Professional Documents
Culture Documents
FREE
FOTOGRAFER
JARANG
PT Imajinasia Indonesia, Banyak orang mengambil keputusan besar dalam hidupnya untuk serius di
Jl. Pelitur No. 33A, fotografi karena fotografi semakin banyak peminatnya. Semakin banyak artinya
semakin populer, semakin populer artinya semakin bisa dijual. Akhirnya banyak
COVER: www.thelightmagz.com
yang memilih untuk mengikuti sesuatu yang banyak peminatnya, kamera yang
FOTOGRAFER: GERARD ADI Pemimpin Perusahaan/ paling laku, aliran fotografi yang paling populer, komunitas yang paling ramai,
FASHION BY: KIATA KWANDA Redaksi: Ignatius Untung,
dan lain sebagainya.
ART DIRECTOR: ADI PRAWIRA Eksis di lingkungan yang berkiblat kepada kepupoleran dan kebanyak membuat
Technical Advisor: Gerard Adi, The Light memilih untuk mengambil jalur yang berlawanan, yaitu jalur jarang. Ini
DIGITAL IMAGING BY:
Redaksi: redaksi@thelightmagz. dilakukan bukan karena The Light takut bersaing dengan media lain yang sudah
C! Production
menakdirkan diri pada kiblat kepopuleran. Jalur jarang yang ditempuh The Light
MAKE UP BY: TEDDY LIM com, Public relation: Prana justru dimaksudkan untuk bersaing dengan media apapun, dalam arti positif ten-
MODEL: LISTY Pramudya, Kontributor: Novijan tunya. Menjadi jarang tidak berarti tidak laku, menjadi jarang tidak berarti tidak
populer, menjadi jarang tidak berarti tidak bisa mengikuti trend. Bagi The Light
Sanjaya, Thomas Herbrich, Iklan:
menjadi jarang berarti menjadi spesial, menjadi spesifik, menjadi unik dan tidak
marketing@thelightmagz.com - pasaran, memiliki karakter dan prinsip, menjadi tak tersaingi, memilih menjadi
pencipta trend daripada mengikuti trend yang sudah penuh sesak.
0813 1100 5200, Sirkulasi: Maria
Untuk itu pada edisi yang semakin menunjukkan “isi” The Light ini, kami hadirkan
“Hak cipta semua foto dalam
majalah ini milik fotografer yang Fransisca Pricilia, fotografer-fotografer jarang. Jarang baik dari spesialisasinya, jarang dari segi pola
bersangkutan, dan dilindungi oleh pikirnya, jarang dari segi kualitasnya yang prima dan jarang dari keberaniannya
Undang-undang. Penggunaan sirkulasi@thelightmagz.com,
foto-foto dalam majalah ini sudah berdiri sendirian terpisah dari banyak orang yang hanya berani di kerumunan.
seijin fotografernya. Dilarang Graphic Design: ImagineAsia,
menggunakan foto dalam ma- Semoga kehadirannya menginspirasi semua yang membaca untuk berani menun-
jalah ini dalam bentuk / keperluan Webmaster: Gatot Suryanto
apapun tanpa ijin tertulis pemi- jukkan warnanya sendiri, bukan warna idolanya, warna kerumunannya.
liknya.”
The Light
ARDILES
RANTE,
MENAMPILKAN
LEBIH DARI
SEKEDAR FOTO
Kurang lebih setahun terakhir kami menghadirkan fotografer jurnalis yang
bekerja di institusi media yang cukup dikenal dengan nama-nama yang juga
dikenal. Kali ini kami berkunjung ke Bali untuk menemui Ardiles Rante, seorang
fotografer freelance yang memulai karirnya sebagai fotografer jurnalis dan kini
mulai menspesialisasikan diri pada editorial photography.
Nama Ardiles mungkin tidak setenar nama-nama besar seperti Oscar Motuloh,
Julian Sihombing, Arbain Rambey dan nama-nama besar lain di bidang fotografi
jurnalis namun belakangan ini Ardiles mulai muncul atau setidaknya terdengar
melalui seri foto dokumenter mengenai perburuan ikan paus di Lamalera yang
memenangkan beberapa penghargaan dari institusi yang memberi penghar-
gaan terhadap karya-karya terbaik dunia terutama di bidang jurnalistik di tingkat
internasional.
main sinetron
juga sempat mengenyam pendidikan
kursus foto jurnalistik yang diadakan
orang ini malah galeri Antara. “gue ini kayak militan,
talented dan
pada akhirnya Ardiles memilih un-
tuk menjadi fotografer dokumenter
edan-edanan.” lepasan.
dari foto lum minum tuak pun mereka berdoa. kurangnya apresiasi terhadap karya Permasalahan-
jurnalis di Tidak ada yang dapat memberhentikan dan profesi fotografer jurnasli oleh
nya good news
Indonesia.
mereka selain Tuhan. Mereka per-
caya jika Tuhan berkata selesai, maka
media massa Indonesia. “Lo nggak
bakal hidup sejahtera dari foto jurnalis is not come ev-
Fotografer mereka pun akan selesai. Pernah suatu di Indonesia. Fotografer jurnalis di In- eryday. Kalao
jurnalis di saat ketika sudah beberapa lama tidak donesia berhadapan dengan kapitalis
news, momen
Indonesia
turun hujan di daerah mereka, seorang
dari mereka berkata “Bapa kami ingin
dan ketidakadilan media. Mulai dari ba-
yaran yang kelewat murah, tidak adan- datang setiap
berhadapan hujan.” Dan benar saja dalam beberapa ya asuransi perlindungan diri hingga hari mungkin
dengan saat turunlah hujan.” Sambungnya. kamera yang terkadang milik pribadi.” boleh saja diba-
kapitalis dan Tegasnya. “Bayangkan di Indonesia
yar Rp.150 ribu
ketidakadilan
Kisah menarik penduduk Lamalera
membawa Ardiles menghabiskan
motret jurnalis cuma dihargai Rp.150
ribu per foto, padahal ongkosnya bera- per foto.”
