You are on page 1of 69

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu

perusahaan sejak adanya pemisahan fungsi antara pemilik (para pemegang saham)

dan pihak yang menjalankan kegiatan perusahaan setiap harinya. Dengan laporan

keuangan, pihak yang menjalankan day to day operation perusahaan, dalam hal ini

manajer, mengkomunikasikan dan mempertanggung jawabkan hal-hal yang

dilakukannya serta hasilnya pada para pemegang saham. Sebaliknya, laporan

keuangan juga digunakan oleh para pemegang saham untuk menilai kinerja pihak

manajemen.

Dengan menjadi salah satu alat pengukuran kinerja manajemen, laporan

keuangan menjadi sesuatu yang sangat krusial bagi pihak manajemen. Dengan

demikian, manajemen akan cenderung menyusun laporan keuangan yang

interpretasinya baik bagi manajemen. Pihak manajemen dapat memilih kebebasan

yang merupakan celah dalam sistem akuntansi berbasis akrual untuk mengungkapkan

atau tidak mengungkapkan suatu informasi. Informasi-informasi yang diungkapkan

perusahaan akan disajikan bersama laporan keuangan atau ikhtisarnya dalam laporan

tahunan perusahaan.
Bila terjadi situasi seperti yang digambarkan di atas, maka akan timbul

asimetri informasi antara manajer dan pemilik. Para pemilik (pemegang saham) akan

sulit mengetahui kondisi perusahaan yang sebenarnya karena manajer membatasi

informasi yang disampaikan pada mereka. Oleh karena itu, tingkat pengungkapan

pada laporan tahunan perusahaan akan menentukan seberapa banyak informasi yang

didapat dari laporan tersebut.

Suatu studi empiris membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan sebenarnya

enggan untuk memperluas pengungkapan laporan keuangan tanpa tekanan dari

profesi akuntansi atau pemerintah (Hendriksen, 1997 dalam Verdiyana, 2006). Akan

tetapi pengungkapan merupakan hal vital bagi pengambilan keputusan optimal para

investor dan untuk pasar modal yang stabil. Pengungkapan dalam laporan keuangan

akan membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami isi laporan keuangan

tersebut. Pengungkapan yang tidak memadai dalam laporan keuangan dapat

menyebabkan terjadinya misinterpretation terhadap laporan keuangan tersebut.

Kegagalan pemahaman atas isi dan angka laporan keuangan tersebut akan berakibat

pada kesalahan penilaian, baik itu undervalued maupun overvalued.

Untuk mempertahankan daya saingnya, perusahaan harus memandang

pengungkapan dalam laporan keuangan sebagai sebuah kesempatan, bukan sebagai

beban. Pengungkapan yang memadai akan mewujudkan suatu image sebagai

perusahaan yang menjunjung tinggi transparansi, yang akan meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap kredibilitas manajemen perusahaan serta

menghasilkan tingkat keuntungan yang tinggi, meningkatkan likuiditas dan


2
menurunkan biaya modal. Dengan dilakukannya pengungkapan yang memadai

tentang perusahaan, baik dalam hal keuangan maupun non-keuangan, maka

diharapkan investor akan lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam

perusahaan karena berkurangnya resiko informasi. Sejauh mana pengungkapan

sukarela dilakukan oleh perusahaan sangat tergantung pada perbandingan antara

biaya dan manfaat pengungkapan tersebut dan perbandingan biaya-manfaat tersebut

akan sangat ditentukan oleh karakteristik-karakteristik tertentu dari perusahaan yang

bersangkutan (Fitriany, 2001). Karakteristik-karakteristik tersebut antara lain:

likuiditas, basis perusahaan, profitabilitas, ukuran perusahaan dan reputasi KAP yang

mengaudit perusahaan tersebut.

Ukuran perusahaan adalah salah satu karakteristik perusahaan yang paling

umum. Ukuran suatu perusahaan dapat diukur dari total asset perusahaan (Herianto

dan Susomo,1998:316 dalam Meiyusti, 2008). Perusahaan besar cenderung lebih

menarik minat masyarakat, sehingga perusahaan-perusahaan besar lebih banyak

mendapat sorotan dibandingkan perusahaan menengah atau perusahaan kecil. Sorotan

tersebut bukan hanya datang dari masyarakat, namun juga dari pemerintah. Menurut

Buzby, perusahaan dengan ukuran yang lebih besar relatif lebih diawasi oleh

lembaga-lembaga pemerintah sehingga mereka berupaya menyajikan pengungkapan

yang lebih baik untuk dapat meminimalisir tekanan-tekanan pemerintah

(Tjakradinata, 2000 dalam Amalia, 2005). Selain itu, teori agensi menyatakan bahwa

perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan

kecil (Jensen and Meckling, 1976). Perusahaan besar mungkin akan mengungkapkan
3
informasi yang lebih banyak sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan

tersebut. Di lain pihak, perusahaan kecil biasanya berada dalam situasi persaingan

ketat dengan perusahaan lain. Mengungkapkan terlalu banyak tentang jati dirinya

kepada pihak eksternal dapat membahayakan posisinya dalam persaingan. Oleh

karena itu, perusahaan-perusahaan besar dituntut untuk mengungkapkan lebih banyak

dari pada perusahaan kecil.

Perusahaan besar cenderung memiliki sumber daya yang lebih memadai

dibandingkan perusahaan kecil (Marwata,2001). Perusahaan besar perlu dan mampu

membiayai penyediaan informasi untuk kepentingan pengungkapan dalam laporan

keuangan, baik yang ditujukan bagi pihak internal maupun eksternal. Akan tetapi,

tidak semua penelitian mendukung hubungan antara size perusahaan dengan luas

pengungkapan. Hacston dan milne (1996) dalam Marulitua (2009) menemukan bukti

bahwa size perusahaan tidak mempunyai korelasi signifikan terhadap luas

pengungkapan.

Selain ukuran perusahaan, profitabilitas, yang merupakan bagian yang paling

diperhatikan oleh investor dalam menilai suatu laporan keuangan pun merupakan

salah satu karakteristik perusahaan yang mempengaruhi tingkat pengungkapan.

Perusahaan yang menghasilkan laba (profit) yang tinggi akan cenderung

mengungkapkan lebih banyak informasi untuk menunjukan kompetensi perusahaan

tersebut. Shangvi dan Desai (1971) dalam Subiyantoro (1996) mengutarakan bahwa

rentabilitas ekonomi dan profit margin yang tinggi, akan mendorong para manajer

untuk memberikan informasi yang lebih terperinci, sebab mereka ingin meyakinkan
4
para investor terhadap profitabilitas perusahaan dan mendorong kompensasi terhadap

manajemen. Namun, perusahaan dengan profit yang rendah pun berusaha melakukan

pengungkapan lebih untuk memaparkan kondisi yang menjelaskan rendahnya profit

perusahaan tersebut. Pada penelitian Nugraheni (2000) ditemukan bukti bahwa

terdapat pengaruh negatif antara profitabilitas terhadap tingkat pengungkapan

perusahaan.

Selain karakteristik yang telah dibahas di atas, likuiditas, basis perusahaan,

reputasi KAP yang mengaudit perusahaan tersebut juga berpengaruh terhadap tingkat

pengungkapan. Dalam penelitian yang dilakukan Susanto (1992), basis perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan. Perusahaan berbasis asing

cenderung malakukan lebih banyak pengungkapan dibandingkan perusahaan

domestik.

Menurut Suripto (1999), ada beberapa alasan yang mendukung pernyataan


tersebut, yaitu :
1. Perusahaan berbasis asing mendapatkan pelatihan yang lebih baik, misalnya
dalam bidang akuntansi, dari perusahaan induknya di luar negeri.
2. Perusahaan berbasis asing mungkin memiliki sistem informasi manajemen
yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan pengendalian internal dan
kebutuhan informasi perusahaan induknya.
3. Kemungkinan terdapat permintaan informasi yang lebih besar kepada
perusahaan berbasis asing dari pelanggan, pemasok, analis, dan masyarakat
pada umumnya.

Disamping memperhatikan tingkat profitabilitas, investor juga memberikan

perhatian khusus pada tingkat likuiditas perusahaan sebelum memutuskan untuk

berinvestasi. Dalam penelitiannya, Suripto (1999) menyatakan bahwa kesehatan suatu

perusahaan yang dicerminkan dengan tingginya rasio likuiditas diharapkan

5
berhubungan dengan luasnya tingkat pengungkapan. Sebaliknya, Simanjuntak dan

Widiastuti (2004) dalam Meiyusti (2008) menyatakan bahwa secara parsial variabel

likuiditas tidak mempengaruhi kelengkapan laporan keuangan.

Pada akhirnya, bukan hanya rasio keuangan saja yang berpengaruh pada

tingkat pengungkapan perusahaan, namun juga reputasi KAP (Kantor Akuntan

Publik) yang mengaudit perusahaan tersebut. Masyarakat cenderung lebih percaya

pada hasil audit dan statement yang dikeluarkan oleh KAP besar (dalam hal ini KAP

Big 4) atau KAP yang berafiliasi dengannya. Hal ini tentunya berpengaruh secara

tidak langsung atas pandangan masyarakat terhadap perusahaan. Perusahaan yang

diaudit oleh KAP big 4 cenderung mengungkapkan lebih banyak.

Sebelumnya, penelitian-penelitian sejenis telah dilakukan. Penelitian Marwata

(2001) tentang tingkat pengungkapan sukarela pada laporan tahunan perusahaan-

perusahaan yang terdaftar di BEJ mendapatkan kesimpulan bahwa ukuran perusahaan

dan peredaran saham berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela.

Demikian pula dengan Irawan (2006) dan Marulitua (2009), yang semakin

menegaskan pengaruh ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan. Penelitian

Fitriany (2001) menyimpulkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh signifikan

terhadap tingkat pengungkapan. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Hadi dan

Sabeni (2002) serta Simanjuntak dan Widiastuti (2004). Menurut hasil penelitian

Marulitua (2009), profitabilitas perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pengungkapan, sementara basis perusahaan sebaliknya.

6
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian-penelitian sebelumnya.

Penelitian ini berjudul : ”Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Tingkat

Pengungkapan Sukarela Pada Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan yang

terdaftar di BEI”. Bedanya, dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah

perusahaan perbankan, tahun penelitian yang diambil adalah tahun 2006-2008 dan

metode pengukuran tingkat pengungkapan yang digunakan adalah metode

pengukuran Index Pengungkapan (IP) dengan pembobotan yang dikembangkan oleh

Komsyah (2003) dengan modifikasi. Alasan penggunaan sample perusahaan

perbankan adalah karena peranan perbankan dalam masyarakat sebagai lembaga

penghimpunan dana masyarakat menjadikan perbankan sebagai sektor yang sangat

mempengaruhi ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, pengungkapan informasi dalam

laporan tahunan menjadi hal yang sangat krusial bagi perbankan untuk

menginformasikan sesuatu pada stakeholdernya (terutama masyarakat pada

umumnya).

B. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, penulis merumuskan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sukarela

perusahaan perbankan ?

2. Apakah basis perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan

sukarela perusahaan perbankan ?

7
3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sukarela

perusahaan perbankan ?

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan

sukarela perusahaan perbankan ?

5. Apakah reputasi KAP yang mengaudit perusahaan berpengaruh terhadap

tingkat pengungkapan sukarela perusahaan perbankan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan paparan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

melihat pengaruh dari likuiditas, basis perusahaan, profitabilitas, ukuran perusahaan

dan reputasi KAP yang mengaudit terhadap tingkat pengungkapan sukarela

perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama periode 2006-2008.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi

kalangan akademisi yang akan menggunakan tingkat pengungkapan sukarela dalam

penelitian yang lebih mendalam dan semua pembaca pada umumnya.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan proposal ini adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Berisi latar belakang masalah yang hendak diteliti, perumusan

masalahnya serta tujuan dan manfaat penelitian ini.

Bab II : Tinjauan Pustaka


8
Berisi uraian teori mengenai variabel-variabel independen dan

dependen, serta hubungannya, juga hipotesis penelitian ini.

Bab III : Metodologi Penelitian

Berisi penjelasan mengenai metode-metode yang digunakan untuk

mengukur variabel-variabel yang ada, serta hubungannya. Selain itu, bab

ini berisi definisi serta cakupan populasi dan sampel penelitian ini.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh

size perusahaan, profitabilitas, likuiditas, basis perusahaan dan reputasi

KAP terhadap tingkat pengungkapan sukarela.

Bab V : Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta

keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini. Selain itu, bab ini juga

berisi saran bagi peneliti selanjutnya untuk memperbaiki kelemahan-

kelemahan pada penelitian ini.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengungkapan Informasi (disclosure)

• Pengertian

Pengungkapan merupakan bagian dari langkah terakhir dalam proses

akuntansi, yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statement

keuangan. Menurut Evans (2003), pengertian pengungkapan hanya terbatas pada hal-

hal yang menyangkut laporan keuangan saja. Pernyataan publik dan informasi yang

dinyatakan oleh manajemen di luar lingkup laporan keuangan tidak termasuk dalam

definisi laporan keuangan. Evans (2003) dalam Meiyusti (2008) mengartikan

disclosure sebagai berikut:

Disclosure means supplying informationin the financial statements,

including the statements themselves, and the supplementary disclosure

associated with the statement. It does not extend to public or privat

statement made by manajemen or information provided outside the

financial statement.

Di sisi lain, Wolk, Tearney dan Dodd (2001) dalam Rahayu (2008)

memasukan pula statement keuangan segmental dan statement yang merefleksikan

perubahan harga sebagai bagian dari pengungkapan. Pengungkapan yang dilakukan

dalam laporan tahunan dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu :


1. Pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure)

Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan

oleh peraturan yang berlaku. Peraturan tentang standar pengungkapan informasi bagi

perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik diatur

dalam peraturan no. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan

peraturan no. VII.G.2 tentang laporan tahunan. Peraturan tersebut diperkuat dengan

Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-38/PM/1998 yang berlaku bagi semua

perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik.

Peraturan ini kemudian diperbaharui dengan Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-

02/PM/2002 yang mengatur tentang penyajian dan pengungkapan laporan keuangan

emiten dan perusahaan publik untuk setiap jenis industri. Peraturan yang khusus

mengatur tata cara dan item-item pengungkapan wajib bagi perusahaan yang bergerak

dalam bidang perbankan dituangkan dalam Pedoman Penyajian dan Pengungkapan

Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perbankan.

2. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)

Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi yang dilakukan oleh

manajemen suatu perusahaan di luar butir-butir informasi wajib yang harus

diungkapkan menurut peraturan yang berlaku. Meek dkk (1995) dalam Marulitua

(2009) menunjukan bahwa pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan bebas,

dimana manajemen dapat memilih jenis informasi yang dipandang relevan untuk

pengambilan keputusan bagi pihak-pihak pemakainya. Keleluasaan tersebut


11
menyebabkan terjadinya keragaman dalam kualitas pengungkapan sukarela di antara

perusahaan publik (Marwata, 2001). Di Indonesia, pengungkapan sukarela diatur oleh

keputusan Bapepam No.Kep-38/PM/1998.

Tingkat pengungkapan sukarela perusahaan-perusahaan di Indonesia terus

berubah seiring perkembangan kebudayaan, perekonomian dan pemikiran

masyarakat. Namun pada umumnya, tingkat pengungkapan dibagikan dalam 3

kategori, yaitu :

− Adequate Disclosure (Pengungkapan cukup)

− Fair disclosure (Pengungkapan wajar)

− Full disclosure (Pengungkapan penuh)

• Tujuan Pengungkapan

Secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang

dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani

berbagai pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Sedangkan secara

khusus, pengungkapan memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Tujuan melindungi (protective)

Tujuan melindungi didasari oleh fakta bahwa tidak semua investor dan

kreditor memiliki tingkat kecanggihan yang sama. Para investor naif perlu

dilindungi dengan mengungkapkan informasi yang tidak mungkin mereka

12
peroleh atau informasi yang tidak dapat mereka olah untuk memperoleh

substasi ekonomik di dalamnya.

2. Tujuan informatif (Informative)

Tujuan ini disusun dengan dasar pemikiran bahwa pemakai informasi sudah

memiliki tingkat kecanggihan tertentu. Dengan demikianpengungkapan

diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan

pengambilan keputusan. Tujuan ini biasanya melandasi penyusunan standar

akuntansi untuk menentukan tingkat pengungkapan.

3. Tujuan kebutuhan khusus

Tujuan ini merupakan gabungan dari kedua tujuan di atas. Di satu sisi,

pengungkapan ini bertujuan untuk perlindungan publik, namun dibatasi

dengan apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakai yang dituju. Di sisi lain,

pengungkapan bertujuan untuk mengawasi, dimana informasi tertentu harus

disampaikan kepada badan pengawas berdasarkan peraturan melalui formulir-

formulir yang menuntut pengungkapan secara rinci.

Sedangkan Belkaoui (2006:338) menyatakan bahwa ada enam tujuan


pengungkapan yaitu:
1. Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan memberikan pengukuran yang
relevan atas hal-hal tersebut di luar pengukuran yang digunakan dalam laporan
keuangan.
2. Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan memberikan pengukuran yang
bermanfaat bagi hal-hal tersebut.
3. Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor dan kreditor
dalam menilai resiko dan potensi dari hal-hal yang diakui dan tidak diakui.

13
4. Untuk memberikan informasi penting yang memungkinkan para pengguna
laporan keuangan untuk melakukan perbandingan dalam satu tahun dan diantara
beberapa tahun.
5. Untuk memberikan informasi mengenai arus kas masuk dan kas keluar di
masa mendatang.
6. Untuk membantu para investor menilai pengembalian dari investasi mereka.

• Pengukuran Tingkat Pengungkapan

Tingkat pengungkapan dapat diukur dengan menggunakan indeks

pengungkapan. Indeks pengungkapan yang digunakan dalam penelitian-penelitian

selama ini dibagi dalam dua jenis, yaitu : indeks pengungkapan dengan pembobotan

dan indeks pengungkapan tanpa pembobotan. Indeks pengungkapan tanpa

pembobotan biasanya digunakan untuk mengukur tingkat pengungkapan wajib

maupun sukarela. Namun indeks pengungkapan dengan pembobotan biasanya hanya

diperuntukan bagi pengukuran tingkat pengungkapan sukarela.

Dalam penelitian ini, yang digunakan untuk mengukur tingkat pengungkapan

sukarela adalah indeks pengungkapan dengan pembobotan. Indeks ini dapat

dikembangkan sendiri maupun mengikuti daftar item yang telah dikembangkan

peneliti terdahulu.

• Kualitas Informasi yang Seharusnya Diungkapkan

Dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 2 dan

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan PSAK dinyatakan

14
bahwa informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan seharusnya memenuhi

kriteria sebagai berikut :

1. Relevan

Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan harus relevan dan berguna

bagi kepentingan pengambilan keputusan dengan membantu pengguna laporan

keuangan untuk membentuk suatu prediksi tentang hasil dari peristiwa yang lalu,

sekarang, maupun yang akan datang, atau untuk menyakinkan atau mengoreksi

penilaian sebelumnya.

2. Keandalan

Informasi yang tersaji dalam laporan keuangan haruslah bebas dari pengertian

yang menyesatkan, bias, dan kesalahan material serta dapat diandalkan sebagai

kumpulan informasi perusahaan yang sebenarnya. Untuk dapat disebut sebagai

suatu informasi yang handal dalam laporan keuangan, informasi tersebut harus

memenuhi kriteria-kriteria berikut :

• Penyajian jujur

• Substansi mengungguli bentuk

• Netralitas

• Pertimbangan sehat

• Kelengkapan

3. Dapat Dipahami

15
Informasi yang ada dalam laporan keuangan harus dapat dipahami dengan mudah.

Maksudnya, pembaca yang diasumsikan memiliki pengetahuan yang cukup untuk

memahami laporan keuangan.

4. Dapat dibandingkan

Informasi akuntansi yang tercantum dalam laporan keuangan akan semakin

berarti bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan

lain dalam satu industri atau pun dengan tahun-tahun sebelumnya.

Dalam pengambilan keputusan, pengguna laporan keuangan harusnya tidak

hanya memahami informasi yang disajikan dalam laporan tersebut, namun juga

mampu menilai reliabilitasnya dan membandingkannya dengan informasi lain dan

pengalaman sebelumnya.

• Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan

Dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1, dinyatakan

bahwa laporan keuangan harus menyajikan informasi yang berguna untuk investor

dan calon investor, kreditur dan pemakai lain dalam pengambilan keputusan

investasi, kredit dan keputusan lain yang sejenis yang rasional. Agar informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami dan terhindar dari mis-interpretasi,

16
maka laporan keuangan tersebut harus dilengkapi dengan pengungkapan yang cukup.

Laporan keuangan sebagai hasil akhir dari suatu proses akuntansi diharapkan dapat

menjadi bahan informasi untuk pengambil keputusan.

