagi otoritas. Klien berfungsi sebagai penulis ketika mereka
memiliki otoritas untuk berbicara atas nama mereka sendiri. Dalam pendekatan
narasi, terapis – sebagai ahli digantikan oleh klien – sebagai ahli. Gagasan ini
menantang sikap terapis sebagai ahli bijaksana dan ahli mengetahui.
3. APLIKASI: TEKNIK DAN PROSEDUR TERAPI

Aplikasi efektif terapi naratif lebih tergantung pada terapis sikap atau
perspektif dari pada teknik. Dalam praktek terapi naratif, ada resep, tidak ada
agenda yang ditetapkan, dan tidak ada rumus yang dapat mengikuti terapis untuk
memastikan hasil positif (Drewery & Winslade, 1997). Ketika eksternalisasi
pertanyaan didekati terutama sebagai teknik, intervensi tersebut akan dangkal,
dipaksa, dan tidak mungkin untuk menghasilkan efek terapeutik yang signifikan
(Freedman & Combs, 1996; O'Hanlon, 1994). Jika konseling dilakukan dengan
menggunakan pendekatan rumus, klien akan merasa bahwa hal-hal sedang
dilakukan kepada mereka dan merasa ditinggalkan pembicaraan (Monk, 1997).

22
Postmodern Approach

Terapi narasi dalam perjanjian erat dengan posisi Carl Rogers yang
menekankan cara terapis menjadi sebagai lawan menjadi teknik didorong. Sebuah
pendekatan naratif untuk konseling lebih dari penerapan keterampilan, melainkan
didasarkan pada terapi karakteristik pribadi yang menciptakan iklim yang
mendorong klien untuk melihat kisah mereka dari perspektif yang berbeda.
Pendekatan ini juga merupakan ekspresi sikap etis, yang didasarkan pada
kerangka filosofis. Hal ini dari kerangka konseptual bahwa praktek-praktek yang
diterapkan untuk membantu klien dalam menemukan arti baru dan kemungkinan-
kemungkinan baru dalam hidup mereka (Winslade & Monk, 1999).

Pertanyaan-dan Pertanyaan Lebih

Narasi pertanyaan terapis yang bertanya mungkin tampak tertanam dalam


percakapan yang unik, bagian dari dialog tentang dialog sebelumnya, peristiwa
penemuan unik, atau eksplorasi proses budaya yang dominan dan imperatif.
Apapun tujuannya, pertanyaan sering lingkaran, atau relasional, dan mereka
berusaha untuk memberi klien dalam cara-cara baru. Untuk menggunakan
Gregory Bateson's (1972) ungkapan terkenal, mereka adalah pertanyaan untuk
mencari perbedaan yang akan membuat perbedaan. Bateson berpendapat bahwa
kita belajar dengan membandingkan pada fenomena dengan yang lain dan
menemukan apa yang disebut "berita perbedaan."

Terapi narasi menggunakan pertanyaan sebagai cara untuk menghasilkan


pengalaman lebih karena untuk mengumpulkan informasi. Tujuan bertanya adalah
untuk semakin menemukan atau membangun pengalaman klien sehingga terapis
memiliki apa rasa arah untuk mengejar. Pertanyaan selalu bertanya dari posisi
hormat, keingintahuan, dan keterbukaan. Terapis menanyakan pertanyaan dari
posisi tidak tahu, berarti bahwa mereka tidak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan
yang mereka pikir mereka sudah tahu jawabannya. Biksu (1997) menggambarkan
sikap ini sebagai berikut:

Berbeda dengan, normatif mengetahui sikap, narasi cara kerja mengajak


para konselor untuk mengambil, investigasi eksplorasi, posisi arkeologi.

23
Postmodern Approach

dia menunjukkan kepada klien bahwa menjadi konselor tidak menyiratkan


akses privilaged kebenaran. Secara konsisten konselor berperan dalam
mencari pemahaman pengalaman klien.