media.” waktunya lebih dari sebulan untuk
lebih mengenal fenomena hidup set-
pa, untuk makan saja impas, belum lagi
resiko yang dihadapi. Lebih parahnya
empat. “Ada seorang juru tikam paus lagi copyrightnya juga nggak dighar-
yang pernah terseret paus hingga ke gai. Permasalahannya good news
dasar laut dan ketika muncul kembali is not come everyday. Kalao news,
kan sehari-hari dan selebihnya untuk
ke permukaan setelah 3 jam ia masih momen datang setiap hari mungkin
dibarter dengan jagung dan bahan
hidup.” Kenangnya. Namun sayangnya boleh saja dibayar Rp.150 ribu per
makanan lain. Setiap paus yang diper-
pengabdiannya yang total kepada foto.” Sambungnya. Kondisi ini sangat
oleh diprioritaskan untuk janda dan
dokumentasi kehidupan menarik di berbeda dengan di Eropa di mana tiap
yatim piatu. Ahli tikam paus pun bukan
Lamelara ini tidak mendapat dukun- foto diharga antara 30 hingga 40 USD.
orang sembarangan, mereka harus
gan positif dari media massa dalam “Bahkan kalau foto yang dipakai lebih
suci. Jika mereka sudah beristri, mereka
negeri. “Gue menawarkan foto gue ke dari 2, mereka pun menerapkan harga
tidak boleh berhubungan sex dengan
3 media massa nasional dan semuanya borongan atau daily rate sebesar 3 juta
istrinya selama 6 bulan terakhir sebe-
tidak tertarik. Ada yang menolak ada hingga 4 juta rupiah per harinya. Kalau
lum akhirnya boleh menikam paus. Di
yang menggantungnya dan tidak di Indonesia media mau menghargai
situ menariknya.” Ungkapnya. “Mereka
lebih banyak lagi mungkin akan lebih nggak ketulungan, tapi berapa mer- “Beberapa waktu
“Saya sering
baik. Nggak perlu disamakan dengan eka menghargai foto jurnalis, sangat
yang lalu selu-
ketemu rekan
media di Eropa, kalau daily ratenya
1 sampai 1,5 juta rupiah per hari saja
rendah. Padahal jika mereka memba-
yar dengan angka yang pantas, maka
ruh scriptwriter di
sesama foto sudah cukup.” Ungkapnya. “Bayangkan fotografer jurnalis juga akan lebih Amerika melaku-
jurnalis yang som- New york Time.com yang notabene terpacu untuk bikin foto yang bagus kan aksi mogok
bong hanya karena adalah portal berita bisa punya hit juga.” Sambungnya. bersama menuntut
bekerja untuk me-
hingga puluhan juta hit per harinya. perbaikan harga
dia besar. Padahal
Itu karena mereka mau menyebar Kurang idealnya penghargaan terh- jasa mereka. Nah
jika ID cardnya di-
fotografer kemana-mana, ke seluruh adap fotografer jurnalis selain dipicu
kita butuh kekom-
cabut juga belum
pelosok dan dihargai dengan harga ba-
gus. Sehingga beritanya jadi up to date
oleh ulah media massa yang kurang
menghargai fotografer jurnalis juga
pakan seperti itu
tentu mereka bisa dan menarik. Ujung-ujungnya hitnya disebabkan oleh ketidak-kompakan supaya para fo-
bersaing.” tinggi dan pemasukan iklan pun jadi pekerja pewarta foto itu sendiri. “Saya tografer jurnalis
banyak sehingga biaya untuk meng- sering ketemu rekan sesama foto punya daya tawar
hargai fotografer jurnalis terbayar. jurnalis yang sombong hanya karena terhadap media
Media di sini harusnya juga bisa, coba bekerja untuk media besar. Padahal jika
ID cardnya dicabut juga belum tentu
massa.”
saja lihat berapa keuntungan yang bisa
didapatkan oleh media local, besarnya mereka bisa bersaing.” Ungkapnya.
30 EDISI XII / 2008 EDISI XII / 2008 31
MASTERTOM MASTERTOM
- AND DOES IT
their photos… let’s not talk about.
entire personality and love. They are
The visual orientated people – the real
interested in technique as far as it helps
to get good shots.
PHOTOS?
photography as a hobby, and you are
talk and are to- your own boss with it. In your photos
tally dedicated to one can see: your personality. This
their equipment. might be not clear to you.
Okay. The techni- Here are some points to find out:
Today I start my monthly column. May I introduce myself: My name is Thomas
Herbrich, and I am a professional photographer. I do the spectacular and complex
cal process is their - Do you prefer the long lens or the
photos, for advertising and editorial. My studio is located in Dusseldorf, Germany, main thing (always wide angle? Do you love to be within
but I work everywhere. men!), and their the action, or do you better keep
distance?
It’s a pleasure for me, to speak to you regularly here in THE LIGHT. In the future photos… let’s not - Do you photograph people or
you can read about my own “heroic deeds” as well as notes on how to set light, or talk about. flowers? Like to get in contact with
how to do better night shots, and so on. unkown persons?
long do you have this feeling ? the wall, and by the time you’ll see the
- Do you archive your pictures system- progress in your style. Be happy with it!
Photographer atically – or do you have always to
never portrayed search? Is it possible, to judge the photog-
but his
Seems to be very trivial questions, pictures? A little bit: At our regular
but when you answer them, you learn photographers meeting we always
character. what’s behind them. Photographer
never portrayed in his pictures, but his
have a little cold buffet. By watching its
arrangement, I’ll recognise which kind
character. Check your photos under of photographer brought it:
these circumstances. Take heart! - the architectural photographer? Then
the dishes are positioned in square,
I know photographers, amateurs as everything is decorated in right angle.
well as professionals, who are always - The advertising photographer? Then
dissatisfied with their photos. Many all the food is presented in best china, napkins are a good ones and nicely
of them don’t know their fortes and folded, and there are some flowers.
weaknesses, and so they photograph - The fashion photographer? Then
the wrong themes. everything is “poured” over the table,
The impatience, hectic guy never gets
Try to find your but elegant. Not tidy. He has the most
personal theme,
elegant architectural shots! But maybe elegant napkins.
he is best for party-photography. - The photojournalist? The buffet con-
- Do you like graphic looking scenes in
architectural photography? How is An architectural photographer couldn’t and by the time tains only few things, most of it is still
your home looking – always cleared do that at all! you’ll become a in the package, dishes is of different
up?
