You are on page 1of 23

Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

ALTERNATIF PLTN PADA PEMBANGKITAN ENERGI


LISTRIK DITINJAU DARI BEBERAPA ASPEK

IV.1. UMUM

Sasaran utama Pembangunan Jangka Panjang Tahap II dititikberatkan

pada pembangunan bidang ekonomi dan pengembangan industri nasional.

Untuk mendukung pengembangan industri di masa mendatang tersebut,

diperlukan penyediaan sumber energi yang cukup besar. Namun perlu diingat

bahwa pertumbuhan pembangunan harus dilandasi azas pemerataan dengan

sasaran utama terciptanya kualitas masyarakat yang maju dengan kehidupan

dalam suasana tentram, sejahtera lahir dan batin.

Oleh karena itu, dalam rangka program diversifikasi energi, aspek

ketersediaan energi, aspek teknologi, aspek keselamatan, aspek sosial, aspek

ekonomi dan aspek lingkungan serta penerapan alih teknologi dan partisipasi

industri nasional perlu dipertimbangkan dalam pemilihan alternatif

pembangkitan tenaga listrik masa mendatang.

Atas dasar pertimbangan beberapa aspek diatas maka akan terlihat

apakah energi nuklir merupakan alternatif pembangkit listrik yang layak untuk

mendukung pembangunan di masa mendatang atau tidak.

IV.2. TEKNOLOGI PLTN

Energi nuklir dirumuskan oleh Albert Einstein pada tahun 1905 yang

kemudian mencapai kemajuan dengan keberhasilan Enrico Fermi menemukan

1
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

reaksi berantai yang disebut fisi pada tahun 1936. Dari reaksi fisi tersebut

dihasilkan energi panas.

Dalam pengembangan selanjutnya, energi nuklir telah dimanfaatkan

sebagai Pembangkitan Tenaga Listrik. Prinsip daripada pembangkit listrik energi

nuklir ini sama dengan pembangkit konvensional lainnya, bedanya hanya pada

panas yang dihasilkan untuk tenaga uap, dimana untuk PLTN, panas tersebut

dihasilkan melalui reaksi pembelahan inti atom dalam suatu reaktor nuklir.

Gambar 4.1 memperlihatkan bagaimana siklus bahan bakar pada sebuah PLTN.

Dalam proses ini dibutuhkan air yang berfungsi sebagai pendingin dan

moderator, serta Uranium-235 (U235) sebagai bahan bakar. Proporsi Uranium-

235 dalam bahan bakar nuklir kecil sekali dan terdistribusi secara merata dalam

isotop Uranium-238 (U238) yang tidak dapat membelah sehingga tidak akan

memungkinkan terjadinya reaksi berantai yang tak terkendali di dalamnya.

1. Penambangan Penyimpanan
2. Pengkonsentrasian Akhir
3. Yellow Cake U3O8

Konversi UF6 UNH UF6 Bahan


U3O8 UF6 buangan

Plutonium Uranium
Pengkayaan UF6
0,2% 2 - 4% Proses Ulang
Pusat Listrik
Tenaga Nuklir
(PLTN)
Pembuatan Elemen
Bahan Bakar Pemanfaatan 1. Pendinginan
UF6 UO2 Bahan Bakar 2. Transportasi
Bedak Pelet

GAMBAR 4.11
SIKLUS BAHAN BAKAR NUKLIR

1
Prof. Ir. Abdul Kadir, "Energi Nuklir Untuk Pembangkitan Tenaga Listrik", Energi & Listrik. Edisi
1982.

2
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

Berdasarkan teknologinya, ada beberapa jenis reaktor nuklir yang telah

beroperasi di beberapa negara, namun yang terbanyak adalah jenis Pressurized

Water Reactor (PWR) dan Boiling Water Reactor (BWR). Selain itu juga ada

reaktor jenis Gas Cooled Reactor (GCR) yang menggunakan gas sebagai

pendingin reaktor dan Pressurized Heavy Water Reactor (PHWR).

Dari hasil studi optimisasi perencanaan pembangkit yang dilaksanakan

oleh BATAN dan BPPT, teknologi PLTN yang dipilih adalah jenis PWR (Presurize

Water Reactor), dengan pertimbangan faktor keamanan, operasional dan

pengelolaan sisa bahan bakar (limbah radioaktif) yang lebih andal dari jenis

yang lain, disamping pertimbangan dalam pembuatannya.

IV.2.1. Konsep Keamanan dan Keselamatan Instalasi Nuklir

Keamanan nuklir ditujukan untuk meyakinkan proteksi atau

keselamatan pekerja sentral nuklir, masyarakat pada umumnya, dan

lingkungan alam terhadap seluruh bahaya dan gangguan yang berasal dari

aktifitas nuklir.

Tujuan tersebut akan dapat dipenuhi dengan memperhatikan

faktor-faktor sebagai berikut :

ο Menjamin keamanan instalasi nuklir pada kondisi operasi normal,

dengan tidak melepaskan zat radio-aktif ke lingkungan.

ο memperingatkan lembaga yang berwenang dan masyarakat jika

terjadi insiden maupun kecelakaan nuklir.

ο memperkecil konsekuensi bahaya jika terjadi insiden dan kecelakaan

nuklir.