Terapis menggunakan pendekatan narasi ingin mengambil terpisah, atau


mendekonstruksi, wacana yang mendukung keberadaan masalah. Melalui proses
bertanya, terapis memberikan klien kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai
dimensi situasi kehidupan mereka. Melakukan hal ini membantu membawa keluar
asumsi budaya tak tertulis yang memberikan kontribusi pada pembangunan asli
masalah. Para terapis yang tertarik untuk mengetahui bagaimana masalah pertama
menjadi jelas, dan bagaimana mereka telah mempengaruhi pandangan klien dari
diri mereka sendiri (Monk, 1997). Terapi narasi berupaya untuk menyatukan
orang-orang dalam mendekonstruksi cerita masalah jenuh, mengidentifikasi arah
pilihan, dan membuat cerita alternatif yang mendukung arah pilihan (Freedman &
Combs, 1996).

Eksternalisasi dan Dekonstruksi

Terapi narasi tradisional berbeda dari banyak di percaya bukan orang yang
masalah, tetapi masalah yang masalah. Hidup kehidupan berarti berkaitan dengan
masalah, tidak menyatu dengan mereka. Masalah dan masalah jenuh cerita
berdampak pada masyarakat dan dapat mendominasi hidup dengan cara yang
sangat negatif. Asumsi tentang masalah yang diterima secara tidak kritis
membatasi kesempatan bagi klien dan terapis untuk mengeksplorasi
kemungkinan-kemungkinan baru untuk perubahan (McKenzie & Monk, 1997).
Terapi narasi membantu klien mendekonstruksi cerita-cerita bermasalah ini
dengan pembongkaran yang diambil untuk diberikan asumsi akurat yang dibuat
mengenai suatu peristiwa, yang kemudian terbuka kemungkinan alternatif untuk
hidup (Bertolino & O'Hanlon, 2002; Winslade & Monk, 1999).

Eksternalisasi merupakan suatu proses untuk mendekonstruksi kekuatan


naratif dan memisahkan seseorang dari mengidentifikasi dengan masalah dan
kadang-kadang memberi nama. White (1992) mengusulkan suatu obyektifikasi

24
Postmodern Approach

masalah yang orang mencari terapi bukannya objektifikasi orang melalui


penugasan deskripsi total seperti gangguan kepribadian. Ketika klien dari proses
terapeutik

Ketika klien melihat "menjadi" masalah, mereka terbatas dalam cara


mereka dapat secara efektif menangani masalah ini. Dampak dari pergeseran ini
bahasa halus memungkinkan klien untuk mengalami masalah seperti yang terletak
di luar diri mereka sendiri. Alih-alih menjadi masalah, individu memiliki
hubungan dengan masalah tersebut. Misalnya, ada cukup perbedaan antara label
seseorang alkoholik dan menunjukkan alkohol yang telah menyerang hidupnya.
Memisahkan masalah dari memfasilitasi individu harapan dan memungkinkan
klien untuk mengambil versus berdiri sebuah alur cerita tertentu, seperti
menyalahkan diri sendiri. Dengan memahami budaya undangan untuk
menyalahkan diri sendiri, klien bisa mendekonstruksi ini alur cerita dan
menghasilkan yang lebih positif, penyembuhan cerita.

Kebanyakan klien mungkin tidak mengidentifikasi efek dari sebuah cerita


masalah, mungkin karena mereka takut menjadi kewalahan oleh kesulitan mereka.
Metode yang digunakan untuk memisahkan seseorang dari masalah disebut
sebagai eksternalisasi percakapan. Metode ini sangat berguna ketika orang telah
diagnosis dan label yang belum memvalidasi atau pemberdayaan proses
perubahan (Bertino & O'Hanlon, 2002). Konservasi eksternalisasi melawan
menindas, masalah jenuh cerita, dan memberdayakan klien untuk merasa
kompeten untuk menangani masalah yang mereka miliki. Dua cara untuk penataan
eksternalisasi percakapan adalah (1) untuk memetakan pengaruh masalah dalam
kehidupan seseorang, atau (pengaruh 2) untuk memetakan hidup orang tersebut
pada pengembangan masalah (McKenzie & Monk, 1997).

