You are on page 1of 74

EDISI 12/2008

FREE

EDISI XII / 2008 1


www.thelightmagz.com
THEEDITORIAL THEEDITORIAL

FOTOGRAFER
JARANG
PT Imajinasia Indonesia, Banyak orang mengambil keputusan besar dalam hidupnya untuk serius di
Jl. Pelitur No. 33A, fotografi karena fotografi semakin banyak peminatnya. Semakin banyak artinya
semakin populer, semakin populer artinya semakin bisa dijual. Akhirnya banyak
COVER: www.thelightmagz.com
yang memilih untuk mengikuti sesuatu yang banyak peminatnya, kamera yang
FOTOGRAFER: GERARD ADI Pemimpin Perusahaan/ paling laku, aliran fotografi yang paling populer, komunitas yang paling ramai,
FASHION BY: KIATA KWANDA Redaksi: Ignatius Untung,
dan lain sebagainya.
ART DIRECTOR: ADI PRAWIRA Eksis di lingkungan yang berkiblat kepada kepupoleran dan kebanyak membuat
Technical Advisor: Gerard Adi, The Light memilih untuk mengambil jalur yang berlawanan, yaitu jalur jarang. Ini
DIGITAL IMAGING BY:
Redaksi: redaksi@thelightmagz. dilakukan bukan karena The Light takut bersaing dengan media lain yang sudah
C! Production
menakdirkan diri pada kiblat kepopuleran. Jalur jarang yang ditempuh The Light
MAKE UP BY: TEDDY LIM com, Public relation: Prana justru dimaksudkan untuk bersaing dengan media apapun, dalam arti positif ten-
MODEL: LISTY Pramudya, Kontributor: Novijan tunya. Menjadi jarang tidak berarti tidak laku, menjadi jarang tidak berarti tidak
populer, menjadi jarang tidak berarti tidak bisa mengikuti trend. Bagi The Light
Sanjaya, Thomas Herbrich, Iklan:
menjadi jarang berarti menjadi spesial, menjadi spesifik, menjadi unik dan tidak
marketing@thelightmagz.com - pasaran, memiliki karakter dan prinsip, menjadi tak tersaingi, memilih menjadi
pencipta trend daripada mengikuti trend yang sudah penuh sesak.
0813 1100 5200, Sirkulasi: Maria
Untuk itu pada edisi yang semakin menunjukkan “isi” The Light ini, kami hadirkan
“Hak cipta semua foto dalam
majalah ini milik fotografer yang Fransisca Pricilia, fotografer-fotografer jarang. Jarang baik dari spesialisasinya, jarang dari segi pola
bersangkutan, dan dilindungi oleh pikirnya, jarang dari segi kualitasnya yang prima dan jarang dari keberaniannya
Undang-undang. Penggunaan sirkulasi@thelightmagz.com,
foto-foto dalam majalah ini sudah berdiri sendirian terpisah dari banyak orang yang hanya berani di kerumunan.
seijin fotografernya. Dilarang Graphic Design: ImagineAsia,
menggunakan foto dalam ma- Semoga kehadirannya menginspirasi semua yang membaca untuk berani menun-
jalah ini dalam bentuk / keperluan Webmaster: Gatot Suryanto
apapun tanpa ijin tertulis pemi- jukkan warnanya sendiri, bukan warna idolanya, warna kerumunannya.
liknya.”
The Light

2 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 3


THEEDITORIAL EDITORIALPHOTOGRAPHY

ARDILES
RANTE,
MENAMPILKAN
LEBIH DARI
SEKEDAR FOTO
Kurang lebih setahun terakhir kami menghadirkan fotografer jurnalis yang
bekerja di institusi media yang cukup dikenal dengan nama-nama yang juga
dikenal. Kali ini kami berkunjung ke Bali untuk menemui Ardiles Rante, seorang
fotografer freelance yang memulai karirnya sebagai fotografer jurnalis dan kini
mulai menspesialisasikan diri pada editorial photography.
Nama Ardiles mungkin tidak setenar nama-nama besar seperti Oscar Motuloh,
Julian Sihombing, Arbain Rambey dan nama-nama besar lain di bidang fotografi
jurnalis namun belakangan ini Ardiles mulai muncul atau setidaknya terdengar
melalui seri foto dokumenter mengenai perburuan ikan paus di Lamalera yang
memenangkan beberapa penghargaan dari institusi yang memberi penghar-
gaan terhadap karya-karya terbaik dunia terutama di bidang jurnalistik di tingkat
internasional.

Di awal perbincangan kami dengannya, Ardiles mengaku mengikuti The Light


sejak edisi awal dan cukup senang dengan kontennya. “Gue suka karena The Light
meramu informasi fotografi dengan cara yang berbeda. Kadang provokatif tapi

4 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 5


EDITORIALPHOTOGRAPHY EDITORIALPHOTOGRAPHY

6 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 7


EDITORIALPHOTOGRAPHY EDITORIALPHOTOGRAPHY

“Sayangnya di karena memang adanya seperti itu ya


harus diungkapkan. Yang bagus harus
negara ini kan diungkapkan sebagai sesuatu yang
terbalik, ketika bagus, yang pahit harus diungkapkan

seseorang hari pahit, supaya berimbang. Jadi seru

senin dan se-


karena nggak lurus-lurus saja.” Ungkap
pemuda yang belum genap berusia 30
lasa memotret, tahun ini.

rabu dan kamis Ardiles memulai menekuni hobby

melukis, jumat fotografinya dengan lebih serius


ketika berkuliah di jurusan jurnalistik
membaca puisi, Institut ilmu social dan ilmu politik,
sabtu dan Jakarta. Waktu itu Ardiles sangat ter-

minggu ber- tarik dengan reportase visual. Ardiles

main sinetron
juga sempat mengenyam pendidikan
kursus foto jurnalistik yang diadakan
orang ini malah galeri Antara. “gue ini kayak militan,

dikatakan multi belajar dari siapa aja mulai dari Julian

talented. Sihombing sampai Oscar Motuloh.”


Ungkapnya.
Banyak yang Sempat bekerja untuk beberapa media
suka ketukar massa seperti Indonesian Observer,

antara multi Tempo, dan Suara Pembaruan, namun

talented dan
pada akhirnya Ardiles memilih un-
tuk menjadi fotografer dokumenter
edan-edanan.” lepasan.

Ketika ditanya apakah ia juga menulis


sambil memotret Ardiles dengan tegas
menjawab tidak. “Tidak akan bisa ses-
eorang menulis dan memotret secara
bersamaan dengan baik. Karena ada
detail dan momen yang harus dipilih,

8 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 9


EDITORIALPHOTOGRAPHY EDITORIALPHOTOGRAPHY

ketika kita sedang mengejar detail banyak perkampungan yang secara


melalui tulisan momennya jadi kelewa- bergotong royong memburu seekor
tan.” Ungkapnya. “Sayangnya di negara paus, namun bagi Ardiles kisah perbu-
ini kan terbalik, ketika seseorang hari
senin dan selasa memotret, rabu dan
ruan paus di Lamalera bernilai lebih
dari itu. “gue suka menyaksikan sendiri
Setiap paus yang
kamis melukis, jumat membaca puisi, Tidak ada yang da- proses di balik penciptaan sebuah foto diperoleh dipriori-
sabtu dan minggu bermain sinetron pat memberhenti- dan gue belajar banyak tentang hidup taskan untuk janda
orang ini malah dikatakan multi kan mereka selain dari situ.” Ungkapnya. “Seharusnya dan yatim piatu.
talented. Banyak yang suka ketukar Tuhan. Mereka orang Indonesia bisa belajar banyak Ahli tikam paus
antara multi talented dan edan-edan-
percaya jika Tuhan dari penduduk Lamalera. Bertahun- pun bukan orang
an.” Tambahnya.
berkata selesai, tahun mereka melaut gagal mendapat-
sembarangan, mer-
Bagi Ardiles seorang fotografer lepasan
harus aktif menciptakan pekerjaan- maka mereka pun kan paus. Semuanya karena ada konflik
di antara mereka. Di Lamalera konflik
eka harus suci. Jika
nya sendiri. “Jadi freelancer nggak bisa akan selesai. di darat kebawa sampai di laut. Ketika mereka sudah ber-
cuma nunggu assignment. Assignment mereka mulai belajar untuk mengalah- istri, mereka tidak
itu cuma bonus, kita yang harus aktif kan diri sendiri barulah mereka bisa boleh berhubun-
membuat karya untuk ditawarkan ke
diles berani merogoh kocek pribadinya
berdamai dengan orang lain. Ketika gan sex dengan
media.” Tambahnya.
untuk membuat seri foto tentang
damai mereka peroleh di hati, damai istrinya selama
Alasan itulah yang juga mendorong Ar-
perburuan ikan paus di Lamalera. “Awal
mereka bawa pula hingga ke laut, dan
6 bulan terakhir
datang ke Lamalera gue ngerasa
akhirnya pada tahun 2007, setelah
kurang lebih lima tahun mereka gagal
sebelum akhirnya
nothing. Nggak dapat apa-apa. Tapi
mendapatkan paus, mereka kembali boleh menikam
setelah kunjungan yang ketiga gue
ngerasain mukjizat. Dan mukjizat itu
mendapatkan paus. Bahkan hingga 50 paus.
ekor dalam satu tahun.” Tambahnya.
yang bikin gue mau ngejalaninnya.”
“gue suka me- Ungkapnya.
Ardiles pun semakin tertarik ke dalam

nyaksikan sendiri daya tarik fenomena yang terjadi di

proses di balik Kepekaan Ardiles melihat sebuah


Lamalera. Bagi sebagian orang per-
buruan paus sangat dikutuk karena
penciptaan fenomena kehidupan membawanya
paus sangat dilindungi, namun ketika
sebuah foto ikut serta ke perahu-perahu penduduk
melihat alasan dan cara penduduk La-
dan gue belajar kampung Lamalera yang mengarungi
laut untuk berburu paus dan merekam
malera berburu, Ardiles pun tergerak.
banyak tentang sepenggal kisah darinya. Bagi banyak
“Mereka berburu paus untuk hidup
hidup dari situ.” orang Lamalera menarik karena tidak
mereka sendiri, untuk mereka ma-

10 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 11


EDITORIALPHOTOGRAPHY EDITORIALPHOTOGRAPHY

12 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 13


EDITORIALPHOTOGRAPHY EDITORIALPHOTOGRAPHY

sangat percaya kepada Tuhan, bah- memberikan jawaban. Padahal semua


kan mereka sangat religius. Sebelum media di Eropa yang gue hubungi
berburu paus mereka berdoa, setelah sangat tertarik hingga akhirnya dibeli
“Lo nggak bakal berburu mereka juga berdoa, sebelum dan dipublish justru oleh media Eropa.”
hidup sejahtera makan mereka berdoa, bahkan sebe- Ungkapnya. Ardiles pun menyesalkan

dari foto lum minum tuak pun mereka berdoa. kurangnya apresiasi terhadap karya Permasalahan-
jurnalis di Tidak ada yang dapat memberhentikan dan profesi fotografer jurnasli oleh
nya good news
Indonesia.
mereka selain Tuhan. Mereka per-
caya jika Tuhan berkata selesai, maka
media massa Indonesia. “Lo nggak
bakal hidup sejahtera dari foto jurnalis is not come ev-
Fotografer mereka pun akan selesai. Pernah suatu di Indonesia. Fotografer jurnalis di In- eryday. Kalao
jurnalis di saat ketika sudah beberapa lama tidak donesia berhadapan dengan kapitalis
news, momen
Indonesia
turun hujan di daerah mereka, seorang
dari mereka berkata “Bapa kami ingin
dan ketidakadilan media. Mulai dari ba-
yaran yang kelewat murah, tidak adan- datang setiap
berhadapan hujan.” Dan benar saja dalam beberapa ya asuransi perlindungan diri hingga hari mungkin
dengan saat turunlah hujan.” Sambungnya. kamera yang terkadang milik pribadi.” boleh saja diba-
kapitalis dan Tegasnya. “Bayangkan di Indonesia
yar Rp.150 ribu
ketidakadilan
Kisah menarik penduduk Lamalera
membawa Ardiles menghabiskan
motret jurnalis cuma dihargai Rp.150
ribu per foto, padahal ongkosnya bera- per foto.”
media.” waktunya lebih dari sebulan untuk
lebih mengenal fenomena hidup set-
pa, untuk makan saja impas, belum lagi
resiko yang dihadapi. Lebih parahnya
empat. “Ada seorang juru tikam paus lagi copyrightnya juga nggak dighar-
yang pernah terseret paus hingga ke gai. Permasalahannya good news
dasar laut dan ketika muncul kembali is not come everyday. Kalao news,
kan sehari-hari dan selebihnya untuk
ke permukaan setelah 3 jam ia masih momen datang setiap hari mungkin
dibarter dengan jagung dan bahan
hidup.” Kenangnya. Namun sayangnya boleh saja dibayar Rp.150 ribu per
makanan lain. Setiap paus yang diper-
pengabdiannya yang total kepada foto.” Sambungnya. Kondisi ini sangat
oleh diprioritaskan untuk janda dan
dokumentasi kehidupan menarik di berbeda dengan di Eropa di mana tiap
yatim piatu. Ahli tikam paus pun bukan
Lamelara ini tidak mendapat dukun- foto diharga antara 30 hingga 40 USD.
orang sembarangan, mereka harus
gan positif dari media massa dalam “Bahkan kalau foto yang dipakai lebih
suci. Jika mereka sudah beristri, mereka
negeri. “Gue menawarkan foto gue ke dari 2, mereka pun menerapkan harga
tidak boleh berhubungan sex dengan
3 media massa nasional dan semuanya borongan atau daily rate sebesar 3 juta
istrinya selama 6 bulan terakhir sebe-
tidak tertarik. Ada yang menolak ada hingga 4 juta rupiah per harinya. Kalau
lum akhirnya boleh menikam paus. Di
yang menggantungnya dan tidak di Indonesia media mau menghargai
situ menariknya.” Ungkapnya. “Mereka