3
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

Ketiga faktor tersebut diberlakukan pada seluruh aktifitas yang

mengandung resiko yang mungkin dapat terjadi pada instalasi nuklir, termasuk

penggunaan, transportasi, dan konversi zat radio-aktif.

Untuk mendapatkan sebuah instalasi nuklir yang aman, maka tiga buah

batasan/jaminan teknis yang harus dilakukan adalah :

 menjamin kontrol reaksi nuklir

 menjamin pendinginan bahan bakar

 menjamin penangkaran zat atau partikel radioaktif.

Ketiga fungsi tersebut merupakan filosofi dasar yang menjadi standar

pemikiran pada desain, konstruksi, dan operasi sebuah PLTN.

IV.2.2. Sistem Keamanan Operasi Reaktor Nuklir

Penilaian keamanan pada sistem PLTN secara garis besar dapat dibagi

menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Peralatan sistem proses.

Terdiri dari peralatan-perlatan pengaman yang berfungsi pada operasi

normal.

b. Peralatan sistem proteksi.

Yaitu semua sistem atau alat-alat yang direncanakan untuk

mencegah terjadinya kerusakan bahan bakar nuklir karena kegagalan sistem

proses atau kesalahan operator. Peralatan pokok pada sistem ini adalah

Sistem Pendingin Darurat ( ECCS - Engineering Core Cooling System ).

c. Peralatan sistem isolasi.

4
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

Yaitu setiap struktur dengan peralatan serta sistem-sistem yang

dirancang untuk mencegah atau membatasi keluarnya zat radioaktif dari

sistem proses keluar di sekitar PLTN. Sistem ini erat hubungannya.

Prinsip kesempurnaan sistem dan peralatan suatu pembangkit energi

nuklir dapat digambarkan sebagai berikut :

ο Adanya tiga penahan berlapis yang memisahkan antara zat/partikel

radioaktif dengan lingkungan sekitar, sehingga menjamin penangkaran

zat / partikel radioaktif. Ketiga penahan tersebut adalah kelongsong

bahan bakar uranium dari stainless steel, tangki reaktor dari baja

pilihan dengan tebal ± 20 cm, dan kubah reaktor dari beton dengan

tebal ± 20 m.

ο Sistem proteksi menghadapi kelemahan yang berasal dari manusia maupun

peralatan yang digunakan. Antara lain adalah tersedianya dua atau tiga

buah sistem/peralatan yang dipasang secara terpisah/paralel.

Kelongsong Bahan Bakar

Penggunaan kelongsong bahan bakar dimaksudkan untuk mengungkung

unsur-unsur hasil fisi (pembelahan inti atom) yang radio-aktif agar ke luar dan

terlarut dalam air pendingin. Kelongsong bahan bakar ini terbuat dari logam

tertentu yang mempunyai titik lebur sangat tinggi (diatas 1700 oC). Selain itu

juga mempunyai ketahanan terhadap korosi hingga suhu tinggi, pengelasan

kelongsong dilakukan pada ruang hampa udara untuk terjadinya oksidasi yang

dapat menyebabkan korosi. Oleh karena itu, dengan terbungkusnya bahan

nuklir dengan kelongsong yang sangat kuat, unsur-unsur hasil fisi yang radio-

aktif diharapkan tidak akan keluar dari tangki reaktor.

5
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

Batang Kendali ( Tangki Reaktor )

Kemungkinan pelelehan kelongsong hanya akan terjadi pada suhu yang

sangat tinggi, dimana hal ini akan terjadi apabila reaktor berada dalam keadaan

super-kritis, yaitu suatu keadaan dimana jumlah netron yang berada dalam

teras reaktor naik terus. Sehingga dapat menyebabkan makin banyaknya

netron yang menembaki bahan bakar, akibatnya makin banyak pula panas yang

dilepaskan.

Agar reaksi berantai terus berlangsung tanpa menimbulkan keadaan

super-kritis tersebut, maka jumlah netron yang dipakai untuk melangsungkan

reaksi fisi harus dibuat tetap sama dengan jumlah semula, dengan kata lain

harus ada sebagian netron yang dimusnahkan. Untuk menyerap atau

memusnahkan kelebihan netron tersebut dapat dilakukan melalui batang

kendali (control road), yang siap melakukan penyerapan netron apabila

dikehendaki.

Bangunan Pelindung Reaktor

Sistem pengamanan terakhir untuk menghindari keluarnya zat-zat radio-

aktif dari instalasi nuklir adalah bangunan beton dan baja berbentuk kubah,

yang melingkupi seluruh reaktor nuklir. Bangunan pelindung ini dirancang

tahan terhadap benturan yang cukup kuat sehingga kemungkinan kebocoran

akan lebih terjamin. Pentingnya bangunan pelindung reaktor dapat dibuktikan

dengan adanya kecelakaan reaktor nuklir di Chernobyl dan Three Mile Island.

Radio-aktif menyebar keluar dari PLTN Chernobyl karena instalasinya tidak

memiliki sistem pengaman bangunan pelindung reaktor, sehingga banyak

menimbulkan korban jiwa dan efek lain akibat terkena radiasi dari zat radio-

aktif yang tersebar. Sedangkan reaktor nuklir di Three Mile Island karena
6
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

memiliki bangunan pelindung pada reaktornya, pada saat terjadinya kecelakaan

tidak sampai menimbulkan korban. Dengan demikian, keberadaan dari

bangunan pelindung reaktor ini sangat diperlukan sekali demi keamanan

pengoperasian PLTN.

