You are on page 1of 5

c   adalah cabang ilmu sosial yang membahas teori dan praktik politik serta deskripsi dan

analisa
sistem politik dan perilaku politik. Ilmu ini berorientasi akademis, teori, dan riset.

6  
 , seorang ilmuwan politik berpengaruh.

Ilmuwan politik mempelajari alokasi dan transfer kekuasaan dalam pembuatan keputusan, peran dan
sistem pemerintahan termasuk pemerintah dan organisasi internasional, perilaku politik dan kebijakan
publik. Mereka mengukur keberhasilan pemerintahan dan kebijakan khusus dengan memeriksa berbagai
faktor, termasuk stabilitas, keadilan, kesejahteraan material, dan kedamaian. Beberapa ilmuwan politik
berupaya mengembangkan ilmu ini secara positif dengan melakukan analisa politik. Sedangkan yang lain
melakukan pengembangan secara normatif dengan membuat saran kebijakan khusus.

Studi tentang politik diperumit dengan seringnya keterlibatan ilmuwan politik dalam proses politik, karena
pengajaran mereka biasanya memberikan kerangka pikir yang digunakan komentator lain, seperti jurnalis,
kelompok minat tertentu, politikus, dan peserta pemilihan umum untuk menganalisis permasalahan dan
melakukan pilihan. Ilmuwan politik dapat berperan sebagai penasihat untuk politikus tertentu, atau bahkan
berperan sebagai politikus itu sendiri. Ilmuwan politik dapat terlihat bekerja di pemerintahan, di partai
politik, atau memberikan pelayanan publik. Mereka dapat bekerja di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
atau pergerakan politik. Dalam berbagai kapasitas, orang yang dididik dan dilatih dalam ilmu politik dapat
memberi nilai tambah dan menyumbangkan keahliannya pada perusahaan. Perusahaan seperti wadah
pemikir (? ?), institut riset, lembaga  dan hubungan masyarakat sering mempekerjakan
ilmuwan politik.

¦      


Ôerdapat banyak sekali pendekatan dalam ilmu politik. Di sini hanya akan dibahas tentang tiga
pendekatan saja, yakni pendekatan institusionalisme (?
  ??? ), pendekatan perilaku
(
 ) dan pilihan rasional (?  
), serta pendekatan kelembagaan baru atau ?


  ??? . Ketiga pendekatan ini memiliki cara pandangnya tersendiri dalam mengkaji ilmu
politik dan memiliki kritik terhadap pendekatan yang lain.
    
Pendekatan institusionalisme atau kelembagaan mengacu pada negara sebagai fokus kajian utama.
Setidaknya, ada dua jenis atau pemisahan institusi negara, yakni negara demokratis yang berada
pada titik "pemerintahan yang baik" atau  

dan negara otoriter yang berada pada
titik "pemerintahan yang jelek" atau  

dan kemudian berkembang lagi dengan
banyak varians yang memiliki sebutan nama yang berbeda-beda. Namun, pada dasarnyaͶjika
dikaji secara krusial, struktur pemerintahan dari jenis-jenis institusi negara tersebut tetap akan
terbagi lagi menjadi dua yakni masalah antara "baik" dan "buruk" tadi.

Bahasan tradisional dalam pendekatan ini menyangkut antara lain sifat undang-undang dasar,
masalah kedaulatan, kedudukan, dan kekuasaan formal serta yuridis dari lembaga-lembaga
kenegaraan seperti parlemen dan lain-lain. Dengan kata lain, pendekatan ini mencakup unsur legal
maupun institusional.

Setidaknya, ada lima karakteristik atau kajian utama pendekatan ini, yakni:
u Legalisme (
 ), yang mengkaji aspek hukum, yaitu peranan pemerintah pusat dalam
mengatur hukum;
u Strukturalisme, yakni berfokus pada perangkat kelembagaan utama atau menekankan
pentingnya keberadaan struktur dan struktur itu pun dapat menentukan perilaku seseorang;
u ]olistik (  ) yang menekankan pada kajian sistem yang menyeluruh atau holistik alih-alih
dalam memeriksa lembaga yang "bersifat" individu seperti legislatif;
u Sejarah atau  ?  yang menekankan pada analisisnya dalam aspek sejarah seperti
kehidupan sosial-ekonomi dan kebudayaan;
u ¦nalisis normatif atau ?
  yang menekankan analisisnya dalam aspek yang
normatif sehingga akan terfokus pada penciptaan  

?.