Dasar teori yang melandasi perlunya pengungkapan dalam laporan keuangan

adalah teori agensi (Agency Theory). Agency theory adalah teori yang menjelaskan

hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Yang dimaksud dengan principal

dalam teori ini adalah seseorang (lebih) yang mempekerjakan orang lain untuk

melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan agent adalah seseorang (lebih) yang

dipekerjakan oleh principal untuk melakukan suatu pekerjaan. Herianto dan Sudomo

dalam Meiyusti (2008) menyatakan teori keagenan membahas hubungan manajemen

dengan pemegang saham, dimana yang dimaksud principal adalah pemegang saham

dan agent adalah manajemen pengelola perusahaan. Principal menyediakan fasilitas

untuk menjalankan perusahaan, di lain pihak manajemen mempunyai kewajiban

untuk mengelola apa yang diamanahkan pemegang saham. Agent diwajibkan

memberikan laporan secara periodik pada principal tentang usaha yang

dijalankannya. Principal akan menilai kinerja agennya melalui laporan keuangan

yang disampaikan kepadanya. Oleh karena itu, laporan keuangan merupakan sarana

akuntabilitas manajemen pada pemegang saham.

Menurut Meiyusti (2008), pemakai laporan keuangan dapat dibagi dalam dua
kelompok besar :
• Pemakai langsung (direct users), meliputi : pemilik, manajer, kreditur,
pemasok, pelanggan dan karyawan.
• Pemakai tidak langsung (indirect users), meliputi : analis sekuritas,
penasehat investasi, dan asosiasi pedagang.

17
Walaupun dengan banyaknya pemakai laporan keuangan yang memiliki

kepentingan yang berbeda-beda, penyusunan informasi dalam laporan keuangan tidak

boleh menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan oleh Standar Akuntansi

Keuangan (SAK).

Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan

(KDPPLK) dalam PSAK, unsur-unsur dalam sebuah laporan keuangan mencakup :

aset, kewajiban, ekuitas, penghasilan, dan beban. Unsur-unsur tersebut diungkapakan

dalam laporan-laporan sebagai berikut :

• Neraca Perusahaan (Balance Sheet)

• Laporan Laba rugi (Income statement)

• Laporan perubahan arus kas (Statement of Cash Flow)

• Laporan perubahan modal (Statement of Owner’s Equity)

• Catatan atas laporan keuangan

Selain kelima unsur laporan keuangan di atas, perusahaan juga

mengungkapkan informasi-informasi yang bersifat non-keuangan. Berbeda dengan

informasi keuangan yang wajib diungkapkan dan dapat ditemukan dalam laporan

keuangan, pengungkapan informasi-informasi non-keuangan bersifat sukarela dan

diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan (annual report). Informasi-informasi

non-keuangan ini meliputi : sejarah perusahaan, latar belakang dewan komisaris,

kualitas produk, prospek perusahaan di masa yang akan datang, dll.

18
B. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

• Size Perusahaan

Perusahaan besar umumnya menjadi sorotan banyak pihak, baik dari

masyarakat maupun pemerintah. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar relatif

lebih diawasi oleh lembaga pemerintah (Tjakradinata dalam Amalia, 2005). Oleh

karena itu, perusahaan besar dituntut untuk mengungkapkan lebih banyak informasi

daripada perusahaan kecil. Selain itu, semakin besar suatu perusahaan maka semakin

besar pula sumber daya yang dimiliki perusahaan. Dengan adanya sumber daya yang

besar, perusahaan perlu dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk

keperluan internal. Dengan demikian, informasi tersebut sekaligus menjadi bahan

keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal sehingga tidak perlu ada

tambahan biaya yang besar untuk pengungkapan yang lebih lengkap. Sebaliknya,

perusahaan dengan sumber daya relarif kecil mungkin tidak memiliki informasi siap

saji seperti perusahaan besar. Disamping itu, teori agensi menyatakan bahwa

perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar dari perusahaan kecil.

Perusahaan besar mungkin akan mengungkapkan lebih banyak untuk mengurangi

biaya tersebut (Marwata, 2001).

Ukuran perusahaan dapat dibedakan dari 3 hal, yaitu total aktiva, penjualan

bersih dan kapitalisasi pasar. Ukuran perusahaan yang dinilai dari total aktiva dapat

menjadi competitive advantages bagi perusahaan. Ukuran perusahaan tersebut dapat

19
menjadi cerminan kemampuan perusahaan dalam mengelola aset-asetnya. Semua hal

menujukan bahwa perusahaan besar memiliki insentif untuk memberikan

pengungkapan sukarela daripada perusahaan kecil. Dalam penelitian Shangvi dan

Desai (1971), Suripto (1999), Gunawan (2000) dan Marwata (2001) ditemukan

bahwa size perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan

sukarela. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diajukan hipotesis sebagi berikut:

H1 : Size perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pengungkapan sukarela pada laporan tahunan.

• Likuiditas

Likuiditas suatu perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban yang sudah jatuh tempo (Keown dalam Meiyusti, 2008). Cooke (1989)

dalam Marwata (2001) menjelaskan bahwa tingkat likuiditas dapat dipandang dari

dua sisi. Di satu sisi, tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukan kuatnya kondisi

keuangan perusahaan. Perusahaan semacam ini cenderung untuk melakukan

pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukan

bahwa perusahaan itu kredibel. Di sisi lain, likuiditas dapat juga dipandang sebagai

ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan. Dari sisi ini,

perusahaan dengan tingkat likuiditas yang rendah cenderung akan mengungkapkan

lebih banyak informasi kepada pihak luar sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya

kinerja manajemen. Dalam penelitian yang dilakukan Suripto (1998) dinyatakan

bahwa kesehatan suatu perusahaan yang dicerminkan tingginya rasio likuiditas

20
diharapkan berhubungan dengan luasnya tingkat pengungkapan. Hasil penelitian

Meiyusti (2008) dan Cooke (1989) juga menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh

positif pada tingkat pengungkapan perusahaan. Jadi berdasarkan uraian di atas, maka

diajukan hipotesis :

H2 : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan

sukarela pada laporan tahunan.

• Profitabilitas

Profitabilitas, atau yang sering disebut rentabilitas, adalah kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba pada periode tertentu. Tingkat profitabilitas

yang konsisten akan menjadi tolak ukur bagaimana perusahaan tersebut mampu

bertahan dalam bisnisnya dengan memperoleh return yang memadai dibanding

resikonya (Prihadi, 2008:51). Menurut Prihadi, ada tiga jenis basis perhitungan

profitabilitas, yaitu :

1. Tingkat profitabilitas yang dikaitkan dengan pendapatan (penjualan),

yaitu Return on Sales (ROS)

2. Tingakat profitabilitas yang dikaitkan dengan penggunaan aset, yaitu

Return on Asset (ROA).

3. Tingkat profitabilitas yang dikaitkan dengan modal sendiri, yaitu

Return on Equity (ROE).

Pada penelitian ini, rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat

profitabilitas adalah ROE (Return on Equity), karena profitabilitas yang diukur

21
dengan ROE dapat menunjukan profitabilitas dari tingkat pengembaliannya bagi

investor yang telah menanamkan modalnya (Munawir dalam Marulitua, 2009).

Shanghvi dan Desai dalam Hartanti (2005) menyatakan bahwa rentabilitas ekonomi

dan profit margin yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan

informasi yang lebih terinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap

profitabilitas perusahaan dan mendorong kompensasi terhadap manajemen. Semakin

tinggi profitabilitas perusahaan, menunjukan semakin tingginya kemampuan

perusahaan dalam memperoleh laba dan semakin baik kinerja perusahaannya. Dengan

laba yang tinggi, perusahaan memiliki cukup dana untuk mengumpulkan,

mengelompokan dan mengelola informasi menjadi lebih bermanfaat serta dapat

menyajikan pengungkapan yang lebih komprehensif (Hartanti, 2005).

Penelitian Fitriany (2001) tentang hubungan profitabilitas dengan luas

pengungkapan menyatakan perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan

melakukan pengungkapan yang lebih luas. Demikian pula hasil penelitian Simajuntak

dan Widiastuti (2004) yang menyatakan profitabilitas berpengaruh terhadap

kelengkapan laporan keuangan. Dari uraian di atas, maka diajukan hipotesis :

H3 : Profitabilitas (ROE) berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pengungkapan sukarela pada laporan tahunan.

• Basis Perusahaan

Basis perusahaan menunjukan tingkat kepemilikan saham dalam suatu

perusahaan. Basis perusahaan akan membawa perbedaan pada tingkat pengungkapan

22
perusahaan karena suatu alasan yang sangat sederhana, yaitu bahwa perusahaan-

perusahaan dengan basis yang berbeda akan memiliki stockholders yang berbeda

pula, sehingga tingkat pengungkapan yang harus dilakukan pun akan berbeda. Basis

perusahaan terbagi dua, yaitu : Perusahaan berbasis asing dan perusahaan berbasis

domestik. Perusahaan berbasis asing adalah perusahaan yang sebagian besar

sahamnya dimiliki oleh investor asing, sedangkan yang dimaksud dengan perusahaan

berbasis domestik adalah perusahaan yang pemegang saham terbesarnya merupakan

investor dalam negeri. Suripto (1999) dalam Amalia (2005) menyatakan bahwa

perusahaan berbasis asing memberi pengungkapan yang lebih luas daripada

perusahaan berbasis domestik.

Menurut Suripto (1999), ada beberapa alasan yang mendukung pernyataan


tersebut, yaitu :
1. Perusahaan berbasis asing mendapatkan pelatihan yang lebih baik, misalnya
dalam bidang akuntansi, dari perusahaan induknya di luar negeri.
2. Perusahaan berbasis asing mungkin memiliki sistem informasi manajemen
yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan pengendalian internal dan
kebutuhan informasi perusahaan induknya.
3. Kemungkinan terdapat permintaan informasi yang lebih besar kepada
perusahaan berbasis asing dari pelanggan, pemasok, analis, dan masyarakat
pada umumnya.
Dengan adanya pelatihan yang lebih baik dari perusahaan induk, perusahaan

berbasis asing cenderung lebih memahami manfaat pengungkapan. Selain itu, dengan

adanya dukungan Sistem Informasi Manajemen yang lebih memadai, maka

perusahaan berbasis asing tidak akan mengalami kesulitan dalam mengumpulkan

informasi yang diperlukan dari anak-anak perusahaannya. Penanaman modal asing di

Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 tahun 1970.

23
Dalam penelitian sebelumnya oleh Gunawan (2002) ditemukan bahwa basis

perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan. Demikian juga hasil penelitian

Suripto (1999) yang menyatakan basis perusahaan berpengaruh terhadap tingkat

pengungkapan sukarela. Dari uraian di atas, maka diajukan hipotesis :

H4 : Basis perusahan berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pengungkapan sukarela pada laporan tahunan.

• Reputasi KAP

Audit merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara sistematis dan

kritis oleh pihak independen terhadap laporan keuangan yang disusun oleh

manajemen perusahaan. Pemeriksaan ini dilakukan sebagai dasar pemberian opini

atas penyajian laporan keuangan suatu perusahaan oleh akuntan publik, dan untuk

memperbaiki kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan tersebut.