Baik peralatan maupun cara bekerjanya sistem-sistem di atas adalah

bebas serta tidak tergantung satu sama lainnya, dan bahkan satu sama lain

saling merupakan satu sistem pengaman yang berlapis-lapis dari PLTN. Selain

itu diusahakan juga kemungkinan kegagalan ganda (secara bersamaan) dari

ketiga sistem-sistem di atas sangat kecill.

Berdasarkan penilaian terhadap keselamatan suatu PLTN, satu-satunya

potensi bahaya terbesar dari PLTN adalah bila terjadi penyebaran zat-zat

radioaktif ke lingkungan secara besar-besaran, yang diakibatkan oleh

melelehnya bahan bakar nuklir. Hal ini akan terjadi apabila ketiga bagian

sistem keamanan diatas gagal berfungsi secara bersamaan.

IV.2.2.1. Probabilitas Kecelakaan PLTN

Seperti sistem teknologi lain, PLTN juga dapat gagal berfungsi

sebagaimana diharapkan, walaupun kemungkinan itu kecil. Berdasarkan hasil

penelitian Rasmussen nilai kemungkinan kecelakaan sebuah reaktor nuklir

adalah 107. Ini berarti dalam 107 kasus reaktor/tahun akan terdapat satu

kecelakaan. Ketidak-beruntungannya adalah kalau kejadian itu terjadi pada

saat pengamatan kita dimana secara praktis hasilnya menjadi 1.

Dari gambar berikut dapat dijelaskan probabilitas suatu kejadian yang

dapat mengakibatkan kecelakaan pada PLTN.

7
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

Peristiwa/kecelakaan yang pertama kali dalam hal ini adalah pecahnya

pipa utama dari pendingin. Peristiwa ini diperkirakan “keboleh-jadiannya”, P1 .

Kemudian timbul pertanyaan, apakah tenaga listrik tersedia atau tidak.

Keboleh-jadian P2 diperuntukkan bagi gagalnya/tidak tersedianya tenaga listrik

yang diperlukan untuk menjalankan sistem keselamatan-darurat. Jika tidak

tersedia tenaga listrik maka tidak ada satupun unit-unit keselamatan darurat

yang dapat beroperasi hingga bahan bakar akan meleleh, dan akibatnya banyak

sekali zat-zat radioaktif yang akan keluar. Keboleh-jadian dari peristiwa ini

adalah P1xP2. Demikian seterusnya, pohon-kejadian pada gambar 4.2 dapat

menerangkan kebolehjadian dari kegagalan masing-masing sub sistem.

in t e g r it a s
c o n t a in t m e n t Z a t r a d io a k t if y a n g
t e r s e b a r k e lu a r
P e n g a m b il
S is t e m h a s il f is i
P e n d in g in
P ip a P e n d in g in D aru ra t T e ra s
Pec ah (E C C S )

1 -P 5
P1
B a ik S a n g a t s e d ik it
1 -P 4
T e n a g a L is t r ik B e rop era s i
1 -P 3 P5 S e d ik it P 1x P5
J e le k
B e r fu n g s i P 1x P4
P4 B a ik S e d ik it
T id a k P5 Sedang
P 1x P4xP 5
1-P 2 1 -P 4 J e le k
B e rop era s i Besar P 1x P3
P1 T e r s e d ia P3
T id a k
P4 Sangat besar P 1x P3xP 4
T id a k
P2 Sangat besar
P 1x P2
G a g a l /ti d a k
t e r s e d ia

GAMBAR 4.22
POHON KEJADIAN YANG DISEDERHANAKAN DARI LOCA

Dengan bekerjanya sistem pengaman secara menyeluruh dalam sebuah

PLTN, maka akan sedikit sekali zat radioaktif yang keluar ke lingkungan, bila

2
Sutaryo Supadi, dkk., BATAN/Sub Komisi Teknologi Reaktor KP2PLTN., “Penilaia KeamananPLTN”.
Berita Ilmu Pengetahuan & Teknologi. No : 3 Tahun 1976.

8
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

dibandingkan dengan urut-urutan peristiwa sebaliknya seperti tercermin pada

baris terbawah.

IV.2.2.2. Resiko Akibat Kecelakaan PLTN

Pada grafik berikut dapat dilihat perbandingan resiko kecelakaan antara

PLTN dan kecelakaan non-nuklir, yaitu seringnya frekuensi (kejadian per tahun)

dari jumlah korban yang jatuh akibat suatu kejadian tertentu. Sebagai contoh

misalnya, jumlah 100 orang korban akibat kecelakaan dari beroperasinya 100

buah PLTN, mempunyai frekuensi sebesar ± 1/10000 kejadian per tahun.

Sedangkan untuk jumlah korban yang sama akibat kecelakaan-

kecelakaan kebakaran dan pesawat terbang jatuh, masing-masing mempunyai

frekuensi satu dalam 10 per tahun dan satu dalam 2 per tahun, atau dengan

kata lain masing-masing 1000 dan 5000 kali lebih besar dibanding dengan

kecelakaan nuklir.