- Do you take several numerous pic-
I had to learn this myself. As a profes-
sional you can photograph everything,
master in it. styles and no napkins at all.
tures at a shooting, and choose the but of course you are better in some I never told that to my colleagues, oth-
good one later, or do you wait for the themes than in others. I personally erwise I would have to do every buffet
perfect moment? would love, if I could shoot like Helmut in the future…
- Do you know, when you catched the Newton – but that’s not me. And Mr.
perfect shot, or let surprise yourself in Newton couldn’t shoot, what I can. Always good light!
the final selection at home? My advice: Try to find your personal
- Are you proud of your photos? Are theme, and by the time you’ll become Master Tom
you happy with a good shot, and how a master in it. Hang your photos on www.herbrich.com
EKSOTISME
FASHION
BAWAH LAUT
WINDIARTO
CHANDRA
Beberapa saat yang lalu dunia fotografi Indonesia digemparkan oleh munculnya
sebuah buku yang berisi seri foto fashion underwater. Pemotretan fashion un-
derwater ini memang bukan yang pertama, namun dari segi kualitas, cukup bisa
“membentak” pelaku fotografi Indonesia yang beberapa tahun belakangan ini
terkesan hanya banyak “bergumam”. Adalah Windiarto Chandra sang fotografer
yang merasa beruntung dapat merealisasikan project ini. Didukung oleh Nadine
Chandrawinata yang seorang mantan Putri Indonesia sebagai model dan partner
berdiskusi konsep pembuatan seri foto ini.
Windiarto atau biasa dipanggil Wiwin mengenal fotografi ketika duduk di SMA
pada tahun 1989. Empat tahun kemudian ia terjun ke dunia professional sebagai
fotografer fashion. “Banyak orang berpikir to be a fashion photographer is very
cool. Mereka nggak mikir konsep dan lain sebagainya. Akhirnya nggak maju-
maju. Yang top dan muncul di permukaan yang itu-itu lagi.” Ungkapnya di awal
pembicaraan kami. “Bagi sebagian orang menjadi fotografer prosesnya adalah
membeli kamera, memotret lalu cetak kartu nama. Padahal nggak sesederhana
itu.” Sambungnya.
equipment.
inan di mana banyak orang pakai jas,
kok malah pakai kaos.” Sambungnya.
Tahu diri deh. Wiwin salut dan sangat menghor-
BEING A
menjadi pekerjaan yang penuh resiko. sedang berada di sebuah gedung, cara
mereka membuat public figure itu
RV, seorang pengamat fotografi dari keluar dari gedung itu adalah dengan
PAPARAZZI
Amerika Serikat mengatakan bahwa membunyikan alarm kebakaran atau
pada tahap awal paparazzi memulai memberikan ancaman bom melalui
pekerjaan mereka dengan menunggu telepon sehingga seluruh isi gedung
di jalan-jalan utama serta publik area dievakuasi.
dengan berharap ada public figure Menurut RV, bahkan pernah seorang
yang lewat untuk diabadikan. Namun paparazzi yang sedang mengincar
kebanyakan dari mereka memiliki Catherine Zeta-Jones sengaja mena-
network yang kuat yang bisa memberi brakkan diri ke mobil Zeta-Jones untuk
Pada tahun 1997, dunia berduka atas tewasnya Putri Diana. Namun saat itu pula mereka informasi mengenai rencana membuatnya berhenti dan keluar dari
dunia secara keseluruhan mulai mengenal istilah paparazzi walaupun paparazzi public figure akan pergi ke suatu tem- mobil dan memotretnya.
sudah ada sejak puluhan tahun sebelumnya, namun tewasnya Putri Diana ketika pat. Sumber informasi ini bisa mulai
sedang melarikan diri dari kejaran paparazzi ikut mempopulerkan istilah paparaz- dari pekerja di restoran, hotel, salon RV berpendapat bahwa menjadi pa-
zi. hingga orang dalam yang merupakan parazzi terkadang lebih banyak menge-
pegawai sang public figure itu sendiri. luarkan uang daripada menghasilkan
Ada begitu banyak paham yang mencoba mendifinisikan paparazzi dengan Paparazzi biasanya berbagi informasi uang. Walaupun ketika menghasilkan
versinya masing-masing. Tapi secara garis besar paparazzi bisa dibilang sebagai dengan mereka. uang, ia bisa menutupi biaya hidup
profesi fotografer yang tanpa kenal lelah berburu kesempatan untuk bisa me-
motret selebriti, public figure dan keluarganya secara candid. Biaya yang dikeluarkan oleh seorang
Istilah paparazzi sendiri muncul pada tahun 1960 pada film “La Dolce Vita” arahan paparazzi cukup besar, mulai dari
sutradara Federico Fellini, walaupun puluhan atau bahkan ratusan tahun sebe- bayaran atas informasi yang dida-
lumnya diyakini profesi paparazzi sudah ada dalam nama lain. Dalam film itu pat, hingga sampai peralatan yang
Fellini membuat sebuah tokoh seorang fotografer berita yang bernama paparaz- perlu mereka sewa. Tidak sedikit dari
zo. Dalam buku Words & Phrase origin, Robert Hendrickson mengatakan bahwa paparazzi tersebut yang berani men-
Fellini mengambil kata paparazzo dari teman kuliahnya yang berbicara dan geluarkan uang untuk menyewa boat
bergerak dengan cepat, ia diberi nama panggilan “paparazzo” atau dalam bahasa hingga helicopter.
Italia juga berarti nyamuk.
