Professional Documents
Culture Documents
A. DEFINISI KEBUDAYAAN
Apa yang dimaksud dengan kebudayaan, telah banyak ahli-ahli
Antropologi yang mengkaji tentang kebudayaan itu, dan mencoba
menerangkannya atau setidak-tidaknya telah menyusun definisinya. Sebelum kita
mengemukakan beberapa definisi atau pengertian yang disampaikan oleh ahli-
ahli tersebut, sebelum kita harus mengetahui asal-usul kata kebudayaan tersebut.
Dilihat dari asal-usul katanya, kebudayaan berasal dari kata Sanskerta, yaitu
Buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti "budi atau akal". Dalam
bahasa Latin/Yunani kebudayaan berasal dari kata "colere" yang berarti
mengolah, mengerjakan terutama mengolah tanah. Dari arti ini berkembang arti
culture sebagai segala daya dan usaha manusia untuk merubah alam.
Di antara para ahli tersebut ada dua sarjana Antropologi, yakni A. L
Kroeber dan C. Kluckhohn, yang mencoba mengumpulkan sebanyak mungkin
definisi kebudayaan yang termaktub dalam banyak buku yang berasal dari
berbagai pengarang dan sarjana. Dari hasil penyelidikannya diterbitkan sebuah
buku yang bernama Culture, A Critical Review of Concept and Definition tahun
1952. Menurut A. L. Kroeber dan C. Kluckhohn, definisi kebudayaan dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe definisi, yaitu kebudayaan sebagai
tingkah laku yang dipelajari sampai ke tradisitradisi, alas-alas untuk
memecahkan masalah, produk atau artefak, ide-ide simbol.
Adapun ahli Antropologi yang pertama-tama merumuskan definisi
kebudayaan adalah E.B. Tylor (1874), yang menulis dalam bukunya "Primitive
Culture", yaitu:
Kebudayaan itu adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat
istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
Definisi lain tentang kebudayaan dikemukakan oleh R. Linton dalam
bukunya "The Culture Background of Personality" (1947), menyatakan bahwa
kebudayaan adalah konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah
laku yang unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota
masyarakat tertentu. Selanjutnya, Koentjaraningrat (1990:180), menyatakan
bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar.
Sejalan dengan pemikiran Koentjaraningrat, Selo Soemardjan dan
Soelaeman Soemardi (1964:114), mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua
hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Soekmono dalam bukunya “Pengantar
Sejarah Kebudayaan 1” (1973), mengatakan bahwa kebudayaan adalah segala
ciptaan manusia dalam usahanya merubah dan memberi bentuk dan susunan barn
terhadap pemberian Tuhan sesuai dengan kebutuhan, jasmani dan rohaninya.
Parsudi Suparlan (1981), mengatakan bahwa kebudayaan merupakan
keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang dimanipulasikan
untuk menginterpretasi dan memahami lingkungan yang dihadapi dan untuk
menciptakan serta mendorong terciptanya kelakuan.
Menurut Suhandi (1994:6), kebudayaan memiliki ciri-ciri umum, yaitu
sebagai berikut.
1. Kebudayaan dipelajari.
2. Kebudayaan diwariskan atau diteruskan.
3. Kebudayaan hidup dalam masyarakat.
4. Kebudayaan dikembangkan dan berubah.
5. Kebudayaan itu terintegrasi.
Sifat hakikat dari kebudayaan ini menurut Williams dalam Soekanto
(1986:164), sebagai berikut.
1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.
2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi
tertentu, dan tidak akan coati dengan habisnya usia generasi yang
bersangkutan.
3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban,
tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang
dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan.
