You are on page 1of 6

2010

Identifikasi Karbohidrat (Laporan)

Oleh Kedawung Senja

 Reaksi Seliwanoff (khusus menunjukkan adanya fruktosa). Pereaksi seliwanoff terdiri dari
serbuk resorsinol + HCl encer. Bila fruktosa diberi pereaksi seliwanoff dan dipanaskan dlm
air mendidih selama 10 menit akan terjadi perubahan warna menjadi lebih tua. 5. Tes
Selliwanof

Reagen ini mengandung resorsional dalam HCl 6M. reaksi melibatkan perubahan warna
oleh karena reaksi antara furfural atau hidroxymenthyl furfural dan resorsinol. Reaksi ini
berlangsung sangat cepat dengan beberapa zat dan lebih lambat dengan yang lain. HCl dapat
menghidrolisis beberapa senyawa yang tidak memberikan hasil reaksi positif untuk
menghasilkan zat yang dapat memberikan tes positif untuk menghasilkan.

Uji seliwanoff merupakan uji spesifik untuk karbohidrat yang mengandung gugus keton atau
disebut juga ketosa. Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan oleh HCl panas menjadi
asm levulinat dan hidroksilmetil furfural. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung
gugus keton akan menghasikan warna merah pada larutannya.

Pada percobaan, ketika ke dalam reagen Seelliwanof pada tabung reaksi ditambahkan
larutan karbohidrat, masing-masing 2 tetes glukosa, fruktosa, maltosa, dan sukrosa,
kemudian dipanaskan, diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Reagen Selliwanof + glukosa : warna menjadi bening kekuningan

b. Reagen Selliwanof + fruktosa : warna menjadi merah

c. Reagen Selliwanof + maltosa : warna menjadi bening

d. Reagen Selliwanof + sukrosa : warna menjadi orange

Berdasarkan teori, warna merah bata yang terjadi pada larutan menunjukkan rekasi positif.
Dalam hal ini berarti sukrosa memberikan reaksi positif terhadap reagen Selliwanof.
Sukrosa memiliki gugus keton, sehingga mampu bereaksi positif dengan asam (HCl yang
terdapt pada reagen selliwanof). Bila sukrosa dihidrolisis maka akan terpecah dan
menghasilkan glukosa dan fruktosa. Sedangkan larutan lainnya menunjukkan hasil negatif.

Ketosa akan didehidrasi lebih cepat dari aldosa. Reaksi seliwanof disebabkan perubahan
fruktosa oleh HCl panas menjadi levulinat dan hidroksimetil fultural, selanjutnya kondensasi
hikroksimetil dengan resersinal akan menghasilkan senyawa. Sukrosa yang mudah
dihidrolisa menjadi glukosa akan memberikan reaksi yang positif. Jika dipanaskan
 karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah pada
larutannya. Pada sampel yang digunakan, hasil yang menunjukkan karbohidrat yang
mengandung gugus keton adalah glukosa dan maltosa karena larutan yang dihasilkan
berwarna bening agak kemerahan. Sedangkan pada fruktosa dan sukrosa larutan berwarna
kuning atau orange. Fruktosa merupakan ketosa, dan sukrosa terbentuk atas glukosa dan
fruktosa, sehingga reaksi dengan pereaksi selliwanof menghasilkan senyawa berwarna
jingga atau orange.

Berikut reaksinya :

CH2OH OH O OH OH

+HCl ║ │ │

H CH2OH ───→ H2C— —C—H + → kompleks

OH H │ berwarna merah jingga

OH

5-hidroksimetil furfural resorsinol

Uji seliwanof dapat membedakan sukrosa dan fruktosa karena fruktosa akan diakibatkan
oleh asam chlorida panas menjadi asam levulinat dan hidroksimetil fultural, sedangkan
sukrosa mudah dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa memberikan reaksi yang positif.

http://semilirsenja.blogspot.com/2010/01/identifikasi-karbohidrat-laporan.html

3. Tes Benedict, yang biasa digunakan sebagai uji aldehid. Tes ini dapat juga digunakan untuk
membedakan karbohidrat yang mengandung gugus reduksi dari yang tidak mengandung gugus
reduksi. Reagen ini mengandung CuSO4, Natrium sitrat dan natrium karbonat dan didalam alkalin,
larutan tersebut tidak mengkatalisis reagen benedict menunjukkan tes positif. 3. Tes Benedict

Tes ini biasa digunakan dalam tes aldehid. Di samping itu juga dapat digunakan untuk membedakan
karbonhidrat yang mengandung gugus reduksi dari yang tidak mengandung gugus reduksi. Reagen
Benedict mengandung CuSO4, natrium sitrat, dan natrium karbonat dan di dalam larutan alkalin,
larutan tersebut tidak mengkatalisasis reagen Benedict menunjukkkan tes positif.