Kecuali korban jiwa, studi telah menyimpulkan kerugian-kerugian harta

akibat bila terjadi kecelakaan PLTN ataupun kecelakaan non-nuklir baik yang

disebabkan oleh peristiwa-peristiwa alamiah maupun yang buatan manusia

seperti terlihat pada gambar 4.4 berikut.

10

1 A ir C r a s h e s T o t a l
Fir
es

1 /1 0 D a m F a ilu r e s

1 /1 0 0 T o ta l M a n C a u s e d
Frekuensi (Evens/Years)

A ir C r a s h e s
Exp

P e rs o n s O n
losio

G ro u nd
ns

1 /1 .0 0 0

C h lo r in e R e l e a s e s
1 /1 0 .0 0 0

9
1 / 1 0 0 .0 0 0

1 0 0 N u c le a r
P o w e r P la n t

1 /1 .0 0 0 . 0 0 0

1 /1 0 .0 0 0 .0 0 0
10 100 1 .0 0 0 1 0 .0 0 0 1 0 0 .0 0 0 1 .0 0 0 .0 0 0
F a ta lit ie s
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

GAMBAR 4.33
FREKUENSI KEMATIAN AKIBAT KEJADIAN-KEJADIAN BUATAN MANUSIA

GAMBAR 4.44
Nat

Man
ura
l Ev
FREKUENSI
Ca
use
1 /1 0 ent KERUGIAN HARTA
d
Eve AKIBAT
nts
KECELAKAAN-
1 /1 0 0
KECELAKAAN SECARA
ALAMIAH ATAU
BUKAN
Frekuensi (Events/year

1 / 1 .0 0 0

1 /1 0 .0 0 0 Dari gambar 4.4


1 0 0 N u c le a r
P o w e r P la n ts diatas dapat
1 /1 0 0 .0 0 0

diambil
1 / 1 .0 0 0 .0 0 0
1M 10M 100M 1B 10B 100B
N ( D o l la r s ) kesimpulan bahwa

kerugian harta yang sama akibat kecelakaan 100 PLTN kira-kira 100 sampai

1000 kali lebih kecil kemungkinannya dibanding dengan sebab-sebab yang lain.

Kerugian harta dalam kecelakaan PLTN terdiri dari komponen-komponen :

a. Biaya yang diperlukan untuk memindahkan untuk sementara orang-orang

dari daerah yang terkontaminasi.

b. Nilai kerugian akibat tidak dapat digunakannya milik/harta benda

penduduk yang barang - barangnya perlu dibersihkan akibat

kontaminasi,

selama beberapa minggu sampai beberapa bulan.

3
Ibid.
4
Ibid.

10
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

c. Biaya untuk menjamin masyarakat luas agar tidak terkena radioaktif yang

mengotori makanan dan supply air minum.

Disamping resiko-resiko yang digambarkan pada kedua grafik diatas,

disamping korban jiwa kiranya perlu digambarkan efek negatif pada kesehatan

manusia yang dapat ditimbulkan oleh kecelakaan PLTN. Efek kesehatan ini

meliputi pula efek jangka panjang yang dapat berupa kanker, efek keturunan

dan kelainan pada kelenjar gondok. Korban-korban tersebut dapat menjadi

kira-kira dua kali lebih banyak dibanding dengan jumlah yang meningggal.

Akan tetapi jumlah tersebut dapat diabaikan bila dibanding dengan 8 juta orang

per tahun yang menderita akibat kecelakaan-kecelakaan lainnya.

IV.3. ASPEK EKONOMI

Seperti uraian pada pembahasan terdahulu, dalam menentukan biaya

pembangkitan listrik ada tiga komponen biaya yang harus diperhatikan, yakni :

biaya investasi awal, biaya operasi dan perawatan, serta biaya bahan bakar.

Semua jenis pembangkit listrik dapat dibangun dengan biaya investasi

yang murah, tapi karena biaya bahan bakar yang mahal, maka harga listriknya

akan mahal. Sebagai contoh pada pembangkit listrik dengan bahan bakar

batubara, ongkos investasinya relatif murah tetapi karena menggunakan bahan

bakar yang tersedia jauh dari tempat pembangkitan listrik, maka biaya bahan

bakarnya cukup tinggi.

Berdasarkan strategi penyediaan energi listrik Model MARKAL (dalam

pembahasan pada Bab terdahulu), PLTN belum bisa bersaing secara ekonomis

dengan pembangkit lainnya karena membutuhkan investasi awal yang sangat

besar. Dalam perhitungan tersebut biaya PLTN diambil sebesar $ 210/kW

11
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

dengan discount rate normal sebesar 12%. Oleh karena itu, dalam perencanaan

PLTN secara ekonomis dilakukan analisis sensitivitas terhadap investasi dan

discount rate-nya.

Jika dilakukan analisa sensitifitas pada PLTN dengan tingkat discount

rate yang berbeda, yaitu 4 %, 6 %, 8 % dan 10 %, maka dari hasil akhir

perhitungan biaya keseluruhan, PLTN baru bisa bersaing untuk discount rate 8

%, 6 % dan 4 %, dimana biaya pembangkitan untuk masing-masing discount

rate tersebut adalah 51,59.10-3 $/kW, 42,30.10-3 $/kW dan 34,86.10-3 $/kW.