Pengaruh pemetaan masalah pada orang yang menghasilkan banyak


informasi yang berguna dan sering mengakibatkan orang merasa kurang malu dan
menyalahkan. Orang merasa didengarkan dan dipahami ketika pengaruh
dieksplorasi masalah dengan cara sistematis. Bila pemetaan ini dilakukan dengan

25
Postmodern Approach

hati-hati, itu meletakkan dasar untuk co-authoring sebuah alur cerita baru untuk
klien. Sebuah pertanyaan umum adalah, "Kapan masalah ini pertama muncul
dalam hidup Anda?" Tugas terapis adalah membantu klien dalam melacak
masalah dari dengan bertanya, "Jika masalah itu terus selama satu bulan (atau
setiap periode waktu), apa yang akan ini bagi Anda?" Pertanyaan ini bisa
memotivasi klien untuk bergabung dengan terapis dalam memerangi dampak efek
masalah itu.

Pengaruh pemetaan kehidupan seseorang pada pengembangan masalah


sering menyebabkan klien menjadi sadar bahwa masalah ini tidak sepenuhnya
mendominasi hidupnya. Ada beberapa hal ketika klien secara efektif menangani
masalah ini. Pemetaan semacam ini dapat membantu klien yang kecewa dengan
masalah melihat beberapa harapan untuk kehidupan yang berbeda. Mencari
terapis ini "saat gemerlap" ketika mereka terlibat dalam percakapan dengan klien
eksternalisasi (White & Epston, 1990).

Menjadi tokoh Brandon menggambarkan percakapan eksternalisasi.


Brandon mengatakan bahwa ia sedang marah terlalu banyak, terutama ketika
merasa bahwa istrinya adalah tidak adil mengkritik dia: "Saya hanya marah besar!
Aku meninggalkannya, menjadi marah, melawan. Kemudian, aku berharap aku
tidak, tapi sudah terlambat . Aku sudah mengacau lagi "Meskipun pertanyaan
tentang bagaimana kemarahannya terjadi, lengkap dengan contoh spesifik dan
peristiwa, akan membantu bagan pengaruh masalah., itu benar-benar pertanyaan-
pertanyaan seperti ini yang mengeksternalisasi masalah:" Apa misi kemarahan,
dan bagaimana cara merekrut Anda ke dalam misi ini?" "Bagaimana mendapatkan
kemarahan Anda, dan bagaimana menipu Anda agar membiarkan ini menjadi
begitu kuat?" "Apa kemarahan dimintakan dari padamu, dan apa yang terjadi pada
Anda ketika Anda memenuhi persyaratan-nya?"

Mencari untuk hasil unik

Dalam pertanyaan pendekatan narasi, eksternalisasi diikuti oleh


pertanyaan seacrhing untuk hasil yang unik. Pembicaraan terapis kepada klien

26
Postmodern Approach

tentang saat-saat pilihan atau sukses tentang masalah. Hal ini dilakukan dengan
memilih untuk perhatian setiap pengalaman yang berdiri terpisah dari cerita
masalah, terlepas dari betapa penting mungkin tampaknya klien. Terapis mungkin
bertanya: "Apakah pernah ada waktu di mana kemarahan Anda ingin mengambil
alih, dan Anda melawan? Apa itu seperti untuk Anda Bagaimana? Anda
melakukannya?" Pertanyaan-pertanyaan ini ditujukan untuk menyoroti masalah
ketika belum terjadi atau ketika masalah telah ditangani dengan berhasil. Hasil
unik sering bisa ditemukan masa lalu atau masa kini, tetapi mereka juga dapat
mengambil "Menjelajahi pertanyaan seperti ini? Memungkinkan klien untuk
melihat kemarahan yang mungkin. Ini adalah laporan dalam hasil yang unik,
gerbang yang disediakan untuk wilayah alternatif orang hidup (White, 1992).