Kebudayaan ini dapat berwujud ide atau gagasan, norma-norma atau
peraturan, dan aktivitas sosial maupun wujud kebendaan. Hal ini sesuai dengan
pembagian wujud kebudayaan yang dilakukan oleh Koentjaraningrat (1990: 186-
187), yaitu sebagai berikut:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilainilai,
norma-norma, peraturan. Wujud kebudayaan ini bersifat abstrak, tak dapat
diraba atau difoto. Lokasinya ada di dalam kepala-kepala, atau dengan
perkataan lain ada dalam slam pikiran dari warga masyarakat di mans
kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Sekarang kebudayaan ideal jugs
banyak tersimpan dalam disk, tipe, arsip, koleksi microfilm dan microfish,
kartu komputer, silinder, dan tipe komputer. Ide-ide dan gagasan manusia
banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat, memberi jiwa kepada
masyarakat itu. Para ahli Antropologi dan Sosiologi menyebut sistem ini
sistem budaya atau cultural system. Dalam bahas Indonesia sering disebut
adat, atau adat istiadat untuk bentuk jamaknya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan dari
kelompok manusia. Wujud kedua dari kebudayaan yang sering disebut
sistem sosial. Mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem
sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi,
berhubungan, serta bergaul dengan yang lain, yang dari detik ke detik, dari
hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu mengikuti pola-pola tertentu
yang berdasarkan adat tata kelakuan.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ketiga
dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik. Oleh karena merupakan seluruh
total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam
masyarakat, sifatnya paling konkret, dan berupa benda-benda atau hal-hal
yang dapat diraba, dilihat, dan difoto, ada benda-benda yang besar dan indah
seperti suatu candi yang indah atau ada pula benda-benda kecil seperti kain
batik, atau yang lebih kecil lagi yaitu kancing baju.
B. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Menurut Kluckhon yang dikutip Koentjaraningrat (1990:2003-204),
terdapat tujuh unsur dari kebudayaan di dunia, antara lain berikut ini.
1. Bahasa.
2. Sistem pengetahuan.
3. Organisasi sosial.
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi.
5. Sistem mats pencaharian hidup.
6. Sistem religi.
7. Kesenian.
Setiap unsur kebudayaan universal sudah tentu juga menjelma dalarn
ketiga wujud kebudayaan terurai di atas, yaitu berupa sistem budaya, sistem
sosial dan berupa unsur-unsur kebudayaan fisik.
1. Bahasa
Kemampuan berbahasa adalah ciri khas dari makhluk yang namanya
manusia. Kebutuhan akan kemampuan berbahasa sejalan dengan kebutuhan
akan interaksi sosial. Interaksi sosial di sini ticlak hanya interaksi
antarindividu dalam kelompok, tetapi juga dengan kelompok lain. Di samping
bahasa daerah yang digunakan dalam lingkungan-lingkungan yang terbatas
yakni lingkungan suku bangsa masing-masing maka dalam pergaulan yang
lebih luas antara orang-orang yang berasal dari suku bangsa yang berlainan,
digunakan bahasa Indonesia.
Bahasa dapat dibedakan atas berikut ini.
a. Bahasa isyarat misalnya bunyi keuntungan, gerakan tangan, anggukan atau
gelengan kepala dan isyarat lainnya yang diterima berdasarkan kesepakatan
suatu masyarakat.
b. Bahasa lisan diucapkan melalui mulut.
c. Bahasa tulisan melalui buku, gambar, surat, koran.
2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan itu mencakup semua pengetahuan yang dimiliki
anggota-anggota suatu masyarakat tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang,
ruang dan waktu, serta benda-benda yang terdapat di sekeliling tempat hidup
masyarakat, suku bangsa atau bangsa yang bersangkutan.
Sistem pengetahuan itu timbul akibat kebutuhan-kebutuhan praktis dan
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia di dalam
kehidupannya sehari-hari, serta digunakan oleh manusia untuk keperluan-
keperluan praktis pula, seperti untuk bercocok tanam, berburu, berlayar,
bepergian, dan mengobati berbagai penyakit yang diderita manusia.
3. Organisasi Sosial
Kesatuan sosial yang paling dekat dan mesra adalah kesatuan kerabatnya
yaitu keluarga inti yang dekat, dan kaum kerabat yang lain. Kemudian, ada
kesatuan-kesatuan di luar kaum kerabat, tetapi masih dalam lingkungan
komunitasnya.
Pada setiap masyarakat mempunyai aturan tentang dengan siapa
anggotanya boleh dan tidak boleh melangsungkan perkawinan. Ada dua
macam aturan perkawinan, yaitu endogami dan eksogami.
Endogami adalah kebiasaan masyarakat yang mengharuskan anggotanya
kawin dengan orang yang masih kerabatnya sendiri atau kelompoknya sendiri'
atau kampungnya sendiri.