Dibandingkan dengan PLTU-Batubara, PLTN memang memerlukan biaya

investasi awal yang besar, akan tetapi dalam operasinya biaya bahan bakarnya

cukup rendah, dan memerlukan bahan bakar dalam jumlah yang kecil. Sebagai

perbandingan kebutuhan bahan bakar pada PLTN, PLTU - Batubara dan PLT

Minyak seperti terlihat pada tabel berikut.

TABEL 4.15
KEBUTUHAN BAHAN BAKAR

Sebuah instalasi pembangkit berdaya 1000 MWe beroperasi dengan load faktor 75% akan
memproduksi 6,6 TWh per tahun. Perbandingan kebutuhan bahan bakarnya untuk PLTN, PLTU-
Batubara dan PLT-Minyak adalah :

κ PLT Nuklir, membutuhkan 27 ton uranium diperkaya tiap tahun, diperlukan transportasi
dengan beberapa truk, atau diperlukan 160 ton uranium alam.
κ PLTU Batubara, membutuhkan 2,6 juta ton batubara tiap tahun, diperlukan transportasi
dengan 5 rangkaian kereta pengangkut, tiap pengangkutan 1400 ton per hari.
κ PLT Minyak, membutuhkan 2 juta ton minyak per tahun, diperlukan transportasi dengan 10
super tanker.

Namun disadari karena PLTN memerlukan investasi yang besar, maka

daya-saing ekonomi sangat sensitif terhadap faktor-faktor yang terkait bagi

5
Ir. Adiwardoyo, dkk., “Penggunaan Energi Nuklir Dalam Mendukung Pembangunan Yang
Berkesinambungan”. Hasil Lokakarya Energi, Jakarta., 1993. Sumber : Nuclear Power Techniques
and Sustainble Development, IAEA., Vienna, 1992.

12
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

proyek investasi tinggi umumnya, yaitu waktu yang diperlukan untuk perizinan,

waktu yang diperlukan untuk pembangunan, bunga pinjaman dan lain

sebagainya.

IV.4. ASPEK SOSIO-EKONOMI PLTN

Studi tentang dampak sosio-ekonomi yang dilakukan oleh BATAN

bertujuan untuk mengidentifikasikan sumber-daya daerah yang dapat ikut serta

dalam pembangunan daerah, kemudian membandingkan perkembangan daerah

dengan tanpa pembangunan PLTN sampai dengan tahun 2005. Pembangunan

PLTN dilokasi Ujung Watu Pantai Utara Gunung Muria diasumsikan dimulai

tahun 1990 sampai tahun 1998. Dari hasil studi tersebut diambil beberapa

kesimpulan, diantaranya :

a. Pembangunan PLTN memberikan dampak manfaat keseluruhan kepada

ekonomi dan masyarakat lokal.

b. Dampak paling intensif adalah di daerah sampai jarak 10 km dari PLTN,

dimana penghasilan rumah tangga rata-rata menjadi dua kali lipat selama

tahap pembangunan, sedang sesudah PLTN beroperasi naik lebih dari 80%.

c. Dampak di daerah 20 - 50 km dari PLTN adalah tambahan sebesar 83%

pada produk ekonomi dan 70% pada lapangan/kesempatan kerja.

d. Perbaikan ekonomi di daerah akan mengurangi migrasi penduduk ke luar

daerah sebanyak 28.000 orang (sampai 7 tahun sesudah operasi).

Sedangkan lapangan kerja baru akan tersedia bagi 13.500 orang.

IV.5. ASPEK LINGKUNGAN

Tinjauan mengenai dampak lingkungan PLTN dalam pembahasan ini

dipisahkan antara dampak lingkungan dengan resiko. Dampak merupakan hal


13
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

yang pasti terjadi, sedangkan resiko merupakan dampak/akibat yang mungkin

terjadi. Secara sederhana kedua hal ini bisa dibicarakan bersama, karena

meskipun terjadinya resiko amat kecil namun bila terjadi kecelakaan

dampaknya tidak bisa diabaikan.

Dalam menilai potensi sumber energi untuk masa mendatang yang

berwawasan lingkungan, dapat diambil kriteria tentang daya saing ekonomi,

dampak kesehatan dan dampak lingkungan, ketersediaan sumber dalam jangka

panjang, keunggulan dalam diversifikasi serta penerimaan masyarakat.

Kekhwatiran terbesar dalam pembangkitan listrik dengan bahan bakar

fosil adalah mengenai dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Sampai saat ini

Pembangkit listrik dengan energi fosil telah mencapai 63% dari keseluruhan

pembangkitan, diantaranya PLTU-Batubara, Minyak, dan Gas. Dampak

pembakaran batubara diantaranya adalah dihasilkannya karbon dioksida,

dioksida sulfur dan oksida nitrogen serta debu dan partikel ke atmosfir. Energi

fosil dari minyak menghasilkan dioksida karbon lebih kecil, sedangkan gas

merupakan pembangkit yang relatif paling bersih. Namun demikian masih ada

resiko tumpahan dan kebocoran minyak dan gas dalam proses transportasi dan

penyimpanan.

Untuk pembangkit listrik nuklir, jika ditinjau dari dampak lingkungan

yang ditimbulkan, penggunaan PLTN pada operasi normal sangat bersih dan

pada kondisi abnormal dapat diatasi dengan aman. PLTN tidak membebaskan

asap/debu hasil pembakaran ke lingkungan. Untuk menanggulangi masalah

pencemaran sampah/limbah radioaktif, teknologi nuklir telah menemukan cara-

cara penanggulangannya.

