You are on page 1of 18

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Setiap individu tentunya berharap dapat menjalani masa tuanya dengan
bahagia. Ketika memasuki masa tua tersebut, sebagian para lanjut usia (lansia)
dapat menjalaninya dengan bahagia, namun tidak sedikit dari mereka yang
mengalami hal sebaliknya, masa tua dijalani dengan rasa ketidakbahagiaan,
sehingga menyebabkan rasa ketidaknyamanan. Kondisi lanjut usia mengalami
berbagai penurunan atau kemunduran baik fungsi biologis maupun psikis, yang
nantinya dapat mempengaruhi mobilitas dan juga kontak sosial, salah satunya
adalah isolation atau pengasingan, atau terkucil atau merasa tidak diperhatikan
lagi atau yang lebih serius adalah depresi. Bersamaan dengan peningkatan jumlah
penduduk lanjut usia terjadi peningkatan hampir mencapai 50% dari penduduk
lanjut usia yang mengalami isolation.
Perasaan terasing (ter-isolasi) adalah perasaan tersisihkan, terpencil dari orang
lain, karena merasa berbeda dengan orang lain. Yang dapat disebabkan karena:
tersisih dari kelompoknya, tidak diperhatikan oleh orang-orang disekitarnya,
terisolasi dari lingkungan, tidak ada seseorang tempat berbagi rasa dan
pengalaman, seseorang harus sendiri tanpa ada pilihan. Hal-hal tadi menimbulkan
perasaan tidak berdayaan, kurang percaya diri, ketergantungan, keterlantaran
terutama bagi lansia miskin, post power syndrome, perasaan tersiksa, perasaan
kehilangan, mati rasa dan sebagainya. Hilangnya perhatian dan dukungan dari
lingkungan sosial yang terkait dengan hilangnya kedudukan atau perannya dapat
menimbulkan konflik atau keguncangan. Masalah ini terkait dengan sikap
masyarakat sebagai orang Timur yang menghormati lansia sebagai sesepuh
sehingga kurang bisa menerima bila seorang lansia masih aktif dalam berbagai
kegiatan produktif sehingga seringkali banyak lansia mengalami keadaaan
pengasingan.
Jumlah penduduk lanjut usia (usia 60 tahun keatas) di Indonesia terus menerus
meningkat. Pada tahun 1970 jumlah penduduk yang mencapai umur 60 tahun ke
atas (lansia) berjumlah sekitar 5,31 juta orang atau 4,48% dari total penduduk