Teknik dan siasat yang mereka guna-
Paparazzi pada awalnya adalah fotografer jalanan yang mencoba mengejar berita. kan pun tidak jarang berbahaya dan
Namun karena kebutuhan akan dunia infotainment yang begitu besar, paparazzi melanggar hukum. Misalnya ketika
mencoba memanfaatkannya dengan memotret candid public figure atau keluar- public figure yang sedang mereka incar
ganya. Saat itulah pekerjaan yang dimulai dengan begitu sederhananya berubah
dan ongkos kerjanya selama berbulan- fotografer yang berdomisili di Bali yang
bulan atau bahkan bertahun-tahun. ada di rubrik ini kami sempat bertemu
mobil Zeta-Jones untuk melindunginya dari tuntutan “Semua media dan infotainment bisa
bernilai, karena tidak ada eksklusifitas. itu kalau ada bintang sinetron yang
tertangkap kamera sedang bermesraan
DE melihat peluang menjadi paparazzi di Indonesia masih terbuka lebar. “Coba di pantai dengan orang lain, seharus-
bayangkan, media-media barat berani mengirimkan fotografernya untuk pergi ke nya nggak usah takut untuk dijual ke
Indonesia untuk mengejar selebriti mereka yang sedang berlibur ke Bali. Padahal media, karena ia melakukan di tempat
di Indonesia dan di Bali sendiri banyak fotografer yang juga mampu melakukan umum. Dan apapun yang terjadi di
pekerjaan itu.” Ungkapnya. Artinya kalau saja fotografer Indonesia melihat pelu- tempat umum adalah milik umum.
ang ini, maka media-media luar tidak perlu keluar uang banyak untuk mengirim Artinya selebriti yang dipotret tidak
fotografernya ke sini. “Namun memang, sayangnya fotografer Indonesia masih bisa menuntut.” Ungkapnya.
belum tau mau jual kemana fotonya jika mereka menjadi paparazzi.” Tambahnya.
Namun DE mengakui walaupun secara
DE menjelaskan betapa anehnya media matematis memberikan kesempatan
Indonesia. “Lihatlah infotainment kita, kepada fotografer local lebih murah
berita yang sama pasti anglenya juga bagi media luar ketimbang men-
sama. Gaya liputannya juga sama. girimkan fotografernya ke sini untuk
“Paparazzi In-
Mereka kalau dapat berita, langsung mengikuti selebriti tertentu, namun
hal yang paling sulit didapatkan adalah donesia paling
ngabarin rekan infotainment lain. Akh-
irnya nggak ada eksklusifitas, makanya mendapat kepercayaan dari media apes resikonya
harganya murah.” Tegasnya. “Bahkan luar. “Apakah kita bisa? Itu yang ada di dimarahin, di-
foto-foto skandal artis yang beredar benak mereka. Tapi kalau kita sudah
omelin dan
di internet sekalipun seharusnya bisa bisa membuktikan bahwa kita bisa,
maka selanjutnya lebih enak.” Jelasnya. ditonjok oleh
bodyguard sang
menghasilkan uang banyak ketika
dijual ke media.” Sambungnya.
PIPING,
KESEDERHA-
NAAN
SURFER SEJATI
Mungkin banyak orang yang berimajinasi penampilan dan tampang fotografer-
fotografer yang pernah masuk ke dalam majalah ini karena kami sangat jarang
menampilkan fotonya. Sebagaian besar menebak dan menggambarkan fo-
tografer yang pernah tampil di majalah ini pastilah fotografer yang berpenampi-
lan modis, tidak kelewat mencolok cara berpakaiannya namun enak dilihat dan
seakan-akan mampu memancarkan aura dan wibawa yang luar biasa.
Sebagian dari seluruh nara sumber yang kami hadirkan di sini memang ber-
penampilan seperti itu, namun tidak semua. Beberapa bulan yang lalu ketika
kami berkesempatan melancong ke Bali kami berkesempatan untuk bertemu
dan berbincang-bincang dengan seorang fotografer yang cukup dikenal di sana
karena kecintaannya terhadap obyek fotonya. Lelaki itu bernama Piping, seorang
fotografer surfing yang begitu mencintai surfing.
Yang cukup mengejutkan bagi kami dan mungkin membuat gambaran anda ter-
hadap fotografer professional menjadi salah adalah penampilannya yang sangat
bersahaja. Namun harus kami akui justru hal itulah yang pertama kali membuat
kami berjaga-jaga. Bertemu dengan Piping di kantornya yang saat itu hanya me-
makai celana pendek dan bertelanjang dada, membuat kami justru berpikir, “wah
orang ini pasti sakti banget sampai tidak butuh penampilan necis bak seorang
fotografer terkenal dalam menghadapi orang-orang media seperti kami.”
kinlah bahwa kamu gai orang lain, pasti nggak akan bisa.
mendadak.” Jelasnya. “Untuk belajar di rumah, cobalah tonton film surfing dan
pegang remote lalu belajar menangkap action & timing dengan memencet pause
pada saat yang tepat. Kalau gambar yang di-pause bagus artinya sudah berhasil.”
Lanjutnya.
“FILOSOFI
tersebut. Nama restoran atau tempat
makan yang paling banyak disebutkan
“Sebagai se-
orang yang saya tanyai saya datangi
MAKAN”
dan saya coba.” Jelasnya. “Tapi sebelum
mencicipi, saya sudah mempersiapkan orang fo-
mental saya untuk berusaha memaha-
tografer food
mi selera mereka. Jadi suka atau tidak
saya harus bisa
SEORANG FOOD
suka terhadap makanan tersebut saya
berusaha untuk mengerti bahwa itu memunculkan
adalah selera setempat.” Sambungnya. sisi lezat dari se-
PHOTOGRAPHER tiap makanan,
Kami pun tidak cukup puas dengan
termasuk maka-
jawaban tersebut dan segera melon-
tarkan pertanyaan lanjutan, “kenapa
harus mengerti selera penduduk set- nan yang saya
Penampilan perdana rubrik ini kami berkesempatan mengajak makan siang empat pak?”. Iswanto pun menjawab,
tidak suka. Nah
Iswanto Soerjanto, seorang fotografer professional yang menspesialisasikan “Pekerjaan saya adalah memotret, dan
sebagian besarnya makanan. Saya bagaimana saya
bisa memuncul-
dirinya pada food photography. Sepsialisasinya pada food photography lah yang
membuat kami yakin untuk mengajaknya makan siang bersama untuk sedikit tidak bisa memilih hanya makanan
menggali gaya hidup dan pemikirannya mengenai food photography. yang saya suka saja yang saya potret, kan sisi lezatnya
sementara yang saya tidak suka atau
kalau saya send-
iri tidak beru-
“Mau makan di mana?” tanyanya saat kami hendak berangkat dari studionya di tidak doyan saya tolak atau saya
bilangan kemang. “Terserah pak Is, tempat favoritnya pak Is di mana? Kita datangi potret dengan hasil yang kurang baik.”
saja.” Jawab kami. Kamipun berangkat menuju sebuah restoran Pawon Solo di Jelasnya. “Sebagai seorang fotografer saha mencari
bilangan Kemang. Di perjalanan Iswanto sempat bercerita bahwa ia baru saja food saya harus bisa memunculkan sisi
letak kelezatan-
berkeliling ke 3 kota di Jawa Tengah untuk mencicipi 180 menu makanan hanya
dalam waktu 1 minggu. Jumlah yang luar biasa untuk ukuran normal. Namun
lezat dari setiap makanan, termasuk
makanan yang saya tidak suka. Nah nya.”
Iswanto segera menjelaskan bahwa mereka hanya mencicipi sedikit dari setiap bagaimana saya bisa memunculkan
makanan saja, agar tidak kekenyangan dalam mencicipi menu sebanyak itu. sisi lezatnya kalau saya sendiri tidak
berusaha mencari letak kelezatannya.”
Kami pun semakin penasaran dan mulai bertanya, “Makanan favorit Pak Is apa Sambungnya.
sih?”. Ia pun menjawab bahwa ia termasuk orang yang makan segala macam
makanan. “Makanan favorit saya banyak. Apa saja saya makan. Biasanya kalau Seperti dugaan kami, rubrik ini tidak
datang ke suatu daerah saya selalu mencari tahu apa makanan favorit daerah akan menjadi sekedar rubrik lifestyle
FREEZING
SMOKE
Dalam dunia komersial fotografi, asap merupakan salah satu elemen yang bisa
memberi nilai tambah pada visual. Misalnya saja pada pemotretan makanan-
makanan yang biasa disajikan panas. Kehadiran asap menjadi suatu bimbu yang
seolah-olah memberi konfirmasi lezatnya makanan tersebut melalui aroma dan
kehangatannya.
Contoh lain adalah visual asap atau kabut pada pemotretan landscape dan hu-
man interest. Asap atau kabut bisa menimbulkan kesan tertentu yang membuat
foto bisa jauh lebih menarik, walaupun juga bisa jauh lebih jelek.
Sumber asap yang kita pergunakan kali ini berupa anti nyamuk bakar atau rokok.
Perbedaan sumber asap dapat menghasilkan warna dan karakter yang berbeda.
Anda pun disarankan untuk mencoba berbagai macam sumber asap.
Teknik dasar atau kunci lighting untuk menangkap visual asap dengan baik dalam
fotografi adalah backlight atau side light. Ketika diberi sumber cahaya dari samp-
ing atau belakang, asap bisa timbul seperti asap, namun ketika diberi cahaya dari
depan (dari arah kamera) maka asap akan timbul seperti gumpalan putih saja.
FOTOGRAFER
MENTAL
KERAMAIAN &
KEBETULAN
Banyak pihak menganggap dunia fotografi Indonesia sedang berada dalam masa
keemasan, masa kejayaan. Namun kami dan sebagai orang lainnya justru melihat
dunia fotografi Indonesia sedang menghadapi tantangan dan masalah besar.
Beberapa “dosa-dosa” fotografer yang kami ungkapkan di edisi terdahulu menjadi
sebagian kecil buktinya. Banyak yang tidak setuju dengan pernyataan ini dan
kami pun menganggapi komentar dan ketidaksetujuan tersebut sebagai sesuatu
yang harus dihormati juga. Begitu juga mereka yang memilih untuk sepemikiran
dengan kami. Untuk mencari jawabannya kami pun berbicara dengan Siddhartha
Sutrisno atau yang biasa dipanggil Aris, seorang pekerja sinematografi yang juga
dosen seni dan filsafat di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Pembicaraan
kami dengan Aris bukanlah pembicaraan yang ringan, melainkan pembicaraan
yang berat seperti banyak pembicaraan ahli atau pengamat filsafat pada umum-
nya dan bisa jadi sangat membosankan dan sulit dimengerti oleh orang yang
tidak terlalu tertarik menyimak. Namun kami merasa sangat tercerahkan akan
pembicaraan tersebut.
Fotografi lahir dari jaman modern, pada tahun 1500an bersamaan dengan filsafat
modern lahir. Filsafat modern lahir dengan berusaha mendobrak dan memu-
tarbalikkan teori filsafat sebelumnya yang menganut seni dengan adi manusia
“Di Indonesia, sebagai subjectnya. “Dulu seni selalu ekonomi, termasuk pada akhirnya
“Dan orang yang
fotografinya
dihubungkan dengan sesuatu yang
adi manusia, yang bersifat ketuhanan,
dijadikan bisnis.” Jelasnya. Pada saat
itu aliran naturalis dan realis seolah- selalu ikut arus bi-
banyak nemu yang ritual. Namun ketika era modern olah ditinggalkan dan mati karena ada asanya semangat-
yang nggak muncul manusialah yang menjadi fotografi. nya semangat keru-
munan. Beraninya
sengaja, bukan
subjectnya.” Ungkapnya. Teori modern Setelah itu muncullah aliran expresio-
berusaha mendewasakan manusia. nis. Setelah aliran expresionis muncul beramai-ramai. Ka-
nemu yang be- Untuk itu mulai saat itu mesin-mesin dan tumbuh muncul era post modern
lau manusia selalu
rawal dari se- diciptakan karena rasio menjadi dewa. di mana mereka mempertanyakan
ikut kerumunan,
mangat Jaman modern ditandai dengan pola
pikir bahwa segala sesuatu yang
ternyata mesin lebih banyak meng-
hancurkan daripada menghidupkan. maka ia tidak akan
penemuan.” memudahkan manusia akan dibuat. Semangat modern yang selalu harus punya suara sendiri
Berbagai macam mesin diciptakan ter- menaklukan, maju dan berkembang yang kuat, tidak
masuk salah satunya kamera. Kamera ternyata membuat banyak kehancuran. punya warna yang
diciptakan untuk menghadirkan ke- menonjol karena
mudahan menghasilkan gambar yang
sifatnya sifat keru-
sebelumnya dilakukan melalui lukisan.
munan, misalnya
“Untuk itu bisa dikatakan fotografi
motret beramai-
adalah anak kandung jaman modern.”
“Orang yang ramai.”
“Karena terlalu Ungkapnya. “Semangat modern sendiri
selalu melihat ke depan, berusaha selalu mengan-
sering kebetu- mencari kemudahan, berusaha menak- dalkan kebetu-
lan, akhirnya lukan. Maka dari itu muncul banyak
lan akan senang Beranjak lebih jauh lagi, kami pun
jadi kebiasaan perang.” Sambungnya.
menceburkan menanyakan hubungannya dengan
kebetulan. Ke-
Sementara fotografi pada awalnya
tidak dimaksudkan sebagai sebuah diri ke dalam kondisi fotografi di Indonesia. Aris
fotonya.”
nesia masih didominasi oleh ketidak
perasaan. “Ada yang menyebutnya
sebagai keanehan ilmiah.” Tegasnya. saja dan ber- sengajaan. “Di Indonesia, fotografinya
fotonya.” Sambungnya sambil tertawa. takuti terlebih dahulu. “Bahkan mung- pemula atau yang sudah senior selalu
Sesuatu yang selalu kebetulan jadi kin mental-mental barat yang kental menanyakan: lo pakai alat apa?” Jelas-
kurang baik karena akhirnya selalu dengan mental penemu kalau lama nya. “Kegelisahannya selalu kegelisa-
mengandalkan kebetulan. “Orang yang tinggal di Indonesia akan jadi begitu han mengikuti sesuatu. Dan mentalnya
selalu mengandalkan kebetulan akan “Kegelisahannya juga.” Ungkapnya sambil tersenyum. mengabdi pada merk. Dan ini lah cirri-
senang menceburkan diri ke dalam selalu kegelisahan ciri kapitalis. Sesuatu yang dianggap
banjir. Ikut arus saja dan berharap ber- mengikuti sesuatu. Kembali ke kondisi fotografi Indonesia, kenyataan padahal kenyataan rekaan.
temu kebetulan lagi.” Tegasnya. “Dan Dan mentalnya Aris memberi bukti bahwa di Indonesia Orang merasa bisa fotografi padahal
orang yang selalu ikut arus biasanya se- mengabdi pada fotografi selalu berawal dari alat. “Coba itu menurut dia saja.” Sambungnya.
mangatnya semangat kerumunan. Be-
merk. Dan ini lah lihat, fotografer-fotografer baik yang “orang post modern lalu berkata:
raninya beramai-ramai. Kalau manusia
selalu ikut kerumunan, maka ia tidak
cirri-ciri kapitalis. nggak apa-apa, asik-asik aja kok. Ya
memang nggak apa-apa karena ini sifat
akan punya suara sendiri yang kuat, Sesuatu yang di- post modern.” Sambungnya lagi.
tidak punya warna yang menonjol kar- anggap kenyataan
ena sifatnya sifat kerumunan, misalnya padahal kenyataan Dunia fotografi Indonesia seperti
motret beramai-ramai.” Lanjutnya. rekaan. Orang “Fotografi di sini
miniatur Indonesia, dimana semuanya
merasa bisa fo- masih jadi pengikut
mengikuti dari luar negeri. “Amat dis-
Aris berpendapat, di Indonesia apapun
tografi padahal itu karena kita masih
ayangkan karena akar seni Indonesia
cabang seninya banyak yang terjebak
kesitu. “Bahasanya: takut sendiri. Mung-
menurut dia saja.” tergantung alat.
sangat kuat.” Tegasnya. “Fotografi di sini
masih jadi pengikut karena kita masih
kin karena selalu diajarkan bahwa ma-
Mungkin benar tergantung alat. Mungkin benar alatlah
nusia adalah mahluk sosial, jadi harus
selalu bersama-sama.” Ungkapnya.
pola hidup bahwa siapapun di daerah alatlah yang mem- yang membuat kita bisa menyampai-
kan pesan, tapi apa betul itu hanya
itu yang mau memakan mangga harus buat kita bisa me- satu-satunya alat.” Lanjutnya.
Berbicara mengenai asal mula dan
memakan mangga yang hijau, yang
nyampaikan pesan, Aris berpendapat ketika acuan fo-
penyebab mengapa Indonesia bisa
masih muda. Kenapa? Karena yang
kuning/merah, yang sudah matang itu
tapi apa betul itu tografi adalah alat, maka hasilnya
seperi ini Aris berpendapat bahwa hal
jatahnya penjajah. Dan aturan hidup ini hanya satu-satunya cenderung seragam. “Bahkan penger-
ini adalah warisan penjajah kolonial di
mana bangsa kita tidak boleh pintar,
masih berlaku sampai sekarang, bah- alat.” tian fotografi sebagai teknik melukis
dengan cahaya pelan-pelan berganti
kan ketika penjajah sudah tidak ada.”
tidak boleh berpendidikan tinggi. menjadi melukis dengan kamera.”
Sambungnya.
‘Karena sudah terstruktur sekian lama, Lanjutnya lagi.
akhirnya masih terbawa.” Jelasnya.
Di Indonesia untuk bisa melakukan
“Contohnya, di daerah tertentu ada Untuk lepas dari pembodohan struc-
sesuatu yang benar, harus ditakut-
makanya dike- Dan sebenarnya inilah kredo pekerja seringkali tidak berani mencoba Aris
jar terus tanpa seni. Mengejar kesempurnaan yang justru berpendapat lain “Manusia cend-
erung dikutuk untuk bebas. Hanya saja
henti. Dan sebe- tak pernah ada, sehingga tidak pernah
berhenti mengejar dan membuat yang banyak tidak beraninya.” Ungkapnya.
“Jangan berusaha
narnya inilah lebih baik lagi.” Lanjutnya lagi. Untuk menyelesaikan masalah fo-
menyelesaikan,
kredo pekerja Perlunya manusia Indonesia untuk tografi di Indonesia Aris melihat perlu-
tapi berusahalah
seni. Menge- terus menerus mengajari diri sendiri
nya untuk membuat pelaku fotografi
menjadi “melek huruf”. “Saat ini masih untuk memulai.
jar kesempur- untuk dekonstruksi bukan rekonstruksi. “buta huruf”, bagaimana bisa terjadi
Karena cara penye-
naan yang tak “Konstruksi selalu ada baik jelek, benar transfer mental ketika belum “melek
lesaian tidak perlu
pernah ada, salah, akhirnya tidak berani membuat huruf”.” Tegasnya.