14
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

Ditinjau dari masalah dampak lingkungan ini, maka keberadaan PLTN di

Indonesia akan memungkinkan karena dapat mengurangi pencemaran terhadap

lingkungan dengan membatasi dan mengurangi secara bertahap pembebasan

karbondioksida ke atmosfir yang menjadi penyebab pemanasan global atmosfir

bumi.

IV.5.1. Dampak Radiasi Hasil Belahan Terhadap Manusia

Fragmen-fragmen yang diproduksi selama reaksi inti disebut hasil

belahan, yang terdiri dari atom-atom radioaktif, seperti xenon-133, krypton-85

dan yodium-131. Zat radioaktif ini meluruh menjadi atom lain yang lebih stabil

dengan memancarkan sinar alpha, beta dan sinar gamma. Sinar yang

dipancarkan oleh atom tersebut sangat berbahaya bagi tubuh manusia,

terutama sinar gamma yang mempunyai daya tembus sangat tinggi, hanya

dapat dihentikan oleh tembok beton setebal 1 meter.

Zat-zat radioaktif inilah yang menyebabkan timbulnya bahaya PLTN jika

terjadi kecelakaan. Oleh karena itu, semua sistem pengaman PLTN ditujukan

untuk mencegah atau menghalangi terlepasnya zat radioaktif tersebut ke

lingkungan.

Radiasi akan berbahaya bagi manusia apabila dosisnya tinggi, jauh

melebihi nilai batas yang diperkenankan, yaitu antara 0,05 milli Sievert (mSv)

sampai 2,2 mSv.

Dilihat dari tingkat radiasi yang diterima, maka efek radiasi terhadap

manusia dapat dibagi atas 2 golongan :

a. Efek non-stokastik.

15
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

Efek ini akan timbul apabila radiasi yang diterima melebihi dosis ambang.

Akibat dari efek ini antara lain, katarak pada mata, erytema pada kulit,

gejala kerontokan pada rambut, dan sebagainya.

b. Efek Stokastik.

Efek radiasi ini tergantung dari kepekaan tubuh seseorang dalam menerima

radiasi tersebut.

Jika ditinjau dari resiko yang mungkin terjadi pada PLTN (walaupun

kemungkinannya sangat kecil) apabila timbulnya kebocoran atau kegagalan

sistem pengaman reaktor, maka akibatnya langsung akan diterima oleh

operator, karyawan, maupun masyarakat lokal. Apalagi untuk skala yang besar,

maka akibatnya bisa meluas sampai tingkat regional, nasional atau bahkan

internasional. Oleh karena itu, dalam perencanaan pembangunan PLTN, jika

diperhitungkan kemungkinan resiko yang ditimbulkan, haruslah dengan

teknologi yang benar-benar andal. Sehingga dampak/resiko terhadap

lingkungan, baik dalam tahap konstruksi, tahap operasi, maupun pasca operasi,

dapat ditanggulangi.

IV.5.2. Pengelolaan Limbah Nuklir

Dibandingkan dengan volume limbah yang dihasilkan oleh industri kimia

atau pembangkit dengan bahan bakar fosil, maka limbah yang dihasilkan

operasi dari pengoperasian PLTN sangat kecil, sebagaimana yang terlihat pada

tabel 4.2.

Disamping dibiarkan meluruh dengan waktu, secara garis besarnya

penanganan limbah radioaktif terdiri dari 3 prinsip, yaitu : pengurangan

16
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

volume, pengolahan menjadi bentuk stabil secara fisik maupun kimia yang

disesuaikan dengan teknik transportasi dan penyimpanannya, selanjutnya

memindahkan limbah radioaktif dipindahkan ke tempat yang terisolasi dari

lingkungan hidup.

TABEL 4.26
PERBANDINGAN PRODUKSI LIMBAH
PLTN DAN PLTU-BATUBARA
PLTN (1000 MWe, load factor 75%)
Produksi limbah per tahun :
 sampah aktivitas tinggi : 27 ton bahan bakar bekas, jika melalui proses ulang dan
vitrifikasi sekitar 3 m3
 sampah aktivitas tingkat sedang : 310 ton
 sampah aktivitas tingkat rendah : 460 ton
 beberapa gas radioaktif tingkat rendah dari cerobong yang aman bagi kesehatan
masyarakat
 sisa dari tambang uranium dan instalasi proses biji yang lebih kecil dari sisa tambang
batubara, per unit listrik yang diproduksi.
PLTU-Batubara (1000 MWe, load factor 75%)
Produksi limbah tahunan :
 CO2 : 6,5 juta ton
 SO2 : 44.000 ton
 NOx : 22.000 ton
 Abu : 320.000 ton, mengandung sekitar 400 ton racun logam berat seperti
arsenik, kadmium, merkuri dan timah.

Beberapa contoh pengolahan limbah sebagai berikut :

a. Limbah berbentuk gas/partikel

Limbah ini dialirkan melalui sistem filter (prefilter, filter absolut, filter

charcoal) sehingga akan tertangkap, sedangkan udara dilewatkan saluran

tunda ke atmosfir secara terkendali dengan memonitor tingkat radiasinya.

