You are on page 1of 9

BAB 5

PERMINTAAN UANG

Permintaan uang adalah jumlah uang yang ingin dipegang masyarakat dalam satu waktu.
Permintaan uang bukanlah uang yang ingin dimiliki. Jika ini yang dimaksud tentu semua orang
menginginkan sebanyak-banyaknya.

Permintaan uang adalah banyaknya nilai kekayaan masyarakat yang ingin diwujudkan dalam
bentuk uang. Tiap orang yang memiliki kekayaan tidak pernah mewujudkan seluruh
kekayaannya dalam bentuk barang, tapi akan menahan sebagian kekayaan itu dalam wujud uang.

Keinginan memegang uang itu didorong oleh motif-motif berikut.

1. Kebutuhan transaksi segera: likuiditas untuk pembayaran harian

2. Kebutuhan transaksi mendatang: menabung untuk membeli sesuatu di masa datang

3. Cadangan kebutuhan tak terencana

4. Portofolio: alokasi kekayaan berbentuk uang di luar tiga kebutuhan di atas

Permintaan uang untuk motif-motif di atas dapat dikelompokkan lagi menurut sifat
peredarannya, yakni uang beredar (money in circulation – Mc) dan uang diam (idle money – Mi).

Md = Mc + Mi

Kita bisa mengasumsikan bahwa kegunaan marjinal uang untuk masing-masing motif mengalami
penurunan seiring peningkatan jumlah (diminishing return of marginal utility). Seseorang akan
memilih kombinasi Mc dan Mi yang memaksimalkan kegunaan pada batasan jumlah uang yang
tersedia baginya.

Uang beredar dan uang diam dipengaruhi oleh variabel-variabel ekonomi maupun non ekonomi.
Teori-teori permintaan uang berusaha menjelaskan apa saja faktor-faktor mempengaruhi
permintaan uang dan mengapa atau bagaimana faktor-faktor tersebut bisa mempengaruhinya.
Kita akan mulai membahas permintaan uang dari teori ekonomi moneter konvensional terlebih
dulu, kemudian membandingkannya dengan teori moneter Islam yang juga sedikit banyak
dibangun di atas dasar teori moneter konvensional tersebut.
Fisher: Teori Kuantitas Klasik

Ekonom klasik Barat hanya menekankan dua motif pertama (Mc) dalam analisis hubungan uang
dengan output dan harga. Cara pandang mereka diturunkan dari persamaan kuantitas uang atau
persamaan pertukaran (equation of exchange) yang dirumuskan oleh Irving Fisher.

MV = PT

di mana M adalah jumlah uang yang terdapat dalam perekonomian. V adalah velositas, yakni
banyaknya perputaran uang dalam ekonomi. P adalah tingkat harga dalam tiap transaksi.
Terakhir, T adalah banyaknya transaksi.

PT mewakili nilai seluruh transaksi yang terjadi dalam perekonomian. Nilai PT jauh lebih besar
daripada M, stok uang yang ada dalam ekonomi. Walau demikian, stok uang M tersebut cukup
untuk melayani seluruh transaksi karena transaksi tidak berjalan satu arah. Melalui alur multi
arah yang kompleks, uang mengalami perputaran berulang kali.

Berhubung data transaksi sulit diperoleh, maka kini persamaan pertukaran di atas sedikit
dimodifikasi dengan mengganti jumlah transaksi, T, dengan pendapatan domestik bruto riil, Y.
Dengan demikian, persamaan menjadi.

MV = PY

Konsep V dalam persamaan baru ini juga ikut berubah, bukan lagi perputaran uang pada seluruh
transaksi dalam perekonomian, tapi perputaran uang dalam membeli barang dan jasa akhir (final
goods).

Dari persamaan tersebut, ekonom klasik menurunkan teori permintaan uang dengan membagi
kedua sisi persamaan dengan V.