Berikut deskripsi peristiwa yang unik, White (1992) menyarankan


mengajukan pertanyaan, baik langsung maupun tidak langsung, yang mengarah ke
cerita lebih jelas menyatakan:

 Apa yang Anda pikir ini bercerita tentang apa yang telah Anda ingin lebih
hidup dan tentang apa yang Anda telah mencoba dalam hidup Anda?
 Bagaimana menurut Anda mengetahui hal ini telah mempengaruhi
pandangan saya dari Anda sebagai pribadi?
 Dari semua orang-orang yang telah mengenal Anda, yang akan sedikit
terkejut bahwa Anda telah mampu mengambil langkah dalam menghadapi
pengaruh masalah dalam hidup Anda?
 Apa tindakan yang mungkin Anda melibatkan diri jika kamu adalah untuk
lebih sepenuhnya merangkul pengetahuan tentang siapa Anda?

Perkembangan hasil cerita yang unik menjadi kisah-kisah solusi adalah


apa yang difasilitasi oleh Epston dan White (1992) panggilan "sirkulasi
pertanyaan" :

 Sekarang bahwa Anda telah mencapai titik ini dalam kehidupan, siapa lagi
yang harus tahu tentang hal itu?

27
Postmodern Approach

 Saya rasa ada beberapa orang yang memiliki pandangan kedaluwarsa


Anda sebagai pribadi. Apa ide yang Anda miliki tentang memperbarui
pandangan-pandangan ini?
 Jika orang lain mencari terapi untuk alasan yang sama yang Anda lakukan,
bisa aku berbagi dengan mereka semua penemuan penting yang telah
Anda buat? (Hal. 23)

Pertanyaan-pertanyaan ini tidak bertanya seperti rentetan kata-kata.


Mempertanyakan merupakan bagian integral dari konteks percakapan narasi, dan
setiap pertanyaan adalah sensitif peka terhadap tanggapan dibawa oleh pertanyaan
sebelumnya (White, 1992).

McKenzie dan Monk (1997) menunjukkan bahwa terapis meminta izin


dari klien sebelum mengajukan serangkaian pertanyaan. Dengan membiarkan
klien tahu bahwa mereka tidak memiliki jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
mereka ajukan, terapis yang menempatkan klien dalam mengendalikan proses
terapeutik. Meminta izin dari klien untuk menggunakan quetioning persisten
cenderung untuk meminimalkan risiko secara tidak sengaja menekan klien.

Alternative Cerita dan Kembali pada Penulis

Membangun cerita baru berjalan di dekonstruksi tangan, dan terapis narasi


bukan untuk mendengarkan cerita-cerita baru. Orang-orang dapat terus-menerus
dan penulis aktif kembali kehidupan mereka, dan terapis narasi mengundang klien
untuk cerita alternatif penulis melalui "hasil unik" atau sesuatu yang tidak
diprediksi dengan masalah jenuh cerita (Freedman & Combs, 1996). Para terapis
narasi meminta pembukaan: "Apakah Anda pernah bisa melarikan diri dari
pengaruh masalah?" Para terapis mendengarkan petunjuk ke kompetensi dalam
tengah cerita problematik dan membangun sebuah kisah kompetensi sekitarnya.

Titik balik dalam narasi interview datang ketika klien membuat pilihan
apakah untuk tetap tinggal dengan masalah jenuh cerita atau menciptakan sebuah

28
Postmodern Approach

cerita alternatif (Winslade & Monk, 1999). Melalui penggunaan kemungkinan


pertanyaan unik, para terapis bergerak fokus ke masa depan. Sebagai contoh:
"Mengingat apa yang telah Anda pelajari tentang diri Anda, apa itu tindakan akan
membimbing Anda untuk melakukan lebih banyak?" Pertanyaan seperti itu
mendorong orang untuk merenungkan apa yang telah dicapai saat ini dan apa
langkah berikutnya mungkin.