Untuk memenuhi kebutuhan auditnya, perusahaan menggunakan jasa Kantor

Akuntan Publik. Kepercayaan masyarakat terhadap opini yang dikeluarkan oleh

Kantor Akuntan Publik (KAP) sangat dipengaruhi oleh reputasi kantor akuntan

publik tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan perusahaan yang diaudit oleh KAP

yang bereputasi baik berperan dalam meningkatkan kepercayaan masyarkat akan

keakuratan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sebagai dasar analisa

untuk pengambilan keputusan. Jensen dan Meckling (1976) dalam teori keagenan

menyatakan bahwa firma audit yang besar berperan sebagai sebuah mekanisme untuk

mengurangi agency cost dan mengadakan peranan pengawasan dengan membatasi

24
tingkah laku oportunistik manajer. Firma audit besar cenderung tidak senang

dikaitkan dengan perusahaan yang mengungkapkan sedikit informasi dalam laporan

tahunan mereka (Jensen and Meckling, 1976). Pilihan perusahaan akan eksternal

auditornya akan mencerminkan nilai perusahaan itu sendiri (Al-Shammari, 2008).

Terdapat beberapa toeri mengapa perusahaan yang diaudit oleh firma besar (dalam

hal ini KAP Big 4 dan afiliasinya) akan cenderung mengungkapkan lebih banyak

informasi :

1. KAP Big 4 dan afiliasinya cenderung terus berkembang dan didukung oleh

kemampuan teknis, keahlian dan pengalaman yang lebih baik.

2. KAP lokal yang berafiliasi dengan KAP big 4 akan memiliki kewajiban lebih

untuk melindungi reputasi mereka dan menyatakan tingginya kualitas audit

mereka pada pasar.

Penelitian mengenai pengaruh basis perusahaan terhadap tingkat

pengungkapan ini sebelumnya telah dilakukan juga oleh Fitriany (2001) dan Al-

Shammari (2008). Hasil penelitian keduanya menunjukan bahwa reputasi KAP yang

mengaudit berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan. Berdasarkan uraian di atas,

maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

H5 : Reputasi KAP berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pengungkapan sukarela pada laporan tahunan.

Sebelumnya telah banyak penelitian yang dilakukan sehubungan dengan

variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat pengungkapan, antara lain :


25
Penelitian Variabel
No. Hasil
Terdahulu Dependen Independen
1 Marwata, Kualitas Ukuran Ukuran perusahaan dan
2001, ungkapan perusahaan, peredaran saham berpengaruh
Perusahaan sukareka leverage, positif signifikan terhadap
yang listing laporan likuiditas, kualitas pengungkapan
di BEJ tahunan basis sukarela.
perusahaan,
umur
perusahaan,
pengedaran
saham,
struktur
kepemilikan.

2 Fitriany, Kelengkapan Ukuran Ukuran, status, jenis


2001, pengungkapan perusahaan, perusahaan, net profit margin
Perusahaan wajib dan status dan KAP mempengaruhi
yg listing di sukarela perusahaan, kelengkapan pengungkapan
BEJ jenis wajib. Demikian juga yang
perusahaan, mempengaruhi kelengkapan
net profit pengungkapan sukarela,
margin, KAP, kecuali jenis perusahaan.
leverage, dan Sedangkan leverage dan
likuiditas. likuiditas tidak mempengaruhi
keduanya.

26
3 Hadi dan Tingkat Size, proporsi Size berpengaruh secara
Sabeni, pengungkapan kepemilikan parsial. Sedangkan proporsi
2002, sukarela publik, dan kepemilikan publik, size dan
Perusahaan laporan basis basis perusahaan, likuiditas,
Go Public di tahunan. perusahaan, solvabilitas berpengaruh
BEJ likuiditas, secara simultan dan mampu
solvabilitas. menjelaskan variabel
pengungkapan sukarela dalam
laporan tahunan.

4 Simanjuntak Kelengkapan Leverage, Leverage, likuiditas,


dan pengungkapan likuiditas, profitabilitas, porsi
Widiastuti, laporan profitabilitas,
kepemilikan saham oleh
2004, keuangan. porsi investor luar dan umur
Perusahaan kepemilikan perusahaan mampu
manufaktur saham oleh
mempengaruhi kelengkapan
yang investor luarlaporan keuangan pada
terdaftar di dan umur
industri manufaktur secara
BEJ. perusahaan. simultan. Sedangkan secara
parsial, hanya leverage,
profitabilitas dan porsi
kepemilikan saham oleh
investor luar yang
berpengaruh.
5 Irawan,2006, Kelengkapan Leverage, Proporsi kepemilikan saham
Perusahaan pengungkapan likuiditas, publik, status perusahaan,
manufaktur laporan profitabilitas, ukuran dan umur perusahaan
yang keuangan proporsi berpengaruh terhadap
terdaftar di saham publik, kelengkapan pengungkapan.
BEJ. status
perusahaan,
size, umur
perusahaan,
operating
profit margin,
net profit,
ROE.

27
6 Sudarmadji Luas Ukuran Ukuran perusahaan,
dan Sularto, Voluntary Perusahaan, profitabilitas, leverage, dan
2007, disclosure profitabilitas, tipe kepemilikan perusahaan
Perusahaan leverage dan tidak berpengaruh pada luas
Manufaktur tipe voluntary disclosure.
di BEJ kepemilikan
perusahaan.

7 Johanes Luas Size, Size, profitabilitas, proporsi


Marulitua, voluntary profitabilitas, kepemilikan publik
2009, disclosure leverage, berpengaruh signifikan.
Perusahaan basis Solvabilitas dan basis
manufaktur perusahaan perusahaan tidak berpengaruh
di BEJ. signifikan.
8 Dian Tingkat Ukuran Ukuran perusahaan, proporsi
Meiyusti, pengungkapan perusahaan, kepemilikan publik, reputasi
2008, laporan profitabilitas, KAP dan likuiditas
Perusahaan keuangan leverage, berpengaruh signifikan
manufaktur tahunan proporsi terhadap tingkat
di BEJ kepemilikan pengungkapan. Profitabilitas
saham publik, dan leverage tidak
reputasi KAP, berpengaruh terhadap tingkat
likuiditas. pengungkapan.
9 Sovi Kualitas laba Tingkat Pengungkapan wajib tidak
Ismawati ketaatan berpengaruh pada kualitas
Rahayu, pengungkapan laba sedangkan pengungkapan
2008, wajib dan sukarela berpengaruh
Perusahaan sukarela. signifikan secara negatif
manufaktur terhadap kualitas laba. Secara
di BEJ. simultan, tingkat
pengungkapan wajib dan
sukarela tidak berpengaruh
terhadap kualitas laba.

C. Model Penelitian

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas antara variabel dependen dan

independen, maka model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Ukuran Perusahaan
(Size)
28
Profitabilitas
(ROE)
Tingkat
Likuiditas Pengungkapan
(LDR) Sukarela (IP)

Basis Perusahaan

Reputasi KAP

29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Nur Indrianto dan Bambang Supomo (Metopel, 2002:115), populasi

adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik

tertentu. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti

mengambil sebagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tersebut

dan menggambarkan karakteristik populasi tersebut dengan tepat sebagai sampel.

Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tekhnik pengambilan sampel dengan metode Purposive Sampling. Yang dimaksud

dengan metode purposive sampling adalah metode penentuan sampel dengan

menetapkan kriteria tertentu sesuai yang dikehendaki oleh peneliti. Tujuan

dilakukannya pemilihan sampel dengan metode ini adalah agar diperoleh data yang

representatif sesuai kriteria yang dimaksud. Penetuan kriteria sampel diperlukan

untuk menghindari timbulnya kesalahan dalam penetuan sampel penelitian, yang

nantinya akan berpengaruh terhadap hasil analisis penelitian ini.

Adapun kriteria-kriteria yang membatasi pengambilan sampel dalam

penelitian ini yaitu :

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI secara berturut-turut pada tahun

2006, 2007 dan 2008.


2. Perusahaan menyampaikan laporan keuangan dan laporan tahunan (annual

report) untuk periode 2006, 2007 dan 2008.

3. Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan (annual report) perusahaan dapat

diakses melalui www.idx.co.id

Sesuai kriteria yang ditetapkan di atas, diperoleh 20 perusahaan perbankan

yang layak dijadikan sampel penelitian ini.

Perusahaan yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu :

No. Code Emiten Name


1 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk.
2 BBKP Bank Bukopin Tbk.
3 BNBA Bank Bumi Artha Tbk.
4 BABP Bank Bumiputera Indonesia Tbk.
5 BBCA Bank Central Asia Tbk.
6 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk.
7 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk.
8 BCIC Bank Century Tbk. / Bank Mutiara Tbk.
9 BEKS Bank Eksekutif Internasional Tbk.
10 BKSW Bank Kesawan Tbk.
11 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk.
12 MAYA Bank Mayapada Tbk.
13 MEGA Bank Mega Tbk.
14 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk.
15 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk.
16 NISP Bank OCBC NISP Tbk.
17 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk.
18 BNLI Bank Permata Tbk.
19 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
20 BVIC Bank Victoria International Tbk.

B. Jenis dan Sumber data

31
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter. Data

dokumenter termasuk kategori data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data

penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara

(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro, 2002:147).

Dalam penelitian ini, data sekunder yang digunakan adalah Laporan

Keuangan Tahunan dan Laporan Tahunan (annual report) yang dipublikasikan oleh

perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada periode dan memenuhi

kriteria purposive sampling yang ditetapkan di atas. Data dalam Laporan Keuangan

Tahunan digunakan untuk mengukur profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan dan

reputasi KAP yang mengaudit perusahaan tersebut. Sedangkan data dalam Laporan

Tahunan digunakan untuk mengukur tingkat pengungkapan sukarela perusahaan dan

melihat basis perusahaan.

C. Defenisi Operasi dan Pengukuran Variabel

1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan sukarela

dalam laporan keuangan perusahaan perbankan pada tahun 2006, 2007, dan 2008.

Tingkat pengungkapan sukarela dapat diukur dengan melihat indeks pengungkapan.

Indeks pengungkapan itu sendiri terbagi dalam 2 jenis, yaitu : indeks pengungkapan

dengan pembobotan dan indeks pengungkapan tanpa pembobotan.