Pada uji benedict, hasil uji positif ditunjukkan oleh fruktosa, glukosa, maltosa, dan laktosa,
sedangkan untuk karbohidrat jenis sukrosa dan pati menunjukkan hasil negatif. Sekalipun aldosa
atau ketosa berada dalam bentuk sikliknya, namun bentuk ini berada dalam kesetimbangannya
dengan sejumlah kecil aldehida atau keton rantai terbuka, sehingga gugus aldehida atau keton ini
dapat mereduksi berbagai macam reduktor, oleh karena itu, karbohidrat yang menunjukkan hasil
reaksi positif dinamakan gula pereduksi.
Larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid dengan
kuprooksida yang berwarna merah bata. Larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang
mempunyai gugus aldehid atau keton bebas dengan membentuk kuprooksida yang berwarna. Gula
pereduksi beraksi dengan pereaksi menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Pada gula pereduksi
terdapat gugus aldehid dan OH laktol. OH laktol adalah OH yang terikat pada atom C pertama yang
menentukan karbohidrat sebagai gula pereduksi atau bukan.

Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam
suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah
terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah,
orange atau merah bata serta adanya endapan.

Dari percobaan diperoleh hasil positif pada larutan glukosa, maltosa dan fruktosa. Hal ini terjadi
karena glukosa, maltosa dan fruktosa memiliki gugus yang masih memiliki ujung rantai yang bebas
dan iktan antar karbonnya cukup lemah sehingga mudah lepas karena pemanasan. Uji benedict
merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas, seperti yang
terdapat pada laktosa dan maltosa.

Monosakarida segera mereduksi senyawa-senyawa pengoksidasi seperti ferisianida, hydrogen


peroksida, atau ion cupri (Cu2+). Pada reaksi sepreti ini, guka dioksidasi pada gugus karbonil, dan
senyawa pengoksidasi menjadi tereduksi dimana senyawa-senyawa pereduksi adalah pemberi
electron dan senyawa pengoksidasi adalah penerima electron. Glukosa dan gula-gula lain yang
mampu mereduksi senyawa pengoksidasi disebut gula pereduksi. Sifat ini berguna dalam analisis
gula. Gula yang mengandung gugus aldehid atau keton bebas mereduksi indicator-indikator seperti
kompleks ion kupri (Cu2+) menjadi bentuk kupro (Cu+). Bahan pereduksi pada reaksi-reaksi ini
adalah bentuk rantai terbuka aldosa dan ketosa. Ujung peruduksi dari suatu gula adalah ujung yang
mengandung ggus aldehida atau keto bebas.

Monosakarida bersifat redutor, dengan diteteskannya Reagen akan menimbulkan endapan merah
bata. Selain menguji kualitas, secara kasar juga berlaku secara kuantitatif, karena semakin banyak
gula dalam larutan maka semakin gelap warna endapan. Pada praktikum yang dilakukan, endapan
tersebut belum tampak karena percobaannya singkat.

Sedangkan pati memberikan hasil negatif terhadap uji ini, karena pati merupakan polisakarida dan
juga karena gugus aldehidnya terikat kuat satu sama lain dan panjang sehingga tidak dapat bereaksi
dengan pereaksi. Sekalipun terdapat glukosa rantai terbuka pada ujung rantai polimer, namun
konsentrasinya sangatlah kecil, sehingga warna hasil reaksi tidak tampak oleh penglihatan. Sukrosa
tidak dapat mereduksi sebab tidak mempunyai OH-laktol (OH yang terikat pada atom C pertama),
sehingga gugus O-nya sudah terikat pada atom C glukosa dan fruktosa dan membentuk sukrosa
yang bergugus keton. Larutan sukrosa dan pati tidak merupakan senyawa pereduksi karena sukrosa
tidak memilki atom karbon anomer bebas. Adanya gula reduksi pada suatu larutan ditandai dengan
adanya perubahan warna khususnya merah tua pada larutan.
6. Tes Iodin, yang akan memberikan perubahan warna bila bereaksi dengan beberapa polisakarida.
Pati meberikan warna biru gelap, dextrin memberikan warna merah, glikogen memebrikan warna
coklat kemerahan. Selulosa, disakarida dan monosakarida tidak memberikan warna dengan iodine.

Beberapa polisakarida akan bereaksi dengan lodine untuk memberikan warna. Pati memberikan
warna biru gelap, dextrin menghasilkan warna merah, gelikogen memberikan warna coklat
kemerahan. Sellulose, disakarida, dan monosakarida tidak memberikan warna dengan lodine.