Terapis bekerja dengan klien secara kolaboratif dengan membantu mereka


membangun lebih koheren dan komprehensif cerita (Neimeyer, 1993). Apakah
terlibat dalam percakapan yang mengalir bebas atau terlibat dalam serangkaian
pertanyaan dalam proses yang relatif konsisten, narasi dan proses dari orang yang
mereka layani. Putih dan Epston (1990) penyelidikan ke dalam peristiwa unik
mirip dengan pertanyaan kecuali solusi terfokus terapis. Keduanya berusaha untuk
membangun kompetensi yang sudah ada dalam pribadi. Perkembangan cerita
alternatif, atau narasi, adalah berlakunya harapan utama: Hari ini adalah hari
pertama dari sisa hidup Anda.

Mendokumentasikan Bukti

Narasi praktisi percaya bahwa cerita baru memegang hanya ketika ada
penonton untuk menghargai dan mendukung mereka. Dengan demikian, penonton
menghargai pembangunan baru sadar mencari pemirsa untuk mendapatkan berita
bahwa perubahan berlangsung perlu terjadi jika cerita alternatif untuk tetap hidup
(Andrews & Clark, 1996).

Salah satu teknik untuk mengkonsolidasikan membuat keuntungan klien


adalah dengan menulis surat. Narasi surat ditulis oleh rekaman sesi terapis dan
mungkin mencakup deskripsi eksternalisasi masalah dan pengaruhnya terhadap
klien serta penjelasan tentang kekuatan dan kemampuan klien diidentifikasi dalam
sesi. Surat ini menyoroti perjuangan klien memiliki masalah tersebut dan menarik
perbedaan antara masalah jenuh cerita dan kisah baru dan prioritas utama
berkembang (McKenzie & Monk, 1997). Surat-surat ini sering dikirimkan kepada
klien antara sesi (Andrews, Clark, & Baird, 1997).

29
Postmodern Approach

Epson telah mengembangkan sebuah fasilitas khusus untuk menjalankan


dialog sesi terapi antara pemikiran penggunaan huruf (White & Epson, 1990).
Surat-suratnya lama, mencatat proses wawancara dan kesepakatan yang dicapai,
atau pendek, menyoroti arti atau pemahaman yang dicapai dalam sesi dan
mengajukan pertanyaan yang telah terjadi padanya sejak akhir kunjungan terapi
sebelumnya. Surat-surat ini juga digunakan untuk mendorong klien, mencatat
kekuatan dan prestasi dalam rangka menangani masalah atau mencatat makna
prestasi mereka bagi orang lain dalam komunitas mereka. Winslade dan Monk
(1999) mencatat bahwa surat mendokumentasikan perubahan yang telah dicapai
klien cenderung memperkuat pentingnya perubahan, baik untuk klien dan lain-lain
dalam kehidupan klien

David Nylund, seorang pekerja sosial klinis, menggunakan huruf narasi


sebagai bagian dasar prakteknya. Nylund menggambarkan suatu kerangka kerja
konseptual dia telah menemukan kegunaan dalam penataan surat kepada kliennya
(Nylund & Thomas, 1994):

 Paragraf pengantar menghubungkan klien untuk sesi terapi sebelumnya.


 Laporan meringkas pengaruh masalah telah dan akan terjadi terhadap
klien.
 Pertanyaan terapis memikirkan setelah sesi akan diajukan kepada klien.
Pertanyaan yang mungkin relevan dengan cerita alternatif yang
berkembang.
 Surat dokumen unik hasil atau pengecualian untuk cerita masalah yang
muncul selama sesi. Pada saat-saat, mengutip langsung dari klien yang
digunakan.