M = PY/V

Maksud persamaan di atas adalah bahwa output nominal ekonomi mempengaruhi permintaan
uang. Ekonom klasik seperti Fisher menganggap bahwa velositas dipengaruhi oleh faktor budaya
dan teknologi yang tidak berubah dalam jangka pendek. Karenanya, seringkali persamaan di atas
diwujudkan dengan

M = kPY

di mana k = 1/V adalah suatu konstanta. Persamaan di atas bisa dibaca bahwa permintaan uang
hanya dipengaruhi oleh pendapatan nominal. Teori ini mencerminkan bahwa ekonom klasik
hanya menekankan motif transaksi dalam memegang uang.
Keynes: Preferensi Likuiditas

Berbeda dengan ekonom Klasik, Keynes berpendapat bahwa motif permintaan uang bukan hanya
untuk transaksi, melainkan juga untuk berjaga-jaga dan spekulasi. Keynes sejalan dengan Klasik
bahwa permintaan uang untuk transaksi dipengaruhi oleh pendapatan. Keynes juga menganggap
bahwa permintaan uang untuk berjaga-jaga juga dipengaruhi oleh pendapatan. Perbedaan penting
Keynes dengan Klasik terletak pada pendapatnya bahwa terdapat permintaan uang untuk
spekulasi yang dipengaruhi oleh tingkat bunga.

Keynes menyederhanakan seluruh aset finansial non uang menjadi satu jenis aset, yakni obligasi.
Masyarakat memilih untuk mewujudkan kekayaannya dalam bentuk uang atau obligasi.

Obligasi memberikan imbal berupa bunga dan keuntungan (kerugian) modal jika terjadi
kenaikan (penurunan) harga. Harga obligasi berbanding terbalik dengan tingkat bunganya. Box
di bawah ini mengilustrasikan bagaimana harga obligasi memiliki hubungan terbalik dengan
tingkat bunga.

Box 5.1
Ilustrasi Hubungan Harga-Bunga Obligasi

Obligasi dengan harga nominal 1000 dengan tingkat bunga 10 persen akan memberikan bunga di
akhir periode senilai 100. Jika harga obligasi naik dua kali lipat jadi 2000, sementara pembayaran
bunga tetap 100, maka tingkat bunga telah turun menjadi hanya 5 persen.

Tingkat bunga = (bunga/harga obligasi) x 100% = (100/2000) x 100% = 5%

Sebaliknya jika harga obligasi turun menjadi hanya 500, tingkat bunga mengalami kenaikan menjadi
20%.

Tingkat bunga = (100/5000) x 100% = 20%

Keynes menganggap bahwa uang tidak memberikan imbal apapun. Walau tidak mendapat imbal
dari uang, masyarakat akan tetap memilih uang untuk menghindari kerugian modal jika
diperkirakan harga obligasi turun di masa depan.

Masyarakat memperkirakan perubahan harga di masa depan dengan membandingkan tingkat


bunga sekarang terhadap tingkat bunga normal. Jika saat ini bunga lebih rendah daripada tingkat
normalnya, maka bunga cenderung naik dan harga obligasi cenderung turun di masa depan.
Karenanya masyarakat memilih untuk menjual obligasi dan memegang uang.

Di sinilah letak motif spekulasi permintaan uang, yakni spekulasi untuk menghindari kerugian
dari penurunan harga obligasi. Teori Keynes disebut teori preferensi likuiditas karena
menjelaskan mengapa masyarakat memilih likuiditas dengan memegang uang daripada obligasi
yang memberikan bunga.
Kontribusi utama teori Keynes terletak pada analisis bahwa permintaan uang selain dipengaruhi
oleh pendapatan, juga dipengaruhi oleh tingkat bunga karena adanya motif spekulasi. Setelah
Keynes, muncul beberapa teori lain yang menjelaskan bagaimana bunga mempengaruhi
permintaan uang. Baumol-Tobin menunjukkan bahwa permintaan uang untuk transaksi juga
dipengaruhi oleh tingkat bunga karena bunga tersebut menjadi biaya oportunitas memegang
uang. Sebaliknya, menyimpan uang di bank juga menimbulkan biaya untuk datang ke bank
mengambil uang ketika kembali memerlukannya untuk transaksi. Biaya ini sering disebut
shoeleather cost yang diambil dari metafora kulit sepatu yang menipis karena seringnya pergi ke
bank.