Pada uji iodine yang dilakukan terhadap glukosa, maltosa, sukrosa dan pati, diperoleh hasil reaksi
sebagai berikut:

a. Setetes iodin 0,01 M + satu tetes larutan glukosa: campuran berwarna kuning;

b. Setetes iodin 0,01 M + satu tetes larutan maltosa: campuran berwarna kuning;

c. Setetes iodin 0,01 M + satu tetes larutan sukrosa: campuran berwarna kuning;

d. Setetes iodin 0,01 M + satu tetes larutan pati: campuran berwarna hitam;

Dari hasil tersebut, hanya pati yang menunjukkan reaksi positif bila direaksikan dengan iodine. Hal
ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks
karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati
dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya,
sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut. Dalam percobaan, warna biru tua
yang terbentuk sangat pekat, mendekati hitam atau berwarna hitam. Sedangkan pada glukosa,
sukrosa, dan maltosa tidak bereaksi dengan iodine. Hal ini dibuktikan karena larutannya berwarna
kuning bening. Pada uji iodine, kondensasi iodine dengan karbohidrat, selain monosakarida dapat
menghasilkan warna yang khas. Amilum dengan iodine dapat membentuk kompleks biru,
sedangkan dengan glikogen akan membentuk warna merah.

2. Uji Benedict

Uji benedict merupakan uji umum untuk karbohidrat (gula) pereduksi (yang memiliki gugus aldehid
atau keton bebas), seperti yang terdapat pada glukosa dan maltosa. Uji benedict berdasarkan reduksi
Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis, biasanya
ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan
CuCO3. Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata, kadang disertai dengan
larutan yang berwarna hijau, merah, atau orange.

Cara kerja: sebanyak 5 ml reaksi Benedict dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 8 tetes larutan bahan yang diuji dicampur rata dan dididihkan selama 5 menit, biarkan
sampai dingin kemudian diamati perubahan warnanya, jika terbentuk warna hijau, kuning atau
endapan merah bata berarti positif.
http://wahyuriyadi.blogspot.com/2009/10/uji-kualitatif-karbohidrat.htmlWahyu Riyadi

2009
2. Test Benedict
Larutan Pengamatan Kesimpulan
Glukosa 1% 5’=Endapan merah bata +++
Fruktosa 1% 1’=Kuning,5’=endapan merah bata ++
Laktosa 1% 5’=endapan merah bata +
Sukrosa 1% Tidak terbentuk endapan _
Amilum 1% Tidak terbentuk endapan _
Persamaan Reaksi
OO
|| ||
R — C — H + Cu2+ [o] R — C — OH + Cu2O ↓ (merah bata)
OH-
1. Larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid dengan
kuprooksida yang berwarna merah bata.
2. Dari percobaan diperoleh hasil positif pada larutan glukosa, laktosa dan fruktosa. Sedangkan
amilum dan sukrosa memberikan hasil negatif terhadap uji ini, karena amilum merupakan
polisakarida dan juga karena gugus aldehidnya terikat kuat satu sama lain dan panjang sehingga
tidak dapat bereaksi dengan pereaksi. Sukrosa tidak dapat mereduksi sebab tidak mempunyai OH-
laktol (OH yang terikat pada atom C pertama), sehingga gugus O-nya sudah terikat pada atom C
glukosa dan fruktosa dan membentuk sukrosa yang bergugus
keton.http://filzahazny.wordpress.com/2009/07/10/karbohidrat/karbohidrat
Posted: July 10, 2009 by filzahazny in biokimia
Tags: biokimia, disakarida, monosakarida, tes

4. Uji Iod

Pada uji iodine, kondensasi iodine dengan karbohidrat, selain monosakarida dapat menghasilkan
warna yang khas. Amilum dengan iodine dapat membentuk kompleks biru, sedangkan dengan
glikogen akan membentuk warna merah. Oleh karena itu uji iod ini juga dapat membedakan amilum
dan glikogen.
iodine hanya dengan karbohidrat dapat membentuk warna yang spesifik yaitu biru begitu juga
dengan larutan lain untuk menguji protein, lemak dan fehling. mereka dapat membentuk suatu
reaksi yang menghasilkan warna yang spesifik thd suatu zat tapi dengan zat lain menghasilkan
warna yang berbeda.

larutan penguji bereaksi dengan suatu zat sehingga membentuk suatu senyawa yang memiliki warna
spesifik.

warna yang terbentuk tsb adalah sudah hukum alam. memang itu sifat fisik zat tsb.

syarat suatu bahan menjadi larutan penguji adalah, dapat menghasilkan suatu reaksi spesifik.
berbeda dengan apa terjadi jika direaksikan dengan larutan lain. misalnya dapat menhasilkan warna
spesifik, dapat menghasilkan endapan (ntah bewarna atau tidak), dapat menghasilkan suatu gas
(ntah bewarna atau tidak) dll. tapi biasanya yang gampang untuk diamati adalah warna, maka orang
lebih suka untuk menggunakan suatu larutan penguji yang berhubungan dengan warna.
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090224122618AAeTbM0

You might also like