Nylund dan Thomas (1994) berpendapat bahwa surat-surat narasi memperkuat


pentingnya membawa apa yang dipelajari di kantor terapi untuk kehidupan sehari-
hari. Pesan yang disampaikan adalah bahwa berpartisipasi sepenuhnya di dunia
adalah lebih penting daripada berada di kantor terapi. Dalam survei informal
persepsi nilai surat narasi oleh klien masa lalu, nilai rata-rata surat yang sama

30
Postmodern Approach

dengan lebih dari tiga sesi masing-masing. Temuan ini konsisten dengan
pernyataan McKenzie dan Monk (1997) : "Beberapa konselor narasi telah
menyarankan bahwa surat yang baik-terdiri mengikuti sesi terapi atau sebelumnya
lain dapat sama dengan sekitar lima reguler sesi". Narasi dampak dalam jumlah
sesi terkecil.

Teknik terapi yang digunakan oleh narasi dan terapis yang berfokus pada
solusi. Seperti yang Anda telah lihat, penekanan pada pendekatan ini adalah pada
kekuatan masyarakat dan sumber daya-psikologis, emosional, sosial, dan spiritual.
Proses terapi ini ditandai dengan kolaborasi, menghormati kemampuan klien
perubahan, dan menciptakan konteks yang memungkinkan munculnya possilities
baru untuk hidup. Lihat Kasus Pendekatan konseling dan psikoterapi (Corey,
2005, bab 11). Untuk contoh konkret cara narasi terapis bekerja dengan banyak
teknik ini sebagai nasihat Dr Gerald Monk Ruth. Pada bagian berikut, beberapa
konsep dan prosedur terapeutik dari solusi-terfokus dan pendekatan naratif dan
diterapkan pada Stan-klien tertentu.

D. TERAPI POSTMODERN DARI PERSPEKTIFMULTIKULTURAL

Kontribusi terhadap Konseling Multikultural

Konstruksionis sosial memiliki kesamaan dengan filosofi dari


multikulturalisme. Salah satu masalah yang secara kultur berbeda-beda dan sering
dialami oleh pasien adalah harapan bahwa mereka seharusnya menyesuaikan
kehidupan mereka pada kebenaran dan realita masyarakat yang dominan. Dengan
menekankan pada keragaman realita dan asumsi bahwa apa yang dirasakan
menjadi kenyataan merupakan hasil dari konstruksi sosial. Pendekatan
postmodern merupakan pendekatan yang cocok dengan sudut pandang dunia yang
beragam.

Pendekatan konstruksionis sosial pada terapi memperlengkapi pasiennya


dengan kerangka pikiran untuk berpikir tentang pemikiran mereka dan untuk
menentukan akibat dari cerita mereka. Pasien didorong untuk mengeksplor
bagaimana realita dibentuk dan konsekuensi yang mengikuti dari pembentukan

31
Postmodern Approach

tersebut. Dalam kerangka berpikir dari nilai kebudayaan mereka dan sudut
pandang dunia, pasien dapat mengeksplor keyakinan mereka dan memberikan
interpretasi ulang dari signifikansi peristiwa kehidupan mereka pribadi. Seorang
praktisi dengan perspektif konstruktifis sosial dapat membantu pasien dalam hal
perilaku yang berkenaan dengan nilai-nilai yang digarisbawahi. Dimensi ini
sangatlah penting dalam kasus tersebut dimana seorang konselor berasal dari
latarbelakang budaya yang berbeda atau tidak memiliki sudut pandang yang sama
dengan pasiennya.

Terapi narasi berkesesuaian dalam konteks sosial budaya, yang membuat


pendekatan ini relevan diterapkan pada konseling pasien dengan perbedaan
budaya. Kebanyakan pendekatan postmodern yang telah didiskusikan di buku ini
berdasarkan pada asumsi bahwa masalah ada dalam diri individu. Beberapa model
tradisional mendefinisikan kesehatan mental dalam istilah nilai kebudayaan yang
dominan. Di sisi lain, seorang terapis naratif mengoperasikan dasar pikiran bahwa
beberapa masalah diidentifikasi dalam sosial, budaya, politik, dan konteks lainnya
yang berhubungan dari pada keberadaan dalam individu. Mereka sangat konsen
dengan pertimbangan isu gender, etnis, ras, orientasi seksual, dan kelas sosial
dalam proses terapi. Lebih lanjut lagi, terapi resiko memberikan perhatian pada
kontruksi dialog sosial dan penilaian naratif yang dideskripsikan oleh pasien.