Friedman: Teori Kuantitas Modern

Milton Friedman mengikuti langkah Keynes dalam mempertimbangkan imbal aset lain yang
menjadi biaya oportunitas dalam memegang uang. Bedanya, Friedman mengkategorikan aset ke
dalam tiga kelompok: obligasi, saham, dan barang. Friedman juga menyelisihi Keynes dengan
menganggap bahwa uang juga memberikan imbal, mencakup bunga dan jasa-jasa lain yang
diberikan bank atas tabungan, yang mana termasuk uang dalam pengertian luas,.

Imbal atas uang ini mengurangi biaya oportunitas memegang uang. Karenanya dalam spesifikasi
fungsi Friedman, permintaan uang dipengaruhi secara negatif bukan semata oleh imbal aset,
melainkan oleh selisih imbal aset tersebut dengan imbal uang. Bentuk lengkap persamaan
permintaan uang dari Milton Friedman adalah

Md = f (Yp, rb – rm, re – rm, πe – rm)

di mana

Yp : pendapatan permanen, yakni nilai sekarang seluruh pendapatan sekarang dan mendatang

rm : imbal uang

rb : imbal obligasi, yakni tingkat bunga

re : imbal ekuitas, yakni tingkat keuntungan per modal

πe : imbal barang, ekspektasi kenaikan harga barang yang dicerminkan oleh inflasi

Sebagaimana Keynes, Friedman masih mempertahankan pendapatan sebagai variabel penjelas


permintaan uang. Hanya saja, Friedman tidak menggunakan tingkat pendapatan pada suatu
waktu, tetapi pendapatan permanen Yp, yang diukur dengan nilai sekarang seluruh pendapatan di
masa sekarang dan mendatang. Yp sebenarnya lebih mewakili konsep kekayaan daripada konsep
pendapatan. Model permintaan uang Friedman sebenarnya menggambarkan bagaimana
seseorang mengalokasikan kekayaan yang diukur dengan pendapatan permanen pada berbagai
jenis aset, termasuk uang. Karenanya, semakin besar pendapatan permanen Yp semakin besar
pula permintaan uang Md.
Asumsi imbal positif barang didapatkan dari keumuman perekonomian saat ini yang senantiasa
mengalami inflasi. Di masa lalu saat standar emas masih digunakan, perekonomian pernah
mengalami harga yang stabil atau bahkan menurun(deflasi). Ketiadaan inflasi akan meniadakan
potensi keuntungan modal dari kenaikan harga barang πe. Walau demikian, orang masih membeli
barang karena memberikan manfaat langsung berupa jasa (service) kegunaan barang tersebut.

Dalam situasi tanpa inflasi ini pun, hubungan negatif antara permintaan uang dan imbal barang
neto yang diprediksikan oleh model Friedman masih berlaku. Jika imbal barang neto mengalami
penurunan, permintaan uang akan bertambah.

Tobin: Model Mean-Variance

Teori Keynes dan Friedman masih belum mampu menjelaskan mengapa seseorang bisa
memegang sekaligus beberapa jenis aset dalam portofolionya. Jika ia ingin memaksimalkan
imbal, bukankah lebih baik ia mewujudkan seluruh kekayaannya dalam aset yang memberikan
imbal paling tinggi? Gambar 5.1
Kombinasi Optimal Risiko-Return Aset
Di sinilah Tobin berkontribusi dengan
menunjukkan bahwa seseorang akan
memilih kombinasi optimal aset yang
berimbal dan berisiko tinggi dengan aset
yang berimbal dan berisiko rendah yang
menghasil. Dalam model Tobin, imbal
suatu aset diwakili oleh rata-rata imbal,
sedangkan risiko aset diwakili oleh
variansi imbal aset tersebut.

Tobin mengasumsikan bahwa utilitas


seseorang dari aset akan dipengaruhi
positif oleh imbal aset dan dipengaruhi
negatif oleh risiko aset tersebut. Dari
asumsi ini, tiap orang akan memiliki kurva
indiferen yang berkemiringan positif di
mana rata-rata imbal menjadi sumbu
vertikal dan variansi imbal menjadi sumbu
horisontal. Optimalisasi utilitas terjadi
pada saat kurva indiferen ini menyinggung
lokus oportunitas, yakni kombinasi rata-
rata dan variansi imbal yang tersedia bagi
Sumber: Mishkin (2005)
seseorang.
Teori Permintaan Uang dalam Ekonomi Tanpa Bunga

Model permintaan uang dalam ekonomi Islam memodifikasi model-model permintaan uang
yang telah ada. Model Friedman sudah dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh kenaikan
imbal saham terhadap permintaan uang. Model Tobin menjelaskan bagaimana seseorang
mengalokasikan portofolio kekayaannya di antara berbagai aset yang memberikan imbal dan
memiliki risiko berbeda. Dua model tersebut bisa juga diterapkan untuk menganalisis
perekonomian tanpa bunga atau, yang lebih realistik, perekonomian campuran di mana sistem
bunga dan sistem bagi hasil koeksis.

Mirakhor memodifikasi model permintaan Keynes dengan mengganti tingkat bunga dengan
tingkat imbal.

M
= m ( r,Y )
P

Konsep tingkat imbal yang unitnya berupa persentase dari nilai modal awal mirip dengan konsep
tingkat bunga. Karena itu, dalam model makroekonomi yang lengkap, hubungan antara tingkat
imbal dengan variabel-variabel makroekonomi lain persis sama dengan hubungan variabel
tersebut dengan tingkat bunga.

Anwar memilih untuk tidak menggunakan tingkat imbal, tetapi menggunakan tingkat nisbah bagi
hasil ρ, yang jika dikalikan dengan keuntungan π akan menghasilkan tingkat imbal r.
r = ρπ

Berikut adalah bentuk persamaan permintaan uang Anwar

M
= m ( ρ ,Y )
P

M/P : permintaan uang riil

ρ : tingkat nisbah bagi laba

Y : pendapatan

Dengan mengasumsikan bahwa nilai π sudah tertentu dan diketahui, maka perubahan ρ telah
mewakili perubahan tingkat imbal.

Penetapan nilai π selain praktis juga lebih berhati-hati daripada mengasumsikan adanya
hubungan tertentu antara π dan ρ. Langkah terakhir dilakukan oleh Usamah A. Utsman ketika
memasukkan variabel π dalam model permintaan uang.
Md = L(ρ, π,Y)

Utsman mengasumsikan bahwa tingkat nisbah bagi laba ρ memiliki hubungan positif dengan
tingkat keuntungan π. Dengan kata lain, nisbah bagi laba untuk pemilik dana ρ diasumsikan
meningkat jika keuntungan membesar. Asumsi ini patut dipertanyakan karena secara teoritis jika
nilai keuntungan yang dibagikan meningkat, pengusaha maupun pemilik dana sama-sama akan
bersedia menerima nisbah lebih kecil selama tingkat imbal tidak turun dari semula.

Faktor Nilai dan Kelembagaan

Chapra juga mengusulkan model yang mirip dengan Anwar, tapi ia memasukkan juga variabel
nilai moral dan sosial yang mempengaruhi permintaan uang.

Md = f (Y, S, ρ)

di mana S adalah faktor-faktor nilai dan kelembagaan.

Secara umum, semua faktor nilai dan kelembagaan bisa mempengaruhi perilaku individu dan
masyarakat dalam memegang uang. Faktor nilai dan kelembagaan terutama berpengaruh besar
pada preferensi orang untuk memegang uang dengan motif berjaga-jaga dan spekulasi.

Pajak atas Uang Menganggur

Model Metwally tidak memasukkan tingkat imbal ekuitas maupun tingkat bagi hasil sebagai
variabel yang mempengaruhi permintaan uang. Selain pendapatan y, faktor yang mempengaruhi
permintaan uang dalam model Metwally adalah tingkat pajak µ yang dikenakan pada dana
menganggur.

Md = f (Y, µ)
+, -

Konsep pajak yang dikenakan pada dana menganggur sebenarnya mirip dengan zakat. Akan
tetapi, zakat adalah konstanta, bukan variabel, karena tarifnya sudah tertentu. Karena itu, tidak
tepat jika dalam praktik variabel µ ini diwakili oleh zakat.