1
Indonesia. Pada tahun 1990 jumlah tersebut meningkat hampir dua kali lipat yaitu
menjadi 9,9 juta jiwa. Pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan meningkat
sekitar tiga kali lipat dari jumlah lansia pada tahun 1990. Kantor Menteri
Kependudukan/BKKBN, 1999 menyatakan bahwa pada tahun 1995 beberapa
propinsi di Indonesia proporsi lansianya jauh berada diatas patokan penduduk
berstruktur tua (yakni 7 %), yaitu antara lain : Daerah Istimewa Yogyakarta
(12,5%), Jawa Timur (9,46%), Bali (8,93%), Jawa Tengah (8,8%) dan Sumatera
Barat (7,98%). Data statistik menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia Indonesia
pada awal abad ke 21 ini diperkirakan adalah sekitar 15 juta orang dan pada tahun
2020 jumlah lanjut usia tersebut akan meningkat sekitar 30 - 40 juta orang.
Syukurlah kini perhatian masyarakat dan pemerintah sudah lebih baik untuk
mengusahakan bagaimana agar lansia tetap mandiri dan berguna. Banyak ahli dan
peneliti yang menyatakan bahwa orang yang menderita pengasingan lebih sering
mendatangi layanan gawat darurat 60% lebih banyak bila dibandingkan dengan
mereka yang tidak menderitanya, dua kali lebih banyak membutuhkan perawatan
di rumah, resiko terserang influensa sebanyak dua kali, berisiko empat kali
mengalami serangan jantung dan mengalami kematian akibat serangan jantung
tersebut, juga berisiko meningkatkan mortalitas dan kejadian stroke dibanding
yang tidak terasing. Sebagai seorang perawat secara ringkas dapat menyarankan
dua cara yang bisa ditempuh, Pertama, oleh lansia itu sendiri, dan inilah yang
menjadi kuncinya yaitu menjalin kontak sosial dengan teman, tetangga atau sanak
misalnya aktif dalam berbagai kegiatan sosial, senam, paduan suara, hobi, atau
kegiatan keagamaan. Bahkan kegiatan ini perlu dipersiapkan dan dirintis sejak
pralansia. Kegiatan dan keterikatan dalam kelompok akan menghadirkan nuansa
kegembiraan pada saat pertemuan berlangsung sehingga lansia tidak akan merasa
terasing lagi. Kegiatan periodik ini merupakan kegiatan yang dinanti-nantikan
serta mampu membangkitkan semangat hidup. Mengingat arti penting kegiatan
sosial ini maka setiap kegiatan perlu diisi dengan acara yang bersifat
meningkatkan kualitas hidup baik fisik maupun psikisnya. Kedua, kontak sosial
tidak harus dalam arti kontak secara fisik, tatap muka. Jika kontak fisik tidak
dapat dilakukan lansia bisa menggunakan media yang mampu membantu lansia
untuk melakukan kontak sosial yaitu melalui telpon, surat atau e-mail, kiriman
lagu lewat radio, atau cara lain yang menjadi penghubung dengan orang lain.
Yang kedua, oleh orang lain baik oleh anak, cucu, sanak keluarga maupun orang
lain yang peduli pada lansia. Kegiatannya antara lain kunjungan secara periodik
secara bergilir. Keuntungannya selain mengurangi rasa kesepian dan keterasingan
juga memonitor kondisi kesehatan lansia. Adanya tetangga dekat sangat besar
perannya. Mereka bisa saling menghabiskan waktu bersama-sama sehingga lansia
tidak akan merasa ter-isolasi lagi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan isolation?
2. Apa penyebab dari isolation?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari isolation?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan isolation?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan tentang isolation dan Asuhan Keperawatan pada klien lanjut
usia dengan kasus isolation.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan tentang isolation
2. Menjelaskan tentang penyebab dari isolation
3. Menjelaskan tentang tanda dan gejala dari isolation
4. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan isolation
1.4 Manfaat
1. Sebagai masukan bagi mahasiswa keperawatan dan perawat gerontik
dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada lansia
dengan isolation.
2. Sebagai referensi bagi keluarga lansia dalam mengatasi masalah yang
timbul pada lansia dengan isolation.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Isolasi


Isolasi adalah respon pada kondisi ketidakmampuan atau tidak adanya
kesempatan berinteraksi dengan orang lain atau hasil dari ketidakinginan
untuk berinteraksi.
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 1998).
Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu
dan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu
keadaan negatif yang mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri
dalam ruangan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi, menarik diri,
kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau ketidakmatangan minat dan
aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia. Preokupasi dengan
pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna.
Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh
orang lain. Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak
aman ditengah orang banyak. (Mary C. Townsend, 1998).