Dalam penelitian ini, indeks pengungkapan yang digunakan adalah indeks

pengungkapan dengan pembobotan. Indeks pengungkapan dengan pembobotan ini

32
diambil dari penelitian Rahayu (2008), dimana Rahayu mengambil indeks

pengungkapan yang digunakan oleh Khomsiyah (2005). Dalam instrumen ini,

terdapat 49 item pengungkapan sukarela yang memiliki bobot pengungkapan yang

berbeda. Dalam penelitian ini, indeks pengungkapan sukarela tersebut dimodifikasi

sesuai kriteria dan peraturan pengungkapan untuk perusahaan perbankan yang

digunakan sebagai sampel, dimana item-item yang berhubungan dengan penerapan

Good Corporate Governance (GCG) dikeluarkan dari daftar item pengungkapan

sukarela sehingga dalam instrumen ini hanya terdapat 43 item dengan skor antara 0-

74,34. Indeks pengungkapan sukarela tersebut dapat diukur dengan rumus :

∑ (P x B)
Indeks Pengungkapan Sukarela =
∑ (S x B)

Keterangan :

P = Butir Informasi yang diungkapkan (1 jika diungkapkan, 0 jika tidak diungkapkan)

S = Semua butir pengungkapan sukrela

B = Bobot setiap informasi pengungkapan sukarela.

2. Variabel Independen (X)

• Basis Perusahaan (X1)

Dalam penelitian ini, basis perusahaan akan dikategorikan menjadi 2 macam,

yaitu : perusahaan berbasis asing (PMA) dan perusahaan berbasis domestik (PMDN).

33
Variabel ini diukur dengan Dummy, dimana perusahaan berbasis asing akan diberi

nilai 1, sedangkan perusahaan berbasis domestik akan diberi nilai 0.

• Ukuran Perusahaan / Size (X2)

Proxi yang digunakan dalam variabel ini adalah total aktiva perusahaan.

Untuk menyederhanakan data yang diperoleh sehingga memiliki elastisitas yang lebih

baik, maka total aktiva ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural sebagai

berikut :

Size = Ln (Total Aktiva)

• Profitabilitas (X3)

Dalam penelitian ini, profitabilitas perusahaan diukur dengan menggunakan

ROE (Return on Equity). ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat

pengembalian atas modal yang telah dikeluarkan. ROE dapat dirumuskan dalam

persamaan :

Net Income
ROE =
Average Stockholder’s Equity

• Reputasi KAP (X4)

Reputasi KAP yang mengaudit perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel

dalam penelitian ini dibedakan ke dalam dua golongan, yaitu :

a. KAP Big Four (Deloitte, Ernst&Young, PWC serta KPMG) dan afiliasinya

b. KAP Non Big Four

34
Berdasarkan pembagian di atas, variabel ini akan diukur dengan Dummy

dimana perusahaan-perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four dan afiliasinya akan

diberi nilai 1 sedangkan perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big Four akan diberi

nilai 0.

• Likuiditas (X5)

Likuiditas perusahaan-perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan oleh

Loan to Deposit Ratio. Loan to Deposit Ratio adalah rasio untuk mengukur sampai

seberapa likuid suatu bank. Rasio ini juga dapat digunakan untuk melihat

perbandingan pendanaan yang dilakukan bank terhadap dana pihak ketiga yang

merupakan kewajiban bank. Dengan demikian, Loan to Deposit Ratio dirumuskan

dengan :

Loan
Loan to Deposit Ratio =
Total Deposit

D. Perumusan Model Penelitian

Model yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah

model umum persamaan regresi berganda (Multiple Regression Analysis).

Pengolahan data penelitian ini akan menggunakan alat bantu Microsoft Excel

2003dan SPSS. Model penelitian ini adalah :

Disclosure = α + β1SIZEit + β2ROEit + β3KAPit +β4Lkit + β5BASISit + e

35
Keterangan :

Disclosure = Indeks pengungkapan

α = Konstanta

β1 - β 6 = Koefisien regresi

SIZE = Ukuran perusahaan

ROE = Profitabilitas

KAP = Reputasi Kantor Akuntan Publik

LK = Likuiditas

e = Error

E. Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk menguji distribusi variabel-variabel dalam

sebuah model regresi. Data yang baik adalah data yang terdistribusi secara normal.

Alat diagnostik yang digunakan untuk menguji normalitas data adalah Normal

Probability Plot. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal tersebut, maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas

data (Ghozali, 2005: 112). Jika data tidak menyebar menurut pola di atas, maka data

tersebut tidak normal.

36
F. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk apakah hasil uji regresi terbebas dari bias

yang mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak valid. Uji asumsi klasik yang harus

dipenuhi yaitu :

1. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari

autokorelasi.

Pendekatan yang sering digunakan untuk menguji apakah terjadi autokorelasi

adalah dengan uji Durbin-Watson (Ghozali, 2005). Hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : Tidak ada autokorelasi (r = 0)

Ha : Ada autokorelasi (r ≠ 0)

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi :

H0 Keputusan Jika
Tidak ada autolorelasi Tolak 0 < d < dl
positif
Tidak ada autokorelasi No decision dl ≤ d ≤ du
positif
Tidak ada korelasi Tolak 4-dl < d < 4
negatif
Tidak ada korelasi No decision 4-du ≤ d ≤ 4-dl
negatif
Tidak ada autokorelasi Tidak ditolak du < d < 4-du
positif maupun negatif
Tabel 1. Penarikan Kesimpulan Autokorelasi

2. Uji Heterokedastisitas

37
Pengujian heterokedastisitas dalam model regresi dilakukan untuk mengetahui

apakah pada model regresi ketidaksamaan varian dari nilai residual satu pengamatan

ke pengamatan lain (Ghozali, 2005). Cara mendeteksi ada atau tidaknya

heterokedastisitas adalah dengan melihat pola diagram pencar atau scatterplots. Dari

diagram pencar tersebut, dapat disimpulkan :

• Jika diagram pencar membentuk pola tertentu yang teratur maka

regresi mengalami gangguan heterokedastisitas.

• Jika diagram pencar tidak membentuk pola atau acak maka regresi

tidak mengalami gangguan heterokedastisitas.

3. Uji Multikolinearitas

Tujuan utama diadakannya uji multikolinearitas ini adalah untuk mendeteksi

apakah hubungan antara variabel independen yang satu dengan yang lainnya dalam

penelitian ini. Metode yang digunakan untuk mendeteksi multikolinearitas ini adalah

Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance (Ghozali, 2005).

4. Uji Hipotesis

Untuk melihat pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel

dependen, dilakukanlah uji hipotesis. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

Tingkat pengungkapan Sukarela. Sedangkan variabel independen terdiri dari ukuran

perusahaan, likuiditas, proitabilitas, basis perusahaan dan reputasi KAP. Variabel

independen tersebut akan diuji dengan menggunakan model regresi linear berganda

(multiple regression). Persamaan regresi linear berganda (multiple regression)

38
digunakan untuk menganalisis hubungan antara sebuah variabel tidak bebas dengan

beberapa variabel bebas.

Pengujian terhadap model regresi dalam penelitian ini akan melalui 2 tahap,

yaitu :

1. Uji t

Uji T dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan p-

value dengan alpha. Alpha dalam penelitian ini juga 5%. Jika p-value < α maka

hipotesis diterima, sebaliknya jika p-value > α maka hipotesis ditolak.

Jika hipotesis diterima, maka variabel tersebut secara individual berpengaruh

signifikan pada variabel dependen. Jika hipotesis tersebut ditolak, maka variabel

independen tersebut secara individual tidak berpengaruh signifikan pada variabel

dependen.

2. Koefisien Determinasi

Nilai koefisien determinasi dilihat dari Adjusted R2. Adjusted R2 merupakan

koreksi dari R2 sehingga gambarannya lebih mendekati mutu penjajakan model

populasi. Koefisien determinasi adalah sebuah keofisien yang menunjukan persentase

pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Persentase tersebut

menunjukan persentase pengaruh semua variabel independen terhadap variabel

dependen. Persentase tersebut menunjukan seberapa besar variabel independennya

39
dapat menjelaskan variabel dependennya. Semakin besar koefisien determinasinya

semakin baik variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen.

40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan hasil analisis data serta pembahasan mengenai hasil

pengolahan data penelitian ini. Hasil analisis data dan pembahasan tersebut akan

diuraikan dalam gambaran umum hasil penelitian, hasil uji normalitas data, hasil uji

asumsi klasik regresi berganda, penentuan koefisien dalam model regresi, serta hasil

pengujian hipotesis. Dengan melihat pada bagian-bagian tersebut, diyakini bahwa

tujuan penelitian ini akan dapat disimpulkan.

Analisis data ini dilakukan pada 20 perusahaan yang bergerak di bidang

perbankan dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan SPSS v.16 dibantu dengan Microsoft Excel. Dalam

analisis regresi berganda ini dilakukan perpaduan antara time series dan cross

sectional, dimana data-data dari 20 sampel penelitian selama tiga tahun berturut-turut

digabungkan sehingga diperoleh 60 kasus.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan laporan tahunan

yang dipublikasikan dalam www.idx.co.id untuk tahun-tahun yang diteliti.

A. Gambaran Umum Hasil Penelitian

Bagian ini berisi rangkuman seluruh data mengenai variabel-variabel yang

diteliti, yaitu :

41
1. Indeks Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)

Pada penelitian ini, indeks pengungkapan sukarela laporan tahunan perbankan

merupakan variable dependen. Indeks pengungkapan sukarela diukur dengan metode

pembobotan, yaitu dengan menandai item-item informasi yang diungkapkan dalam

laporan tahunan dengan menggunakan variabel dummy kemudian dikalikan dengan

bobot item yang bersangkutan dan dibandingkan dengan bobot keseluruhan item yang

terdapat dalam daftar item pengungkapan sukarela.

Pada tabel indeks pengungkapan sukarela di bawah ini, dapat dilihat bahwa

pada tahun 2006, Bank Niaga (BNGA) memiliki indeks pengungkapan tertinggi

(0.63) dan Bank Eksekutif International (BEKS) memiliki indeks pengungkapan

terendah (0.38). Pada tahun 2007, indeks pengungkapan tertinggi diperoleh oleh

Bank Niaga dan Bank BNI (0.61) dan indeks pengungkapan terendah dipegang oleh

Bank Kesawan (0.37). Sedangkan pada tahun 2008, indeks pengungkapan tertinggi

masih dipegang oleh Bank Niaga (0.63) dan Bank Eksekuitf International menjadi

yang terendah (0.29).

Secara keseluruhan, Bank Niaga merupakan bank dengan jumlah indeks

pengungkapan tertinggi. Hal ini mencerminkan bahwa Bank Niaga merupakan bank

yang melakukan pengungkapan sukarela terluas diantara bank-bank lainnya dalam

sampel penelitian ini. Di sisi lain, berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan, Bank

Eksekutif Internasional merupakan bank dengan jumlah indeks pengungkapan

terendah.