V      


  
Salah satu pemikiran pokok dalam pendekatan perilaku ialah bahwa tidak ada gunanya membahas
lembaga-lembaga formal karena pembahasan seperti itu tidak banyak memberikan informasi
mengenai proses politik yang sebenarnya. Sementara itu, inti "pilihan rasional" ialah bahwa
individu sebagai aktor terpenting dalam dunia politik dan sebagai makhluk yang rasional selalu
mempunyai tujuan-tujuan yang mencerminkan apa yang dianggapnya kepentingan diri sendiri.
Kedua pendekatan ini (perilaku dan pilihan rasional), memiliki fokus utama yang sama yakni
individu atau manusia. Meskipun begitu, penekanan kedua pendekatan ini tetaplah berbeda satu
sama lainnya.

¦dapun aspek yang ditekankan dalam pendekatan ini adalah:


u Menekankan pada teori dan metodologi. Dalam mengembangkan studi ilmu politik, teori
berguna untuk menjelaskan berbagai fenomena dari keberagaman di dalam masyarakat.
u Menolak pendekatan normatif. Kaum behavioralis menolak hal-hal normatif yang dikaji dalam
pendekatan institusionalisme karena pendekatan normatif dalam upaya menciptakan
"pemerintahan yang baik" itu bersifat bias.
u Menekankan pada analisis individual. Kaum behavioralis menganalisis letak atau pengaturan
aktor politik secara individual karena fokus analisisnya memang tertuju pada analisis perilaku
individu.
u Masukan (inputism) yang memperhatikan masukan dalam sistem politik (teori sistem oleh
David Easton, 1953) atau tidak hanya ditekankan pada strukturnya saja seperti dalam
pendekatan institusionalisme.

M      


Pendekatan kelembagaan baru atau ?

  ???  lebih merupakan suatu visi yang
meliputi beberapa pendekatan lain, bahkan beberapa bidang ilmu pengetahuan lain seperti
ekonomi dan sosiologi. Berbeda dengan institusionalisme lama yang memandang institusi negara
sebagai suatu hal yang statis dan terstruktur, pendekatan kelembagaan baru memandang negara
sebagai hal yang dapat diperbaiki ke arah suatu tujuan tertentu. Kelembagaan baru sebenarnya
dipicu oleh pendekatan behavioralis atau perilaku yang melihat politik dan kebijakan publik sebagai
hasil dari perilaku kelompok besar atau massa, dan pemerintah sebagai institusi yang hanya
mencerminkan kegiatan massa itu. Bentuk dan sifat dari institusi ditentukan oleh aktor beserta
juga dengan segala pilihannya.

×  
Dalam perspektif sistem,   adalah subsistem dari sistem sosial. Perspektif atau pendekatan
sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu sistem yakni suatu unit yang relatif terpisah
dari lingkungannya dan memiliki hubungan yang relatif tetap diantara elemen-elemen pembentuknya.
Kehidupan politik dari perspektif sistem bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankan
pada kelembagaan yang ada kita bisa melihat pada struktur hubungan antara berbagai lembaga atau
institusi pembentuk sistem politik. ]ubungan antara berbagai lembaga negara sebagai pusat kekuatan
politik misalnya merupakan satu aspek, sedangkan peranan partai politik dan kelompok-kelompok
penekan merupakan bagian lain dari suatu sistem politik. Dengan merubah sudut pandang maka sistem
politik bisa dilihat sebagai kebudayaan politik, lembaga-lembaga politik, dan perilaku politik.