6
Ir. Adiwardoyo, dkk., “ Penggunaan Energi Nuklir Dalam Mendukung Pembangunan Yang
Berkesinambungan”. Hasil-Hasil Lokakarya Energi., Jakarta, 1993. Sumber :Nuclear Power
Nuclear Techques and Sustainble Development, IAEA, Vienna, 1993.

17
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

Jika suatu waktu filter tersebut perlu diganti dengan yang baru, maka filter

lama akan diperlakukan sebagai limbah padat.

b. Limbah berbentuk cair

Limbah ini diproses melalui suatu sistem evaporasi (penguapan),

endapannya ditampung di dalam wadah kemudian dicampur semen/resin

hingga menjadi padat. Wadah kemudian disimpan di tempat penyimpanan.

a. Limbah padat

Limbah ini dibakar, abunya ditampung dalam wadah dan kemudian

dicampur semen untuk dipadatkan. Sampah padat tidak dapat dibakar,

biasanya langsung dimasukkan ke dalam wadah (bila perlu dipotong-potong

terlebih dahulu) dan dicampur semen/resin.

Tempat penyimpanan secara geologi yang dalam untuk limbah tingkat

tinggi atau bahan bakar bekas terdiri dari kombinasi rekayasa dan rintangan

alam yang membentuk suatu sistem terintegrasi untuk mengisolasi limbah.

Sistem tersebut terdiri dari wadah tempat menampung limbah, material

penyangga yang ditempatkan disekitar wadah untuk mencegah kontak dengan

air tanah dan menahan material radioaktif yang mungkin keluar, serta sistem

seal untuk ruang tempat penyimpanan. Periode waktu tempat penyimpanan

limbah radioaktif tingkat tinggi ini adalah lebih dari 100 ribu tahun.

IV.6. ASPEK PEMILIHAN LOKASI PLTN

Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan, biaya, daya dukung

lokasi dan effisiensi, pemilihan lokasi PLTN merupakan langkah yang sangat

penting. Dimanapun PLTN itu didirikan, maka PLTN harus memberikan nilai

aman bagi lingkungan dan masyarakat serta kelangsungan daripada PLTN itu

18
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

sendiri. Mengingat kecelakaan suatu reaktor nuklir merupakan kejadian yang

dapat menimbulkan bahaya yang disebabkan oleh radiaktif, maka dalam

pemilihan lokasi PLTN haruslah memperhatikan beberapa faktor, yakni faktor

gempa, geologi, demografi, penggunaan tanah, drainage, penggunaan air

buangan. Untuk effisiensi biaya dan kelancaran pembangunan dan

pengoperasian PLTN, maka perlu dipertimbangkan faktor transportasi, bahan

bangunan, jarak ke jaringan listrik.7

IV.6.1. Prosedur Pemilihan Lokasi PLTN

Dalam menentukan lokasi PLTN, perlu dilakukan beberapa tahapan

sebagai berikut :

a. Tahap evaluasi dengan penilaian numerik.

Dalam tahap ini, dilakukan inventarisir daerah-daerah yang mungkin dapat

dijadikan lokasi PLTN. Daerah-daerah tersebut di survey, dan hasil dari

survey dievaluasi dengan nilai numerik untuk menentukan nilai tertinggi

dari daerah-daerah tersebut. Total nilai dari evaluasi ini dijadikan sebagai

acuan dalam pemilihan lokasi PLTN.

b. Tahap penciutan daerah.

Hasil yang diperoleh dari tahap pertama, setelah direvisi berdasarkan data

terakhir yang bisa dikumpulkan, digunakan untuk tahap penciutan daerah.

Beberapa daerah tertentu yang mempunyai nilai total evaluasi tertinggi

dilakukan penelitian yang lebih teliti, dan selanjutnya dipilih salah satu

daerah yang ditetapkan sebagai lokasi PLTN.

c. Tahap studi tapak.

7
BATAN, Proceeding Lokakarya Teknologi PLTN. BATAN, Jakarta, 1975., pp 5-10.
19
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

Studi tapak merupakan penelitian lebih lanjut terhadap lokasi yang terpilih.

Studi ini bersifat menyeluruh, dimana dalam studi ini ditentukan titik ikat

lokasi berdasarkan nilai terbaik dari titik-titik yang disurvey. Selain itu juga

diteliti daya dukung lingkungan terhadap PLTN dan pengaruh PLTN terhadap

lingkungan lokasi yang dipilih.

IV.6.2. Kriteria Penilaian Lokasi

Faktor-faktor yang menjadi kriteria penilaian suatu daerah sebagai lokasi

yang akan dipilih dalam pembangunan PLTN adalah :

Φ Faktor Geologi

Φ Faktor Tingkat Gempa.

Φ Faktor Drainage.

Φ Faktor Kepadatan Penduduk.

Φ Faktor Kelistrikan.

Φ Faktor Transportasi Jalan Raya.

Φ Faktor Transportasi Jalan Kereta Api.

Φ Faktor Letak Pelabuhan.

Φ Faktor Bahan Bangunan.

Φ Faktor Penggunaan Tanah.