42
2. Basis Perusahaan

Basis perusahaan merupakan salah satu variable independent dalam penelitian

ini. Varibel ini diukur dengan dummy, dimana perusahaan berbasis asing diberi nilai

1, dan perusahaan berbasis domestic diberi nilai 0. Penggolongan perusahaan

dilakukan berdasarkan jumlah saham perusahaan yang dikuasai pihak asing.

Perusahaan yang 50% atau lebih sahamnya dimiliki oleh investor asing digolongkan

sebagai perusahaan berbasis asing (PMA), sedangkan perusahaan dimana

kepemilikan modal saham oleh investor asing kurang dari 50% akan digolongkan

sebagai Perusahaan berbasis domestic (PMDN).

Pada perusahaan perbankan yang menjadi sampel penelitian ini, tidak banyak

ditemukan perusahaan yang berbasis asing. Pada tahun 2006, sama sekali tidak ada

perusahaan perbankan yang berbasis asing, sedangkan pada tahun 2007 dan 2008

hanya dua perusahaan yang berbasis asing.

3. Ukuran Perusahaan (Size)

Ukuran perusahaan merupakan variabel independen kedua dalam penelitian

ini. Variabel ini diukur dengan menggunakan proxy total aktiva. Maksudnya, ukuran

perusahaan yang dijadikan sampel dilihat dari besar kecilnya aktiva perusahaan

tersebut. Semakin besar aktiva perusahaan, maka diasumsikan ukuran perusahaan

tersebut juga akan semakin besar. Sebaliknya, perusahaan dengan total aktiva yang

kecil menandakan bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan kecil.

43
Berdasarkan data yang diperoleh, pada tahun 2006,2007 dan 2008 perusahaan

perbankan dengan asset terbesar adalah Bank Mandiri (BMRI) dan asset terkecil

dimiliki oleh Bank Eksekutif International (BEKS). Di urutan kedua pemegang asset

terbesar adalah Bank BCA, baik untuk tahun 2006 maupun 2007. Namun pada tahun

2008, Bank BRI berhasil menggeser posisi bank BCA dan menduduki peringkat

kedua pemegang asset terbesar.

4. Reputasi KAP

Reputasi KAP merupakan salah satu variabel independen yang diukur dengan

dummy. Pengukuran dengan dummy dimaksudkan untuk mengklasifikasikan

perusahaan-perusahaan sampel yang diaudit oleh KAP Big Four dan KAP Non Big

Four. Perusahaan-perusahaan sampel yang diaudit oleh KAP Big Four diberi nilai 1,

sedangkan perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big Four diberi nilai 0.

Data mengenai KAP yang mengaudit perusahaan-perusahaan tersebut

didapatkan dari laporan hasil audit yang menyertai laporan keuangan tahunan

perusahaan tersebut. Selain itu, KAP yang mengaudit perusahaan-perusahaan tersebut

juga dapat diketahui melalui data pada Fact Book yang diterbitkan oleh Pusat

Informasi Pasar Modal (PIPM) sesuai tahun penelitian.

Kantor Akuntan Publik (KAP) yang tergolong Big Four yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berafiliasi dengan

KAP Big Four dan memiliki wewenang untuk mengatasnamakan KAP Big Four

44
yang diakui dunia dan mencantumkannya pada laporan audit yang telah dilakukan.

Sementara KAP lain yang tidak berafiliasi dan tidak berhak menggunakan nama KAP

Big Four digolongkan pada KAP Non Big Four.

Dari data yang telah dikumpulkan, dapat dilihat bahwa sebagian besar perusahaan

perbankan telah menggunakan jasa KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four

(Deloitte, PWC, KPMG, dan E&Y). Hanya sebagian kecil yang masih menggunakan

jasa KAP Non Big Four.

5. Likuiditas

Likuiditas juga merupakan variabel independen dalam penelitian ini.

Likuiditas di sini diukur dengan LDR (Loan to Deposite Ratio). LDR digunakan

dalam penelitian ini karena sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan

perbankan, di mana likuiditas lazimnya diukur dengan LDR atau Giro Wajib

Minimum, bukan dengan cash ratio maupun current ratio.

Data mengenai LDR perusahaan-perusahaan perbankan diperoleh dalam

Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Rasio ini mencermikan perbandingan

antara kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana masyarakat yang diterimanya.

Dari data yang berhasil dikumpulkan, bank dengan LDR terbesar adalah Bank

Bumiputera (0.86) dan bank dengan LDR terkecil adalah Bank Century (0.21). Pada

tahun berikutnya, Bank Century masih merupakan bank dengan LDR terkecil

sementara Bank Mayapada menjadi bank dengan LDR terbesar. Pada tahun 2008,

45
Bank Victoria International dan Bank Central Asia menjadi bank yang memiliki LDR

terendah, sementara Bank Mayapada masih menjadi pemuncak.

6. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan variabel independen berikutnya yang diuji dalam

penelitian ini. Dalam pengujian ini profitabilitas diwakili oleh ROE (Return on

Equity). Data ROE perusahaan-perusahaan perbankan tersebut diperoleh dalam

Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan dapat diverifikasi pada laporan

keuangan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan yang bersangkutan.

Dari data yang telah dikumpulkan, dapat dilihat bahwa pada tahun 2006,

semua perusahaan sampel memiliki ROE positif, dimana ROE tertinggi dimiliki oleh

BNI dan BRI (33.75). Di sisi lain, pada tahun 2007 dan 2008, Bank Century dan

Bank Eksekutif International memiliki ROE bernilai negatif, sekaligus menjadi

perusahaan perbankan dengan profitabilitas terendah pada periode tersebut.

B. Statistik Deskriptif Variabel

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan

SPSS v.16 dan Microsoft Excel. Analisis data dilakukan terhadap 20 perusahaan

perbankan yang terdaftar pada BEI pada tahun 2006, 2007, dan 2008 secara berturut-

turut. Dari pengolahan dan analisis data tersebut, diperoleh statistik deskriptif.

46
Menurut Gozali (SPSS, 2005:19), statistik deskriptif adalah output SPSS yang

memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata

(mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan

skewness (kemencengan distribusi). Statistik deskriptif untuk penelitian ini dapat

dilihat pada tabel.

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

V.Disclosure .5172 .07242 60

Basis .2333 .42652 60

Size 16.4054 1.25084 60

ROE 17.8920 60.88280 60

Reputasi KAP .5833 .49717 60

Likuiditas .6682 .17075 60


Tabel 2. Statistik Deskriptif

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata pengungkapan sukarela adalah

sebesar 0.5172 (51.72%) dari total 42 item pengungkapan sukarela yang dinilai. Hasil

ini menunujukan bahwa perusahaan yang terdaftar di BEI melakukan cukup banyak

pengungkapan. Hai ini sesuai dengan hasil penelitian Fitriany (2001) namun berbeda

dengan hasil penelitian Suripto (1999). Suripto (1999) menyatakan bahwa tingkat

pengungkapan sukarela pada laporan tahunan perusahaan yang go public di Indonesia

masih relatif rendah, yang ditunjukan dengan rendahnya skor pengungkapan yang

diperoleh. Hal ini mungkin disebabkan adanya perbedaan periode penelitian. Dengan

bertambahnya tahun, perusahaan serta masyarakat pada umumnya semakin sadar

akan pentingnya informasi-informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan

47
perusahaan. Masyarakat sadar bahwa melalui informasi-informasi yang bersifat

sukarela, masyarakat (terutama para investor) dapat menilai karakteristik perusahaan

tersebut. Sedangkan dari pihak perusahaan, perusahaan menyadari bahwa

pengungkapan informasi dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap

perusahaan. Oleh karena itu, pengungkapan pada laporan tahunan-laporan tahunan

yang disajikan pun semakin luas.

Di sisi lain, basis perusahaan diukur dengan jumlah kepemilikan saham

terbesar. Jika sebagaian besar saham perusahaan tersebut dimiliki oleh investor dalam

negeri maka perusahaan tersebut tergolong PMDN, sementara perusahaan asing

tergolong PMA. Dari tabel statistik deskriptif di atas dapat dilihat bahwa hanya

23.3% perusahaan perbankan di Indonesia yang berbasis asing.

C. Metode Analisis Data

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel in

dependen dan dependen dalam persamaan regresi telah terdistribusi secara normal

atau tidak. Data penelitian yang baik adalah data yang terdistribusi secara normal.

Jika data dalam penelitian tidak terdistribusi secara normal, maka tes statistik yang

dihasilkan tidak valid.

Alat uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Normal

Probability Plot. Normal Probability Plot berbentuk grafik. Jika data menyebar

48
sepanjang atau searah dengan garis diagonal pada grafik, maka data tersebut

disimpulkan terdistribusi dengan normal. Sebaliknya, jika penyebaran data menjauhi

garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali,2005).

Hasil uji normalitas data pada penelitian ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Gambar 1. Normal Probability Plot

Grafik di atas menunjukan bahwa data terdiatribusi dengan normal. Hal ini

dapat disimpulkan dari data yang menyebar mengikuti arah garis diagonal. Dengan

demikian, dapat dinyatakan bahwa data memenuhi uji normalitas data dan model

regresi dalam penelitian ini adalah valid.

49
2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi yang digunakan pada penelitian ini adalah statistik uji

Durbin-Watson. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai Durbin-Watson

sebesar 2.32.

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 .705a .497 .450 .05371 2.619

a. Predictors: (Constant), Likuiditas, ROE, Reputasi KAP, Basis, Size

b. Dependent Variable: V.Disclosure


Tabel 3. Model Summary

Berdasarkan perolehan nilai Durbin-Watson di atas, dapat dinyatakan bahwa

penelitian ini bebas autokorelasi. Kesimpulan ini diambil dari hasil analisa berikut :

Durbin Watson 2.172 < 2.619 < 3.106 Kesimpulan : Tidak ada autokorelasi
Tabel 4. Kesimpulan Uji Durbin-Watson

b. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan scatterplot yang

diperolah dalam pengolahan data pada SPSS 16.0. Scatterplot untuk penelitian ini

adalah sebagai berikut :

50
Gambar 2. Scatterplot

Berdasarkan scatterplot di atas, dapat dilihat bahwa data menyebar secara

acak dan tidak membentuk pola tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bahwa

data tersebar di bagian atas maupun bagian bawah angka nol pada sumbu Y. Dengan

demikian, maka model regresi dalam penelitian ini bebas heterokedastisitas.

c. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas dilakukan dengan menganalisis Variance Inflation

Factor (VIF) dan nilai tolerance yang diperoleh dari pengolahan data dengan

menggunakan SPSS 16.0. Batasan nilai teoritis VIF untuk masing-masing variabel

51
independen adalah 10. Jika nilai VIF suatu variabel dependen lebih besar daripada 10,

maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh

multikolinearitas. Sebaliknya, jika nilai VIF variabel tersebut lebih kecil daripada 10,

maka variabel tersebut dianggap bebas multikolinearitas. Sedangkan penilaian untuk

tolerance dilakukan dengan cara melihat seberapa dekat nilai variabel tersebut pada

angka 0. Semakin menjauhi nol, semakin baik.