Model sistem politik yang paling sederhana akan menguraikan masukan (?) ke dalam sistem politik,
yang mengubah melalui proses politik menjadi keluaran (??). Dalam model ini masukan biasanya
dikaitkan dengan dukungan maupun tuntutan yang harus diolah oleh sistem politik lewat berbagai
keputusan dan pelayanan publik yang diberian oleh pemerintahan untuk bisa menghasilkan
kesejahteraan bagi rakyat. Dalam perspektif ini, maka efektifitas sistem politik adalah kemampuannya
untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyat.
Namun dengan mengingat Machiavelli maka tidak jarang efektifitas sistem politik diukur dari
kemampuannya untuk mempertahankan diri dari tekanan untuk berubah. Pandangan ini tidak
membedakan antara sistem politik yang demokratis dan sistem politik yang otoriter.
 ë
   adalah istilah yang digunakan oleh ilmuwan politik untuk mendeskripsikan bentuk
pemerintahan, di mana negara tersebut berada dibawah sistem satu partai dan mendeklarasikan
kesetiaan kepada Marxisme-Leninisme-Ôeposisme-Puputisme, Maoisme. Negara komunis yang
masih ada hingga kini adalah Republik Rakyat Cina (sejak 1949), Kuba, Korea Utara, Laos dan
Vietnam

V   ë 
   atau   adalah suatu wilayah yang dikelola secara eksklusif oleh suatu kota,
biasanya dengan memiliki kedaulatan. Secara historis, negara-kota biasanya merupakan bagian dari
area kultural yang lebih besar, seperti pada negara-kota Yunani Kuno (misalnya ¦thena, Sparta, dan
Korinthia), kota-kota Finisi Kanaan (seperti Ôyre dan Sidon), Suku Maya Mesoamerika (termasuk
lokasi-lokasi seperti Chichen Itza and El Mirador), kota-kota di ¦sia Ôengah sepanjang Jalur Sutra
(termasuk Samarkand dan Bukhara), atau negara-kota Italia Utara (terutama Firenze dan Venesia).

Saat ini hanya Singapura, Monaco, dan Kota Vatikan yang merupakan negara berdaulat yang mirip
dengan definisi klasik mengenai negara-kota. Beberapa negara berdaulat juga memiliki wilayah
pemerintahan sendiri yang dibatasi pada kota, seperti Berlin di Jerman, Makau dan ]ong Kong di
RRC, Distrik Columbia di ¦merika Serikat, Distrik Federal Brazilia di Brazil, Distrik Federal Mexico di
Meksiko, serta Gibraltar

M J 
J  adalah sebuah paham yang artinya diambil dari kata "diktator" artinya orang yang
memerintah suatu negara/pemerintahan dengan hak-hak dan kekuasaan absolut dan -isme yang
berarti sebuah pemahaman maka disimpulkan diktatorisme adalah sebuah paham yang dianut oleh
suatu negara untuk dipimpin oleh seorang pemimpin otoriter yang mempunyai hak dan kewajiban
absolut. ¦dapun diktatorisme cenderung lebih banyak dipraktikkan di negara-negara Eropa seperti
Jerman, Polandia, Perancis, dan Italia.

Õ J 
  adalah sebuah negara yang diperintah oleh kolose yang terdiri dari beberapa
orang yang secara bersama-sama menjalankan kekuasaan sebagai Kepala Negara. Sistem
pemerintahan ini berlainan baik dengan presiden dalam republik dan parlemen dalam republik.
Dalam sejarah politik, istilah Directory yang berasal dari bahasa Prancis Directoire, berlaku bagi
lembaga-lembaga tinggi negara secara kolegial terdiri dari beberapa anggota bertindak seperti
Direktur. Sejauh ini yang terkenal adalah Directory Prancis. Namun oleh Perancis, bentuk ini
pemerintah hanya dijalankan daerah jajahan yang berada di wilayah Eropa.

6 º 
º  adalah struktur pendelegasian kekuasaan sosiopolitik yang dijalankan kalangan
bangsawan/monarki untuk mengendalikan berbagai wilayah yang diklaimnya melalui kerja sama
dengan pemimpin-pemimpin lokal sebagai mitra. Dalam pengertian yang asli, struktur ini
disematkan oleh sejarawan pada sistem politik di Eropa pada ¦bad Pertengahan, yang
menempatkan kalangan kesatria dan kelas bangsawan lainnya ( ) sebagai penguasa kawasan
atau hak tertentu (disebut 
 atau, dalam bahasa Latin, 
 ) yang ditunjuk oleh monarki
(biasanya raja atau  ).