Seorang terapis naratif konsentrasi pada cerita masalah yang mendominasi


dan menunjukan pada personal, sosial, dan level budaya. Konsep sosial politik
dari masalah membuka jalan pada maksud dari budaya dan praktek memproduksi
naratif yang dominan dan menyesakkan. Dari orientasi ini, praktisi mengambil
bagian pada asumsi budaya yang merupakan bagian dari situasi masalah pasien.
Seseorang mampu mencapai pemahaman bagaimana praktek penekanan sosial
mempengaruhi mereka. Kepedulian ini dapat mengarahkan pada perspektif baru
pada tema dominan dari tekanan telah menjadi bagian dari cerita sang pasien, dan
dengan budaya kepedulian ini, cerita baru dapat dimunculkan.

32
Postmodern Approach

Dalam diskusi mereka tentang pengaruh multikultural pada pasien,


Bertolin dan O’Hanlon (2002) membuat poin penting bahwa mereka tidak dapat
mendekati pasien dengan mempertimbangkan maksud dari pengalaman mereka.
Malahan, mereka belajar dari pasien mereka tentang pengalaman dunia. Bertolino
dan O’Hanlon mempraktekan keingintahuan multi-budaya melalui mendengarkan
dengan sangat perhatian terhadap pasien mereka yang sebenarnya menjadi guru
terbaik. Berikut ini beberapa pertanyaan yang penulis sarankan sebagai cara untuk
untuk memahami dengan penuh pengaruh multi-budaya pada pasien:

1. Ceritakan lebih banyak lagi tentang pengaruh [beberapa aspek dari


budaya anda] yang paling mempengaruhi hidup anda.
2. Apa yang bisa anda bagi pada saya tentang latar belakang anda
sehingga saya bisa lebih memahami diri anda?
3. Tantangan apa yang harus anda hadapi dalam budaya anda?
4. Jika ada, apakah ada latar belakang yang menyulitkan anda?
5. Bagaimana anda menggambarkan kekuatan dan sumber-sumber
budaya anda? Sumber apakah yang dapat anda gambarkan?

Pertanyaan semacam ini dapat membuka jalan pada pengaruh


multicultural yang menjadi sumber atau yang berkontribusi pada masalah pasien.

Pembatasan untuk Konseling Multikultural

Sebuah pembatasan potensial dari pendekatan postmodern menyinggung


pada “pengetahuan mental”, seorang terapis berasumsi bersamaan dengan asumsi
dari “pasien sebagai sang ahli”. Individu dari banyak kelompok budaya yang
berbeda cenderung meningkatkan professional sebagi ahli yang akan menawarkan
petunjuk dan solusi bagi seseoarng yang mencari bantuan. Jika terapis berkata
pada pasien “saya tidak begitu ahli ; andalah ahlinya; saya percaya pada sumber-
sumber anda untuk mencari solusi dari masalah anda”, lalu hal ini
berkemungkinan menimbulkan berkurangnya kepercayaan pada terapis. Untuk
menghindari situasi ini, terapis menggunakan fokus solusi atau orientasi naratif
yang butuh untuk menyampaikan pada pasien bahwa dia telah memiliki keahlian

33
Postmodern Approach

dalam proses terapi tapi tidak akan menggabungkan secara langsung sang pasien
dalam perilaku yang kontras terhadap tujuan mereka yang sudah digarisbawahi.

34
Postmodern Approach

DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. 2005. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. San
Fransisco: Thomson and Brooks/Cole.

35

You might also like