Eksogami adalah kebiasaan masyarakat yang mengharuskan anggotanya
kawin dengan orang yang berasal dari luar kerabatnya atau luar kelompoknya
atau luar kampungnya.
Dalam ketentuan endogami pada beberapa suku bangsa membolehkan
perkawinan sepupu bersilang atau cross cousin, dan perkawinan sepupu
sejajar atau paralel cousin.
Keluarga luas (Extended family) adalah gabungan 2 keluarga inti atau
lebih. Berarti ada penambahan anggota keluarga orang lain, misalnya adik ibu,
adik ayah, anak yang sudah menikah, tetapi masih tinggal dengan orang
tuanya. Poligami adalah mempunyai istri atau suami lebih dari satu. Apabila
suami mempunyai dua istri atau lebih disebut poligini, dan apabila istri
mempunyai dua suami atau lebih disebut poliandri.
Cara menarik garis keturunan tersebut, antara lain berikut ini.
a. Unilineal: keturunan ditelusuri melalui satu garis keturunan
Baja, melalui ayah atau ibu.
1) Matrilineal: garis keturunan dari pihak istri atau Ibu.
Contoh: Suku Minangkabau, Kisar dan Leti.
2) Patrilineal: garis keturunan dari pihak suami atau
Bapak. Contoh: Suku Batak, Buru, Seram, Kei, Aru dan suku bangsa
di Irian.
b. Bilineal: garis keturunan ditelusuri melalui garis ibu dan
ayah secara bersama-sama. Contoh: Suku Sunda, Jawa, Bali.
Sistem kekerabatan yang bersifat unilineal dan masih dapat ditelusuri
ikatan darahnya oleh individu (ego) disebut Lineage. Sedangkan mereka yang
masih menganggap satu garis keturunan, tetapi sudah tidak dapat ditelusuri
lagi disebut dan (marga).
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Sistem peralatan hidup adalah segala alat-alat yang digunakan manusia
dalam kegiatan sehari-hari dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari adanya teknologi. Artinya,
bahwa teknologi merupakan keseluruhan cara yang secara rasional mengarah
pada ciri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia. Ahli lain, Kast &
Rosenweig menyatakan Teknologi is the art of utilizing scientific knowledge.
Sedangkan Iskandar Alisyahbana (1980:1) merumuskan lebih jelas dan
lengkap tentang teknologi: “Teknologi ialah cara melakukan sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alas dan akal sehingga seakan-
akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh,
pancaindra, dan otak manusia”.
Teknologi tradisional mengenal paling sedikit delapan macam sistem
peralatan dan unsur kebudayaan fisik yang dipakai oleh manusia yang hidup
dalam masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan
yang hidup dari pertanian, yaitu (a) alat-alat produktif, (b) senjata, (c) wadah,
(d) alat-alat menyalakan api, (e) makanan, minuman, bahan' pembangkit
gairah, dan jamu-jamuan, (f) pakaian dan perhiasan, (g) tempat berlindung
dan perumahan, (h) alat-alat transpor.
5. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Berbagai sistem tersebut adalah berburu dan meramu, beternak, bercocok
tanam di ladang, menangkap ikan, dan bercocok tanam menetap dengan
irigasi.
Berdasarkan tingkat teknologi yang dipergunakan, sistem ekonomi dapat
di bagi atas berikut ini.
a. Masyarakat pemburu dan peramu (Food Gathering Economics)
Ciri-cirinya: hidup berpindah-pindah tempat, ketergantungan terhadap
alam tinggi, hidup dalam kelompok kecil, peralatan yang dipergunakan
sederhana, perbedaan sosial berdasarkan jenis kelamin dan usia, pemilikan
barang bersama (komunal), dan biasanya bersifat eksogamuos (perkawinan
dengan anggota di luar kelompoknya).
b. Pertanian berpindah-pindah atau berladang (primitive farming)
Lahan pertanian dipilih hutan-hutan asli dekat sumber air, tumbuhan
hutan ditebang, ranting dan daunnya dibakar, tanah langsung, ditanami
tanpa diolah lebih dulu, peralatan sederhana, penggunaan lahan relatif
pendek 2 atau 3 kali panen, lain ditinggalkan mencari lahan hutan baru,
hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
c. Pertanian intensive (intensive farming)
Hidup menetap (sidenter), sudah mempergunakan alat bantu hewan,
sudah mengenal pemeliharaan tanaman, irigasi, usaha peningkatan
kesuburan lahan, dan pemilihan benih.
d. Industri (manufacturing)
Usaha pengolahan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau
bahan jadi. Industri dicirikan dengan menggunakan mesin-mesin mulai
yang sederhana sampai modern.