Istilah feodalisme sendiri dipakai sejak abad ke-17 dan oleh pelakunya sendiri tidak pernah dipakai.
Semenjak tahun 1960-an, para sejarawan memperluas penggunaan istilah ini dengan memasukkan
pula aspek kehidupan sosial para pekerja lahan di lahan yang dikuasai oleh tuan tanah, sehingga
muncul istilah "masyarakat feodal". Karena penggunaan istilah feodalisme semakin lama semakin
berkonotasi negatif, oleh para pengkritiknya istilah ini sekarang dianggap tidak membantu
memperjelas keadaan dan dianjurkan untuk tidak dipakai tanpa kualifikasi yang jelas.

Dalam penggunaan bahasa sehari-hari di Indonesia, seringkali kata ini digunakan untuk merujuk
pada perilaku-perilaku negatif yang mirip dengan perilaku para penguasa yang lalim, seperti 'kolot',
'selalu ingin dihormati', atau 'bertahan pada nilai-nilai lama yang sudah banyak ditinggalkan'. ¦rti
ini sudah banyak melenceng dari pengertian politiknya.

D   
    adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen memiliki peranan
penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat
perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara
mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda dengan sistem presidensiil, di mana sistem
parlemen dapat memiliki seorang presiden dan seorang perdana menteri, yang berwenang
terhadap jalannya pemerintahan. Dalam presidensiil, presiden berwenang terhadap jalannya
pemerintahan, namun dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi simbol kepala negara
saja.

Sistem parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah tergantung dari dukungan secara
langsung atau tidak langsung cabang legislatif, atau parlemen, sering dikemukakan melalui sebuah
veto keyakinan. Oleh karena itu, tidak ada pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang eksekutif
dan cabang legislatif, menuju kritikan dari beberapa yang merasa kurangnya pemeriksaan dan
keseimbangan yang ditemukan dalam sebuah republik kepresidenan.

Sistem parlemen dipuji, dibanding dengan sistem presidensiil, karena kefleksibilitasannya dan
tanggapannya kepada publik. Kekurangannya adalah dia sering mengarah ke pemerintahan yang
kurang stabil, seperti dalam Republik Weimar Jerman dan Republik Keempat Perancis. Sistem
parlemen biasanya memiliki pembedaan yang jelas antara kepala pemerintahan dan kepala negara,
dengan kepala pemerintahan adalah perdana menteri, dan kepala negara ditunjuk sebagai dengan
kekuasaan sedikit atau seremonial. Namun beberapa sistem parlemen juga memiliki seorang
presiden terpilih dengan banyak kuasa sebagai kepala negara, memberikan keseimbangan dalam
sistem ini.

Ciri-ciri pemerintahan parlemen yaitu:


u Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan sedangkan kepala
negara dikepalai oleh presiden/raja.
u Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi berdasarkan
undang-unadang.
u Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.
u Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
u Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
u Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.

-  
  (presidensial), atau disebut juga dengan    , merupakan
sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasan eksekutif dipilih melalui pemilu dan
terpisah dengan kekuasan legislatif.

Menurut Rod ]ague, pemerintahan presidensiil terdiri dari 3 unsur yaitu:


u Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan mengangkat pejabat-pejabat
pemerintahan yang terkait.
u Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap, tidak bisa saling
menjatuhkan.
u Ôidak ada status yang tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan legislatif.

Dalam sistem presidensiil, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat dijatuhkan
karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik. Namun masih ada mekanisme untuk
mengontrol presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap
negara, dan terlibat masalah kriminal, posisi presiden bisa dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena
pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya seorang wakil presiden akan menggantikan posisinya.

Model ini dianut oleh ¦merika Serikat, Filipina, Indonesia dan sebagian besar negara-negara
¦merika Latin dan ¦merika Ôengah.

Ciri-ciri pemerintahan presidensiil yaitu:


u Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala negara.
u Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih langsung
oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
u Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan memberhentikan
menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.
u Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif bukan kepada
kekuasaan legislatif.
u Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
u Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.
·  
  adalah sistem pemerintahan yang menggabungkan kedua sistem
pemerintahan: presidensiil dan parlementer. Ôerkadang, sistem ini juga disebut dengan Dualisme
Eksekutif. Dalam sistem ini, presiden dipilih oleh rakyat sehingga memiliki kekuasaan yang kuat.
Presiden melaksanakan kekuasaan bersama-sama dengan perdana menteri. Sistem ini digunakan
oleh Republik Kelima Perancis

You might also like