14 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 15


EDITORIALPHOTOGRAPHY EDITORIALPHOTOGRAPHY

16 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 17


EDITORIALPHOTOGRAPHY EDITORIALPHOTOGRAPHY

18 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 19


EDITORIALPHOTOGRAPHY EDITORIALPHOTOGRAPHY

lebih banyak lagi mungkin akan lebih nggak ketulungan, tapi berapa mer- “Beberapa waktu
“Saya sering
baik. Nggak perlu disamakan dengan eka menghargai foto jurnalis, sangat
yang lalu selu-
ketemu rekan
media di Eropa, kalau daily ratenya
1 sampai 1,5 juta rupiah per hari saja
rendah. Padahal jika mereka memba-
yar dengan angka yang pantas, maka
ruh scriptwriter di
sesama foto sudah cukup.” Ungkapnya. “Bayangkan fotografer jurnalis juga akan lebih Amerika melaku-
jurnalis yang som- New york Time.com yang notabene terpacu untuk bikin foto yang bagus kan aksi mogok
bong hanya karena adalah portal berita bisa punya hit juga.” Sambungnya. bersama menuntut
bekerja untuk me-
hingga puluhan juta hit per harinya. perbaikan harga
dia besar. Padahal
Itu karena mereka mau menyebar Kurang idealnya penghargaan terh- jasa mereka. Nah
jika ID cardnya di-
fotografer kemana-mana, ke seluruh adap fotografer jurnalis selain dipicu
kita butuh kekom-
cabut juga belum
pelosok dan dihargai dengan harga ba-
gus. Sehingga beritanya jadi up to date
oleh ulah media massa yang kurang
menghargai fotografer jurnalis juga
pakan seperti itu
tentu mereka bisa dan menarik. Ujung-ujungnya hitnya disebabkan oleh ketidak-kompakan supaya para fo-
bersaing.” tinggi dan pemasukan iklan pun jadi pekerja pewarta foto itu sendiri. “Saya tografer jurnalis
banyak sehingga biaya untuk meng- sering ketemu rekan sesama foto punya daya tawar
hargai fotografer jurnalis terbayar. jurnalis yang sombong hanya karena terhadap media
Media di sini harusnya juga bisa, coba bekerja untuk media besar. Padahal jika
ID cardnya dicabut juga belum tentu
massa.”
saja lihat berapa keuntungan yang bisa
didapatkan oleh media local, besarnya mereka bisa bersaing.” Ungkapnya.

20 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 21


EDITORIALPHOTOGRAPHY EDITORIALPHOTOGRAPHY

22 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 23


EDITORIALPHOTOGRAPHY EDITORIALPHOTOGRAPHY

“Beberapa waktu yang lalu seluruh ukurannya, makannya juga mirip-mirip,


scriptwriter di Amerika melakukan aksi jadi ya saya beranikan saja dan berha-
mogok bersama menuntut perbaikan sil. Saya selalu ingat perkataan John
harga jasa mereka. Nah kita butuh Stenmeyer yang mengatakan bahwa
kekompakan seperti itu supaya para dunia editorial selalu terbuka untuk
fotografer jurnalis punya daya tawar lahirnya bakat-bakat yang baru dan
terhadap media massa.” Sambungnya. bagus.” Tambahnya.
Ardiles melihat kurangnya fotografer
jurnalis mengapresiasi hasil karyanya Ardiles beranggapan seharusnya
sehingga mau menurut dan menerima fotografer jurnalis tidak perlu takut
saja bayaran yang begitu murah. Faktor kehabisan lapangan pekerjaan dan
inilah yang menjadi salah satu alasan
mengapa Ardiles lebih memilih men-
persaingan karena media bertam-
bah banyak dan mereka butuh foto
“Fotografi itu sep-
jadi fotografer lepasan. Karena dengan yang fresh, maka dari itu Ardiles erti masakan. Kalau
begitu ia bisa menjual foto-fotonya ke menyarankan fotografer muda untuk kita masak hal yang
Negara-negara yang bisa menghargai lebih berani menghasilkan foto yang sama dengan rasa
fotonya lebih baik seperti ke Eropa. fresh. “Jangan cuma bisa copy-paste, yang sama dengan
Sayangnya tidak banyak fotografer alam Indonesia begitu luas dan indah, orang lain, maka
penduduknya pun begitu banyak. Pasti
bagaimana kita
banyak konflik dan fenomena yang
mau dikenal dan
Saya selalu ingat menarik untuk diangkat. Asal mau cari
dibeli. Masaklah
perkataan John jurnalis yang juga berani menjadi
tahu.” Ungkapnya. “Fotografi itu seperti
masakan. Kalau kita masak hal yang sesuatu yang unik
Stenmeyer yang fotografer lepasan dan merambah
sama dengan rasa yang sama dengan dan menarik. Me-
mengatakan bah- pasar Eropa sepertinya. “Dari segi
kemampuan, fotografer Indonesia ng-
orang lain, maka bagaimana kita mau motret juga sama,
wa dunia editorial gak kalah bagusnya dengan fotografer
dikenal dan dibeli. Masaklah sesuatu jangan cuma bisa
selalu terbuka un- asing, namun tidak banyak yang berani
yang unik dan menarik. Memotret
ikut-ikutan dan
tuk lahirnya bakat- jualan keluar. Banyak fotografer yang
juga sama, jangan cuma bisa ikut-
memotret sesuatu
bakat yang baru bagus tapi tidak bisa menjual fotonya.”
ikutan dan memotret sesuatu yang
yang sama beru-
dan bagus.” Ungkapnya. “Banyak yang beralasan
sama berulang-ulang. Sebagai contoh,
saya pernah diajak memotret upacara lang-ulang.
bahasa Inggris mereka terbatas, saya
kasodohan di Bromo. Saya bilang, buat
juga masih berantakan bahasa Inggris-
apa motret sesuatu yang sudah banyak
nya. Tapi karena kita dan mereka sama

24 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 25


EDITORIALPHOTOGRAPHY EDITORIALPHOTOGRAPHY

26 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 27


EDITORIALPHOTOGRAPHY THEEVENT

dipotret orang. Lebih baik saya ke


Uluwatu memotret editorial penduduk
asli yang dikucilkan dan diasingkan
karena tidak mau menjual tanah
miliknya untuk dijadikan hotel mewah.
Ceritanya jelas akan lebih menarik dan
yang pasti unik.” Sambungnya. Ardiles
sendiri kurang tertarik untuk memotret
sesuatu yang umum karena tidak ada
keunikan yang ia dapatkan. “Gue nggak
bangga bisa motret tsunami di Aceh,
gampang sekali karena ada momen ba-
gus di sana-sini sehingga banyak orang
yang juga dapat foto bagus di sana.”
Ungkapnya. “Gue lebih suka motret
yang unik dan mendalam. Terkadang
motretnya hanya 1 menit tapi ngobrol-
nya bisa sampai setengah hari. Karena
gue percaya dengan pendekatan yang
tepat kita bisa mendapatkan hasil yang jadilah reporter
lebih optimal. Dan ketika moodnya su-
yang baik baru
dah bisa dikeluarkan memotret 1 menit
bisa jadi fo-
tografer jurnalis
pun cukup. Artinya jadilah reporter
yang baik baru bisa jadi fotografer
jurnalis yang baik. Jadi bukan kamera yang baik. Jadi
yang membuat seseorang jadi fo-
bukan kamera
tografer, tapi hasil karyanya.” Tutupnya.
yang membuat
seseorang jadi
fotografer, tapi
hasil karyanya.”

28 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 29


THEADVERTORIAL  THEADVERTORIAL


 



 









       
     


      
      





 

           
 

           
 
           
 

 

 

 30 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 31
MASTERTOM MASTERTOM

Many of my colleagues think I am crazy,


The visual orien-
since I betray my “tricks”, but my motto
is: “Secrets are unprofessional!” tated people – the
real photogra-
Today I start with something simple: phers! – do photos
The photographer behind the pictures. with their entire
You. personality and
love. They are inter-
First I want to divide the photogra-
ested in technique
phers in he technically orientated ones
and those, who are visual. as far as it helps to
The technique freaks love shoptalk and get good shots.

WHO ARE YOU


are totally dedicated to their equip-
ment. Okay. The technical process is
their main thing (always men!), and
photographers! – do photos with their

- AND DOES IT
their photos… let’s not talk about.
entire personality and love. They are
The visual orientated people – the real
interested in technique as far as it helps
to get good shots.

SHOW IN YOUR The technique


freaks love shop-
Most of you, dear readers of THE LIGHT,
are in the happily situation to have

PHOTOS?
photography as a hobby, and you are
talk and are to- your own boss with it. In your photos
tally dedicated to one can see: your personality. This
their equipment. might be not clear to you.
Okay. The techni- Here are some points to find out:
Today I start my monthly column. May I introduce myself: My name is Thomas
Herbrich, and I am a professional photographer. I do the spectacular and complex
cal process is their - Do you prefer the long lens or the

photos, for advertising and editorial. My studio is located in Dusseldorf, Germany, main thing (always wide angle? Do you love to be within

but I work everywhere. men!), and their the action, or do you better keep
distance?
It’s a pleasure for me, to speak to you regularly here in THE LIGHT. In the future photos… let’s not - Do you photograph people or
you can read about my own “heroic deeds” as well as notes on how to set light, or talk about. flowers? Like to get in contact with
how to do better night shots, and so on. unkown persons?

32 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 33


MASTERTOM MASTERTOM

long do you have this feeling ? the wall, and by the time you’ll see the
- Do you archive your pictures system- progress in your style. Be happy with it!
Photographer atically – or do you have always to
never portrayed search? Is it possible, to judge the photog-

in his pictures, rapher even if you never saw his

but his
Seems to be very trivial questions, pictures? A little bit: At our regular
but when you answer them, you learn photographers meeting we always
character. what’s behind them. Photographer
never portrayed in his pictures, but his
have a little cold buffet. By watching its
arrangement, I’ll recognise which kind
character. Check your photos under of photographer brought it:
these circumstances. Take heart! - the architectural photographer? Then
the dishes are positioned in square,
I know photographers, amateurs as everything is decorated in right angle.
well as professionals, who are always - The advertising photographer? Then
dissatisfied with their photos. Many all the food is presented in best china, napkins are a good ones and nicely
of them don’t know their fortes and folded, and there are some flowers.
weaknesses, and so they photograph - The fashion photographer? Then
the wrong themes. everything is “poured” over the table,
The impatience, hectic guy never gets
Try to find your but elegant. Not tidy. He has the most

personal theme,
elegant architectural shots! But maybe elegant napkins.
he is best for party-photography. - The photojournalist? The buffet con-
- Do you like graphic looking scenes in
architectural photography? How is An architectural photographer couldn’t and by the time tains only few things, most of it is still
your home looking – always cleared do that at all! you’ll become a in the package, dishes is of different
up?
- Do you take several numerous pic-
I had to learn this myself. As a profes-
sional you can photograph everything,
master in it. styles and no napkins at all.

tures at a shooting, and choose the but of course you are better in some I never told that to my colleagues, oth-
good one later, or do you wait for the themes than in others. I personally erwise I would have to do every buffet
perfect moment? would love, if I could shoot like Helmut in the future…
- Do you know, when you catched the Newton – but that’s not me. And Mr.
perfect shot, or let surprise yourself in Newton couldn’t shoot, what I can. Always good light!
the final selection at home? My advice: Try to find your personal
- Are you proud of your photos? Are theme, and by the time you’ll become Master Tom
you happy with a good shot, and how a master in it. Hang your photos on www.herbrich.com

34 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 35


FASHIONUNDERWATERPHOTOGRAPHY FASHIONUNDERWATERPHOTOGRAPHY

EKSOTISME
FASHION
BAWAH LAUT
WINDIARTO
CHANDRA
Beberapa saat yang lalu dunia fotografi Indonesia digemparkan oleh munculnya
sebuah buku yang berisi seri foto fashion underwater. Pemotretan fashion un-
derwater ini memang bukan yang pertama, namun dari segi kualitas, cukup bisa
“membentak” pelaku fotografi Indonesia yang beberapa tahun belakangan ini
terkesan hanya banyak “bergumam”. Adalah Windiarto Chandra sang fotografer
yang merasa beruntung dapat merealisasikan project ini. Didukung oleh Nadine
Chandrawinata yang seorang mantan Putri Indonesia sebagai model dan partner
berdiskusi konsep pembuatan seri foto ini.

Windiarto atau biasa dipanggil Wiwin mengenal fotografi ketika duduk di SMA
pada tahun 1989. Empat tahun kemudian ia terjun ke dunia professional sebagai
fotografer fashion. “Banyak orang berpikir to be a fashion photographer is very
cool. Mereka nggak mikir konsep dan lain sebagainya. Akhirnya nggak maju-
maju. Yang top dan muncul di permukaan yang itu-itu lagi.” Ungkapnya di awal
pembicaraan kami. “Bagi sebagian orang menjadi fotografer prosesnya adalah
membeli kamera, memotret lalu cetak kartu nama. Padahal nggak sesederhana
itu.” Sambungnya.

36 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 37


FASHIONUNDERWATERPHOTOGRAPHY FASHIONUNDERWATERPHOTOGRAPHY

“Bagi sebagian orang menjadi


fotografer prosesnya adalah
membeli kamera, memotret
lalu cetak kartu nama. Padahal
nggak sesederhana itu.”

38 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 39


FASHIONUNDERWATERPHOTOGRAPHY FASHIONUNDERWATERPHOTOGRAPHY

Wiwin sendiri lebih tertarik menspesial-


“Fotografi it’s about isasikan diri di fotografi fashion karena
feeling. Dan feel- baginya fotografi fashion memaksanya
ing itu perlu diasah. terlibat dalam tim sehingga dapat
Saya menganggap menghasilkan karya yang baik. “Ketika
teman-teman yang kita fashion, it’s about model, make up

terlibat dalam tim artist, stylist dan pastinya fotografer. I

saya itulah batu Like the collaboration. Ketika teamwork


jalan, ide berkembang jadi wah dan
asahannya. dapat banyak ilmu.”Jelasnya. “Fotografi
it’s about feeling. Dan feeling itu perlu
diasah. Saya menganggap teman-te-
man yang terlibat dalam tim saya itulah
batu asahannya. Maka dari itu ketika
project fashion underwater dengan
Nadine ini selesai saya bilang I’m just a
F***ing lucky bastard yang kebetulan
bisa nulus nama saya di depan buku
fashion underwater tersebut. Di balik
buku itu banyak orang yang terlibat
dan sangat berjasa.” Sambungnya.
Wiwin mengaku ada sekurangnya
18 orang yang terlibat dalam proses
pembuatan project fashion underwa-
ter mulai dari road manager, talent
manager, safety diver, safety manager,
Evacuate manager, Videographer, dan
lain sebagainya.

Pada awalnya, Wiwin hanyalah seorang


yang mencintai diving yang sedang
mencari buku tentang underwater

40 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 41


FASHIONUNDERWATERPHOTOGRAPHY FASHIONUNDERWATERPHOTOGRAPHY

“Dari dulu fotografer


egonya gede banget.
Tapi bukan berarti nggak
bisa kerja dengan tim.”

42 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 43


FASHIONUNDERWATERPHOTOGRAPHY FASHIONUNDERWATERPHOTOGRAPHY

Indonesia. “Saya dapat banyak buku


“Yang senior suka warna merah akan hilang, setelah itu Berbicara mengenai teamwork Wiwin
underwater Indonesia tapi nggak
ada yang ngarang orang local. Saya ngambil tang- ada kecenderungan loosing color.
Belum lagi gangguan particle-particle
sangat menganggap penting team-
work. “Dari dulu fotografer egonya
langsung berpikir, pada kemana orang gung jawab orang dalam air laut yang mengganggu dan gede banget. Tapi bukan berarti nggak
kita.” Kenangnya. “I love sea a lot dan lain dan nger- harus dicermati dari segi pencahayaan- bisa kerja dengan tim.” Tegasnya. “Yang
saya mau berbuat sesuatu dari negeri jain semuanya nya.” Jelasnya. Setting white balance senior suka ngambil tanggung jawab
ini dan lautnya. Sampai akhirnya saya sendiri, sementara juga sesuatu yang mutlak harus dikua- orang lain dan ngerjain semuanya
berpikir, kenapa nggak mulai dari
yang muda team- sai bagi seorang fotografer underwater. sendiri, sementara yang muda team-
sesuatu yang saya bisa, yaitu fashion
worknya jadi nggak “Banyak yang bilang, sudahlah shoot worknya jadi nggak maksimal karena
photography.” Sambungnya.
Setelah mencoba beberapa kali di ko- maksimal karena saja pakai RAW, nanti kan bisa diadjust
white balancenya. Tapi saya nggak
konsepnya nggak mateng.” Sambung-
nya. Begitu juga dengan acara hunting
lam renang, dan setelah bertemu den- konsepnya nggak begitu. Saya pilih sudah benar white model bersama, Wiwin tidak melihat
gan Nadine yang juga senang diving mateng.” balancenya walaupun saya juga shoot hal positif di samping sekedar sosial-
dan fotografi serta ingin sekali difoto pakai RAW.” Sambungnya. isasi.
di bawah laut Wiwin pun memutuskan Kesulitan lain yang dihadapi dalam “Banyak orang yang terbiasa ikut hunt-
untuk memulai project ini. “masalah- pemotretan fashion underwater adalah ing bersama, akhirnya nggak bisa set-
nya memotret underwater di kolam kemampuan model untuk menjaga ting lampu sendiri. Ketika saya ngajar
renang jauh lebih gampang di banding kestabilan agar tidak terlalu cepat naik saya selalu menyuruh orang untuk bisa
di laut. Karena di kolam renang tidak yang menempel di badannya. Kalau atau turun. setting lighting mulai dari mungut
ada arus, visibilitynya pun lebih baik. saja tim yang bertugas memberinya lampu di lantai, pasang ke light stand,
Selain itu untuk bisa membuka mata tabung oksigen di sela-sela jepreta
tanpa kaca mata renang di laut sangat terlambat, kan nyawa taruhannya.”
susah karena perih sekali.” Ungkapnya. Lanjutnya.
Wiwin bercerita bahwa dalam proj-
“Everybody think fotografer is a cool job,
“Maka dari itu saya bilang Nadine is
ect ini Nadine bukan sekedar model, mereka nggak mikir bahwa fotografer
Excellent. Saya bukan pencipta teknik
ini, saya hanya mengikuti teknik yang Nadine juga terlibat dalam pembuatan harus punya visi, konsep dan juga ke-
sudah ada dan semuanya nothing konsep. mampuan teknis. Maka dari itu saya be-
tanpa ada ikatan emosional antara saya rani bilang I’m not a photographer, I was
dan Nadine karena Nadine seolah-olah Mengenai teknis fotografi yang dilaku- a photographer before. I’m just a person
menyerahkan nyawanya. Bayangkan kan untuk melakukan project ini, Wiwin
who is hanging around on photography.
membuka mata saja sudah susahnya mengaku apa yang ia lakukan di bawah
laut sama seperti apa yang ia lakukan
I’m not makin money from photography,
bukan main, apalagi ketika ia harus
menyelam tanpa ada tabung oksigen di studio. “Hanya saja bedanya ketika di I’m spent money on photography.”
bawah laut setelah kedalaman 3 meter

44 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 45


FASHIONUNDERWATERPHOTOGRAPHY FASHIONUNDERWATERPHOTOGRAPHY

46 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 47


FASHIONUNDERWATERPHOTOGRAPHY FASHIONUNDERWATERPHOTOGRAPHY

“Measure your- ding. Hebatnya lagi sudah susah tapi


nggak begitu dihargai. Ini akibat pe-
self. Bukan main baru yang kurang mengedukasi
cuma kartu dan menjaga kualitas termasuk service.

nama dan Penampilannya nggak pas. Motret kaw-

equipment.
inan di mana banyak orang pakai jas,
kok malah pakai kaos.” Sambungnya.
Tahu diri deh. Wiwin salut dan sangat menghor-

Boleh coba tapi mati fotografer wedding senior karena

ukur kemam- kejeliannya pada pekerjaannya. “Lihat


fotografer wedding yang sudah senior
puan kita. Jan- “Lihat fotografer kalau motret orang di pelaminan,
gan hantam wedding yang orang berapapun banyaknya dijejerin

kromo.” sudah senior


dia selalu tau siapa yang ngedip. Pada-
hal waktu itu belum ada kamera digital.
kalau motret Makanya kalau habis ngejepret mereka

orang di pe- tiba-tiba bisa bilang, pak yang dipo-


jok jangan ngedip ya. Padahal segitu
ngukur lighting, menempatkan lighting sampai membereskannya kembali.”
laminan, orang cepatnya jepretannya.” Tutupnya.
Ungkapnya. “Everybody think fotografer is a cool job, mereka nggak mikir bahwa
fotografer harus punya visi, konsep dan juga kemampuan teknis. Maka dari itu berapapun
saya berani bilang I’m not a photographer, I was a photographer before. I’m just banyaknya
a person who is hanging around on photography. I’m not makin money from pho- dijejerin dia
tography, I’m spent money on photography.” Sambungnya.
selalu tau siapa
Wiwin melihat adanya degradasi kualitas dan kuantitas fotografer muda. Wiwin yang ngedip.
melihat untuk menajdi fotografer tidak cukup sekedar memiliki kamera dan kartu Padahal waktu
nama tapi juga harus mengerti segala hal tentang fotografi termasuk servicenya,
itu belum ada
harus tau bagaimana melayani dan mendekati klien.
Untuk itu Wiwin berpesan kepada fotografer muda untuk mau intropeksi. “Mea- kamera digital.
sure yourself. Bukan cuma kartu nama dan equipment. Tahu diri deh. Boleh coba
tapi ukur kemampuan kita. Jangan hantam kromo.” Tegasnya. Bagi Wiwin di
Indonesia fotografer masih jadi profesi kelas dua. “Contohnya fotografer wedding.
Kalau saya ditanya motret apa yang paling susah, saya akan jawab motret wed-

48 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 49


THEEVENT THEEVENT

50 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 51


LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA

BEING A
menjadi pekerjaan yang penuh resiko. sedang berada di sebuah gedung, cara
mereka membuat public figure itu
RV, seorang pengamat fotografi dari keluar dari gedung itu adalah dengan

PAPARAZZI
Amerika Serikat mengatakan bahwa membunyikan alarm kebakaran atau
pada tahap awal paparazzi memulai memberikan ancaman bom melalui
pekerjaan mereka dengan menunggu telepon sehingga seluruh isi gedung
di jalan-jalan utama serta publik area dievakuasi.
dengan berharap ada public figure Menurut RV, bahkan pernah seorang
yang lewat untuk diabadikan. Namun paparazzi yang sedang mengincar
kebanyakan dari mereka memiliki Catherine Zeta-Jones sengaja mena-
network yang kuat yang bisa memberi brakkan diri ke mobil Zeta-Jones untuk
Pada tahun 1997, dunia berduka atas tewasnya Putri Diana. Namun saat itu pula mereka informasi mengenai rencana membuatnya berhenti dan keluar dari
dunia secara keseluruhan mulai mengenal istilah paparazzi walaupun paparazzi public figure akan pergi ke suatu tem- mobil dan memotretnya.
sudah ada sejak puluhan tahun sebelumnya, namun tewasnya Putri Diana ketika pat. Sumber informasi ini bisa mulai
sedang melarikan diri dari kejaran paparazzi ikut mempopulerkan istilah paparaz- dari pekerja di restoran, hotel, salon RV berpendapat bahwa menjadi pa-
zi. hingga orang dalam yang merupakan parazzi terkadang lebih banyak menge-
pegawai sang public figure itu sendiri. luarkan uang daripada menghasilkan
Ada begitu banyak paham yang mencoba mendifinisikan paparazzi dengan Paparazzi biasanya berbagi informasi uang. Walaupun ketika menghasilkan
versinya masing-masing. Tapi secara garis besar paparazzi bisa dibilang sebagai dengan mereka. uang, ia bisa menutupi biaya hidup
profesi fotografer yang tanpa kenal lelah berburu kesempatan untuk bisa me-
motret selebriti, public figure dan keluarganya secara candid. Biaya yang dikeluarkan oleh seorang
Istilah paparazzi sendiri muncul pada tahun 1960 pada film “La Dolce Vita” arahan paparazzi cukup besar, mulai dari
sutradara Federico Fellini, walaupun puluhan atau bahkan ratusan tahun sebe- bayaran atas informasi yang dida-
lumnya diyakini profesi paparazzi sudah ada dalam nama lain. Dalam film itu pat, hingga sampai peralatan yang
Fellini membuat sebuah tokoh seorang fotografer berita yang bernama paparaz- perlu mereka sewa. Tidak sedikit dari
zo. Dalam buku Words & Phrase origin, Robert Hendrickson mengatakan bahwa paparazzi tersebut yang berani men-
Fellini mengambil kata paparazzo dari teman kuliahnya yang berbicara dan geluarkan uang untuk menyewa boat
bergerak dengan cepat, ia diberi nama panggilan “paparazzo” atau dalam bahasa hingga helicopter.
Italia juga berarti nyamuk.
Teknik dan siasat yang mereka guna-
Paparazzi pada awalnya adalah fotografer jalanan yang mencoba mengejar berita. kan pun tidak jarang berbahaya dan
Namun karena kebutuhan akan dunia infotainment yang begitu besar, paparazzi melanggar hukum. Misalnya ketika
mencoba memanfaatkannya dengan memotret candid public figure atau keluar- public figure yang sedang mereka incar
ganya. Saat itulah pekerjaan yang dimulai dengan begitu sederhananya berubah

52 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 53


LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA

dan ongkos kerjanya selama berbulan- fotografer yang berdomisili di Bali yang
bulan atau bahkan bertahun-tahun. ada di rubrik ini kami sempat bertemu

Pernah seorang RV mengungkapkan bahwa di Negara-


negara barat, paparazzi sudah men-
dengan seorang paparazzi local, sebut
saja DE.
paparazzi yang se- jadi mata pencaharian tetap untuk
dang mengincar sebagian orang. Bahkan mereka yang DE menganggap profesi paparazzi
Catherine Zeta- sudah menghasilkan banyak dari sana mulai tumbuh ketika konsumen dan
Jones sengaja me- sudah mempunyai tim mulai dari agen media mulai sadar bahwa gossip men-
nabrakkan diri ke untuk menjual fotonya, pengacara jadi lebih berarti ketika ada visualnya.

mobil Zeta-Jones untuk melindunginya dari tuntutan “Semua media dan infotainment bisa

untuk membuat- hukum, supir pribadi hingga fotografer


tambahan untuk membantunya.
menyebarkan gossip apapun, tapi
tanpa visual, nilai jualnya tidak tinggi.”
nya berhenti dan Jelas DE. Namun begitu foto paparazzi
keluar dari mobil
“Semua media
Mengenai peralatan, paparazzi memi- bisa menjadi sangat berarti dan mahal
dan memotretnya. liki alat dan akal yang lengkap. Ketika namun juga bisa menjadi tidak berarti.
memotret public figure yang sedang Hal ini terkait mengenai siapa yang dan infotain-
berada di private area, paparazzi difoto, sedang ada skandal atau tidak
ment bisa me-
biasanya mencari tempat yang strat-
egis yang bisa melihat ke private area
public figure yang difoto. Dan yang
paling penting eksklusif atau tidaknya nyebarkan gos-
incarannya itu, dan dengan meng- hal itu. sip apapun, tapi
gunakan lensa super tele ia membidik tanpa visual,
sasarannya itu. Namun pada beberapa Beberapa orang selebriti luar negeri
nilai jualnya
tidak tinggi.”
acara resmi, tidak jarang mereka hanya menghindari paparazzi dengan justru
membawa handphone berkamera kar- mengumbar foto mereka dan keluar-
ena seringkali kamera tidak diijinkan ganya. Salah satu momen yang paling
masuk. dicari paparazzi adalah ketika seorang
selebriti melahirkan. Foto anaknya itu-
Bagaimana dengan di Indonesia? lah yang menjadi mahal. Tapi beberapa
Apakah menurut anda ada paparazzi di orang selebriti justru mengumumkan
Indonesia? bahwa mereka akan mempublish foto
Jawabannya adalah ada. Beberapa tersebut kepada media secara gratis
waktu yang lalu ketika kami berkun- sesegera mungkin. Dan hal itulah yang
jung ke bali untuk bertemu 2 orang membuat foto paparazzi menjadi tidak

54 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 55


LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA

bernilai, karena tidak ada eksklusifitas. itu kalau ada bintang sinetron yang
tertangkap kamera sedang bermesraan
DE melihat peluang menjadi paparazzi di Indonesia masih terbuka lebar. “Coba di pantai dengan orang lain, seharus-
bayangkan, media-media barat berani mengirimkan fotografernya untuk pergi ke nya nggak usah takut untuk dijual ke
Indonesia untuk mengejar selebriti mereka yang sedang berlibur ke Bali. Padahal media, karena ia melakukan di tempat
di Indonesia dan di Bali sendiri banyak fotografer yang juga mampu melakukan umum. Dan apapun yang terjadi di
pekerjaan itu.” Ungkapnya. Artinya kalau saja fotografer Indonesia melihat pelu- tempat umum adalah milik umum.
ang ini, maka media-media luar tidak perlu keluar uang banyak untuk mengirim Artinya selebriti yang dipotret tidak
fotografernya ke sini. “Namun memang, sayangnya fotografer Indonesia masih bisa menuntut.” Ungkapnya.
belum tau mau jual kemana fotonya jika mereka menjadi paparazzi.” Tambahnya.
Namun DE mengakui walaupun secara
DE menjelaskan betapa anehnya media matematis memberikan kesempatan
Indonesia. “Lihatlah infotainment kita, kepada fotografer local lebih murah
berita yang sama pasti anglenya juga bagi media luar ketimbang men-
sama. Gaya liputannya juga sama. girimkan fotografernya ke sini untuk
“Paparazzi In-
Mereka kalau dapat berita, langsung mengikuti selebriti tertentu, namun
hal yang paling sulit didapatkan adalah donesia paling
ngabarin rekan infotainment lain. Akh-
irnya nggak ada eksklusifitas, makanya mendapat kepercayaan dari media apes resikonya
harganya murah.” Tegasnya. “Bahkan luar. “Apakah kita bisa? Itu yang ada di dimarahin, di-
foto-foto skandal artis yang beredar benak mereka. Tapi kalau kita sudah
omelin dan
di internet sekalipun seharusnya bisa bisa membuktikan bahwa kita bisa,
maka selanjutnya lebih enak.” Jelasnya. ditonjok oleh
bodyguard sang
menghasilkan uang banyak ketika
dijual ke media.” Sambungnya.

Ditanya mengenai batasan hukum


DE menyadari, media-media ikut men-
dukung paparazzi untuk seolah-olah
public figure.”
terhadap perkara ini, DE melihat bahwa menciptakan cerita yang controversial
hukum di dunia mengenai hal ini masih dari selebriti, misalnya Kate Moss.
abu-abu, apalagi di Indonesia. Yang Walaupun Kate Moss tampil sangat
menjadi batasan pasti adalah, semua cantik di iklan dan TV, namun paparazzi
foto yang dibuat di ruang publik tidak selalu menampilkan sisi gelap Kate
melanggar hukum walaupun tidak Moss, mulai dari anorexia, jelek tanpa
seijin obyek yang difoto, kecuali jika make up dan lain sebagainya. Karena di
digunakan untuk promosi. “Maka dari situlah nilai jualnya.

56 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 57


LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA

sedang datang ke Bali. Ketika saya


Berbicara mengenai resiko, DE ber- mengejar-ngejar, sang bodyguardnya
pendapat bahwa resiko kehilangan yang besar itu langsung memeluk saya
uang dan nyawa seperti yangs erring dari belakang sampai saya tidak bisa
terjadi di luar negeri belum terjadi di bergerak.” Ungkapnya. “Bodyguard
Indonesia. “Paparazzi Indonesia paling barat lebih pintar, kalau dia memukul
apes resikonya dimarahin, diomelin maka habislah ia di pengadilan. Tapi
dan ditonjok oleh bodyguard sang kalau sekedar memeluk dia masih
public figure.” Ungkap DE. Namun be- aman.” Sambungnya.
gitu jika ada kekerasan fisik, seharusnya
paparazzi bisa menuntut balik. Dan hal Mengenai bayaran yang diterima
inilah yang dilakukan oleh seorang pa- paparazzi, DE mengaku bisa bervariasi
parazzi Amerika Serikat untuk mendap- berdasarkan beberapa hal yang di-
atkan uang. RV bercerita bahwa pernah jelaskan di atas. Namun foto Brad Pitt
ada kasus di mana paparazzi beru- bisa dihargai sampai 250.000 USD, di
saha memancing emosi sang selebriti mana 50%-70%nya bisa dikantongi
dengan mengikutinya terus-menerus. fotografer, sementara sisanya dibagi-
Ketika kesabarannya sudah habis, bagi dengan tim yang membantu.
Tidak sedikit pula yang bisa mencapai
500.000 USD.

Bagaimana menurut anda, apakah


sang selebriti malah menonjok sang resikonya sebanding dengan bayaran-
paparazzi sampai babak belur. Hasil- nya? Tertarik?
nya, paparazzi tersbeut menuntut dan
memenangkan uang dengan jumlah
yang sangat besar.
DE mengaku, selama menjadi pa-
parazzi di Indonesia hal yang paling
tidak menyenangkan yang ia terima
dari bodyguard selebriti adalah ketika
dipeluk dari belakang. “waktu itu saya
sedang memotret Kate Moss yang

58 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 59


THEEVENT THEEVENT

PROFESSIONAL PHOTOGRAPHY EQUIPMENT CENTER & STUDIO RENT - A - SYSTEM

60 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 61


SURFINGPHOTOGRAPHY SURFINGPHOTOGRAPHY

PIPING,
KESEDERHA-
NAAN
SURFER SEJATI
Mungkin banyak orang yang berimajinasi penampilan dan tampang fotografer-
fotografer yang pernah masuk ke dalam majalah ini karena kami sangat jarang
menampilkan fotonya. Sebagaian besar menebak dan menggambarkan fo-
tografer yang pernah tampil di majalah ini pastilah fotografer yang berpenampi-
lan modis, tidak kelewat mencolok cara berpakaiannya namun enak dilihat dan
seakan-akan mampu memancarkan aura dan wibawa yang luar biasa.
Sebagian dari seluruh nara sumber yang kami hadirkan di sini memang ber-
penampilan seperti itu, namun tidak semua. Beberapa bulan yang lalu ketika
kami berkesempatan melancong ke Bali kami berkesempatan untuk bertemu
dan berbincang-bincang dengan seorang fotografer yang cukup dikenal di sana
karena kecintaannya terhadap obyek fotonya. Lelaki itu bernama Piping, seorang
fotografer surfing yang begitu mencintai surfing.

Yang cukup mengejutkan bagi kami dan mungkin membuat gambaran anda ter-
hadap fotografer professional menjadi salah adalah penampilannya yang sangat
bersahaja. Namun harus kami akui justru hal itulah yang pertama kali membuat
kami berjaga-jaga. Bertemu dengan Piping di kantornya yang saat itu hanya me-
makai celana pendek dan bertelanjang dada, membuat kami justru berpikir, “wah
orang ini pasti sakti banget sampai tidak butuh penampilan necis bak seorang
fotografer terkenal dalam menghadapi orang-orang media seperti kami.”

62 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 63


SURFINGPHOTOGRAPHY SURFINGPHOTOGRAPHY

64 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 65


SURFINGPHOTOGRAPHY SURFINGPHOTOGRAPHY

66 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 67


SURFINGPHOTOGRAPHY SURFINGPHOTOGRAPHY

“Jalan hidup saya sampai akhirnya jadi


fotografer cukup panjang. Mulai dari
berhenti kuliah, jadi supir taksi, jadi
anak pantai, hampir mati di pantai
sampai akhirnya kenal orang jerman
yang minta bantuan dicarikan tanah
“Jalan hidup saya dan ditawari pilihan dibayar dengan
sampai akhirnya uang atau dengan kamera.” Ungkap

jadi fotografer lelaki yang memiliki majalah surfing ini.


“Titik balik saya adalah ketika saya
cukup panjang. merasa hidup saya kosong, lalu saya
Mulai dari ber- hampir mati ketarik ombak di pantai
henti kuliah, jadi Kuta. Beberapa saat kemudian saya
supir taksi, jadi melihat anak kecil dengan santai dan
anak pantai, ham- enaknya main di titik tempat saya ham-
pir mati di pantai pir mati keseret ombak. Saya langsung

sampai akhirnya berpikir, ada yang salah dengan saya.


Saya pun meminjam papan surfing
kenal orang jer- dan bertekad untuk bisa, dan saya pun
man yang minta bisa.” Sambungnya.
bantuan dicari- Mulai saat itu perlahan-lahan Piping
kan tanah dan makin jatuh cinta dengan dunia surf-
ditawari pilihan ing. Kecintaan itu pula yang mem-
dibayar dengan buatnya mencoba menjadi fotografer

uang atau den- surfing. “awalnya saya hanya senang


bermain surfing dan melihat orang
gan kamera.” bermain surfing. Karena waktu itu saya
punya kamera hasil pemberian turis,
akhirnya saya coba jeprat-jepret orang
yang sedang main surfing. Dari situ
saya mulai coba-coba jual, mirip seperti
fotograer wisuda. Jepret dulu setelah

68 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 69


SURFINGPHOTOGRAPHY SURFINGPHOTOGRAPHY

70 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 71


SURFINGPHOTOGRAPHY SURFINGPHOTOGRAPHY

itu baru tawarin ke orang yang kita


potret. Per framenya bisa laku 100 ribu
sampai 150 ribu.” Jelasnya.

Piping mempelajari fotografi sejak


menggunakan media film. Ia belajar
hanya dari mencoba dan bertanya-
tanya. “Saya bukan anak sekolahan.
Saya coba sendiri, kalau kebetulan ada
turis yang juga fotografer ya sekalian
“Saya selalu ingin saya Tanya-tanya.” Kenangnya. “awalnya

berbagi dengan saya belajar pakai fish eye, itupun saya

teman-teman teru- cuma berani pakai setting “auto”. Tapi


pelan-pelan saya coba-coba set manual
tama mereka yang sampai akhirnya bisa.” Sambungnya.
ada keinginan untu Jika banyak orang menjadi fotografer
maju walaupun be- pada bidang tertentu karena lebih dulu
lum tentu berbakat jatuh cinta pada fotografi sebelum
di surfing atau fo- pada bidang spesialisasinya tersebut,

tografi. Mungkin Piping justru lebih dulu jatuh cinta

ada orang yang pada surfing sebelum jatuh cinta pada


fotografi. “Surfing bisa membuat emosi
pintar di fotografi jadi terkontrol. Karena filosofi surfing
tapi ada orang adalah menghargai alam, menghargai
yang justru pin- orang lain dan karena itu ego pribadi
tar di bidang lain. bisa lebih diredam. Coba saja main
Maka dari itu, ya- surfing kalau nggak bisa menghar-

kinlah bahwa kamu gai orang lain, pasti nggak akan bisa.

bisa pintar dalam Karena di pantai kita ketemu dengan


banyak orang yang juga main surfing.”
suatu bidang. Jelasnya. “Bahkan waktu mau nikah
pun saya kasih syarat ke istri saya untuk
nggak boleh ngelarang saya surfing

72 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 73


SURFINGPHOTOGRAPHY SURFINGPHOTOGRAPHY

74 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 75


SURFINGPHOTOGRAPHY SURFINGPHOTOGRAPHY

sampai kapanpun. Karena saya jatuh


cinta dengan surfing dan saya bahagia
di situ. Kebahagiaan itu yang mem-
balance otak dan hati sehingga bisa
berbagi ke teman-teman dan alam.” “Saya bilang
Ungkapnya.
bahwa bayi
Saat ini Piping sudah tidak banyak pada awalnya
melakukan pemotretan surfing juga nggak bisa
karena ia sudah banyak menelorkan jalan. Tapi ka-
fotografer-fotografer surfing muda.
lau nggak mau
belajar jalan ya
“Siapapun yang mau belajar motret
surfing saya ajarkan. Mulai dari anak-
anak pantai supaya mereka punya nggak akan bisa
penghasilan lebih, sampai tukang
kebun saya pun saya ajarkan dan seka-
jalan juga.”
rang sudah bagus fotonya.” Kenangnya.
“Saya selalu ingin berbagi dengan
teman-teman terutama mereka yang
ada keinginan untu maju walaupun
belum tentu berbakat di surfing atau
fotografi. Mungkin ada orang yang
“Buat saya pintar di fotografi tapi ada orang yang

sebuah kecela- justru pintar di bidang lain. Maka dari

kaan harus saya


itu, yakinlah bahwa kamu bisa pintar
dalam suatu bidang. Kadang ada yang
syukuri. Pend- ngeluh nggak bisa sebelum mereka

eritaan itulah mencoba. Saya bilang bahwa bayi pada

yang membuat awalnya juga nggak bisa jalan. Tapi


kalau nggak mau belajar jalan ya nggak
hidup jadi lebih akan bisa jalan juga.” Sambungnya.
nikmat.” Piping termasuk orang yang sangat
dermawan dalam berbagi penge-
tahuan bahkan ketika ilmu yang ia

76 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 77


SURFINGPHOTOGRAPHY SURFINGPHOTOGRAPHY

78 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 79


SURFINGPHOTOGRAPHY SURFINGPHOTOGRAPHY

80 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 81


SURFINGPHOTOGRAPHY SURFINGPHOTOGRAPHY

tularkan pada akhirnya juga membuat-


“Saya hanya ber-
nya untuk mengalah dan memberikan
jalan kepada “murid-murid”nya untuk pikir, kalaupun
merasakan rejeki dari fotografi surfing. saya mati besok,
“Saya hanya berpikir, kalaupun saya setidaknya saya
mati besok, setidaknya saya pernah pernah berguna.
berguna. Untuk itu saya tidak pernah Untuk itu saya tidak
takut untuk berbagi, bukan hanya
pernah takut un-
pengetahuan fotografi surfing, tapi
tuk berbagi, bukan
bahkan berbagi penghasilan dari me-
motret fotografi surfing ketika mereka hanya pengeta-
juga memotret.” Ungkapnya. huan fotografi surf-
ing, tapi bahkan
Kecintaan Piping kepada fotografi berbagi penghasi-
surfing rupanya belum mendapat restu lan dari memotret
sepenuhnya dari orang tuanya. “Sam-
fotografi surfing
pai sekarang, ibu saya masih setengah
ketika mereka juga
hati melihat saya hidup di dunia surf-
ing. Tapi saya bertekad akan membuk- memotret.”
tikan bahwa saya bisa hidup di surfing.
Walaupun keberadaan saya di surfing
bisa dikatakan sebagai suatu “kecela-
kaan”.” Ungkapnya. “Buat saya sebuah
kecelakaan harus saya syukuri. Penderi-
taan itulah yang membuat hidup jadi
lebih nikmat.” Sambungnya.

Berbicara mengenai fotografi surfing


Piping mengungkapkan bahwa kalau
mau hebat di fotografi surfing dianjur-
kan untuk bisa surfing. “Banyak yang
motret surfing karena uangnya. Saya
sebelum jadi uang sudah motret surf-

82 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 83


SURFINGPHOTOGRAPHY SURFINGPHOTOGRAPHY

84 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 85


SURFINGPHOTOGRAPHY SURFINGPHOTOGRAPHY

86 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 87


SURFINGPHOTOGRAPHY SURFINGPHOTOGRAPHY

“Anggaplah memotret sebagai ing. Yang saya lihat bukan finansialnya


tapi rohnya yang saya rasakan. Dari situ
bagai kerja, tapi anggak sebagai main,
sebagai bersenang-senang. Kalau kita
bermain. Bagi saya hidup itu bisa maksimal motretnya karena tidak sudah senang melakukannya, mau
bukan untuk bekerja, tapi untuk ada perhitungan finansial.” Jelasnya. bagaimanapun pasti bagus hasilnya.”

dinikmati. “Kalau yang dibidik uangnya, ban- Jelasnya,

Maka dari itu jangan anggak kerja


yak yang salah bidik. Tapi kalau yang
dibidik surfingnya, biasanya justru Piping berpendapat memotret surfing
sebagai kerja, tapi anggak uangnya yang datang mengejar kita.” bisa dimulai bahkan dengan kamera

sebagai main, sebagai Tambahnya. pocket waterproof. “Yang perlu diincar

bersenang-senang. Untuk itu Piping menyarankan se-


mua orang yang ingin memperdalam
dalam motret surfing adalah timing
agar dapat actionnya. Saya biasanya
Kalau kita sudah senang melaku- fotografi surfing untuk cinta dan bisa menunggu di titik tertentu di mana
kannya, mau bagaimanapun surfing. “Anggaplah memotret sebagai ombak lewat. Nah titiknya di mana

pasti bagus hasilnya.” bermain. Bagi saya hidup itu bukan


untuk bekerja, tapi untuk dinikmati.
baru bisa anda ketahui ketika anda bisa
surfing. Terkadang ada factor luck kar-
Maka dari itu jangan anggak kerja se- ena kadang ombak dan angin berubah

88 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 89


SURFINGPHOTOGRAPHY SURFINGPHOTOGRAPHY

mendadak.” Jelasnya. “Untuk belajar di rumah, cobalah tonton film surfing dan
pegang remote lalu belajar menangkap action & timing dengan memencet pause
pada saat yang tepat. Kalau gambar yang di-pause bagus artinya sudah berhasil.”
Lanjutnya.

Berbicara mengenai peluang bisnis fotografi surfing Piping berpendapat bahwa


fotografi surfing cukup mengasilkan dan bisa menghidupi. “Seorang fotografer
surfing yang menjual foto per frame 100 ribu sampai 150 ribu rupiah bisa menda-
pat 16 juta rupiah totalnya dalam sebulan. Dan lebih enaknya lagi ketika peker-
jaan itu sangat menyenangkan.” Jelasnya. Piping juga beranggapan peluang men-

90 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 91


SURFINGPHOTOGRAPHY LIPUTANUTAMA

jadi fotografi surfing di Indonesia tidak


hanya terbuka di Bali. “Di Hawai orang
hanya bisa surfing selama 4 bulan
dalam setahunnya. Itupun hanya bisa
dilakukan di pantai yang panjangnya
“Tapi jadi orang
hanya 16 kilometer. Sementara di Indo-
nesia dari Aceh sampai Rote semuanya jangan kemar-
spot surfing yang bagus. Dan enaknya uk. Jangan mau
lagi bisa dilakukan sepanjang tahun.
menguasai se-
Kualitas ombaknya pun beragam, dari
beginner sampai pro ada di Indonesia.” muanya. Harus
Sambungnya. diingat, kalau
Untuk itu Piping menganggap sia- sudah saatnya
papun di manapun di Indonesia bisa
datang, ya akan
menjadi fotorgafer surfing. “Tapi jadi
orang jangan kemaruk. Jangan mau datang juga kok
menguasai semuanya. Harus diingat, rejekinya.”
kalau sudah saatnya datang, ya akan
datang juga kok rejekinya.” Tegasnya.
Saat ini Piping masih menemukan
banyak spot surfing di Indonesia yang
justru didominasi oleh fotografer- Di akhir pembicaraan kami, Piping pun
fotografer asing. berbagi pesan untuk mereka yang in-
gin mendalami fotografi surfing. “Buat
yang mau belajar, harus focus dan
commit. Karena di pantai banyak sekali
godaannya mulai dari lihat cewek
berbikini, drugs, sex bebas. Kita bisa
tergelincir setiap saat karena jebakan-
nya ada di mana-mana. Untuk itu harus
focus pada tujuan dan commit dengan
tujuan itu. Walaupun ini berlaku juga di
luar surfing.” Tutupnya.

92 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 93


PROLIFESTYLE PROLIFESTYLE

“FILOSOFI
tersebut. Nama restoran atau tempat
makan yang paling banyak disebutkan

“Sebagai se-
orang yang saya tanyai saya datangi

MAKAN”
dan saya coba.” Jelasnya. “Tapi sebelum
mencicipi, saya sudah mempersiapkan orang fo-
mental saya untuk berusaha memaha-
tografer food
mi selera mereka. Jadi suka atau tidak
saya harus bisa
SEORANG FOOD
suka terhadap makanan tersebut saya
berusaha untuk mengerti bahwa itu memunculkan
adalah selera setempat.” Sambungnya. sisi lezat dari se-
PHOTOGRAPHER tiap makanan,
Kami pun tidak cukup puas dengan

termasuk maka-
jawaban tersebut dan segera melon-
tarkan pertanyaan lanjutan, “kenapa
harus mengerti selera penduduk set- nan yang saya
Penampilan perdana rubrik ini kami berkesempatan mengajak makan siang empat pak?”. Iswanto pun menjawab,
tidak suka. Nah
Iswanto Soerjanto, seorang fotografer professional yang menspesialisasikan “Pekerjaan saya adalah memotret, dan
sebagian besarnya makanan. Saya bagaimana saya
bisa memuncul-
dirinya pada food photography. Sepsialisasinya pada food photography lah yang
membuat kami yakin untuk mengajaknya makan siang bersama untuk sedikit tidak bisa memilih hanya makanan
menggali gaya hidup dan pemikirannya mengenai food photography. yang saya suka saja yang saya potret, kan sisi lezatnya
sementara yang saya tidak suka atau
kalau saya send-
iri tidak beru-
“Mau makan di mana?” tanyanya saat kami hendak berangkat dari studionya di tidak doyan saya tolak atau saya
bilangan kemang. “Terserah pak Is, tempat favoritnya pak Is di mana? Kita datangi potret dengan hasil yang kurang baik.”
saja.” Jawab kami. Kamipun berangkat menuju sebuah restoran Pawon Solo di Jelasnya. “Sebagai seorang fotografer saha mencari
bilangan Kemang. Di perjalanan Iswanto sempat bercerita bahwa ia baru saja food saya harus bisa memunculkan sisi
letak kelezatan-
berkeliling ke 3 kota di Jawa Tengah untuk mencicipi 180 menu makanan hanya
dalam waktu 1 minggu. Jumlah yang luar biasa untuk ukuran normal. Namun
lezat dari setiap makanan, termasuk
makanan yang saya tidak suka. Nah nya.”
Iswanto segera menjelaskan bahwa mereka hanya mencicipi sedikit dari setiap bagaimana saya bisa memunculkan
makanan saja, agar tidak kekenyangan dalam mencicipi menu sebanyak itu. sisi lezatnya kalau saya sendiri tidak
berusaha mencari letak kelezatannya.”
Kami pun semakin penasaran dan mulai bertanya, “Makanan favorit Pak Is apa Sambungnya.
sih?”. Ia pun menjawab bahwa ia termasuk orang yang makan segala macam
makanan. “Makanan favorit saya banyak. Apa saja saya makan. Biasanya kalau Seperti dugaan kami, rubrik ini tidak
datang ke suatu daerah saya selalu mencari tahu apa makanan favorit daerah akan menjadi sekedar rubrik lifestyle

94 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 95


PROLIFESTYLE PROLIFESTYLE

untuk menjadi fotografer makanan


yang baik, kegemaran menyantap ber- “Bagaimana
bagai makanan menjadi suatu keharu- bisa motret ma-
san. “Bagaimana bisa motret makanan kanan dengan
dengan baik kalau nggak tau rasanya
baik kalau ng-
gak tau rasanya
makanan itu? Tugas tersulit fotografer
makanan bukan sekedar membuat foto
tersebut menjadi indah dilihat secara makanan itu?
Tugas tersulit
solo yang mirip sekali dengan sosis
artistic, namun harus bisa memuncul-
solo dan salat solo yang sangat mirip
kan sisi enaknya.” Jelasnya.
dengan bistik. Setelah kedua menu fotografer ma-
Akhirnya kami pun sampai pada
pencuci mulut itu habis, Iswanto pun
kanan bukan
restoran yang dituju. Kami pun masuk
berinisiatif memesan pencuci mulut
tambahan yaitu serabi solo dan teh sekedar mem-
ke restoran yang bernuasa jawa
poci dengan gula batunya. Sambil buat foto terse-
but menjadi
tersebut. Setelah melihat-lihat daftar
menikmati serabi & teh poci, kami pun
menu kami pun memutuskan untuk
memesan nasi gudeg dan risoles solo.
berbincang. Iswanto pun menceritakan
indah dilihat se-
cara artistic, na-
kegemarannya untuk makan berbagai
Sementara Iswanto memesan Nasi
macam makanan dari berbagai macam
Bogana dan Salat Solo. Setelah meng-
habiskan nasi gudeg dan nasi bogana
daerah. Namun beberapa menu sep- mun harus bisa
masing-masing kami berbagi risoles
erti daging kambing sudah tidak bisa
memunculkan
dengan leluasa dinikmati Iswanto. “saya
hanya makan kambing 3 kali dalam sisi enaknya.”
satu tahun. Dan karena saya hanya
jalan-jalan belaka. Bahkan ketika men- makan 3 kali dalam setahun saya pilih
coba mengerti lifestyle dalam hubun- yang benar-benar enak. “ Ungkapnya.
gannya dengan makanan dari Iswanto Pembicaraan pun terus berlanjut dan
yang menspesialisasikan diri pada food kami mendapati begitu luas wawasan
photography kami sudah menemukan dan pengetahuan Iswanto mengenai
apa yang kami sebut dengan “fotografi tempat makan enak. Tidak hanya di
sebagai cara hidup” pada Iswanto. Jakarta, tapi di berbagai kota bahkan
di luar pulau Jawa. Akhirnya setelah
Pada perjalanan menuju restoran itu menghabiskan 2 poci teh kami pun
pun Iswanto mengungkapkan bahwa memutuskan untuk pulang.

96 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 97


LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA

98 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 99


THEEXPLORATION THEEXPLORATION

FREEZING
SMOKE
Dalam dunia komersial fotografi, asap merupakan salah satu elemen yang bisa
memberi nilai tambah pada visual. Misalnya saja pada pemotretan makanan-
makanan yang biasa disajikan panas. Kehadiran asap menjadi suatu bimbu yang
seolah-olah memberi konfirmasi lezatnya makanan tersebut melalui aroma dan
kehangatannya.
Contoh lain adalah visual asap atau kabut pada pemotretan landscape dan hu-
man interest. Asap atau kabut bisa menimbulkan kesan tertentu yang membuat
foto bisa jauh lebih menarik, walaupun juga bisa jauh lebih jelek.

Berdasar pemikiran di atas, kami mencoba menghadirkan sebuah sesi permainan


fotografi menggunakan asap. Hanya saja bedanya kali ini asap dihadirkan bukan
sebagai bumbu yang menjadi penyedap sebuah foto makanan atau foto land-
scape. Namun asap yang menjadi subyek atau menu utama yang bisa memberi
“rasa” yang berbeda pada visual. Penambahan elemen lainnya sebagai bumbu
amat sangat diperbolehkan.

Sumber asap yang kita pergunakan kali ini berupa anti nyamuk bakar atau rokok.
Perbedaan sumber asap dapat menghasilkan warna dan karakter yang berbeda.
Anda pun disarankan untuk mencoba berbagai macam sumber asap.

Teknik dasar atau kunci lighting untuk menangkap visual asap dengan baik dalam
fotografi adalah backlight atau side light. Ketika diberi sumber cahaya dari samp-
ing atau belakang, asap bisa timbul seperti asap, namun ketika diberi cahaya dari
depan (dari arah kamera) maka asap akan timbul seperti gumpalan putih saja.

100 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 101


THEEXPLORATION THEEXPLORATION

102 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 103


THEEXPLORATION THEEXPLORATION

Sumber cahaya yang digunakan bisa


berupa cahaya matahari ataupun flash
light (direct hard light). Pastikan tidak
ada cahaya yang “bocor”(masuk men-
genai lensa)karena akan menimbulkan
flare maupun kesalah warna.
Selanjutnya kita perlu menciptakan
perbedaan contrast warna yang men-
colok, ini dimaksudkan karena asap
berwarna terang (putih atau abu2).
Untuk itu disarankan kita memilih
background berwarna gelap (kami
memakai kain beludru hitam karena
kain ini menyerap cahaya hampir 95%)
yang diletakan sebisa mungkin “tak
tersentuh” cahaya.
Pengukuran cahaya yang kita lakukan
hampir +3stop dari yang seharusnya,
tergantung dari tingkat keterangan
yang mau kita capai.
Penggunaan diafragma kecil disara-
nkan untuk mendapatkan ruang tajam
yang lebar.

Dalam memotret asap walaupun motif


yang akan kita hasilkan berupa abstrak
maupun grafis, kesulitan utama adalah
framing dan focusing yang tepat.
Keunikan bentuk asap merupakan ses-
uatu yang spontanitas, selalu berubah
dan sangat mudah berubah walaupun
ada sedikit gerakan yang menimbulkan

104 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 105


THEEXPLORATION THEEXPLORATION

106 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 107


THEEXPLORATION THEEXPLORATION

hembusan udara, maka disarankan


bagi pemula untuk membuat foto asap
ini di area yang hampir tidak terkena
hembusan angin.

Setelah sesi pemotretan selesai, explor-


asi berikutnya ada pada pengolahan
gambar digital, ini semua dikarena-
kan file (raw) sebagian kamera DSLR
memiliki “ketajaman” yang kurang.
Pemakaian levels, contrast maupun
filter unsharp mask hampir merupakan
keharusan.

Permainan berlanjut dengan mencip-


takan motif simetrikal dengan cara
anda masing-masing, bisa dengan
mengcopy dan split layer, atau banyak
cara lainnya. Intinya adalah melakukan
eksplorasi sehingga bentukan yang
dihasilkan bisa lebih menarik lagi.

Pada akhirnya faktor teknikal di atas


merupakan bagian termudah dalam
proses ini, kepekaan kita dalam mer-
ekam bentuk dan moment yang tepat
dalam berkomposisi adalah tantangan
utama. Selamat mencoba.

108 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 109


THEEXPLORATION THEEXPLORATION

110 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 111


THEEXPLORATION THEEXPLORATION

112 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 113


COMMERCIALPHOTOGRAPHY THEINSPIRATION

FOTOGRAFER
MENTAL
KERAMAIAN &
KEBETULAN
Banyak pihak menganggap dunia fotografi Indonesia sedang berada dalam masa
keemasan, masa kejayaan. Namun kami dan sebagai orang lainnya justru melihat
dunia fotografi Indonesia sedang menghadapi tantangan dan masalah besar.
Beberapa “dosa-dosa” fotografer yang kami ungkapkan di edisi terdahulu menjadi
sebagian kecil buktinya. Banyak yang tidak setuju dengan pernyataan ini dan
kami pun menganggapi komentar dan ketidaksetujuan tersebut sebagai sesuatu
yang harus dihormati juga. Begitu juga mereka yang memilih untuk sepemikiran
dengan kami. Untuk mencari jawabannya kami pun berbicara dengan Siddhartha
Sutrisno atau yang biasa dipanggil Aris, seorang pekerja sinematografi yang juga
dosen seni dan filsafat di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Pembicaraan
kami dengan Aris bukanlah pembicaraan yang ringan, melainkan pembicaraan
yang berat seperti banyak pembicaraan ahli atau pengamat filsafat pada umum-
nya dan bisa jadi sangat membosankan dan sulit dimengerti oleh orang yang
tidak terlalu tertarik menyimak. Namun kami merasa sangat tercerahkan akan
pembicaraan tersebut.

Fotografi lahir dari jaman modern, pada tahun 1500an bersamaan dengan filsafat
modern lahir. Filsafat modern lahir dengan berusaha mendobrak dan memu-
tarbalikkan teori filsafat sebelumnya yang menganut seni dengan adi manusia

114 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 115


THEINSPIRATION THEINSPIRATION

“Di Indonesia, sebagai subjectnya. “Dulu seni selalu ekonomi, termasuk pada akhirnya
“Dan orang yang
fotografinya
dihubungkan dengan sesuatu yang
adi manusia, yang bersifat ketuhanan,
dijadikan bisnis.” Jelasnya. Pada saat
itu aliran naturalis dan realis seolah- selalu ikut arus bi-
banyak nemu yang ritual. Namun ketika era modern olah ditinggalkan dan mati karena ada asanya semangat-
yang nggak muncul manusialah yang menjadi fotografi. nya semangat keru-
munan. Beraninya
sengaja, bukan
subjectnya.” Ungkapnya. Teori modern Setelah itu muncullah aliran expresio-
berusaha mendewasakan manusia. nis. Setelah aliran expresionis muncul beramai-ramai. Ka-
nemu yang be- Untuk itu mulai saat itu mesin-mesin dan tumbuh muncul era post modern
lau manusia selalu
rawal dari se- diciptakan karena rasio menjadi dewa. di mana mereka mempertanyakan
ikut kerumunan,
mangat Jaman modern ditandai dengan pola
pikir bahwa segala sesuatu yang
ternyata mesin lebih banyak meng-
hancurkan daripada menghidupkan. maka ia tidak akan
penemuan.” memudahkan manusia akan dibuat. Semangat modern yang selalu harus punya suara sendiri
Berbagai macam mesin diciptakan ter- menaklukan, maju dan berkembang yang kuat, tidak
masuk salah satunya kamera. Kamera ternyata membuat banyak kehancuran. punya warna yang
diciptakan untuk menghadirkan ke- menonjol karena
mudahan menghasilkan gambar yang
sifatnya sifat keru-
sebelumnya dilakukan melalui lukisan.
munan, misalnya
“Untuk itu bisa dikatakan fotografi
motret beramai-
adalah anak kandung jaman modern.”
“Orang yang ramai.”
“Karena terlalu Ungkapnya. “Semangat modern sendiri
selalu melihat ke depan, berusaha selalu mengan-
sering kebetu- mencari kemudahan, berusaha menak- dalkan kebetu-
lan, akhirnya lukan. Maka dari itu muncul banyak
lan akan senang Beranjak lebih jauh lagi, kami pun
jadi kebiasaan perang.” Sambungnya.
menceburkan menanyakan hubungannya dengan
kebetulan. Ke-
Sementara fotografi pada awalnya
tidak dimaksudkan sebagai sebuah diri ke dalam kondisi fotografi di Indonesia. Aris

betulan bagus seni karena rasio yang dominan, bukan


banjir. Ikut arus
berpendapat bahwa fotografi Indo-

fotonya.”
nesia masih didominasi oleh ketidak
perasaan. “Ada yang menyebutnya
sebagai keanehan ilmiah.” Tegasnya. saja dan ber- sengajaan. “Di Indonesia, fotografinya

harap bertemu banyak nemu yang nggak sengaja,


Estetika modern adalah estetika struc-
tural. “ada struktur penambahan. Ini
kebetulan lagi.” bukan nemu yang berawal dari seman-
gat penemuan.” Ungkapnya. “Karena
terlalu sering kebetulan, akhirnya jadi
karena mengabdi pada sesuatu yang
kebiasaan kebetulan. Kebetulan bagus

116 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 117


THEINSPIRATION THEINSPIRATION

fotonya.” Sambungnya sambil tertawa. takuti terlebih dahulu. “Bahkan mung- pemula atau yang sudah senior selalu
Sesuatu yang selalu kebetulan jadi kin mental-mental barat yang kental menanyakan: lo pakai alat apa?” Jelas-
kurang baik karena akhirnya selalu dengan mental penemu kalau lama nya. “Kegelisahannya selalu kegelisa-
mengandalkan kebetulan. “Orang yang tinggal di Indonesia akan jadi begitu han mengikuti sesuatu. Dan mentalnya
selalu mengandalkan kebetulan akan “Kegelisahannya juga.” Ungkapnya sambil tersenyum. mengabdi pada merk. Dan ini lah cirri-
senang menceburkan diri ke dalam selalu kegelisahan ciri kapitalis. Sesuatu yang dianggap
banjir. Ikut arus saja dan berharap ber- mengikuti sesuatu. Kembali ke kondisi fotografi Indonesia, kenyataan padahal kenyataan rekaan.
temu kebetulan lagi.” Tegasnya. “Dan Dan mentalnya Aris memberi bukti bahwa di Indonesia Orang merasa bisa fotografi padahal
orang yang selalu ikut arus biasanya se- mengabdi pada fotografi selalu berawal dari alat. “Coba itu menurut dia saja.” Sambungnya.
mangatnya semangat kerumunan. Be-
merk. Dan ini lah lihat, fotografer-fotografer baik yang “orang post modern lalu berkata:
raninya beramai-ramai. Kalau manusia
selalu ikut kerumunan, maka ia tidak
cirri-ciri kapitalis. nggak apa-apa, asik-asik aja kok. Ya
memang nggak apa-apa karena ini sifat
akan punya suara sendiri yang kuat, Sesuatu yang di- post modern.” Sambungnya lagi.
tidak punya warna yang menonjol kar- anggap kenyataan
ena sifatnya sifat kerumunan, misalnya padahal kenyataan Dunia fotografi Indonesia seperti
motret beramai-ramai.” Lanjutnya. rekaan. Orang “Fotografi di sini
miniatur Indonesia, dimana semuanya
merasa bisa fo- masih jadi pengikut
mengikuti dari luar negeri. “Amat dis-
Aris berpendapat, di Indonesia apapun
tografi padahal itu karena kita masih
ayangkan karena akar seni Indonesia
cabang seninya banyak yang terjebak
kesitu. “Bahasanya: takut sendiri. Mung-
menurut dia saja.” tergantung alat.
sangat kuat.” Tegasnya. “Fotografi di sini
masih jadi pengikut karena kita masih
kin karena selalu diajarkan bahwa ma-
Mungkin benar tergantung alat. Mungkin benar alatlah
nusia adalah mahluk sosial, jadi harus
selalu bersama-sama.” Ungkapnya.
pola hidup bahwa siapapun di daerah alatlah yang mem- yang membuat kita bisa menyampai-
kan pesan, tapi apa betul itu hanya
itu yang mau memakan mangga harus buat kita bisa me- satu-satunya alat.” Lanjutnya.
Berbicara mengenai asal mula dan
memakan mangga yang hijau, yang
nyampaikan pesan, Aris berpendapat ketika acuan fo-
penyebab mengapa Indonesia bisa
masih muda. Kenapa? Karena yang
kuning/merah, yang sudah matang itu
tapi apa betul itu tografi adalah alat, maka hasilnya
seperi ini Aris berpendapat bahwa hal
jatahnya penjajah. Dan aturan hidup ini hanya satu-satunya cenderung seragam. “Bahkan penger-
ini adalah warisan penjajah kolonial di
mana bangsa kita tidak boleh pintar,
masih berlaku sampai sekarang, bah- alat.” tian fotografi sebagai teknik melukis
dengan cahaya pelan-pelan berganti
kan ketika penjajah sudah tidak ada.”
tidak boleh berpendidikan tinggi. menjadi melukis dengan kamera.”
Sambungnya.
‘Karena sudah terstruktur sekian lama, Lanjutnya lagi.
akhirnya masih terbawa.” Jelasnya.
Di Indonesia untuk bisa melakukan
“Contohnya, di daerah tertentu ada Untuk lepas dari pembodohan struc-
sesuatu yang benar, harus ditakut-

118 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 119


THEINSPIRATION THEINSPIRATION

tural dan mental yang tidak ideal


diperlukan pendidikan yang baik yang “Memang
bisa menyelesaikan ini. “Orang-orang sesuatu yang
di fotografi sendiri lah yang harus berbeda belum
bergerak. Karena eksistensinya ek-
tentu benar.
Tapi kalau tidak
sistensi semu.” Ungkapnya. “Butuh
orang-orang yang militan yang mau
“Dan karena membuat dunia fotografi yang lebih yang berbeda belum tentu benar. Tapi
dicoba gimana
kesempurnaan baik. Pursuit of perfection.” Lanjutnya. kalau tidak dicoba gimana bisa tahu?”
sambungnya. bisa tahu?”
itu tidak ada
“Dan karena kesempurnaan itu tidak
ada makanya dikejar terus tanpa henti. Menanggapi manusia Indonesia yang

makanya dike- Dan sebenarnya inilah kredo pekerja seringkali tidak berani mencoba Aris

jar terus tanpa seni. Mengejar kesempurnaan yang justru berpendapat lain “Manusia cend-
erung dikutuk untuk bebas. Hanya saja
henti. Dan sebe- tak pernah ada, sehingga tidak pernah
berhenti mengejar dan membuat yang banyak tidak beraninya.” Ungkapnya.
“Jangan berusaha
narnya inilah lebih baik lagi.” Lanjutnya lagi. Untuk menyelesaikan masalah fo-
menyelesaikan,
kredo pekerja Perlunya manusia Indonesia untuk tografi di Indonesia Aris melihat perlu-
tapi berusahalah
seni. Menge- terus menerus mengajari diri sendiri
nya untuk membuat pelaku fotografi
menjadi “melek huruf”. “Saat ini masih untuk memulai.
jar kesempur- untuk dekonstruksi bukan rekonstruksi. “buta huruf”, bagaimana bisa terjadi
Karena cara penye-
naan yang tak “Konstruksi selalu ada baik jelek, benar transfer mental ketika belum “melek
lesaian tidak perlu
pernah ada, salah, akhirnya tidak berani membuat huruf”.” Tegasnya.
Menanggapi pihak-pihak yang ingin dijawab dengan
sehingga tidak aman.” Ungkapnya. “Memang sesuatu
sesuatu yang baru. Terjebak di zona
“menyelesaikan” masalah yang terjadi jawaban final. Yang
pernah berhenti di fotografi Indonesia Aris berpendapat penting mulailah
mengejar dan untuk tidak berusaha menyelesaikan. dulu untuk menye-
membuat yang “Manusia
“Jangan berusaha menyelesaikan, tapi lesaikan. Nantinya
berusahalah untuk memulai. Karena
selesai atau tidak
lebih baik lagi.” cenderung diku- cara penyelesaian tidak perlu dijawab
itu urusan belakan-
tuk untuk bebas. dengan jawaban final. Yang penting
gan. Yang penting
Hanya saja banyak mulailah dulu untuk menyelesaikan.
visinya benar.”
tidak beraninya.” Nantinya selesai atau tidak itu urusan
belakangan. Yang penting visinya
benar.” Tutupnya.

120 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 121


THEEVENT THEEVENT

“1313”
prana, Ketua Umum MURI ini akan akan diselenggarakan pada:
Tanggal : 13 Mei 2008
Waktu : 09.00

APPRECIATE
Tempat : Lapangan Parkir Kampus Universitas Bunda Mulia
Jl. Lodan Raya No.2 Ancol Jakarta Utara
Selain memecahkan rekor MURI, acara “1313” ini juga akan diisi dengan berbagai
program acara menarik lainnya, seperti pameran karya desain, seminar, lomba,

TO BE
band, bazaar, street graffity, dan masih banyak lagi.

APPRECIATED
Sebagai media informasi yang mengandalkan kekuatan visual dengan gaya
bertutur atraktif dan komunikatif, komik adalah juga merupakan salah satu
daya tarik bagi peminat bidang keilmuan Desain Komunikasi Visual (DKV) yang
mengeksplorasi karya seni, ilustrasi dan bahkan mempengaruhi kajian multi-
media dalam implementasi pembelajaran pada jurusan komunikasi visual, tidak
terkecuali pada jurusan DKV Universitas Bunda Mulia.

Penyelenggaraan acara “1313” dengan tema “Appreciate to be Appreciated”


yang diselenggarakan oleh Fakultas Desain Komunikasi Universitas Bunda Mulia
ini merupakan wujud penghargaan terhadap eksplorasi seni, dalam menggali
potensi, prestasi, dan kreativitas mahasiswa/i UBM dan juga siswa/i UBM, yang
merupakan bagian dari visi Fakultas DKV UBM. Acara ini akan diselenggarakan
pada tanggal 12 -14 Mei 2008, dimana puncak acaranya adalah dengan melaku-
kan pemecahan rekor MURI terhadap Giant Comic bertemakan Global Warming,
yang akan menutupi bagian muka gedung Universitas Bunda Mulia.

Penganugerahan rekor MURi yang akan dihadiri langsung oleh Bapak Jaya Su-

122 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 123


COVERSTORY COVERSTORY

REFLECTION
OF KIATA
Cover edisi kali ini adalah hasil karya fotografer Gerard Adi dalam sebuah project
dengan “centre of concept” adalah busana rancangan fashion designer kenamaan
Kiata Kwanda.

Proses penciptaan konsep fotografinya adalah berusaha memunculkan konsep


fashion design yang dirancang oleh Kiata. Adi Prawira, art director yang menan-
gani konseptual project ini berpendapat bahwa seluruh rangkaian design busana
yang dibuat oleh Kiata memiliki tampilan yang sederhana walaupun dibuat
dengan proses yang rumit. “Kiata banyak menyampaikan muatan spiritual dalam
designnya.” Ungkap Adi. “Misalnya bahwa manusia harus selalu bercermin dan
melihat ke dalam diri sendiri untuk menemukan apa itu esensi.” Sambungnya. Adi
sendiri berpendapat bahwa Kiata lebih sebagai fashion artist daripada sekedar
fashion designer. Karya-karya Kiata sudah dipasarkan ke berbagai Negara di selu-
ruh dunia, walaupun nama Kiata sendiri kurang populer di Indonesia. Adi memu-
lai dari hal yang ingin ditampilkan dalam foto-foto yang dihasilkan yaitu: refleksi
diri, netralitas yang bersikap, kelembutan yang tegas. Dan untuk mencapai itu Adi
& Gerard yakin bahwa pemotretan kali ini tidak perlu didramatisir, sederhana tapi
“terasa”.

Adi mencoba menggali konsep pemotretan dari gambaran orang-orang yang


mengenakan pakaian ini. “Orang yang pakai semua design Kiata adalah orang-
orang yang wah, tapi saking wah nya mereka cenderung nggak mau menonjol,
nggak mau menonjol. Begitu juga dengan bajunya, bajunya sederhana, tapi tidak
murahan.” Tegas Adi.

124 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 125


COVERSTORY COVERSTORY

126 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 127


COVERSTORY COVERSTORY

bahwa manusia Senada dengan Adi, Gerard berpenda-


pat bahwa rancangan Kiata ini time-
memang diperlukan, bukan diada-ada
atau didramatisir.” Tambahnya.
harus selalu ber- less tidak ada batasan, kapan saja bisa
cermin dan me- dipakai, selalu up to date, tidak pernah Penggunaan warna dominan hitam di-

lihat ke dalam ketinggalan jaman. Untuk itu fotonya akui Gerard sebagai cara untuk menge-

diri sendiri un-


juga harus bisa memunculkan sesuatu luarkan kesan misterius dan tanpa ba-
yang kurang lebih sejalan. “Untuk tas. “Seolah-olah fotonya seperti dalam
tuk menemukan menghadirkan kesan itu, segala ses- ruangan tapi tidak ada batas yang jelas.

apa itu esensi.” uatunya tidak didramatisir berlebihan.


Mulai dari pose yang nggak aneh-aneh
Jadi kayak orang jenius terintimidasi
ruang yang nggak jelas batasannya.”
seperti typical foto fashion, ekspresinya Ungkapnya. “Hal yang mau dicapai
juga cenderung tidak berekspresi tapi adalah ketika foto yang disampaikan
tetap harus berisi. Make up dan skin persis seperti bajunya, yaitu simple tapi
“Hal yang mau tonenya juga dibuat yang tidak terlalu berkarakter. Semakin dilihat semakin Gerard menganggap, walaupun secara
dicapai adalah pasaran dan aneh-aneh.” Jelas Gerard. enak. Kesannya dewasa.” Sambungnya. visual pemotretan ini cukup sederhana,
ketika foto yang “Ibarat lagu, konsep baju dan foto ini namun tingkat kesulitannya sangat
disampaikan per- seperti lagu-lagu yang tidak mengek- Untuk menyempurnakan pemotretan tinggi. “Motret baju kayak gini nggak

sis seperti bajunya, sploitasi tekno, walaupun tetap elec-


tronic. Pelan tapi tetap ada hentakan.”
ini Gerard mendatangkan make up art-
ist yang pernah bekerjasama dengan-
boleh salah, karena kalau salah malah

yaitu simple tapi Sambungnya. nya dalam sesi pemotretan seri The
kelihatan jadul.” Ungkapnya. “Bersyu-
kur, kita semua yang bekerja di tim
berkarakter. Se- Next Big Thing beberapa tahun lalu, ini bisa menjiwai konsep pemikiran
makin dilihat se- Gerard mengakui bahwa rancangan Teddy Liem yang kini sudah menetap Kiata yang dituangkan dalam baju ini.
makin enak. Kesan- Kiata ini adalah bukan seri terbaru dari di Jepang. Selain itu Gerard dan tim Bahkan ketika bajunya pertama datang
nya dewasa.” Kiata, namun Gerard melihat ada satu juga sepakat memilih Listy sebagai ke studio dan dilakukan fitting, semua
kekuatan yang kuat dari rancangan ini model. Pemilihan Listy sebagai model yang melihat langsung merinding.
yaitu timeless. “Biarpun bajunya tidak diakui atas rekomendasi Kiata karena Karena bajunya simple but powerful.”
baru, tapi tidak ketinggalan jaman. postur Listy sangat cocok dengan Lanjutnya.
Kalau group band kayak U2, jadi walau- ukuran baju yang dibuat Kiata tersebut.
pun lama tapi tidak terjebak masa Sesi pemotretan sendiri berlangsung di Untuk mengeksekusi konsep tersebut,
lalu.” Ungkapnya. “Segala sesuatu yang studio Primacolor dengan mengguna- Gerard sengaja menggunakan teknik
dilakukan dalam pemotretan ini dibuat kan lighting equipment Broncolor dan dramatic lighting. “Lighting set up-
seperlunya. Memang ada angle yang Digital Back Phase One. nya nggak asal terang dan rata, tapi
agak ekstrim tapi itu dibuat karena cenderung dramatic, ada permainan

128 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 129


COVERSTORY COVERSTORY

gelap terang.” Ungkapnya. “Untuk mengeluarkan detail garis-garis pada bajunya, saya menggunakan spot attachment dari
beberapa arah. Bayangan pun saya minimize.” Sambungnya.
Untuk pemotretan kali ini Gerard sengaja tidak berlebihan memberi highlight seperti pada kebiasaannya sebelumnya.
“Highlight hanya saya gunakan seperlunya, misalnya untuk memberi dimensi, shape, dan memisahkan black on black.”
Jelasnya. “Saya bosan dengan foto-foto dengan highlight banyak dan foto yang lightignya bocor berlebihan. Sudah terlalu
banyak yang bikin gitu, makanya saya mau yang lain.” Sambungnya.
Total lighting equipment yang ia gunakan pada pemotretan kali ini berkisar antara 5 sampai 9 lampu. Namun semuanya
dikontrol dengan baik agar tidak bocor kemana-mana dan asal rata.

130 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 131


COVERSTORY COVERSTORY

132 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 133


COVERSTORY COVERSTORY

134 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 135


COVERSTORY COVERSTORY

136 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 137


COVERSTORY COVERSTORY

138 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 139


COVERSTORY COVERSTORY

140 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 141


COVERSTORY COVERSTORY

142 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 143


WHERETOFIND WHERETOFIND

JAKARTA Perhimpunan Fotografi Taru- CybiLens Jl. KH Hasyim Ashari No. 18, Jakarta POIsongraphy Satyabodhi
Telefikom Fotografi manegara PT Cyberindo Aditama, Mang- SUSAN + PRO ConocoPhillips d/a Ratu Prabu 2 Kampus Universitas Pasundan
Universitas Prof. Dr. Moestopo (B), Kampus I UNTAR Blok M Lt. 7 Ruang gala Wanabakti IV, 6th floor. Jl. Kemang raya No. 15 Lt.3, Jakarta jl.TB.Simatupang kav 18 Jl. Setiabudi No 190, Bandung
Jalan Hang Lekir I, JakPus PFT. Jl. Letjen S. Parman I JakBar Gatot Subroto, jakarta 10270 12730 Jakarta 12560 Himpunan Mahasiswa Planologi
Indonesia Photographer Pt. Komatsu Indonesia FSRD Trisakti e-Studio NV Akademie (HMP) ITB
Organization (IPO) Jl. Raya Cakung Cilincing Km. 4 FSRD Trisakti, Kampus A. Jl. Kyai Wisma Starpage, Salemba Tengah Jl. Janur Elok VIII Blok QG4 No.15 Gedung Labtek XI A, Jl Ganesha 10
Studio 35, Rumah Samsara, Jl. Jakarta Utara 14140 Tapa, Grogol. Surat menyurat: jl. No. 5, JKT 10440 Kelapa Gading permai Bandung 40132
Bunga Mawar, no. 27, Jakarta LFCN (Lembaga Fotografi Dr. Susilo 2B/ 30, Grogol, Jakbar VOGUE PHOTO STUDIO Jakarta 14240
Selatan 12410 Candra Naya) SKRAF (Seputar Kamera Ruko Sentra Bisnis Blok B16-17, TASIKMALAYA
Unit Seni Fotografi IPEBI (USF- Komplek Green Ville -AW / 58-59, Fikom) Tanjung Duren raya 1-38 BEKASI Eco Adventure Community
IPEBI) Jakarta Barat 11510 Universitas SAHID Jl. Prof. Dr. Shoot & Print Lubang Mata Jl. Margasari No. 34 Rt. 002/ 008,
Komplek Perkantoran Bank HSBC Photo Club Soepomo, SH No. 84, Jak-Sel jl. Boulevard Raya Blok FV-1 no. 4, Jl. Pondok Cipta Raya B2/ 28, Bekasi Rajapolah, Tasikmalaya 46155
Indonesia, Menara Sjafrud- Menara Mulia Lt. 22, Jl. Jendral 12870 Kelapa Gading Permai, jkt Barat, 17134
din Prawiranegara lantai 4, Jl. Gatoto Subroto Kav. 9-11, JakSel One Shoot Photography Q Foto SEMARANG
MH.Thamrin No.2, Jakarta 12930 FIKOM UPI YAI jl. Diponegoro no. Jl. Balai Pustaka Timur No. 17, BANDUNG PRISMA (UNDIP)
UKM mahasiswa IBII, Fotografi XL Photograph 74, JakPus Rawamangun, Jkt PAF Bandung PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa)
Institut Bisnis Indonesia (FOBI) Jl. Mega Kuningan Kav. E4-7 No. 1 Lasalle College Digital Studio College Kompleks Banceuy Permai Kav A-17, Joglo Jl. Imam Bardjo SH No. 1
Kampus STIE-IBII, Jl Yos Sudarso JakSel Sahid Office Boutique Unit D-E-F Jl. Cideng Barat No. 21 A, Jak-Pus Bandung 40111 Semarang 50243
Kav 87, Sunter, Jakarta Utara Kelompok Pelajar Peminat (komp. Hotel Sahid Jaya). Jl. Darwis Triadi School of Photog- Jepret MATA Semarang Photography
Perhimpunan Penggemar Fotografi SMU 28 Jend Sudirman Kav. 86, Jakarta raphy Sekretariat Jepret Lt. Basement Club
Fotografi Garuda Indonesia Jl. Raya Ragunan (Depan RS Pasar 1220 jl. Patimura No. 2, Kebayoran Baru Labtek IXB Arsitektur ITB, Jl Ganesha FISIP UNDIP
(PPFGA) Minggu) JakSel Jurusan Ilmu Komunikasi eK-gadgets centre 10, Bandung Jl. Imam Bardjo SH. No.1, Semarang
PPFGA, Jl. Medan Merdeka Selatan FreePhot (Freeport Jakarta Universitas Al-Azhar Indo- Roxy Square Lt. 1 Blok B2 28-29, Jkt Spektrum (Perkumpulan Unit DIGIMAGE STUDIO
No.13, Gedung Garuda Indonesia Photography Community) nesia Style Photo Fotografi Unpad) Jl. Setyabui 86A, Semarang
Lt.18 PT Freeport Indonesia Plaza 89, 1st Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Gedung jl. Raya Jatinangor Km 21 Sumed- Jl. Pleburan VIII No.2, Semarang 50243
Komunitas Fotografi Psikologi Floor baru, Jak-Sel, 12110 AMDI-B, Sunter JakUt, 14330 ang, Jabar Ady Photo Studio
Atma Jaya, JKT Jl. Rasuna Said Kav X-7 No. 6 LSPR Photography Club Neep’s Art Institute Padupadankan Photography d/a Kanwil Bank BRI Semarang, Jln.
Jl. Jendral Sudirman 51, Ja- PSFN Nothofagus (Perhimpu- London School of Public Relation Jl. Cideng Barat 12BB, Jakarta Jl. Lombok No. 9S Bandung Teuku Umar 24 Semarang
karta.Sekretariat Bersama Fakultas nan Seni Fotografi PT Freeport Campus B (Sudirman Park Office V3 Technology Studio intermodel Pandawa7 digital photo studio
Psikologi Atma Jaya Ruang G. 100 Indonesia) Complex) Mall ambassador Lt.UG/47. Jl. Prof Jl. Cihampelas 57 A, Bandung 40116 Jl. Wonodri sendang raya No. 1068C,
Studio 51 PT Freeport Indonesia Plaza 89, 1st Jl. KH Mas Mansyur Kav 35 Dr. Satrio, Kuningan, Jakarta Lab Teknologi Proses Material ITB Semarang
Unversitas Atma Jaya, Jl. Jendral Floor Jakarta Pusat 10220 Cetakfoto.net Jl. Ganesha 10 Labtek VI Lt. dasar, Kloz-ap Photo Studio
Sudirman 51, Jakarta Jl Rasuna Said Kav X-7 No. 6 FOCUS NUSANTARA Kemang raya 49D, Jakarta 12730 Bandung Jl. Kalicari Timur No. 22 Semarang

144 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 145


WHERETOFIND WHERETOFIND

DINUSTECH Jurusan Fotografi MALANG MEDAN PONTIANAK GORONTALO


Jl. Arjuna no. 36, Semarang Fakultas Seni Media Rekam MPC (Malang Photo Club) Medan Photo Club Pontianak Deviantart Masyarakat Fotografi
50131 Institut Seni Indonesia Jl. Pahlawan Trip No. 25 Malang Jl. Dolok Sanggul Ujung No. 4 Samping CP: Bryan Tamara Gorontalo
Jl. Parangtritis Km. 6,5 Yogyakarta JUFOC (Jurnalistik Fotografi Kolam Paradiso Medan, Sumatra Utara 0818198901 Graha Permai Blok B-18, Jl.
SOLO Kotak Pos 1210 Club) 20213 Rambutan, Huangobotu,
HSB (Himpunan Seni Ben- UKM Fotografi Lens Club student Centre Lt. 2 Universitas UKM FOTOGRAFI USU KALTIM Dungingi, Kota Gorontalo
gawan) Universitas Sanata Dharma Muhammadiyah Malang. Jl. Raya Jl. Perpustakaan no.2 Kampus USU Badak Photographer Club (BPC)
Jl. Tejomoyo No. 33 Rt. 03/ 011, Mrican Tromol Pos 29 Yogyakarta Tlogomas No. 246 malang, 65144 Medan 20155 ICS Department, System Support AMBON
Solo 57156 55281 UKM KOMPENI (Komunitas Section, PT BADAK NGL, Bontang, Performa (Perkumpulan
Lembaga pendidikan seni Mahasiswa Pecinta Seni) BATAM Kaltim, 75324 Fotografer Maluku)
dan design visimedia college SURABAYA kampus STIKI (Sekolah Tinggi Batam Photo Club KPC Click Club/PT Kaltim Prima jl. A.M. Sangadji No. 57 Am-
Jl. Bhayangkara 72 Solo Himpunan Mahasiswa Pengge- Informatika Indonesia) Malang, Jl. Perumahan Muka kuning indah Blok Coal bon. (Depan Kantor Gapensi
mar Fotografi (HIMMARFI) Raya Tidar 100 C-3, Batam 29435 Supply Department (M7 Buliding), kota Ambon/ Vivi Salon)
YOGYAKARTA Jl. Rungkut Harapan K / 4, Surabaya PT Kaltim Prima Coal, Sangatta
Atmajaya Photography club AR TU PIC JEMBER PEKANBARU ONLINE PICK UP
Gedung PUSGIWA kampus UNIVERSITAS CIPUTRA Waterpark UFO (United Fotografer Club) CCC (Caltex Camera Club) SAMARINDA POINTS:
3 UAJY, jl. babarsari no. 007 Boulevard, Citra Raya. Surabaya Perum taman kampus A1/16 Jember PT. Chevron Pasific Indonesia, SCM- MANGGIS-55 STUDIO (Samarin- www.estudio.co.id
yogyakarta 60219 68126, Jawa Timur Planning, Main Office 229, Rumbai, da Photographers Community) http://charly.silaban.
“UKM MATA” Akademi Seni FISIP UNAIR Univeritas Jember (UKPKM Pekanbaru 28271 Jl. Manggis No. 55 Voorfo, Sa- net/
Rupa dan Desain MSD JL. Airlangga 4-6, Surabaya Tegalboto) marinda Kaltim www.studiox-one.com
Jalan Taman Siswa 164 Yogya- Hot Shot Photo Studio Unit Kegiatan Pers Kampus Maha- LAMPUNG
karta 55151 Ploso Baru 127 A, Surabaya, 60133 siswa Universitas Jember Malahayati Photography Club SOROWAKO
Unif Fotografi UGM (UFO) Toko Digital jl. Kalimantan 1 no 35 komlek ged. Jl. Pramuka No. 27, Kemiling, Bandar Sorowako Photographers
Gelanggang mahasiswa UGM, Ambengan Plasa B23. jl Ngemplak PKM Universitas Jember 68121 Lampung, 35153. Lampung-Indonesia. Society
Bulaksumur, Yogya No. 30 Surabaya Telp. (0721) 271114 General Facilities & Serv. Dept -
Fotografi Jurnalistik Club Sentra Digital BALI DP. 27, (Town Maintenance) - Jl.
Kampus 4 FISIP UAJY Jl Babar- Pusat IT Plasa Marina Lt. 2 Blok A-5. Magic Wave BALIKPAPAN Sumantri Brojonegoro, SOROWAKO
sari Yogyakarta Jl. Margorejo Indah 97-99 Surabaya Kubu Arcade at Kuta Bungalows FOBIA 91984 - LUWU TIMUR, SULAWESI
FOTKOM 401 Bloc A3/A5/A6 Jl. Benesari, Indah Foto Studio Komplek Ruko SELATAN
gedung Ahmad Yani Lt.1 TRAWAS Legian-kuta Bandar Klandasan Blok A1, Balikpapan
Kampus FISIPOL UPN “Veteran” VANDA Gardenia Hotel & Villa 76112
Jl Babasari No.1, Tambakbayan, Jl. Raya Trawas, Jawa Timur
Yogyakarta, 55281

146 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 147

You might also like