Alokasi tenaga kerja ada jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Sukarela
2) paksaan atau perbudakan
3) sistem gaji/upah melalui perjanjian.
Pendistribusi hasil produksi ada 3 macam, yaitu sebagai berikut.
a. Barter atau tukar menukar barang, terdapat pada masyarakat pemburu
dan peramu. Seseorang yang punya singkong ditukar dengan B yang punya
daging. Dalam pertukaran ini tidak melihat nilai barang, yang penting
kebutuhan terpenuhi. Dalam Antropologi disebut jugs reciprocity, yaitu
pemberian yang mengharapkan balasan dalam bentuk barang yang berbeda
atau sama, dalam waktu yang berbeda pula. Reciprocity masih ada pula
pada masyarakat modern.
b. Redistribusi: barang-barang produksi dikumpulkan oleh seseorang
atau sekelompok orang berwenang, kemudian dibagikan lagi.
c. Sistem pasar, yaitu proses menjual dan membeli barang di suatu
tempat dengan mempergunakan alat tukar uang. Sistem pasar di dugs mulai
timbul pada masyarakat bertani menetap.
Saat itu timbullah pertukaran jasa dan-4 barang. Orang yang ahli
membuat pacul menjual produksinya ke petani, petani menjual padinya ke
tukang pacul, begitu seterusnya sehingga timbul kerja sama antarindividu
yang keahliannya berbeda.
Pada saat pertanian menetap, sudah mengenal adanya surplus atau
kelebihan produksi. Di suatu tempat ada yang surplus padi, di lain tempat
mempunyai surplus ikan, kain, kayu ataupun jenis barang lainnya.
Transportasi dan komunikasi diperlukan, timbul supir, bengkel, pembuat
jalan dan pekerjaan lainnya.
6. Sistem Religi
Pada hakikatnya unsur kebudayaan yang disebut religi adalah amat
kompleks, dan berkembang di berbagai tempat di dunia. Sungguhpun
demikian, kalau kita tinjau sebanyak mungkin bentuk religi dari sebanyak
mungkin suku bangsa di dunia maka akan tampak adanya empat unsur pokok
dari religi pada umumnya, ialah berikut ini.
a. Emosi keagamaan atau getaran jiwa yang menyebabkan manusia
menjalankan kelakuan religi.
b. Sistem kepercayaan atau bayang-bayangan dunia, alam gaib, hidup, coati,
surga, neraka.
c. Sistem upacara keagamaan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia
gaib berdasarkan atas sistem kepercayaan tersebut.
d. Kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang
mengkonsepsikan dan mengaktifkan religi beserta sistem upacara-upacara
keagamaannya.
Para ahli antropologi, terutama yang berasal dari abad ke-19 dan ke-20,
sampai kira-kira menjelang zaman Perang Dunia ke –II, dalam hat membicar
gejala religi Bering mengupas berbagai macam bentuk religi, sebagai berikut:
No. Jenis Kepercayaan Penjelasan
1. Animisme Kepercayaan manusia purba terhadap
roh nenek moyang yang telah
meninggal dunia.
2. Dinamisme Kepercayaan bahwa semua benda
mempunyai kekuatan gaib, seperti
gunung batu, dan api. Bahkan benda-
benda buatan manusia diyakini juga
mempunyai kekuatan gaib, seperti
patung, keris, tombak, dan jimat.
3. Totemisme Kepercayaan atas dasar keyakinan
bahwa binatang-binatang tertentu
merupakan nenek moyang suatu
masyarakat atau orang-orang tertentu.
Biasanya binatang-binatang yang
dianggap nenek moyang itu, tidak boleh
diburu dan dimakan, kecuali untuk
keperluan upacara tertentu.
4. Fetisisme Bentuk religi yang berdasarkan
kepercayaan akan adanya jiwa dalam
benda-benda tertentu dan yang terdiri
dari aktivitas-aktivitas keagamaan guna
memuja benda-benda berjiwa.