Variabel Tolerance VIF Kesimpulan


Basis 0.909 1.100 Tidak ada multikolinearitas
Size 0.882 1.134 Tidak ada multikolinearitas
ROE 0.953 1.049 Tidak ada multikolinearitas
Auditor 0.986 1.014 Tidak ada multikolinearitas
Likuiditas 0.924 1.082 Tidak ada multikolinearitas
Tabel 5. Hasil Uji Multikolinearitas

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini variabel-
variabel yang diuji bebas dari multikolinearitas.

D. Model Regresi dan Uji Hipotesis

1. Pengujian Model Regresi

Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS

16.0. Data-data diregresikan dengan menggunakan metode enter dan semua variabel

independen digunakan sebagai prediktor atas variabel dependen. Model regresi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

Disclosure = α + β1SIZEit + β2ROEit + β3KAPit +β4Lkit + β5BASISit + e

52
Untuk melihat apakah model hipotesis yang digunakan sudah tepat, kita harus

membandingkan p-value dengan alpha. Dalam penelitian ini digunakan alpha = 5%.

Hal ini berarti, kesalahan yang ditolerir hanya boleh lebih kecil atau sama dengan

5%. Dalam penelitian ini diperoleh F 4.809 signifikan pada p-value = 0.001. Karena

0.000 < 0.005, maka disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini layak

digunakan dan dapat menjelaskan pengaruh variabel-variabel independen terhadap

variabel dependen dengan baik.

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .154 5 .031 10.655 .000a

Residual .156 54 .003

Total .309 59

a. Predictors: (Constant), Likuiditas, ROE, Reputasi KAP, Basis, Size

b. Dependent Variable: V.Disclosure


Tabel 6. ANOVA

Hasil analisis dengan menggunakan model regresi tersebut dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 7. Koefisien Persamaan Regresi

53
Dari tabel tersebut, persamaan regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Disclosure = -0.05 + 0.031SIZEit – 0.000000642ROEit + 0.037KAPit – 0.016Lkit +

0.003BASISit + e

Keterangan :

Disclosure = Indeks pengungkapan

SIZE = Ukuran perusahaan

ROE = Profitabilitas

KAP = Reputasi Kantor Akuntan Publik

LK = Likuiditas

e = Error

2. Pengujian Hipotesis

a. H1 : Size perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pengungkapan sukarela pada laporan tahunan.

Hipotesis yang pertama ini merumuskan bahwa ukuran (size) perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela laporan tahunan

perusahaan perbankan. Dari tabel sebelumnya, dapat dilihat bahwa dengan nilai t

54
4.656 pada sig 0.000, dimana 0.000 < alpha (alpha = 0.05), maka diperoleh

kesimpulan bahwa variabel ukuran (size) perusahaan berpengaruh secara signifikan

terhadap tingkat pengungkapan sukarela. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suripto (1999), Marwata (2001), Fitriani

(2001) dan Gunawan (2000). Pada penelitian-penelitian tersebut diperoleh

kesimpulan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pengungkapan sukarela.

Namun di sisi lain, hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian

Sudarmadji dan Sularto (2007). Dalam penelitian tersebut, ukuran perusahaan

disimpulkan sebagai variabel yang tidak berpegaruh signifikan pada pengungkapan

sukarela. Perbedaan hasil penelitian ini dengan sebagian penelitian-penelitian

sebelumnya mungkin terjadi karena perbedaan jenis industri perusahaan yang dipilih

sebagai sampel. Pada penelitian sebelumnya, sampel yang digunakan adalah

perusahaan-perusahaan manufaktur, sedangkan pada penelitian ini digunakan

perusahaan-perusahaan perbankan. Selain itu, proxy ukuran perusahaan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah total aset. Dengan proxy yang berbeda,

contohnya dengan market capitalization, mungkin akan didapat hasil yang berbeda

pula.

55
b. H2 : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan

sukarela pada laporan tahunan

Hipotesis kedua ini merumuskan bahwa likuiditas perusahaan akan

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sukarela. Namun dari

hasil pengolahan data diperoleh t -0.376 pada sig 0.708 dimana 0.708 > 0.05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap

tingkat pengungkapan sukarela pada laporan tahunan perbankan. Hasil ini sesuai

dengan hasil penelitian Marwata (2001), Gunawan (2000) dan Irawan (2006).

Hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian Meiyusti (2008) yang

menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif secara signifikan terhadap tingkat

pengungkapan. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan merupakan perusahaan

perbankan yang memiliki lebih banyak kriteria dan peraturan yang tidak diterapkan

oleh jenis industri lainnya. Tingkat likuiditas perusahaan perbankan selalu berada

dalam pengawasan, baik oleh pihak internal perusahaan (komite manajemen resiko

likuiditas) maupun oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral. Oleh karena itu, tidak

ada perusahaan perbankan aktif yang memiliki rasio likuiditas yang sangat ekstrim.

Dengan demikian pengaruh likuiditas menjadi tidak signifikan terhadap tingkat

pengungkapan sukarela pada laporan tahunannya.

56
c. H3 : Profitabilitas (ROE) berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pengungkapan sukarela pada laporan tahunan

Hipotesis terhadap variabel ketiga, profitabilitas, merumuskan bahwa

profitabilitas (ROE) akan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan

sukarela. Namun dari data hasil pengolahan SPSS 16.0, diperoleh t -0.05 pada sig

0.996. Karena nilai sig 0.996 > 0.05, maka disimpulkan bahwa profitabilitas (ROE)

tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela laporan

tahunan perusahaan perbankan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

Sudarmadji dan Sularto (2007) serta Meiyusti (2008). Di sisi lain, Fitriany (2001),

Simanjuntak & Widiastuti (2004) dan Marulitua (2009) berhasil menemukan

pengaruh yang signifikan dari profitabilitas perusahaan terhadap tingkat

pengungkapan sukarela perusahaan.

d. H4 : Basis perusahan berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pengungkapan sukarela pada laporan tahunan.

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan pada bab terdahulu, hipotesis keempat

ini merumuskan bahwa basis perusahaan akan berpengaruh signifikan terhadap

tingkat pengungkapan sukarela pada laporan tahunan. Berdasarkan hasil pengolahan

data yang telah dikumpulkan dan di analisa dengan SPSS 16.0, diperoleh t 0.196 pada

sig 0.845, dimana 0.845 > 0.05 sehingga disimpulkan bahwa hipotesis keempat

ditolak. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa basis perusahaan tidak memberikan

57
pengaruh yang signifikan dalam tingkat pengungkapan sukarela perusahaan tersebut.

Baik PMA maupun PMDN memiliki tingkat pengungkapan yang hampir sama.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Marulitua (2009), namun

bertentangan dengan Fitriany (2001) serta Hadi dan Sabeni (2004) yang menyatakan

basis perusahaan memberikan pengaruh yang signifkan terhadap tingkat

pengungkapan sukarela.Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa baik PMDN

maupun PMA memiliki tingkat pengungkapan yang relatif sama.

e. H5 : Reputasi KAP berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pengungkapan sukarela pada laporan tahunan.

Hipotesis kelima dalam penelitian ini merumuskan bahwa reputasi KAP yang

mengaudit perusahaan akan berpengaruh secara signifikan terhadap tngkat

pengungkapan sukarela perusahaan perbankan. Dari hasil pengolahan data dengan

menggunakan SPSS 16.0, untuk variabel Reputasi auditor diperoleh t 2.218 pada sig

0.031. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa reputasi KAP berpengaruh secara

signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela dan hipotesis kelima diterima.

Perusahaan yang menggunakan KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four

cenderung memiliki tingkat pengungkapan yang lebih baik dari pada perusahaan-

perusahaan dengan auditor KAP Non Big Four.

58
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Fitriany

(2001), Meiyusti (2009) dan Dahawy (2009). Hal ini bertentangan dengan hasil

penelitian Walace (1994) dan Ali (2004).

3. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen secara keseluruhan. Berdasarkan hasil pengolahan data

yang ada, didapat hasil sebagai berikut :

Model Summaryb

Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .705a .497 .450 .05371 2.619

a. Predictors: (Constant), Likuiditas, ROE, Reputasi KAP, Basis, Size

b. Dependent Variable: V.Disclosure


Tabel 8. Model Summary

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (AR2) adalah

0.450. Artinya, pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam

penelitian ini adalah 45%. Sedangkan 55% sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel

lain yang tidak teramati dalam penelitian ini. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini

sudah cukup tinggi.

59
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ukuran perusahaan, basis,

likuiditas, profitabilitas dan reputasi auditor berpengaruh terhadap tingkat

pengungkapan sukarela laporan tahunan perusahaan perbankan. Untuk mengetahui

hal tersebut, dilakukan pengujian dengan model linear berganda melalui SPSS 16.0

terhadap data yang telah dikumpulkan. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh hasil

sebagai berikut :

1. Ukuran Perusahaan (Size)

Ukuran perusahaan adalah salah satu karakteristik umum perusahaan yang

ditempatkan sebagai variabel independen. Berdasarkan teori, ukuran perusahaan akan

berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela. Ada tiga alasan

yang mendukung pernyataan ini, yaitu :

a. Perusahaan besar memiliki sumber daya dan sistem

informasi yang memadai untuk melakukan pengungkapan lebih.

b. Semakin besar suatu perusahaan, maka biaya keagenan

perusahaan tersebut pun akan semakin besar pula. Oleh karena itu, perusahaan

akan lebih banyak melakukan pengungkapan sukarela sebagai upaya untuk

menurunkan biaya keagenan.

c. Semakin besar suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut

akan lebih diawasi oleh lembaga-lembaga pemerintah. Oleh karena itu,

60
perusahaan akan melakukan lebih banyakpengungkapan untuk meminimalisir

tekanan pemerintah.

Dari hasil penelitian ini, diperoleh hasil yang konsisten dengan teori yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian ini, ukuran perusahaan adalah variabel yang berpengaruh

signifikan terhadap tingkat pengungkapan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan

hasil penelitian Sudarmadji dan Sularto (2007), namun konsisten dengan hasil

penelitian Marwata (2001), Fitriany (2001), Meiyusti (2008) dan Marulitua (2009).

2. Likuiditas

Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas adalah

Loan to Deposite (LDR) ratio. Berdasarkan teori, likuiditas suatu perusahaan akan

sebanding dengan tingkat pengungkapan sukarela perusahaan tersebut. Dalam

penelitiannya, Suripto (1999) menyatakan bahwa kesehatan suatu perusahaan yang

dicerminkan dengan tingginya rasio likuiditas diharapkan berhubungan dengan

luasnya tingkat pengungkapan.