2.2 Karakteristik Isolasi


Menurut Biordi (1995) terdapat 4 macam karakteristik dari isolasi dengan
berbagai macam akibatnya. Karakteristik pertama, individu telah termasuk
dalam kehidupan sosial dan akan sakit hati akibat isolasi. Pada karakteristik
kedua individu menghabiskan banyak waktu dari masa tuanya di dalam isolasi
dan berhasrat melibatkan diri dengan yang lain tapi mungkin tanpa tahu
bagaimana cara yang efektif bergabung dalam kelompok sosial. Karakteristik
ketiga, individu menjadi aktif dan kasar, fakultatif,menarik diri karena
kejadian yang memalukan. Terakhir, karakteristik keempat terjadi isolasi
menetap yang kemungkinan memunculkan keterbatasan sosial pada usia tua.
2.3 Faktor Penyebab Isolasi
2.3.1 Faktor pada individu yang menyebabkan terjadinya isolasi dibagi menjadi:
1. Biologic integrity berupa nyeri, kesakitan, dan menjelang
ajal.
2. Safety and security berupa kehilangan sensori, ketakutan
akan kriminalitas, lingkungan rawan kriminalitas.
3. Belongings berupa kehilangan pasangan, kehilangan orang
terdekat,perilaku yang berlebihan,perilaku yang tidak
diterima oleh masyarakat.
4. Self Esteem berupa kehilangan hubungan sosial, rasa tidak
berguna,kapasitas yang lemah, kehilangan peran kerja.
5. Transendence pengalaman ekstrasensori, keinginan untuk
menyendiri.
2.3.2 Faktor eksternal yang menyebabkan isolasi
Faktor eksternal tersebut terdiri dari 2 sistem pendukung,yaitu sistem
pendukung informal yang meliputi keluarga dan teman lansia serta sistem
pendukung formal yang meliputi bantuan (sistem keuangan) dan interaksi
sosial.

5
BAB 3
PROSES KEPERAWATAN

3.1 Kasus
Tn. H datang ke Panti Werdha pada tanggal 15 Agustus 2009, berumur 72
tahun. Klien suka melamun, suka menyendiri, jarang mandi dan klien pernah
melakukan pemukulan terhadap diri sendiri. Klien menyatakan kecewa
terhadap keluarganya, karena tidak peduli dengannya. Klien merasa kesepian
karena tidak mempunyai teman ngobrol di rumah. Setelah ditinggal mati
istrinya, klien jarang bergaul dengan tetangga sekitarnya. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik dan diperoleh: Tanda Vital : TD:140/100 mmhg;
N:90x/mnt; S:38°C; P:20x/ menit. TB:162 cm; BB: 55 kg. Keluhan Fisik:
tidak ada.

3.2 Pengkajian
A. Data biografi
Nama : Tn. H
TTL : Madiun, 22 Desember 1937
Umur : 72 Tahun
Agama : Islam
Status : Duda
Penampilan : Tidak rapi, kurang terawat, diam, tampak murung.
Ciri-ciri tubuh : Kurus, agak tinggi, hidung mancung, kulit sawo matang,
rambut beruban.
Alamat : Jl. Raya Merdeka 56 Magetan
Orang yang dekat dihubungi : Purwadi
Hubungan dengan usila : Anak pertama
Alamat : Jl. Raya Merdeka 56 Magetan
Tanggal masuk panti : 15 Agustus 2009
B. Riwayat keluarga

Keterangan :
: Klien
: Anak pertama

C. Riwayat Pekerjaan :
Pekerjaan saat ini : - ( dipanti werda)
Alamat pekerjan :-
Jarak dari rumah :-
Alat transportasi :-
Pekerjaan sebelumnya: Petani
Berapa jarak dari rumah : 1,5 km
Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : Cukup
untuk kebutuhan sehari-hari
D. Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal: permanen
Jumlah kamar : 2
Kondisi tempat tinggal : pencahayaan cukup terang, ventilasi baik tidak
lembab, bersih tidak pengap
Jumlah orang yang tinggal dirumah : 4 orang
Derajat privasi: baik
Alamat / telpon :-
E. Riwayat rekreasi
Hobby/minat : mendengarkan radio campur sari

7
Keanggotaan organisasi : -
Liburan Perjalanan : setiap minggu ada kegiatan rekreasi di panti sosial tresna
werda yaitu di ruang pertemuan . Saat ini klien rekreasi dengan menonton TV.
F. Sistem pendukung
Di panti dibantu oleh satu orang perawat yang melayani kesehatan seluruh
penghuni panti yang berjumlah 56 orang, dan tiap-tiap wisma didamping oleh
satu orang pendamping.
Bila ada yang perlu dirujuk panti sudah menjalin kerja sama dengan
Puskesmas serta RSUD Magetan.
G. Diskripsi Kekhususan
Klien jarang mengikuti kegiatan sholat berjamaah di Musholla PSTW
H. Status Kesehatan
Klien tidak pernah sakit yang serius yang harus diopname di Rumah Sakit.
ALASAN DATANG KE PANTI WERDA
Klien pernah menikah dan mempunyai anak 2 orang, setelah ditinggal istrinya
klien merasa kesepian, karena kedua anaknya tidak memperdulikannya karena
sibuk dengan pekerjaannya, dan tokoh masyarakat merasa iba melihat kondisi
Tn. H sehingga direkomendasikan untuk ditempatkan di Panti Werdha.
KELUHAN UTAMA ;
Klien mengatakan kesepian setelah ditinggal mati oleh istrinya, dan anaknya
tidak punya cukup waktu untuk berbincang-bincang dengannya.

Penatalaksanaan masalah kesehatan :


Selama ini klien cukup periksa ke perawat panti yang selalu menangani
masalah kesehatan orang-orang panti. Klien tidak pernah sakit yang serius.
Dan pemahaman klien mengenai penyakit yang dideritanya adalah penyakit
orang yang sudah tua
Obat-obat yang pernah di terima klien menurut catatan di pelayanan kesehatan
panti yaitu vitamin B, C
I. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan
Selama ini klien tidak pernah melakukan hal-hal yang merugikan kesehatan
seperti merokok atau minum-minuman keras.
Alergi : klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan atau obat-
obatan, serta cuaca yang extrim.
Penyakit yang diderita : klien tidak mempunyai penyakit keturunan seperti
Hipertensi, DM dll.
J. Pola aktifitas Hidup sehari hari
Kemampuan Independen Bantuan Bantuan Bantun orang Depend
Perawatan Diri Alat orang lain & ent
lain peralatan
1. makan /minum V
2. mandi V
3. Berpakaian V
4. Ke WC V
5. Transfering/pind V
ah V
6. Ambulasi

Indeks Katz : Skor B, klien tidak mampu untuk mandi secara mandiri/
butuh bantuan oranglain.
Nutrisi : Klien secara bergantian mengambil makanan untuk
anggota/penghuni panti Wisma Arjuna, makan khusus
untuk Tn. H 2x porsi kecil kadang tidak habis.
Eliminasi : BAB/BAK lancar 1 x sehari, tidak ada keluhan.
Aktifitas :
o klien dapat melakukan aktifitas sendiri tanpa bantuan, secara
postur klien semestinya memakai tongkat karena sudah ada tanda
kiposis.
o Klien jarang berkumpul dan sering menolak berpartisipasi dalam
kegiatan yang diadakan oleh pengurus dan penghuni panti lain
Istirahat & tidur :
Tidak ada keluhan tentang istirahat & tidur, tidur mulai jam
22.00-04.00 WIB
Psikologis :
a) Persepsi klien : klien merasakan linu dan kurang nafsu makan merupakan
penyakitnya orang yang sudah tua
b) Konsep diri : Klien tidak percaya diri bila berkumpul dengan teman-
temannya dipanti. Terbukti klien tidak mempunyai teman dekat selama

9
tinggal di panti.
c) Emosi : klien tampak murung, lemas, kadang suka marah-marah.
d) Adaptasi : klien tinggal dipanti baru 3 bulan yang lalu, pasien belum
akrab dengan penghuni panti.
e) Mekanisme pertahanan diri: bila ada masalah klien selalu memendam
masalahnya sendiri. Klien hanya mengadukan masalahnya kepada Tuhan
Yang Maha Esa .

K. Tinjauan Sistem
Keadaan umum : Baik, postur tubuh agak kiposis
Tingkat kesadaran : Kompos mentis
GCS : Membuka mata = 4, verbal = 5, psikomotor = 6
Tanda vital : Nadi = 90 X/menit RR = 20 X/mnt, TD = 140/110 mmHg
1) Sistem kardiovaskuler: bunyi jantung S1 dan S2 normal tidak ada suara
tambahan
2) Sistem pernafasan : frekwensi 20 x/mnt, suara nafas vesikuler di area
paru, bronchovesikuler di percabangan bronchus dan tidak ada suara
tambahan seperti wezhing, ronchi dll.
3) Sistem integumen : kulit keriput, warna sawo matang tidak ditemukan
kelainan.
4) Sistem muskuloskeletal : klien dapat beraktifitas sendiri, cuma kadang
merasa nyeri di pergelengan tangan dan kaki
5) Sistem endokrin : klien tidak menderita sakit DM
6) Sistem gastrointestinal: klien mengalami penurunan nafsu makan,
peristaltik 15 X/mnt, BAB lancar setiap pagi, konsistensi lembek.
7) Sistem persarafan : klien tidak mengalami gangguan persarafan
8) Sistem pengecapan : klien masih merasakan rasa manis pahit, asin tetapi
merasa berkurang dibandingkan dengan masa masih muda
9) Sistem penciuman : klien masih bisa membedakan bau kopi

L. Status kognitif/Afektif sosial.


1) SPSMQ : jumlah kesalahan 0 yaitu : fungsi intelektual utuh
2) MMSE : nilai total =30 yaitu aspek kognitif dan mental baik
3) Inventaris depresi beck : 0-4 depresi tidak ada
M. Data penunjang
- Lab : - Radiologi : -
EKG : - USG : -
CT_scan : - Obat-obatan ; Vitamin BC 3X1 tablet

3.3 Analisis Data


NO Analisis Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS: Kehilangan pasangan dan Kesepian
- Klien orang terdekat
mengungkapkan
perasaan Isolasi diri
kesendirian.
- Klien Kesepian
mengungkapkan
perasaan
pembedaan dari
orang lain.
- Klien mengatakan
tidak mempunyai
teman bicara.
DO:
- Ketiadaan
dukungan dari
orang lain yang
penting (keluarga,
teman, kelompok).
- Ketidak berdayaan
tujuan yang
penting.
- Merasa tidak aman
berada di
masyarakat.
- Sibuk dengan
pikirannya sendiri.
2. DS: Isolasi Sosial Resiko bunuh diri
- Klien mengeluhkan
gangguan tidur. Kesepian
- Petugas panti
melaporkan bahwa Depresi
klien pernah
melukai dirinya Resiko bunuh diri

11
sendiri.

DO:
- Perilaku klien
selama Tanya
jawab: menarik diri,
putus asa.
- Aktifitas kehidupan
sehari-hari: tidak
mampu mengurus
diri sendiri.
- Pola komunikasi:
tidak dapat
mengambil
keputusan,
kecepatan bicara
menurun.
3. DS: Sitem pendukung << Defisit perawatan diri;
- Klien mengatakan mandi/ higiene
malas mandi. Perhatian keluarga/
DO: pengucilan keluarga
- Ketidakmampuan
untuk mandi sendiri Isolasi sosial
(termasuk mencuci
bagian tubuh dalam, Kesepian
gosok gigi,
perawatan kuku). Depresi
- Tidak ingin
membasuh tubuh Kurang perawatan diri;
atau bagian tubuh mandi
lainnya.
- Ketidakmampuan
merasakan
kebutuhan
kebersihan.
4. DS: - Sistem pendukung << Koping keluarga tak
DO: efektif
- Orang yang berarti Perhatian keluarga/
berusaha pengucilan keluarga
memberikan
perilaku bantuan Koping keluarga tak efektif
dengan hasil yang
kurang memuaskan
- Orang yang berarti
menarik diri atau
memasuki
komunikasi
personal dengan
klien secara
temporer atau
terbatas pada saat
dibutuhkan.
-

3.4 Diagnosa Keperawatan


1. Kesepian b.d kehilangan
2. Resiko bunuh diri b.d kehilangan ganda sekunder terhadap isolasi sosial
3. Defisit perawatan diri; mandi b.d penurunan motivasi
4. Koping keluarga tak efektif b.d stressor multiple berkenaan dengan
perawatan lansia

3.5 Intervensi Keperawatan


1. Kesepian b.d kehilangan
Kriteria Hasil: Individu akan:
a. Mengidentifikasi alasan-alasan perasaannya terhadap isolasi.
b. Mendiskusikan cara-cara meningkatkan hubungan yang berarti.
c. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan hiburan yang sesuai.
Intervensi Evaluasi
1. Anjurkan klien untuk meningkatkan 1. Klien menunjukkan berienteraksi
interaksi sosial dengan lingkungan dengan teman sekamarnya.
sekitar. 2. Klien mampu mengungkapkan
2. Dorong individu untuk berbicara masalahnya kepada petugas
tentang perasaan kesepiannya dan panti.
alasan mengapa hal tersebut bisa Tercapai: Ya ( √ )
dialami. Tidak ( )
3. Kurangi halangan untuk kontak Waktu : __________
sosial.
4. Identifikasi strategi untuk Paraf : __________
memperluas dunia dari terisolasi,
seperti berpartisipasi dalam
kelompok keagamaan.
5. Diskusikan karakteristik percakapan
yang bermakna seperti memulai
interaksi, bersikap sopan,
penggunaan kontak mata yang
meningkat.

2. Resiko bunuh diri b.d kehilangan ganda sekunder terhadap isolasi sosial

13
Kriteria Hasil: individu akan:
a. Tidak jadi melakukan bunuh diri
b. Menyatakan keinginan untuk hidup
c. Mengidentifikasi mekanisme koping alternative
d. Mampu untuk menyatakan perasaan marah, kesepaian, putus asa
Batasan Karakteristik:
a. Mayor: Ada ide untuk melakukan bunuh diri
b. Minor: Memperlihatkan/ melaporkan depresi, konsep diri yang buruk,
tidak berdaya, kurang adanya system pendukung, emosi sedih.
Intervensi Evaluasi
1. Bantu klien untuk membangun harga 1. Klien mulai memperlihatkan
diri. untuk berinteraksi dengan orang
2. Berikan penyuluhan kesehatan untuk lain.
mengantisipasi datangnya stress. 2. Klien muali belajar untuk
Misal: bersantai, melakukan mengantisipasi datangnya stress.
ketrampilan, bagaimana Tercapai: Ya ( √ )
mengekspresikan perasaan secara Tidak ( )
konstruktif. Waktu : __________
3. Dorong klien untuk berinteraksi
dengan orang lain. Paraf : __________
4. Berikan lingkungan yang aman.
Jauhkan dari barang-barang yang
dapat membahayakan klien seperti:
gunting, pisau, jarum, senjata,
pemotong kuku, kaca, dll.
5. Awasi dan tempatkan pasien di
ruang yang mudah dipantau oleh
peramat/petugas.

3. Defisit perawatan diri; mandi/ higiene b.d penurunan motivasi


Kriteria Hasil: individu akan:
a. Menjelaskan faktor penyebab ketidakmampuan untuk mandi.
b. Menunjukkan kegiatan mandi pada tingkat optimal yang diharapkan.
c. Menyebutkan perasaan nyaman dan kepuasan yang berhubungan
dengan kebersihan tubuh.
d. Melaporkan kepuasan sesuai dengan keterbatasan yang ada.
Batasan Karakteristik:
a. Tidak dapat/ tidak ingin mencuci tubuh atau bagian tubuh lainnya.
b. Kurang mampu untuk mandi sendiri.
c. Tidak mampu merasakan kebutuhan kebersihan dirinya.
Intervensi Evaluasi
1. Beri motivasi Klien menunjukkan kegiatan mandi pada
klien untuk tingkat optimal.
mandi/ higiene. Tercapai: Ya ( √ )
2. Berikan Tidak ( )
penjelasan Waktu : __________
kepada klien
tentang
Paraf : __________
pentingnya
mandi/ higiene
3. Bantu klien
untuk mandi/
higiene.
4. Berikan waktu
yang konsisten
untuk mandi
secara rutin dan
teratur sebagai
bagian dari
program yang
terencana.
5. Amati aktifitas
sampai klien
secara aman
dapat
melakukan
pekerjaan tanpa
dibantu.

4. Koping keluarga tak efektif b.d stressor multiple berkenaan dengan


perawatan lansia.
Kriteria Hasil: anggota keluarga akan:
a. Menyadari kebutuhan unit keluarga.
b. Menyadari kebutuhan pasien.
c. Mulai menunjukkan ketrampilan interpersonal yang efektif.
d. Berpartisipasi dalam mengembangkan dan mengimplementasikan
e. Menggunakan strategi penyelesaian masalah lebih fleksibel.
Batasan Karakteristik:
a. Mayor:
• Perawatan individu dengan cara pengabaian.

15
• Keputusan yang merusak keharmonisan keluarga.
b. Minor:
• Pengabaian
• Penolakan
Intervensi Evaluasi
1. Fasilitasi keluarga dalam perawatan 1. Keluarga mulai menunjukkan
emosi dan fisik keluarga. ketrampilan interpersonal
2. Bantu interaksi antara pasien dan yang efektif.
anggota keluarga. 2. Keluarga berpartisipasi aktif
3. Tingkatkan hubungan saling percaya, dalam perawatan klien.
keterbukaan dalam keluarga. Tercapai: Ya ( √ )
4. Tentukan tingkat keterlibatan yang Tidak ( )
diinginkan anggota keluarga dengan Waktu : __________
pasien.
5. Berikan pilihan pengetahuan yang Paraf : __________
dibutuhkan untuk keluarga yang akan
membantu mereka dalam membuat
keputusan tentang perawatan pasien.
6. Anjurkan keluarga untuk
mengunjungi dan merawat pasien
kapanpun bila memungkinkan.

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 1998).
Faktor penyebab isolasi antara lain terbagi atas faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal terdiri dari : biologic integrity, safety and security,
belongings, self esteem dan transendence. Sedangkan faktor ekternal dari
isolation adalah: sistem pendukung informal: keluarga dan teman lansia serta
sistem pendukung formal: bantuan (sistem keuangan) dan interaksi sosial.
Asuhan keperawatan pada lansia dengan isolation diberikan oleh perawat
dengan dukungan keluarga lansia. Perawat bisa meminta partisipasi keluarga
lansia untuk ikut membantu proses keperawatan yang diberikan. Perawat
dapat menyarankan agar keluarga pasien mendukung lansia agar aktif
menjalin kontak sosial dengan teman, tetangga atau sanak saudara serta aktif
dalam berbagai kegiatan sosial, senam, paduan suara, hobi, atau kegiatan
keagamaan. Keuntungannya selain mengurangi rasa kesepian dan keterasingan
juga memonitor kondisi kesehatan lansia.

4.2 Saran
Dengan mengetahui tentang definisi, tanda dan gejala dari isolasi maka
diharapkan khususnya perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien
dengan isolation dan juga dapat mengajarkannya ke keluarga pasien dengan
lansia. Kami berharap setelah intervensi yang kami berikan keluarga dapat
mengatasi permasalahan pada lansia dengan baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Isolasi Sosial.


http://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan-isolasi-sosial/ diakses tanggal 24 November 2009 pukul 08.57 WIB.
Carpenito, Lynda J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Edisi 6. Jakarta: EGC
Ebersole, Priscilla and Patricia Hess. 2001. Geriatric nursing and healthy aging
hal 130-135. St. Louis Missouri: Mosby
Gallo, Reiche & Andersen. 1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta: EGC
Probosuseno. 2007. Mengatasi Isolasi pada Lanjut Usia.
http://medicalzone.org/fuldfk/viewtopic.php?
t=3686&start=0&postdays=0&postorder=asc&highlight. Diakses tanggal 24
November 2009 pukul 09.02 WIB
Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri hal 252. Jakarta: EGC
Wahyudi, Nugroho. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

You might also like