5. Politeisme Bentuk religi yang berdasarkan
kepercayaan kepada satu sistem yang
luas dari dewa-dewa, dan terdiri dari
upacara-upacara guna memuja dewa-
dewa tadi.
6. Monotheisme Bentuk religi yang berdasarkan
kepercayaan kepada satu dewa atau
Tuhan, dan terdiri dari upacara-upacara
guna memuja dewa atau Tuhan tadi.
7. Mystic Bentuk religi yang berdasarkan
kepercayaan kepada satu Tuhan yang
dianggap, meliputi segala hal dalam
slam, dan sistem religi ini terdiri dari
upacara-upacara yang bertujuan
mencapai kesatuan dengan Tuhan.
C. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN
Oleh karena kebudayaan adalah semua hasil pengetahuan dan ciptaan
manusia yang diperoleh dari belajar.
Perubahan kebudayaan ini dapat disebabkan oleh faktor dari dalam
(internal) masyarakat itu sendiri dan dapat pula oleh faktor yang berasal dari luar
(eksternal) masyarakat itu sendiri.
Faktor yang berasal dari dalam, yaitu sebagai berikut.
1. Adanya kejenuhan atau ketidakpuasan individu terhadap sistem nilai yang
berlaku dalam masyarakat.
2. Adanya individu yang menyimpang dari sistem yang berlaku, apabila
penyimpangan ini dibiarkan maka akan diikuti oleh individu-individu lainnya
sehingga terjadi perubahan.
3. Adanya penemuan-penemuan barn (inovasi) yang diterima oleh anggota
masyarakat dan membawa perubahan kebudayaan.
4. Adanya perubahan dalam jumlah dan komposisi penduduk.
Faktor yang berasal dari luar masyarakat misalnya:
1. bencana alam: gunung meletus, banjir, gempa dan sebagainya;
2. peperangan;
3. kontak dengan masyarakat lain yang berbeda budayanya.
Penjalaran, penyebaran unsur-unsur budaya dari satu kelompok ke
kelompok lain; atau dari satu tempat ke tempat lain disebut difusi. Bersamaan
dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi,
turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan ke seluruh penjuru dunia yang
disebut proses difusi (diffusion).
Difusi dapat terjadi kalau:
1. adanya kontak atau hubungan yang intensif antara dua kelompok yang
berbeda kebudayaannya;
2. tersedianya sarana komunikasi;
3. adanya rangsangan kedua belah pihak akan kebutuhan unsur baru;
4. adanya kesediaan mental kedua belah pihak untuk menerima unsur baru;
5. adanya kesiapan keterampilan untuk menerima unsur baru.
Ada 3 bentuk difusi
1. Difusi ekspansi: suatu proses di mans informasi atau material menjalar dari
satu daerah ke daerah lain semakin lama semakin meluas; Contoh: urbanisasi,
penyebaran sistem uang, berita dari koran atau TV.
2. Difusi relokasi: informasi atau mated pindah meninggalkan daerah asal ke
suatu daerah baru, Contoh; transmigrasi
3. Difusi cascade atau bertingkat: penjalaran melalui tingkatan, dari atas ke
bawah disebut top down contoh: KB atau dapat pula dari bawah ke atas (Bottom up)
contoh: kebutuhan sarana jalan dari masyarakat, diteruskan ke kepala desa, ke camat,
bupati dan seterusnya.
Syarat utama untuk terjadinya akulturasi adalah adanya kontak social dan
komunikasi antara dua kelompok masyarakat yang berbeda kebudayaannya.
Kebudayaan acing akan relatif mudah diterima apabila:
1. Tidak adanya hambatan geografis, seperti daerah yang bergunung relatif sukar
dijangkau sehingga kontak dengan masyarakat luar menjadi sukar.
2. Kebudayaan yang datang memberikan manfaat lebih besar apabila
dibandingkan dengan unsur kebudayaan yang baru.
3. Adanya persamaan dengan unsur kebudayaan lama.
4. Adanya kesiapan pengetahuan dan keterampilan.
5. Kebudayaan yang datang bersifat kebendaan.
Biasanya golongan-golongan yang tersangkut dalam suatu proses
asimilasi adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas.