You are on page 1of 77

EDISI 18/2008

EDISI XVIII / 2008 FREE


1
www.thelightmagz.com
THEEDITORIAL THEEDITORIAL

KRITIS..!!!
Menjadi kritis (dalam arti mau memberikan kritisi) selalu mengundang resiko.
PT Imajinasia Indonesia,
Mulai dari dibenci orang yang dikritik, dianggap tukang cari ribut, tukang cari
Jl. Pelitur No. 33A, gara-gara, hobby cari musuh hingga mengabaikan budaya timur yang penuh
www.thelightmagz.com perdamaian, menghormati mereka yang lebih senior dan lebih tua.
Pemimpin Perusahaan/
Memang di tengah peradaban yang sudah begitu maju dan beraliran rasionali-
Redaksi: Ignatius Untung, tas yang tinggi masih saja kita temui orang-orang yang hidup dengan perilaku
Redaksi: redaksi@thelightmagz. purbakala di mana sikap kritis dianggap sikap yang membahayakan, membawa
com, Kontributor: Thomas Her- perpecahan, mengundang permusuhan karena diyakini sebagai upaya untuk
menjatuhkan orang dan bahkan bila mungkin mempermalukan orang yang
COVER BY: brich, Siddharta Sutrisno, Kayus
dikritik.
BEA WIHARTA Mulia, Alex Soh, Bea Wiharta,
Ignatius Untung, Iklan: Pilihannya sebenarnya di tangan kita sendiri. Lihatlah orang-orang yang mem-
benci orang yang kritis (memberi masukan), mereka semakin lama pun semakin
marketing@thelightmagz.com -
“kritis” (dalam arti gawat dan terancam). Kritis (dalam arti menjadi agen kritisi)
0813 1100 5200, Sirkulasi: Maria bukanlah alat untuk menikam orang, mencederai apalagi mengubur hidup-hidup
“Hak cipta semua foto dalam ma-
jalah ini milik fotografer yang ber- Fransisca Pricilia, orang yang dikritik. Namun lebih kepada sarana untuk menemukan kebenaran
sangkutan dan pihak-pihak yang sirkulasi@thelightmagz.com, melalui sebuah proses diskusi yang rasional dan sehat.
terlibat dalam pembuatannya,
Graphic Design: ImagineAsia,
serta dilindungi oleh Undang- Sudah sejak awal majalah ini berdiri, kami memilih menjadi kritis (dalam arti
undang. Penggunaan foto-foto Webmaster: Gatot Suryanto menjadi agen kritis), banyak yang suka banyak pula yang tersinggung. Bagaimana
dalam majalah ini sudah seijin dengan anda? Kritis mana yang anda pilih? kritis yang berkonotasi menjadi agen
fotografernya. Dilarang meng- kritisi atau kritis yang berarti sudah dekat dengan kehancuran akibat menolak
gunakan foto dalam majalah ini menjadi agen kritisi?
dalam bentuk / keperluan apapun
tanpa ijin tertulis pemiliknya.” Chief Editor

2 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 3


COVERSTORY MUSICPHOTOGRAPHY

4 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 5


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

KAYUS MULIA, PROFESIONALITAS


DALAM BERFOTOGRAFI
Dari segelintir fotografer professional senior yang masih eksis berkarya pada jalur
profesi, Anda tentunya pernah mendengar nama Kayus Mulia. Kayus Mulia adalah

“jangan buru-buru
seorang fotografer komersil yang menspesialisasikan dirinya pada bidang oto-
motif. Kayus merupakan satu dari sedikit fotografer otomotif yang berhasil eksis
dan diakui karyanya. Beberapa waktu yang lalu kami sempat mampir ke tempat
tinggal sekaligus studionya di bilangan BSD, Tangerang untuk berbincang-bin- ngaku fotografer.
cang dengannya. Di rumah yang tergolong sangat adem yang ia bangun berdua
Jangan mentang-
mentang punya
dengan istrinya yang juga sama-sama lulusan arsitektur Kayus menceritakan jalan
hidupnya di dunia perfotografian Indonesia.

“Saya mulai kenal fotografi sejak saya SMP. Waktu itu saya sempat mencoba-coba
kamera profes-
kamera lensa ganda (twin lens) Rollei punya babe (ayahnya).” Jelasnya di awal
pembicaraan kami. Sejak saat itu Kayus pun mulai menekuni fotografi. Kayus kecil sional lalu ngaku
menemukan kesenangan tersendiri dengan bermain-main dengan kamera yang
jadi professional
photographer. Yang
kini sudah jarang ditemui itu, agak berbeda dengan anak-anak seumurnya waktu
itu yang mungkin lebih tertarik menghabiskan waktu dengan main sepak bola
atau permainan anak-anak lainnya. Ketika beranjak ke jenjang perguruan tinggi
Kayus sempat mencicipi pendidikan arsitektur Trisakti walaupun tidak selesai. Ia membuat orang
pun pindah ke Jerman dan menyelesaikan studi arsitekturnya di sana.
jadi fotografer pro-
Selama menjalankan studi arsitekturnya, Kayus terus menekuni fotografi. “Saya
fessional bukan ka-
meranya, tapi ke-
banyak lihat majalah-majalah fotografi di Jerman waktu itu, dan lumayan dibikin
ngiler juga. Karena majalah fotografi di sana bagus-bagus dan banyak pilihannya,
nggak kayak di sini.” Kenangnya. Semakin lama niat Kayus untuk mempelajari
fotografi di bangku pendidikan resmi semakin besar, namun niatnya itu belum ke-
sampaian karena diminta orang tuanya untuk menyelesaikan kuliah arsitekturnya
mampuannya.”
6 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 7
COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

8 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 9


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

10 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 11


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

terlebih dahulu.
Setelah menyelesaikan pendidikan ar-
sitektur, Kayus kembali ke Jakarta dan
sempat bekerja di developer sebagai
tenaga arsitek. Namun minatnya terh-
adap fotografi membuatnya berhenti
dari pekerjaannya. Setelah mencari
informasi dari beberapa majalah luar
negeri akhirnya Kayus pun berangkat
ke Amerika Serikat untuk mengambil
kuliah fotografi di Brooks Institute of
Photography. “Saya ambil penjurusan
Illustration Photography.” Ungkapnya.
Ia memilih jurusan itu karena tidak
menyukai jurusan lain yang ditawarkan
sekolahnya.

Pada tahun 1986 Kayus kembali ke In-


donesia dan bercita-cita ingin bekerja
sebagai seorang fotografer profes-
sional. “Balik ke Indonesia karena saya
“Balik ke Indo- lebih baik jadi ikan besar di kolam kecil

nesia karena dari pada ikan kecil di kolam besar.”


Ungkapnya sambil tertawa.
saya lebih baik Di awal karirnya sebagai fotografer
jadi ikan besar komersil Kayus melihat fenomena yang

di kolam kecil sama seperti yang banyak dialami

dari pada ikan fotografer komersil lain. “Untuk bisa


masuk dan dapet project dari advertis-
kecil di kolam ing kita harus punya portfolio, semen-
besar.” tara kalau belum ada kerjaan gimana
mau punya portfolio?” Ungkapnya.
Untung saja Kayus sudah memiliki

12 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 13


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

14 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 15


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

beberapa portfolio bekal dari masa


pendidikannya di Brooks.
disiplin dari muridnya. “Saya pernah
undang orang-orang yang sudah “Saya pernah
tergabung dengan klub fotografi untuk undang orang-
Berbicara mengenai persyaratan belajar di tempat saya. Dan waktu saya orang yang su-
untuk terjun di bidang komersil, Kayus kasih tugas, nggak sampai 50% yang
dah tergabung
dengan klub
berpendapat bahwa portfolio baru ngumpulin. Sisanya, jangankan telat,
satu dari sekian modal penting. Kayus ngumpulin saja tidak.” Ujarnya.
berpendapat bahwa hal yang tidak ka- fotografi un-
lah penting untuk bisa terjun di bidang Kayus menyayangkan mental tidak
tuk belajar di
komersil adalah sikap professional. “Di
Brooks dari hari pertama saya masuk,
disiplin dan tidak professional yang
dimiliki banyak fotografer yang ingin tempat saya.
dosen saya sudah bilang bahwa kami terjun di bidang professional. “Kalau Dan waktu saya
belajar di Brooks untuk cari uang. bilang bisa ya berarti harus bisa. Kalau kasih tugas, ng-
Bukan untuk bikin karya yang nyeni.
“Untuk bisa janji dua hari ya berarti dua hari. Itu
gak sampai 50%
Kalau mau bikin fine art silakan ke ‘toko
sebelah’ saja.” Ungkapnya menirukan masuk dan da- baru namanya professional. “ Tegas-
nya. Kayus sendiri mengaku sudah 21 yang ngum-
omongan dosennya. Untuk itu dari se- pet project dari tahun tidak pernah meleset terhadap pulin. Sisanya,
jak awal mindset yang ditanamkan ke
advertising kita deadline yang sudah ia janjikan. “Orang
jangankan telat,
murid-murid Brooks adalah mindset se-
harus punya sini mentalnya ‘can do’. Motret mobil
ngumpulin saja
portfolio, se-
orang pekerja professional. “Jika dosen ‘can do’, motret makanan ‘can do’,
bilang bahwa tugas dikirimkan hari motret fashion ‘can do’. Semuanya mau tidak.”
rabu jam 12 siang di meja dosen, maka mentara kalau diambil, padahal belum tentu bisa.”
tepat jam 12 siang ruangan dosen
belum ada ker- Sambungnya. Banyak fotografer pro-
akan ditutup walaupun orangnya ada
di dalam. Dan kalau ada yang datang jaan gimana fessional yang berpikir bahwa membi-
arkan satu pekerjaan ke fotografer lain
mau ngumpulin ya nggak diterima.” mau punya bisa berakibat fatal. Akhirnya semua
Jelasnya. “Sementara di sini, budayanya
budaya ngaret. Padahal bekerja secara
portfolio?” pekerjaan diambil dan dijanjikan bisa
dikerjakan dengan baik. “Padahal ke-
professional salah satunya adalah de- tika ternyata terbukti bahwa kita tidak
liver good quality on time.” Tambahnya. cukup baik di bidang itu, maka klien
Kayus sendiri yang sudah beberapa kecewa dan itu jauh lebih berbahaya.”
tahun mengajar fotografi di Jakarta Ujarnya. “Di Indonesia kita berbuat
sering menemui mental-mental tidak baik sepuluh tahun nggak ada yang

16 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 17


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

18 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 19


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

“Orang sini mentalnya ‘can do’.


Motret mobil ‘can do’, motret maka-
nan ‘can do’, motret fashion ‘can do’.
Semuanya mau diambil, padahal be-
lum tentu bisa.”
20 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 21
COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

“Kalau bilang ngomongin. Tapi ketika kita berbuat


salah satu kali saja, diomonginnya bisa “Rejeki orang
bisa ya berarti sampai sepuluh tahun.” Lanjutnya. nggak akan ke- “Anak seka-
harus bisa. Ka- Dalam hal ini Kayus memilih untuk mana. Kalau ja-
lau janji dua hari tetap konsisten dengan hanya me-
tahnya segitu rang masih
ya berarti dua ya segitu. Jadi terpusat
motret hal yang ia kuasai dengan baik,
yaitu otomotif. “Rejeki orang nggak
hari. Itu baru na- akan kemana. Kalau jatahnya segitu ya ambil yang me- pada kam-
manya profes- segitu. Jadi ambil yang memang sudah
mang sudah
sional. “ jatahnya. Jangan kemaruk dan ambil
jatah orang.” Jelasnya. jatahnya. Jan- era. Lihat
gan kemaruk
dan ambil jatah
saja di ko-
munitas-
Berbagi pengalamannya menge-
nai teknik pemotretan mobil Kayus
orang.”
mengaku lebih senang dengan teknik
yang dilakukan fotografer-fotografer komunitas,
otomotif ketika jaman digital belum namun memotret mobil tanpa bantuan di milis-milis
pasti yang
ada yaitu one shot (bukan di sambung- digital imaging untuk menyambung
sambung). Walaupun lebih susah, bagian per bagian namun dirasa lebih
menyenangkan baginya karena terlihat
lebih alami. Kayus melihat hal yang pal- banyak di-
“...di sini, bu- ing sulit dalam memotret mobil adalah
omongin
dayanya budaya penguasaan lighting. “Photography
kameranya.
ngaret. Padahal is about light, jadi kalau nggak ngerti

bekerja secara
lighting ya jangan ngaku fotografer.”
Ungkapnya. Sebagai contoh ada yang Maka dari itu
professional bilang memotret mobil berwarna putih
beda merk
salah satunya adalah hal yang paling susah padahal
selalu diper-
adalah deliver menurutnya adalah yang paling gam-

good quality on
pang. Hal ini terjadi diyakini Kayus kar-
ena ketidak mengertian orang tersebut masalah-
time.” tentang lighting.
kan.”
22 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 23
COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