Namun dari hasil penelitian ini t -0.376 pada sig 0.708 dimana 0.708 > 0.05

disimpulkan bahwa likuiditas suatu perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap

tingkat pengungkapan sukarela. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan

merupakan perusahaan perbankan yang memiliki lebih banyak kriteria dan peraturan

yang tidak diterapkan oleh jenis industri lainnya. Tingkat likuiditas perusahaan

perbankan selalu berada dalam pengawasan, baik oleh pihak internal perusahaan

61
(komite manajemen resiko likuiditas) maupun oleh Bank Indonesia sebagai bank

sentral. Oleh karena itu, tidak ada perusahaan perbankan aktif yang memiliki rasio

likuiditas yang sangat ekstrim. Dengan demikian pengaruh likuiditas menjadi tidak

signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela pada laporan tahunannya. Hasil

ini konsisten dengan penelitian Simanjuntak dan Widiastuti (2004), Fitriany (2001)

dan Irawan (2006) namun bertentangan dengan penelitian Almilia dan Retrinasari

(2007).

3. Profitabilitas

Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan Return on Equity (ROE).

Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, hipotesis ketiga dalam penelitian

ini merumuskan bahwa profitabilitas akan memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap tingkat pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Namun berdasarkan

hasil pengolahan data melalui SPSS 16.0, diperoleh t -0.05 pada sig 0.996. Dengan

nilai sig 0.996, dimana 0.996 > 0.05, maka disimpulkan bahwa variabel profitabilitas

tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela pada laporan

tahunan. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Irawan (2006), Sudarmadji dan

Sularto (2007) serta Meiyusti (2008). Sebaliknya, Fitriany (2001), Simanjuntak dan

Widiastuti (2004) dan Marulitua (2009) berhasil menemukan pengaruh profitabilitas

secara signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela. Alasan yang mungkin

dapat menjelaskan ketidak konsistenan ini adalah kondisi ekonomi pada tahun yang

62
digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan data-data pada tahun 2006,

2007 dan 2008 dimana pada periode ini kondisi ekonomi di Indonesia turut

terguncang akibat adanya krisis global.

4. Basis Perusahaan

Basis perusahaan merupakan variabel independen yang diukur dengan

Dummy. Basis perusahaan dibedakan menjadi dua, yaitu : perusahaan berbasis

domestik (PMDN) dan perusahaan berbasis asing (PMA). Dari antara keduanya, teori

memprediksi bahwa perusahaan PMA akan memiliki tingkat pengungkapan yang

lebih luas dibandingkan dengan perusahaan PMDN. Namun setelah melihat hasil

penelitian ini, diperoleh data bahwa pengujian variabel basis perusahaan terhadap

tingkat pengungkapan sukarela menghasilkan t 0.196 pada sig 0.845, dimana 0.845 >

0.05. Dengan sig 0.845 yang lebih besar dari 0.05, maka ditarik kesimpulan bahwa

hipotesis keempat ditolak. Basis perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap tingkat pengungkapan sukarela.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Marwata (2001), Hadi dan Sabeni (2002) dan Marulitua (2009). Namun hasil ini

berlawanan dengan hasil penelitian Simanjuntak dan Widiastuti (2004), Irawan

(2006) dan Fitriani (2001). Alasan munculnya ketidakkonsistenan ini mungkin dapat

ditinjau dari negara asal investor asing pada perusahaan PMA. Jika investor tersebut

berasal dari negara yang tingkat keterbukaannya rendah, maka kepemilikan modal

63
asing pada perusahaan tersebut tidak akan membawa banyak perubahan yang berarti

pada tingkat pengungkapannya.

5. Reputasi KAP

Reputasi KAP merupakan variabel independen yang diukur dengan nilai

dummy. Perusahaan yang menggunakan jasa KAP atau auditor yang merupakan atau

berafiliasi dengan KAP yang tergolong dalam The Big Four Accounting Firm, maka

perusahaan tersebut akan diberi nilai 1, sedangkan perusahaan yang tidak

menggunakan jasa auditor Big Four atau afiliasinya akan diberi nilai 0.

Jensen dan Meckling (1976) dalam teori keagenan menyatakan bahwa firma

audit yang besar berperan sebagai sebuah mekanisme untuk mengurangi agency cost

dan mengadakan peranan pengawasan dengan membatasi tingkah laku oportunistik

manajer. Firma audit besar cenderung tidak senang dikaitkan dengan perusahaan

yang mengungkapkan sedikit informasi dalam laporan tahunan mereka. Dengan

demikian, hipotesis kelima dalam penelitian ini menyatakan bahwa reputasi KAP

akan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela laporan tahunan

perbankan.

Dari hasil pengolahan data, diperoleh diperoleh t 2.218 pada sig 0.031,,

dimana 0.031 < 0.05 sehingga hipotesis kelima ini diterima. Hasil penelitian ini

mendukung hipotesis yang telah dibuat sebelumnya. Reputasi KAP yang digunakan

oleh perusahaan terbukti berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan

64
sukarela. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Meiyusti (2008) dan

Dahawy (2009).

B. Keterbatasan Penelitian

Walaupun proses pengumpulan, pengolahan data dan penarikan kesimpulan

dalam penelitian ini telah dilakukan dengan cermat dan semaksimal mungkin, namun

tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat banyak keterbatasan dan kelemahan

dalam penelitian ini.

Oleh karena itu, para peneliti, akademisi dan para pembaca yang akan

melakukan penelitian dengan topik yang sama dapat memperhatikan beberapa poin

berikut:

1. Penelitian ini hanya mengukur pengaruh karakteristik perusahaan pada

tingkat pengungkapan sukarela saja.

2. Penggolongan basis perusahaan pada penelitian ini hanya dibagai

dalam dua golongan yaitu PMA dan PMDN berdasarkan asal investor.

3. Pengolahan data menggunakan SPSS 16.0 yang umum digunakan.

4. Sampel yang digunakan hanya terbatas pada perusahaan perbankan,

tidak termasuk perusahaan asuransi.

65
C. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian dan keterbatasan-keterbatasan yang telah

diuraikan di atas, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Peneliti selanjutnya hendaknya menguji pengaruh karakteristik

perusahaan terhadap tingkat pengungkapan sukarela dan pengungkapan wajib.

2. Penggolongan basis perusahaan hendaknya diuraikan lagi menjadi

PMA, BUMN dan Swasta Nasional.

3. Peneliti selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk menggunakan

EVIEWS sebagai alat pengolah data.

4. Sampel tidak hanya perusahaan perbankan, namun juga mencakup

perusahaan asuransi dan perusahaan-perusahaan keuangan lainnya.

66
DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana Spica dan Ikka Retrinasari, 2007, Analisis Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEJ, Skripsi Universitas
Trisakti.

Al-Shammari, Bader, 2008, Voluntary Disclosure in Kuwait Corporate Annual


Report, Review of Business Research.

Amalia, Dessy, 2005, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan


Sukarela (Voluntary Disclosure) Pada Laporan Tahunan Perusahaan yang
Terdaftar di BEJ, Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol.1 No.2.

Belkaoui, Ahmed Riahi, 2000, Accounting Theory, Edisi Pertama, diterjemahkan


oleh Harjanti Widiastuti, Salemba Empat, Jakarta.

Botosan, Christine A., 1997, Disclosure Level and The Cost of Equity Capital,
Accounting review, Vol.72, no. 3.

Dahawy, 2009, Company Characteristics and Disclosure Level The Egyptian Story.
International Research Journal of Finance and Economics :
ISSN 1450-2887 Issue 34 (2009)

FASB, 1986, Statement of Financial Accounting Concept No. 1

FASB, 1980, Statement of Financial Accounting Concept No. 2

FASB, 1985, Statement of Financial Accounting Concept No. 6

Fitriany, 2001, “Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib


dan Sukarela Pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di
BEJ”, Simposium Nasional Akuntansi IV.

Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisi Multivariate dengan Program SPSS, Edisi 3,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gunawan, Yuniati, 2000, Analisis Pengungkapan Informasi Laporan Tahunan pada


Perusahaan yang Terdaftar di BEJ. SNA 3.

67
Hartanti, Dewi, 2005, Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di BEJ, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Ikatan akuntan Indonesia (IAI), 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,
Jakarta.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 2002, Metode Penelitian Bisnis, Edisi
Pertama, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta.

Irawan, Bambang, 2006, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan


Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Yogyakarta
: Universitas Islam Indonesia.

Jensen and Meckling, 1976, Theory of the Firm : Managerial Behavior, Agency Cost
and Ownership Structure, Journal of Financial Economic, Volume 3 no. 4.

Kieso, dkk. 2001, Akuntansi Intermediate, Edisi Kesepuluh Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Komsyah, 2003, Hubungan Corporate Governance dan Pengungkapan Informasi :


Pengujian Secara Simultan, SNA VI Surabaya.

Marulitua, Johanes, 2009, Pengaruh Size Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas,


Proporsi Kepemilikan Saham Oleh Publik dan Basis Perusahaan Terhadap
Luas Voluntary Disclosure Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftra di
BEJ, Fakultas Ekonomi Universitas Riau.

Marwata, 2001, Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan


Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia,
Simposium Nasional Akuntansi IV, sesi 3.

Meiyusti, Dian, 2008, Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage,


Proporsi Kepemilikan Publik, Reputasi KAP dan Likuiditas Terhadap
Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Tahunan Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEJ, Fakultas Ekonomi Universitas Riau.

Prihadi, Toto, 2008, 7 Analisis Rasio Keuangan, Penerbit PPM, Jakarta.

Rahayu, Sovi Ismawati, 2008, Pengaruh Tingkat Ketaatan Pengungkapan Wajib dan
Luas Pengungkapan Sukarela Terhadap Kualitas Laba, Simposium Nasional
Akuntansi XI.

68
Ratnawati, Vince dan Ria Nelly Sari, 2007, Sistem Pengendalian Manajemen, Unri
Press, Pekanbaru.

Simanjuntak dan Widiastuti, 2004, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan


Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.7
No. 3.

Subiyantoro dan Hatane, 1996, Dampak Perubahan Kultur Masyarakat Terhadap


Praktik Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Publik Di Indonesia.
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra.

Sudarmadji, Ardi Murdoko dan Lana Sularto, 2007, Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas
Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan, ISSN 1858-2559 Vol. 2,
Universitas Gunadharma.

Suripto, Bambang, 1999, Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan


sukarela dalam Laporan Tahunan, SNA 11.

Verdiyana, Renita, 2006, Variabel-variabel yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan


Dalam Laporan Tahunan Perusahaan. Yogyakarta : Universitas Islam
Indonesia.

www.bapepam.go.id

www.bi.go.id

www.idx.co.id

69

You might also like