Pajak seperti ini memberikan disinsentif pada masyarakat untuk menganggurkan dananya,
sehingga masyarakat terdorong menggunakan dananya untuk transaksi. Dampaknya, permintaan
uang untuk berjaga-jaga dan spekulasi akan berkurang. Pertanyaannya adalah apakah total
permintaan uang akan berkurang karena terjadi penurunan permintaan uang untuk berjaga-jaga
dan spekulasi, atau tetap karena permintaan uang hanya bergeser dari motif berjaga-jaga dan
spekulasi ke motif transaksi?
Metwally memprediksi bahwa total permintaan uang akan turun ketika pajak dana menganggur
meningkat. Namun dia tidak menjelaskan mengapa tidak terjadi pergeseran permintaan uang
antar motif, atau kalaupun terjadi pergeseran, penambahan permintaan uang untuk transaksi tidak
cukup untuk mengompensasi pengurangannya untuk berjaga-jaga dan spekulasi.

Jika tidak terjadi pergeseran permintaan uang antar motif, maka model mengasumsikan adanya
independensi antara satu motif permintaan uang dengan lainnya. Nampak asumsi ini tidak
realistis jika kita melakukan retrospeksi bahwa penggunaan uang kita saling substitusi. Walau
demikian, tepat tidaknya asumsi itu merupakan masalah empiris.

Perekonomian Terbuka

Jika sistem bunga masih eksis dalam suatu perekonomian, maka permintaan uang pasti tidak
akan lepas dari pengaruhnya. Bagaimana jika suatu perekonomian telah bebas sama sekali dari
bunga, apakah permintaan uang dengan sendirinya akan imun dari bunga? Belum tentu.

Walau tidak ada bunga di dalam negeri, jika nilai tukar tidak ditetapkan dan atau lalu lintas
modal internasional bersifat bebas, permintaan uang masih dapat dipengaruhi oleh tingkat bunga
internasional. Situasi demikian digambarkan oleh model Kia-Darra.

Berangkat dari kerangka model yang mirip dengan Friedman, Kia-Darrat menyusun sebuah
model permintaan uang jangka panjang dalam setting perekonomian terbuka yang bebas bunga.
Model ini mengasumsikan perekonomian internasional masih berdasarkan bunga, karenanya
permintaan uang domestik masih dipengaruhi oleh tingkat bunga internasional walau
perekonomian domestik sendiri sudah bebas bunga.

Model permintaan uang Kia-Darrat memprediksi bahwa permintaan uang riil, dalam arti sempit
dan luas, memiliki hubungan positif dengan pendapatan riil dan nilai tukar riil, serta hubungan
negatif dengan tingkat inflasi domestik dan tingkat bunga internasional. Selain faktor-faktor di
atas, permintaan komponen simpanan bagi hasil dalam uang luas juga dipengaruhi positif oleh
tingkat inflasi luar negeri. Spesifikasi lengkap model Kia-Darrat sebagai berikut.

log m = β0 + β1 log y – β2 π –β3 r* + β4 log q + u


log d = γ0 + γ1 log y – γ2 π + γ3 π* –γ4 r* + γ5 log q + u

di mana

m : stok uang sempit riil, mencakup uang kartal dan giro non bunga
d : saldo simpanan bagi hasil
y : PDB riil
π : inflasi domestik
π* : inflasi internasional
r* : tingkat bunga internasional
q : nilai tukar riil
u : faktor pengganggu

Apakah model Kia-Darrat mengimplikasikan bahwa suatu perekonomian tidak pernah akan bisa
benar-benar lepas dari pengaruh bunga selama keuangan internasional masih didominasi oleh
sistem bunga? Tidak selalu seperti itu. Model Kia-Darrat hanya berlaku dalam perekonomian
terbuka. Solusi sederhana untuk mengisolasi perekonomian dari pengaruh sistem bunga
internasional adalah dengan menutup diri dari lalu lintas modal internasional, kecuali dari
perekonomian lain yang sama-sama bebas bunga.

You might also like