24 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 25


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

26 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 27


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

“Di Indonesia
Ditanya mengenai cara belajar fo- Di akhir pembicaraan kami Kayus
tografi yang paling baik, Kayus me- pun memberikan saran bagi peminat
nyarankan semua orang yang ingin fotografi yang masih baru. “jangan

kita berbuat baik


belajar fotografi untuk mengambil buru-buru ngaku fotografer. Jangan
pendidikan fotografi. “Belajar otodidak mentang-mentang punya kamera
bisa saja, tapi tetap saja yang belajar professional lalu ngaku jadi profes-

sepuluh tahun
melalui sekolah pasti tahu dasarnya. sional photographer. Yang membuat
Dan orang yang tahu pasti bisa jawab orang jadi fotografer professional

nggak ada yang


kalau ditanya kenapa.” Jelasnya. “Maka bukan kameranya, tapi kemampuan-
dari itu kalau anda belajar kepada nya.” Ungkapnya. Kayus melihat ini
seseorang, dan mau tahu yang ngajarin terjadi salah satunya karena ulah

ngomongin. Tapi
anda itu pinter apa enggak, ya tanya pedagang kamera yang selalu men-
aja ‘mengapa’ kepada dia, kalau dia ng- gatakan bahwa jika mereka memotret
gak bisa jawab dengan cara yang bisa pakai kamera professional yang baik

ketika kita ber-


menjelaskan kepada anda berarti dia maka hasilnya juga pasti baik. Padahal
juga nggak tahu.” Sambungnya. utamanya tergantung pada kemam-
puan si fotografernya. “Buat mereka

buat salah satu


Melihat peminat fotografi yang yang belum siap, lebih baik fotografi
berkembang pesat di era digital ini dijadikan hobby saja. Bukan karena
Kayus ikut senang. Hanya saja Kayus saya takut jadi ada saingan, tapi karena

kali saja, diomon-


melihat masih banyak orang yang salah ketika dijadikan pekerjaan dan ternyata
arah. “Anak sekarang masih terpusat anda belum siap fotografi justru bisa
pada kamera. Lihat saja di komunitas- jadi sesuatu yang tidak menyenangkan

ginnya bisa sam-


komunitas, di milis-milis pasti yang untuk dilakukan karena membuat anda
banyak diomongin kameranya. Maka stress.” Tutupnya.
dari itu beda merk selalu dipermasalah-

pai sepuluh ta-


kan.” Ungkapnya. “Selain itu anak-anak
ini suka sekali ngobrol dan diajarin

hun.”
tentang megapixel. Padahal kalau
cuma mau tahu soal megapixel ke toko
kamera juga pasti jadi tahu.” Sambung-
nya.

28 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 29


COMMERCIALPHOTOGRAPHY COMMERCIALPHOTOGRAPHY

30 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 31


PORTRAITUREPHOTOGRAPHY PORTRAITUREPHOTOGRAPHY

32 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 33


THELEPASAN THELEPASAN

GOOD PICTURE ATAWA


GAMBAR INDAH
(Bagian Ke-5)
Oleh: Siddhartha Sutrisno*

Sesuatu yang selain baik juga meny-


enangkan. “keindahan ada-
Aku hanya punya satu jawaban. “Kamu bebas, pilih…” Tidak ada etika umum yang
lah the property
of any subject
bisa menunjukkan apa yang harus dilakukan.
Sebagai kualitas yang mendatangkan
(Jean Paul Sartre dalam T. Z. Lavine, From Socrates to Sartre: the Philosophic
Quest, Bantam Books, Inc, NY 1984)
penghargaan mendalam tentang ber-
bagai nilai atau ideal yang membang- that gives us the
kitkan semangat (Charles J. Bushnell disinterested
Indah, Indah, Indah…!
dalam Henry Pratt F (ed.), Dictionary of pleasure we
Baiklah, dengan senang hati, saya ingin mengingatkan kembali berbagai pendap-
Sociology and Related Science).
can derive from
at tentang keindahan dari berbagai ahli -saya menggunakan kata ‘mengingatkan’
Perpaduan dari sesuatu yang baik simply contem-
dengan asumsi bahwa pembaca sesungguhnya sudah mengetahui- yang belum
bentuknya dengan bertenaga hidup plating or ap-
prehending that
sempat saya ungkap pada tulisan-tulisan terdahulu.
(Samuel Coleridge, Introduction to

Mortimer Adler dalam Six Great Idea mengatakan keindahan adalah the property
Philosophy).
individual ob-
of any subject that gives us the disinterested pleasure we can derive from simply
contemplating or apprehending that individual object as such (sifat dari suatu
Pengungkapan yang berhasil dari ject as such”
suatu intuisi (Benedetto Croce, Intro- - mortimer Adler -
benda yang memberi kita kesenangan yang tidak bermaksud/berkepentingan
duction to Philosophy).
yang dapat kita peroleh semata-mata dari memikirkan atau melihat benda indi-
vidual itu sebagaimana adanya.
Identitas yang sempurna dari hal yang
ideal dan yang nyata (Georg Wilhelm
Thomas Aquinas menyatakan keindahan sebagai id quad visum placet yaitu ses-
Friedrich Hegel, Introduction to Phi-
uatu yang menyenangkan ketika dilihat.
losophy).

Aristoteles dalam Rethorica menyebut that which being good is also pleasant.

34 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 35


THELEPASAN THELEPASAN

“Orang sering Sesuatu yang menyenangkan tidak


melalui kesan atau konsep, melainkan
berbagai pendapat tentang keindahan
yang sesungguhnya masih sangat
lupa bahwa dengan kemestian yang subyektif da- banyak. Lagipula, saya tidak berniat
good picture lam suatu cara yang seketika dan tidak menulis glosarium tentang keindahan

sebenarnya bermaksud/berkepentingan (Immanu- pada tulisan ini.