Φ Faktor Penggunaan Air Buangan

IV.6.3. Hasil Pemilihan Lokasi PLTN

Sebelum ditentukan lokasi terpilih, maka ditetapkan beberapa daerah

yang mungkin dapat dijadikan lokasi PLTN. Mengingat kebutuhan air yang

sangat besar untuk pengoperasian PLTN, maka lokasi PLTN dipilih di daerah

pantai. Adapun sasaran dari pembangunan PLTN adalah pulau Jawa karena

20
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

mempunyai kepadatan penduduk dan kebutuhan energi listrik yang sangat

tinggi. Dengan melihat hasil penilaian diatas, maka ditetapkanlah beberapa

lokasi yang layak untuk pembangunan PLTN, seperti terlihat pada tabel berikut.

Dari lima lokasi terbaik yang dipilih, dilakukan survei ulang untuk

penyempurnaan data. Dari hasil survei ulang tersebut, didapatkan bahwa Desa

Ujung Watu di Pantai Utara Gunung Muria sebagai lokasi terpilih, yang

ditetapkan oleh BATAN dan mendapat rekomendasi dari IAEA.

TABEL 4.3
URUTAN HASIL PENILAIAN LOKASI PLTN

PERINGKAT DAERAH/LOKASI TOTAL NILAI


I Pantai Pangandaran dan Parigi 268
II Pantai Utara Gunung Muria 264
III Pantai Situbondo 254
IV Pantai Popoh 244
V Pantai Pemanukan 242
VI Pantai Cabang Bungin 239
VII Pantai Kecamatan Pedes 238
VIII Pantai Pontang 237
IX Pantai Pelabuhan Ratu Selatan 219
X Pantai Pelabuhan Ratu Utara 211
XI Pantai Teluk Pacitan 210

IV.7. PERSIAPAN DALAM PEMBANGUNAN PLTN

IV.7.1. Studi Kelayakan

Salah satu persiapan pembangunan PLTN adalah suatu Studi kelayakan.

Studi ini merupakan pemutakhiran ulang Studi Kelayakan Proyek PLTN yang

berisi kajian-kajian menyeluruh tentang kelayakan introduksi PLTN di Indonesia

dari semua aspek. Sesuai dengan keputusan sidang Badan Koordinasi Energi

21
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

Nasional (Bakoren), studi ini dilaksanakan oleh BATAN dengan pengarahan oleh

panitia teknis energi.

Secara garis besar studi ini akan diuraikan dalam segi :

• Ekonomi energi dan pendanaan.

• Teknologi dan keselamatan reaktor (PLTN).

• Daur bahan bakar dan limbah radioaktif.

• Infrastruktur dan potensi industri.

Temasuk dalam lingkungan ini adalah analisa dampak lingkungan yang

mencakup dampak sosial, ekonomi dan budaya.

Secara umum proyek pembangkit listrik akan layak bila memang akan

ada permintaan (demand) terhadap energi listrik. Kemudian diselidiki berbagai

sumberdaya energi yang tersedia secara nasional maupun yang tersedia di

pasaran internasional.

Sebelumnya juga perlu dinilai teknologi pembangkitan mana yang dapat

dipilih, termasuk ketersediaan bahan bakarnya. Juga letak/lokasi yang akan

dibangun perlu dikonfirmasikan berdasarkan kriteria keandalan dan

keselamatan, disamping juga persepsi masyarakat sekitar lokasi.

IV.7.2. Persiapan Dalam Teknologi

Dalam rangka mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam pembangunan

PLTN ini, telah dilakukan langkah-langkah konsisten untuk menguasai teknologi

yang berkaitan dengan PLTN. Karena spektrum teknologi yang terkait dengan

PLTN cukup luas, maka telah diprioritaskan pembinaan teknologi tersebut

secara bertahap pada aspek pemahaman PLTN itu sendiri, bagaimana

pembangunannya dan untuk selanjutnya pengoperasian yang aman dan efisien.

22
Dosen : Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng.

IV.7.3. Pembinaan Sumberdaya Manusia

Dalam rangka membina sumberdaya manusia Indonesia untuk

mendukung pelaksanaan introduksi PLTN, persiapan telah dilakukan dalam dua

kategori, yakni :

a. Kegiatan yang berorientasi proyek PLTN.

b. Kegiatan pendukung yang berorientasi program PLTN.

Untuk kegiatan yang berorientasi proyek PLTN, meliputi pembinaan

sumberdaya manusia untuk kegiatan : perencanaan proyek, pelaksanaan

proyek, pembuatan peralatan dan komponen, konstruksi PLTN, ujicoba PLTN

serta operasi dan pemeliharaan PLTN. Sedangkan untuk kegiatan pendukung

diarahkan pada pelaksanaan kegiatan : perencanaan program nuklir, daur

bahan bakar nuklir, pengawas dan perizinan nuklir, penelitian dan

pengembangan dalam ketenagaan nuklir, serta pendidikan dan pelatihan.

Sebagai gambaran jumlah pelaksana yang diperlukan untuk proyek PLTN

berdaya 600 - 1300 MWe adalah :

a. Untuk kegiatan pabrikasi dan konstruksi membutuhkan sekitar 5000

orang teknisi.

b. Untuk kegiatan manajemen dan rekayasa proyek membutuhkan

sekitar 250 - 350 orang tenaga profesional.

c. Untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan membutuhkan sekitar

170 - 270 orang tenaga terlatih yang berkualitas.

23

You might also like