Menanggapi pihak-pihak yang ingin dijawab dengan
sehingga tidak aman.” Ungkapnya. “Memang sesuatu
sesuatu yang baru. Terjebak di zona
“menyelesaikan” masalah yang terjadi jawaban final. Yang
pernah berhenti di fotografi Indonesia Aris berpendapat penting mulailah
mengejar dan untuk tidak berusaha menyelesaikan. dulu untuk menye-
membuat yang “Manusia
“Jangan berusaha menyelesaikan, tapi lesaikan. Nantinya
berusahalah untuk memulai. Karena
selesai atau tidak
lebih baik lagi.” cenderung diku- cara penyelesaian tidak perlu dijawab
itu urusan belakan-
tuk untuk bebas. dengan jawaban final. Yang penting
gan. Yang penting
Hanya saja banyak mulailah dulu untuk menyelesaikan.
visinya benar.”
tidak beraninya.” Nantinya selesai atau tidak itu urusan
belakangan. Yang penting visinya
benar.” Tutupnya.
“1313”
prana, Ketua Umum MURI ini akan akan diselenggarakan pada:
Tanggal : 13 Mei 2008
Waktu : 09.00
APPRECIATE
Tempat : Lapangan Parkir Kampus Universitas Bunda Mulia
Jl. Lodan Raya No.2 Ancol Jakarta Utara
Selain memecahkan rekor MURI, acara “1313” ini juga akan diisi dengan berbagai
program acara menarik lainnya, seperti pameran karya desain, seminar, lomba,
TO BE
band, bazaar, street graffity, dan masih banyak lagi.
APPRECIATED
Sebagai media informasi yang mengandalkan kekuatan visual dengan gaya
bertutur atraktif dan komunikatif, komik adalah juga merupakan salah satu
daya tarik bagi peminat bidang keilmuan Desain Komunikasi Visual (DKV) yang
mengeksplorasi karya seni, ilustrasi dan bahkan mempengaruhi kajian multi-
media dalam implementasi pembelajaran pada jurusan komunikasi visual, tidak
terkecuali pada jurusan DKV Universitas Bunda Mulia.
Penganugerahan rekor MURi yang akan dihadiri langsung oleh Bapak Jaya Su-
REFLECTION
OF KIATA
Cover edisi kali ini adalah hasil karya fotografer Gerard Adi dalam sebuah project
dengan “centre of concept” adalah busana rancangan fashion designer kenamaan
Kiata Kwanda.
lihat ke dalam ketinggalan jaman. Untuk itu fotonya akui Gerard sebagai cara untuk menge-
yaitu simple tapi Sambungnya. nya dalam sesi pemotretan seri The
kelihatan jadul.” Ungkapnya. “Bersyu-
kur, kita semua yang bekerja di tim
berkarakter. Se- Next Big Thing beberapa tahun lalu, ini bisa menjiwai konsep pemikiran
makin dilihat se- Gerard mengakui bahwa rancangan Teddy Liem yang kini sudah menetap Kiata yang dituangkan dalam baju ini.
makin enak. Kesan- Kiata ini adalah bukan seri terbaru dari di Jepang. Selain itu Gerard dan tim Bahkan ketika bajunya pertama datang
nya dewasa.” Kiata, namun Gerard melihat ada satu juga sepakat memilih Listy sebagai ke studio dan dilakukan fitting, semua
kekuatan yang kuat dari rancangan ini model. Pemilihan Listy sebagai model yang melihat langsung merinding.
yaitu timeless. “Biarpun bajunya tidak diakui atas rekomendasi Kiata karena Karena bajunya simple but powerful.”
baru, tapi tidak ketinggalan jaman. postur Listy sangat cocok dengan Lanjutnya.
Kalau group band kayak U2, jadi walau- ukuran baju yang dibuat Kiata tersebut.
pun lama tapi tidak terjebak masa Sesi pemotretan sendiri berlangsung di Untuk mengeksekusi konsep tersebut,
lalu.” Ungkapnya. “Segala sesuatu yang studio Primacolor dengan mengguna- Gerard sengaja menggunakan teknik
dilakukan dalam pemotretan ini dibuat kan lighting equipment Broncolor dan dramatic lighting. “Lighting set up-
seperlunya. Memang ada angle yang Digital Back Phase One. nya nggak asal terang dan rata, tapi
agak ekstrim tapi itu dibuat karena cenderung dramatic, ada permainan
gelap terang.” Ungkapnya. “Untuk mengeluarkan detail garis-garis pada bajunya, saya menggunakan spot attachment dari
beberapa arah. Bayangan pun saya minimize.” Sambungnya.
Untuk pemotretan kali ini Gerard sengaja tidak berlebihan memberi highlight seperti pada kebiasaannya sebelumnya.
“Highlight hanya saya gunakan seperlunya, misalnya untuk memberi dimensi, shape, dan memisahkan black on black.”
Jelasnya. “Saya bosan dengan foto-foto dengan highlight banyak dan foto yang lightignya bocor berlebihan. Sudah terlalu
banyak yang bikin gitu, makanya saya mau yang lain.” Sambungnya.
Total lighting equipment yang ia gunakan pada pemotretan kali ini berkisar antara 5 sampai 9 lampu. Namun semuanya
dikontrol dengan baik agar tidak bocor kemana-mana dan asal rata.
JAKARTA Perhimpunan Fotografi Taru- CybiLens Jl. KH Hasyim Ashari No. 18, Jakarta POIsongraphy Satyabodhi
Telefikom Fotografi manegara PT Cyberindo Aditama, Mang- SUSAN + PRO ConocoPhillips d/a Ratu Prabu 2 Kampus Universitas Pasundan
Universitas Prof. Dr. Moestopo (B), Kampus I UNTAR Blok M Lt. 7 Ruang gala Wanabakti IV, 6th floor. Jl. Kemang raya No. 15 Lt.3, Jakarta jl.TB.Simatupang kav 18 Jl. Setiabudi No 190, Bandung
Jalan Hang Lekir I, JakPus PFT. Jl. Letjen S. Parman I JakBar Gatot Subroto, jakarta 10270 12730 Jakarta 12560 Himpunan Mahasiswa Planologi
Indonesia Photographer Pt. Komatsu Indonesia FSRD Trisakti e-Studio NV Akademie (HMP) ITB
Organization (IPO) Jl. Raya Cakung Cilincing Km. 4 FSRD Trisakti, Kampus A. Jl. Kyai Wisma Starpage, Salemba Tengah Jl. Janur Elok VIII Blok QG4 No.15 Gedung Labtek XI A, Jl Ganesha 10
Studio 35, Rumah Samsara, Jl. Jakarta Utara 14140 Tapa, Grogol. Surat menyurat: jl. No. 5, JKT 10440 Kelapa Gading permai Bandung 40132
Bunga Mawar, no. 27, Jakarta LFCN (Lembaga Fotografi Dr. Susilo 2B/ 30, Grogol, Jakbar VOGUE PHOTO STUDIO Jakarta 14240
Selatan 12410 Candra Naya) SKRAF (Seputar Kamera Ruko Sentra Bisnis Blok B16-17, TASIKMALAYA
Unit Seni Fotografi IPEBI (USF- Komplek Green Ville -AW / 58-59, Fikom) Tanjung Duren raya 1-38 BEKASI Eco Adventure Community
IPEBI) Jakarta Barat 11510 Universitas SAHID Jl. Prof. Dr. Shoot & Print Lubang Mata Jl. Margasari No. 34 Rt. 002/ 008,
Komplek Perkantoran Bank HSBC Photo Club Soepomo, SH No. 84, Jak-Sel jl. Boulevard Raya Blok FV-1 no. 4, Jl. Pondok Cipta Raya B2/ 28, Bekasi Rajapolah, Tasikmalaya 46155
Indonesia, Menara Sjafrud- Menara Mulia Lt. 22, Jl. Jendral 12870 Kelapa Gading Permai, jkt Barat, 17134
din Prawiranegara lantai 4, Jl. Gatoto Subroto Kav. 9-11, JakSel One Shoot Photography Q Foto SEMARANG
MH.Thamrin No.2, Jakarta 12930 FIKOM UPI YAI jl. Diponegoro no. Jl. Balai Pustaka Timur No. 17, BANDUNG PRISMA (UNDIP)
UKM mahasiswa IBII, Fotografi XL Photograph 74, JakPus Rawamangun, Jkt PAF Bandung PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa)
Institut Bisnis Indonesia (FOBI) Jl. Mega Kuningan Kav. E4-7 No. 1 Lasalle College Digital Studio College Kompleks Banceuy Permai Kav A-17, Joglo Jl. Imam Bardjo SH No. 1
Kampus STIE-IBII, Jl Yos Sudarso JakSel Sahid Office Boutique Unit D-E-F Jl. Cideng Barat No. 21 A, Jak-Pus Bandung 40111 Semarang 50243
Kav 87, Sunter, Jakarta Utara Kelompok Pelajar Peminat (komp. Hotel Sahid Jaya). Jl. Darwis Triadi School of Photog- Jepret MATA Semarang Photography
Perhimpunan Penggemar Fotografi SMU 28 Jend Sudirman Kav. 86, Jakarta raphy Sekretariat Jepret Lt. Basement Club
Fotografi Garuda Indonesia Jl. Raya Ragunan (Depan RS Pasar 1220 jl. Patimura No. 2, Kebayoran Baru Labtek IXB Arsitektur ITB, Jl Ganesha FISIP UNDIP
(PPFGA) Minggu) JakSel Jurusan Ilmu Komunikasi eK-gadgets centre 10, Bandung Jl. Imam Bardjo SH. No.1, Semarang
PPFGA, Jl. Medan Merdeka Selatan FreePhot (Freeport Jakarta Universitas Al-Azhar Indo- Roxy Square Lt. 1 Blok B2 28-29, Jkt Spektrum (Perkumpulan Unit DIGIMAGE STUDIO
No.13, Gedung Garuda Indonesia Photography Community) nesia Style Photo Fotografi Unpad) Jl. Setyabui 86A, Semarang
Lt.18 PT Freeport Indonesia Plaza 89, 1st Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Gedung jl. Raya Jatinangor Km 21 Sumed- Jl. Pleburan VIII No.2, Semarang 50243
Komunitas Fotografi Psikologi Floor baru, Jak-Sel, 12110 AMDI-B, Sunter JakUt, 14330 ang, Jabar Ady Photo Studio
Atma Jaya, JKT Jl. Rasuna Said Kav X-7 No. 6 LSPR Photography Club Neep’s Art Institute Padupadankan Photography d/a Kanwil Bank BRI Semarang, Jln.
Jl. Jendral Sudirman 51, Ja- PSFN Nothofagus (Perhimpu- London School of Public Relation Jl. Cideng Barat 12BB, Jakarta Jl. Lombok No. 9S Bandung Teuku Umar 24 Semarang
karta.Sekretariat Bersama Fakultas nan Seni Fotografi PT Freeport Campus B (Sudirman Park Office V3 Technology Studio intermodel Pandawa7 digital photo studio
Psikologi Atma Jaya Ruang G. 100 Indonesia) Complex) Mall ambassador Lt.UG/47. Jl. Prof Jl. Cihampelas 57 A, Bandung 40116 Jl. Wonodri sendang raya No. 1068C,
Studio 51 PT Freeport Indonesia Plaza 89, 1st Jl. KH Mas Mansyur Kav 35 Dr. Satrio, Kuningan, Jakarta Lab Teknologi Proses Material ITB Semarang
Unversitas Atma Jaya, Jl. Jendral Floor Jakarta Pusat 10220 Cetakfoto.net Jl. Ganesha 10 Labtek VI Lt. dasar, Kloz-ap Photo Studio
Sudirman 51, Jakarta Jl Rasuna Said Kav X-7 No. 6 FOCUS NUSANTARA Kemang raya 49D, Jakarta 12730 Bandung Jl. Kalicari Timur No. 22 Semarang