bukan sebuah
el Kant dalam Wladyslaw Tatarkiewicz,
“The Great Theory of Beauty and Its Diskursus Elitis dan Kebenaran Dalam
asal. Ia sebuah Decline”, The Journal of Aesthetics and Keindahan “Tak ada yang
cita-cita dan di Art criticism, Winter 1972). begitu amat
dalamnya ter- “Tak ada yang begitu amat mengena di
mengena di hati
maktub cita-cita
Kesatuan dari hubungan-hubungan
bentuk di antara pencerapan-pencer-
hati selain rasa manis yang muncul dari
isak tangis bersama” selain rasa man-
untuk hal-hal apan inderawi kita (Herbert Read, is yang muncul
yang universal. Aesthetics and the Arts, 1968). (Jean-Jacques Rousseau dalam Ste-
dari isak tangis
Keindahan ada- Hal-hal yang agung, yang sedih, dan
fan Knischeck, Lebensweisheiten
beruhmter Philosophen, Humboldt, bersama”
lah kaki langit, hal yang lucu, maupun semua peng- Augsburg,1999)

bayangkan lu- hargaan estetis (Harolt Titus, Living - Jean-Jacques


asnya yang tak Issues in Philosophy: An Introductory
Textbook, 1953).
Bolehlah kita bertanya, apakah
definisi-definisi tentang keindahan itu
Rousseau -
terukur.” kemudian tidak menjadi sesuatu yang
Akhirnya, sampai di situ, otak tua saya dogmatis? Tentunya anda telah tahu
sudah tidak lagi mampu mengingat jawabnya! Tetapi, kembali saya ingin
mengajak untuk melihat kasus - kasus
Penyingkiran hal-hal yang berlebihan
yang pernah terjadi sebagai analogi.
(Michelangelo dalam Max Rosenberg,
Alkisah, Immanuel Kant, sang anak
Introduction to Philosophy).
abad Pencerahan, dengan kritisisme-
nya telah memformulasikan seni ke
Kumpulan ketertiban atau perimban-
dalam refleksi filosofis yang demikian
gan dari bagian-bagian yang meny-
teknis. Sekalipun harus diingat bahwa
enangkan mata (Samuel Johnson
filsuf ini memiliki bahasanya sendiri
dalam E. F. Carritt, An Introduction to
tentang apa itu seni, terutama lewat
Aesthetics).
pembahasannya mengenai persoalan

36 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 37


THELEPASAN THELEPASAN

keindahan. Namun jika kita men- seperti sirkulasi antara potensi ke luar
coba merefleksikan sistem filsafatnya, dan ke dalam, demi sebuah peng-
khususnya tentang diskursus keinda- hayatan keindahan. Dari sini tampak-
han tadi, maka terkesan kuat bahwa ia nya seni menjadi otonom sebagai
“Seni seharusnya membangkitkan lagi memori kita ke kekuatan mentransendensi kenyataan “All the great
menemukan ke- dalam ruang seni Platonis, di mana seni (patut diingat misalnya, kelahiran
thinkers
murniannya lang- ditelikung oleh wacana-wacana ideal- awal fotografi yang memburu objek-
throughout
sung pada alam, isme atas nama keutamaan estetika, tifitas dalam bentuk-bentuk gambar
bukan lewat me- meskipun kata estetika itu sendiri pada yang realis karena fotografi dianggap history have
dium rasio. Sebab mulanya mengacu pada dunia inder- paling mampu memunculkan presisi sought a single
lewat medium ini, awi yang kabur (setidaknya definisi visual dari kenyataan yang dibidiknya).
certainty. Some-
seni jelas tampak
keindahan yang begitu banyak mem-
buktikan itu). Pada kelanjutannya, yang
Namun karena bentuk formal yang
memacu di baliknya, mau tidak mau, thing which no
termanipulasi. Den- merupakan hal yang sulit terhindarkan pada akhirnya seni tinggallah menjadi one refute, like
gan berorientasi ke bahwa seni selalu dipahami lewat jalan sebuah teks yang dapat dikenali lewat
“two and two
alam emosi yang deduksi teoretis untuk mencari bentuk- diskursus-diskursus elitis semata. Di
make four”. In
dianggap potensi bentuk murninya. sini terlihat pula adanya perbedaan
order to find
kejujuran, bagi antara Plato dan Kant. Bahwa Kant

kaum Romantisme, Mengikuti cara seperti itu,


sebenarnya Kant telah membuka
tidak seperti Plato, membawa seni itu
ke dimensi dunia kebenaran, bukan
that truth...”
seni dan seniman lahan baru bagi seni untuk berbicara di sekedar mimesis. Mengikuti kritisisme
dianggap mampu dalam dirinya sebagai sebuah otokritik, Kant, syarat-syarat akal budi yang men-
menjadi pahlawan yang mana kemudian sang kreator formulasikan keindahan dalam seni
dan jenial yang harus mampu mengekspresikan sudah dengan sendirinya berbicara
mengurai aturan- pengalaman-pengalamannya untuk tentang kebenaran sekalipun bukan

aturan formal yang menjadikannya sebuah karya seni yang berarti langsung pada kebenaran itu

semu oleh rasional- disebut indah tadi. Jadi, seni diduduk-


kan ke dalam teknis epistemologis di
sendiri.

isme.” dalam mempersoalkan daya kritis sub- Namun formalisme Kant itu
jektifitas dengan objek seni itu sendiri. tampaknya menjadi begitu menggang-
gu bagi kaum Romantisme di kemu-
Menyimak petuah Kant, seni dian hari. Seni sebagai elit pemikiran
sebagai ekspresi pengalaman menjadi ala Kant yang telah menjadi legitimasi

38 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 39


THELEPASAN THELEPASAN

oleh borjuasi saat itu, lalu dilawan berbicara jauh daripada sekedar mem- sebagainya. is no such truth outside the mathemat-
dengan potensi intuisi dan naluri-naluri bicarakan tentang kebenaran di dalam ics. There is no way of finding a single
emosional oleh kaum Romantis. Seni diskursus-diskursus filosofis. Bahkan Can We Know The Truth? absolute truth, an irrefutable argument
seharusnya menemukan kemurnian- dengan tuntas, seorang Friedrich which might help answer the questions
nya langsung pada alam, bukan lewat Schiller yang notabene adalah dokter, All the great thinkers throughout his- of mankind. Philosophy, therefore, is
medium rasio. Sebab lewat medium ini, fisikawan dan dramawan besar Roman- tory have sought a single certainty. dead. Because “Whereof we cannot
seni jelas tampak termanipulasi. Den- tisme, menandaskan bahwa ketika kita Something which no one refute, like speak, thereof we must be silent”.
gan berorientasi ke alam emosi yang menyatu dengan keindahan, filsafat “two and two make four”. In order to
dianggap potensi kejujuran, bagi kaum tidak lagi perlu. Pandangan seperti ini find that truth, Ludwig Wittgenstein (Siddhartha Sutrisno, Catatan Harian
Romantisme, seni dan seniman diang- mengundang masalah dikotomistis used in fact, mathematical logic. What Sebuah Skenario, 2008)
gap mampu menjadi pahlawan dan tentang seni dan filsafat. Namun, ba- better means of obtaining a certainty
jenial yang mengurai aturan-aturan gaimanapun, Romantisme telah mela- than an immutable language, free from The Tractatus Logico Philosophicus,
formal yang semu oleh rasionalisme. hirkan karya-karya seni yang demikian the passions of men? He advanced adalah sebuah buku filsafat ciptaan
gilang-gemilang, sebagaimana dapat slowly, using equation after equation, Ludwig Wittgenstein dan merupakan
Romantisme yakin bahwa kita nikmati pada karya-karya Goethe, with impeccable method, until he salah satu pekerjaan filsafat yang pal-
naluri-naluri keindahan lebih dapat Wagner, Wordsworth, Pushkin, dan lain reached a terrifying conclusion. There ing berpengaruh di abad ke-20 dimana

“...There is no such truth outside


the mathematics. There is no way
of finding a single absolute truth,
an irrefutable argument which
might help answer the questions
of mankind. Philosophy, there-
fore, is dead. Because “Whereof
we cannot speak, thereof we
must be silent”.

40 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 41


THELEPASAN THELEPASAN

ia membuat batasan dalam pemikiran.


Enigma yang coba dipecahkan adalah: Karena kita menganggap (bagi WITTGENSTEIN
In the number Phi, in the Golden Sec-
Can we know the truth? Jawabannya?
Telah tertulis di atas! yang menganggap) bahwa fo- tion,
The Fibonacci Series. The essence of

tografi adalah wacana ilmu nature is mathematical.

pengetahuan, sehingga filsafat,


Karena kita menganggap (bagi yang There is a hidden meaning beneath
menganggap) bahwa fotografi adalah reality.
wacana ilmu pengetahuan, sehingga
filsafat, dengan segala tetek-bengek dengan segala tetek-bengek Things are organized following a
model, a scheme, a logical series. Even
“kerumitannya” turut melahirkan,
“kerumitannya” turut melahir- the tiny snowflake includes a numerical

kan, mengasuh, membesarkan


mengasuh, membesarkan dan mung- basis in its structure. Therefore, if we
kin “membunuhnya’. Dengan berbagai manage to discover the secret meaning
pandangan tentang keindahan yang
melingkupinya, lalu kita percayai dan mungkin “membunuhnya’. of numbers, we will know the secret
meaning of reality.
dan pegang pandangan itu sebagai
paradigma, sebagai pandangan hidup, Dengan berbagai pandangan SS
bahkan sampai pada tingkatan tidak
tentang keindahan yang meling- Impressive! We found ourselves

kupinya, lalu kita percayai dan


peduli dengan pandangan yang lain, faced with a fresh, rousing defence of
karena kita menyikapinya sebagai mathematics, as if numbers were pre-
agama, memeluknya sebagai iman,
sebuah kebenaran! pegang pandangan itu sebagai existing ideas in reality. Anyway, this is
nothing new. Since man is incapable of

paradigma, sebagai pandangan reconciling mind and matter, he tends

hidup, bahkan sampai pada ting-


Dalam sebuah dialog imajiner dengan to confer some sort of entity on ideas,
Wittgenstein, di catatan harian saya because he cannot bear the notion
tertulis demikian:
katan tidak peduli dengan pan- that the purely abstract only exists in
our brain. The beauty and harmony of
WITTGENSTEIN
I believe in the number of Phi. dangan yang lain, karena kita a snowflake. How sweet! The butterfly
that flutters its wings and cause a hur-

menyikapinya sebagai agama, ricane on the other side of the world.

memeluknya sebagai iman,


SS We’ve been hearing about that damn
I’m sorry, I didn’t understand you. What butterfly for decades, but who has
was it you said you believed in?
sebuah kebenaran! been able to predict a single hurricane?
Nobody! Tell me something…Where

42 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 43


THELEPASAN THELEPASAN

“Lebih spesifik kita dapat mem-


is the beauty and harmony in cancer? tif, misalnya pada kekuatan-kekuatan
What makes a cell suddenly decide to aksiomatik-rasionalistik di dalam prob-
turn itself into a killer metastasis and
destroy the rest of the cells in healthy persoalkan keindahan yang su- lem-problem matematik dan kalkulus
warisan Platonisasi Euclid, sedangkan
body? Does anybody know? No. Be-
dah kita percayai sepanjang dari sudut objektif kita mengetahui

umur kita, lalu pada praktiknya


cause we’d rather think of snowflakes tentang cara kerja ilmu secara induktif,
and butterflies or pain, war or your pada fisika misalnya sebagai contoh
book. Why? Because we need to think
that life has meaning, that everything kita anggap sebagai kebenaran paling representatif ( fisika cahaya
biasanya menjadi makanan sehari-hari
is governed by logic and not by mere
dalam berkarya atau melihat para fotografer yang mengaku pelukis

karya fotografi orang lain, bahwa


chance. If I write 2 then 4 then 6, then dengan cahaya).
we feel good, because we know that

good picture itu harus begini,


next comes 8. We can foresee it, we are Berhadapan dengan pendekatan
not in the hands of destiny. Unfortu- epistemologis seperti ini, Popper akh-
nately however, this has nothing to do
with truth. Don’t you agree? This is only kalau gambar indah itu harus be- irnya sampai pada pendirian bahwa di
dalam dunia keilmuan, kita senantiasa
fear. Sad…but there you go…
gitu. Oh so sad…but there you berhadapan dengan persoalan antara

go!”
subjek dan objek dan tidak bisa tidak
Huhh…apa pula itu? Ketika Popper kita sebenarnya langsung berhadapan
mengumandangkan prinsip falsi- dengan problem (perhatikan model
fikasinya dalam bukunya, Logik der yang diajukan Popper pada tulisan
Forschung, dunia ilmu pengetahuan menjadi sangat gempar dan semarak. yang mengetahui dan objek yang bagian ke-2). Baik pada subjek maupun
Popper seperti melempar sebuah bom diketahui menghantarnya pada pendi-
di atas “agama” kaum positivisme-logis, rian bahwa di dalam mengusahakan
khususnya. Gajah bengkak verifikasi itu di dalam pengetahuan ilmiah sebagai
ternyata terusik dan terciptalah arena bangunan dasar dari perkembangan
pertarungan seru. Jagoan positivisme ilmu pengetahuan, kita tidak dapat
seperti Wittgenstein dikritik secara menerima yang satu saja kemudian
tajam. Kesatuan dan kekuatan pe- menyingkirkan yang lainnya. Masalah-
mikiran Popper dilihat dari berbagai nya, tergantung di mana kejelian
karyanya terletak pada pendekatan kita memandang kedudukan kedua
epistemologis. Dari analisanya tentang unsur tersebut secara proporsional.
struktur epistemologis antara subjek Dari sudut subjektif kita mengetahui
tentang cara kerja ilmu secara deduk-

44 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 45


THELEPASAN THELEPASAN

“Lalu, maksud saya, good


pada objek, di dalam dirinya masing- hat karya fotografi orang lain, bahwa
masing sudah mengandung problem, good picture itu harus begini, kalau
bukan sesuatu yang hadir atau terberi
begitu saja lantas dengan amannya
gambar indah itu harus begitu. Oh so
sad…but there you go! picture bukan hanya
kita terima. Dari sini ternyata kelirulah
mengerti warna, mengerti
tekstur, mengerti tata ca-
prinsip verifikatif yang mendasari teori Kebenaran dalam konteks falsifikasi
ilmiahnya pada observasi induktif. jelas berbeda dengan kebenaran
Sama kelirunya mereka yang setia
pada rasionalisme yang menganggap
menurut kaum verifikasionis. Ke-
benaran tidak ditempatkan secara haya, mengerti sifat-sifat
cara kerja deduktif adalah tujuan dari objektif dalam arti bagaimana kita
benda, terampil macam-
macam alat fotografi,
kegiatan ilmiah. Kendati, menurut Pop- dapat meraihnya di dalam pengujian
per, sistem deduktif dapat kita terima empiris, tapi kebenaran merupakan

mengerti segitiga tetrak-


sejauh itu hanya sebagai sarana dan sebuah problem. Dan sebagai sebuah
batu loncatan semata. problem, kebenaran senantiasa me-

Pentingnya pendekatan epistemologis


nyertai di dalam usaha pemecahan
problem, dalam arti, kebenaran di sini tys karena, misalnya tim-
seperti ini bagi Popper ialah untuk terkait erat dengan logika falsifikasi
bul pertanyaan, bukankah
ada impossible triangle
menjawab pertanyaan dasar dari pe- terhadap isi atau derajat informatif dari
nyelidikannya mengenai perkemban- pernyataan-pernyataan empiris. Pada
gan ilmu pengetahuan. Atas dasar logis
apakah ilmu pengetahuan itu dapat
akhirnya, sesuai dengan tesis bahwa
ilmu pengetahuan dengan dasar Oscar Reutersvard dengan
berkembang? Jawabannya terletak rasionalitas-empiristiknya menentukan
dimensi yang susah diter-
jemahkan dengan sudut-
pada sifat rasional dan empiris ilmu perkembangan ilmu terus-menerus,
pengetahuan itu dan sifat ini hanya maka kebenaran pun tidak mungkin

sudut yang mengandung


dapat kita jelaskan lewat epistemologi. diperoleh secara murni objektif. Apabi-
Dari pendekatan epistemologis pula la ilmu pengetahuan memiliki pretensi
kita dengan subur dapat memper-
soalkan kata kebenaran dalam ilmu
kebenaran, maka pretensi tersebut
harus diantisipasi dengan kesadaran anomali? Dan pertanyaan-
pengetahuan. Lebih spesifik kita dapat bahwa kegiatan ilmiah hanya sanggup
pertayaan lain yang tiada
habisnya?”
mempersoalkan keindahan yang sudah melangkah mendekati kebenaran atau
kita percayai sepanjang umur kita, lalu hanya menyerupai kebenaran (ingat
pada praktiknya kita anggap sebagai akan usaha Plato mendefinisikan seni
kebenaran dalam berkarya atau meli- sebagai mimesis dan usaha Kant yang

46 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 47


THELEPASAN THELEPASAN

“Suatu hal, bahwa


mendefinisikan keindahan sehingga Jadi, itu maksud saya dengan dialog
kebenaran ada di dalamnya). imajiner bersama Wittgenstein di atas.

apabila falsifikasi ber-


Lalu, maksud saya, good picture bukan
Pandangan Popper sekali lagi meng- hanya mengerti warna, mengerti

pendirian kekuatan
hantam anggapan keabadian kebe- tekstur, mengerti tata cahaya, mengerti
naran dan finalitas ilmiah dari kaum sifat-sifat benda, terampil macam-
positivis. Kebenaran di dalam kegia- macam alat fotografi, mengerti segitiga

sebuah teori terletak tan ilmiah hanya berlaku sepanjang


sebuah teori belum berhadapan
tetraktys karena, misalnya timbul
pertanyaan, bukankah ada impossible

pada tingkat infor- dengan sebuah teori tandingan. Dalam


hal ini keberlakuan teori tersebut oleh
triangle Oscar Reutersvard dengan di-
mensi yang susah diterjemahkan den-

matif empiris yang da- Popper dinamakan corroborated.


Tetapi ketika sebuah teori baru sebagai
gan sudut-sudut yang mengandung
anomali? Dan pertanyaan-pertayaan

pat dinyatakan salah, tandingan dapat mengajukan informa-


si-informasi empiris yang derajatnya
lain yang tiada habisnya?

maka berarti di dalam


lebih tinggi daripada teori tadi itu, Suatu hal, bahwa apabila falsifikasi
maka teori tersebut dapat dinyatakan berpendirian kekuatan sebuah teori

ilmu pengetahuan,
salah. Mengapa teori Einstein dapat terletak pada tingkat informatif empiris
mengalahkan teori Newton? Jawaban- yang dapat dinyatakan salah, maka be-

kita bukannya belajar


nya bahwa teori Einstein lebih dapat rarti di dalam ilmu pengetahuan, kita
dinyatakan salah karena lebih berisi bukannya belajar dari kebenaran-kebe-
informasi-empiris berderajat tinggi naran yang ada, melainkan sebaliknya

dari kebenaran-kebe- daripada teori Newton. kita belajar dari kesalahan-kesalahan.


Bukannya menentukan kepastian bagi

naran yang ada, me- Menarik sekali di sini bila kita mengi-
kuti pendirian Popper, bahwa yang
sebuah teori demi kelanjutan perkem-
bangannya, melainkan lebih mencari

lainkan sebaliknya kita ia inginkan bukanlah sekedar kebe-


naran, melainkan kebenaran lebih dan
keberuntungan untuk memperoleh
teori-teori yang lebih baik. Sedangkan

belajar dari kesalahan- kebenaran baru. Ia tidak puas dengan


“dua kali dua sama dengan empat”
pencarian keberuntungan ini tidak
dimulai dengan suatu titik pandang

kesalahan.”
meskipun itu benar. Sekedar kebe- menyeluruh, melainkan sedikit demi
naran tidaklah cukup. Apa yang ia cari sedikit.
adalah jawaban atas problema kita.

48 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 49


THELEPASAN THELEPASAN

Kemudian, paling tidak telah ada warisan kritis bahwa sangat penting di dalam
sejarah peradaban di mana kita sang pencari keindahan atau silahkan jika ingin Keindahan adalah sebuah
dan berani menyebut sang pencipta keindahan melalui fotografi, di mana kata proses. Jangan pernah takut dengan
kebaikan, keindahan, kebenaran, good picture menurut kita, gambar indah proses itu, kata para arifin. Meskipun
menurut kita, gambar yang benar menurut kita, senantiasa terbuka untuk digugat kenyerian terasa saat menjadi pasien
dengan pernyataan “dapat salah”! Apa tujuannya? Tidak lain, agar klaim keinda- “Seperti kata keindahan, agony tak berujung, kegeli-
han, kebaikan, dan kebenaran meskipun itu “hanya” dalam fotograf tidak dibalut
Beckett dalam sahan sepanjang hayat. Amor fati !
oleh kekuasaan di satu pihak saja.
Worstward Ho, Seperti kata Beckett dalam Worst-
Epilog: Keindahan adalah Kaki Langit “Coba lagi. Ga- ward Ho, “Coba lagi. Gagal lagi. Gagal
gal lagi. Gagal dengan lebih baik lagi.” Seperti juga
Jika keindahan yang kita bicarakan sekiranya rel kereta api dalam eks-
dengan lebih Jacques Derrida yang mengatakan,
perimen relativitas Einstein, maka berbagai pendapat tentang fotograf yang baik,
fotograf yang indah, fotograf yang benar dari berbagai ahli dari waktu ke waktu baik lagi.” ”Commencons par l’impossible”
(“Marilah kita mulai dengan yang tak
adalah cahaya yang berlesatan di dalam ruang gerbong di atas spoor itu. Relativi- mungkin”).
tasnya seumpama berapa banyak kita dapat mengambil pengalaman dari pelaja-
ran yang berlesatan itu. Analogi eksperimen itu tak lain, karena kecepatan cahaya
bersifat absolut (186, 282. 3959 mil per detik), dan waktu relatif tergantung kece- FINE
patan gerbong maka pengalaman akan keindahan yang sama dapat menimpa setiap insani, tetapi sejauh apa, dan
secepat apa pengalaman yang kemudi-
an mempribadi itu memberi pelajaran *Penulis adalah Backpacker, pernah
bagi seseorang (subjek yang memotret mengajar kursus fisika dan matema-
“Keindahan adalah sebuah pros- dan subjek yang memandang potret), tika.

es. Jangan pernah takut den- hasilnya akan berbeda, relatif satu

gan proses itu, kata para arifin. sama lainnya.

Meskipun kenyerian terasa saat Orang sering lupa bahwa


menjadi pasien keindahan, agony good picture sebenarnya bukan

tak berujung, kegelisahan sepan- sebuah asal. Ia sebuah cita-cita dan di


dalamnya termaktub cita-cita untuk
jang hayat. Amor fati!“ hal-hal yang universal. Keindahan
adalah kaki langit, bayangkan luasnya
yang tak terukur.

50 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 51


JALANJALAN LIPUTANUTAMA

BUNUH DIRI
MASAL ALA
FOTOGRAFER
Bagi anda para praktisi fotografi yang sudah menghasilkan uang dari fotografi
tentunya tahu kondisi bisnis fotografi yang semakin lama semakin tidak memberi-
kan ruang lebih lega untuk penghidupan. Melihat faktor uang dan bayaran dalam
berfotografi sah-sah saja ketika kita melakukan fotografi sebagai mata penca-
harian. Namun diadopsinya teknologi digital ke dalam dunia fotografi rupanya
menjadi salah satu pemicu meledaknya angka peminat fotografi dan diyakini
pada akhirnya juga ikut memberikan kontribusi pada semakin menurunnya peng-
hasilan para fotografer.

IY, seorang fotografer wedding yang sudah lebih dari 15 tahun menggantungkan
hidup keluarganya pada fotografi mengatakan bahwa kemudahan berfotografi
yang ditawarkan oleh teknologi digital sudah membuat harga jasa fotografi
merosot tajam. “Ketika fotografi digital masuk ke Indonesia banyak orang orang
yang menjadi cepat merasa bisa melakukan fotografi dengan baik dan benar. Ini
karena setiap kita memotret kita bisa langsung melihat hasilnya dalam LCD yang
terdapat pada kamera tersebut. Sehingga mereka yang sebenarnya baru dalam
tahap “hampir bisa” menjadi merasa percaya diri karena segala sesuatuya jadi
mudah dikontrol. Memotret jadi lebih mudah dikontrol melalui tampilan hasil
di LCD yang sangat instan. Belum lagi penggunaan teknologi komputer grafis
pada software photo retouching yang seolah-olah memberi kesempatan kedua
bagi setiap foto-foto kurang sempurna yang mereka hasilkan. Pada akhirnya

52 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 53


LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA

semua orang yang memiliki kamera dari jasa yang ditawarkan. Proses
merasa bisa menghasilkan foto yang diferensiasi ini sendiri akan berajalan
bagus. Dan ketika mereka merasa bisa dinamis. Ketika ada satu pemain yang
menghasilkan foto yang bagus, mereka berhasil menjadi berbeda dan berhasil
juga merasa bisa menjual jasanya dan
“Dan ketika per- mendapat tanggapan positif dari mar-

saingan men-
menghasilkan uang dari fotografi. ket maka akan banyak pemain yang
Nah meningkatnya jumlah orang berusaha berlari ke arah yang sama
yang bermata pencaharian sebagai jadi semakin sehingga diferensiasi kualitas yang
fotografer ini secara langsung sudah
berat pilihan- sudah berhasil dilakukan si pemain
membuat persaingan menjadi semakin
berat. Dan ketika persaingan menjadi nya hanya dua, pertama tadi menjadi tidak relevan
lagi karena banyak yang melakukan-
semakin berat pilihannya hanya dua, meningkatkan nya. Dan ini akan mendorong mereka
meningkatkan kualitas hingga di titik kualitas hingga “Ketika peserta untuk kembali melakukan diferensiasi.”
di mana hanya sedikit orang yang bisa
di titik di mana persaingan ada-
Jelasnya. “Hal yang sama terjadi pada

hanya sedikit
mencapai kualitas itu, atau menurunk- elemen harga. Bagi mereka yang tidak
an harga di mana tidak banyak orang lah orang-orang memiliki kemampuan yang cukup,
yang menetapkan harga serendah itu.” orang yang yang memiliki untuk mengelevate product menjadi
Ungkapnya.
bisa mencapai kemampuan sesuatu yang berbeda maka diferen-

Menanggapi hal tersebut, IU seorang kualitas itu, atau dan mental


siasi pada harga menjadi sesuatu yang
biasanya menarik untuk mereka. Jadi
pengamat bisnis mengatakan bahwa menurunkan yang mumpuni proses yang sama seperti pada proses
persaingan memang membuat orang harga di mana maka arah difer- diferensiasi dinamis pada kualitas juga
berlomba menjadi berbeda. “Ketika
tidak banyak ensiasinya lebih
bisa terjadi pada harga. Setiap pemain

orang yang me-


persaingan semakin ketat sebenarnya berusaha mendiferensiasikan diri
orang dipaksa untuk mencari diferen- kepada penam- dengan menetapkan harga yang lebih
siasi masing-masing. Hal apa yang unik netapkan harga bahan nilai atau menarik bagi konsumen. Dan ketika itu
dan relevan untuk ditawarkan kepada
pasar yang membuat ia berbeda dari
serendah itu.” value added berhasil, maka pemain lain juga pasti
akan berlari ke arah yang sama. Dan ini
pesaingnya. Ketika peserta persaingan dari jasa yang akan mendorong diferensiasi harga ke
adalah orang-orang yang memiliki ke-
mampuan dan mental yang mumpuni
ditawarkan.” level yang lebih rendah lagi. Dan inilah
yang akan membunuh mereka sendiri.”
maka arah diferensiasinya lebih kepada
penambahan nilai atau value added Perang harga memang sudah menjadi

54 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 55


LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA

fenomena di dunia bisnis dan market- apkan prinsip-prinsip ekonomi. Mem-


ing lebih dari sepuluh tahun terakhir. beli semurah-murahnya, dan menjual
Selain terjadi pada dunia fotografi semahal-mahalnya. Untuk itu sah-sah
“Fotografer jan-
gan egois den-
wedding hal ini juga terjadi pada dunia saja bagi kami untuk menawar jasa se-
fotografi komersil. Setidaknya sudah orang fotografer hingga ke level yang

“...perusa- 7 tahun terakhir perang harga juga tidak bisa ditetapkan. Hal ini semakin gan menunjuk
hidung orang
haan per-
terjadi pada dunia fotogafi komersil. harus dilakukan di tengah persaingan
Hanya saja penyebabnya sedikit lebih di dunia periklanan yang juga semakin
lain sebagai
iklanan
kompleks pada dunia fotografi kom- keras. Seperti kita ketahui bersama
ersil. Jika di dunia wedding penyebab semenjak terjadi revolusi periklanan penyebab ru-
secara ber- yang dominan adalah ketidakmenger- dengan berpisahnya departemen me- saknya harga.
tian para pelaku industri tersebut akan dia buying and placement perusahaan
Harus dipahami
samaan berbisnis yang baik dan benar, pada periklanan menjadi sebuah perusahaan
bahwa dasar
menjadi
fotografi komersil menukiknya jasa media specialist yang independen,
fotografi iklan juga dipengaruhi bar- perusahaan periklanan mengalami dari masalah
korban
gaining power yang kelewat besar dari guncangan yang cukup hebat. Media
rusaknya harga
advertising company yang menjadi pe- specialist selalu menawarkan harga
jasa fotografi
sekaligus nyuplai pekerjaan bagi para fotografer.
“Keahlian perusahan periklanan dalam
yang lebih murah. Jika pada akhir ta-
hun 1900an fee jasa media placement iklan adalah te-
tertuduh melakukan tawar menawar dengan & buying bisa mencapai 10% hingga kanan ekonomi
yang menimpa
dalam
pihak fotografer cukup baik. Mereka 17.5% kini fee untuk jasa yang sama

perusahaan
bisa memposisikan seolah-olah fo- berkisar antara 3% hingga 8%. Bahkan

proses tograferlah yang berada diposisi yang


membutuhkan. Padahal seharusnya
untuk beberapa klien dengan billing
puluhan hingga ratusan milliar rupiah, periklanan dan
menurun- fotografer juga sadar bahwa posisinya media specialist berani menetapkan
juga ketidak-
mampuan fo-
nya harga
sama-sama membutuhkan. Pada akh- harga fee sebesar minus 3%.
irnya fotografer selalu berusaha sekuat
tografer untuk
jasa fo-
tenaga untuk mendapatkan sebuah Di satu sisi hal ini membuat banyak
project iklan walaupun dengan cara perusahaan yang beriklan mulai mempertahank-
tografi menurunkan harga.” Jelas GJ, seorang
direktur sebuah perusahaan per-
mengevaluasi kembali penunjukkan
perusahaan periklanan yang menan-
an daya tawar.”
iklan.” iklanan. “Sudah menjadi hukum alam
bahwa setiap pengusaha ingin mener-
gani produk mereka karena ada banyak
pilihan yang terlihat lebih menarik di

56 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 57


LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA

“...Tapi sejujurnya melihat mental fotografer yang


cenderung memiliki ego dan kecurigaan yang
tinggi ditambah penguasaan fotografi yang relatif
dangkal pada umumnya maka hal ini akan sulit di-
capai. Karena penetapan standar harga tidak akan
berjalan ketika ada orang-orang yang berada di
luar kesepakatan yang akan merusak kesepakatan
tersebut.”
tengah kondisi perekonomian yang menurunnya harga jasa fotografi perusahaan periklanan yang memilih BG, seorang produser perusahaan per-
sudah semakin mencekik. Di sisi lain ini iklan. “Perusahaan periklanan sedang untuk menekan harga fotografer, atau iklanan yang sudah menangani ratusan
menyebabkan perusahaan periklanan mati-matian bertahan menghadapi mencari fotografer yang lebih murah proses pemotretan iklan mengatakan
mulai ketar-ketir karena “godaan” harga persaingan di antara mereka yang se- agar jasa yang ditawarkan kepada klien bahwa harga jasa fotografi merosot
yang menarik dari pesaing mereka makin tidak sehat. Banting-bantingan lebih menarik. Dan bagi klien yang drastis sejak awal tahun 2000an. “Jika
terhadap klien mereka. Belum lagi harga saja sudah membuat mereka sudah cukup loyal tidak jarang mereka pada tahun 1999 untuk sebuah layout
mereka harus berpikir keras untuk terancam kehilangan klien, ditambah mengenakan harga yang sama untuk dengan kesulitan tertentu seorang
mengisi selisih omset akibat berpisah- berkurangnya pemasukan akibat fotografer-fotografer yang sudah ser- fotografer bisa mengenakan biaya tiga
nya departemen media yang notabene berpisahnya deaprtemen media yang ing mereka pakai, padahal perusahaan puluh lima juta rupiah dengan masa
merupakan penghasil uang besar menjadi lading uang. Jadi jangankan periklanan tersebut menawar lebih pengerjaan selama satu hari pe-
dalam organisasi sebuah perusahaan memikirkan menaikkan harga jasa murah lagi jasa si fotografer. Kelebihan motretan, maka untuk layout dengan
periklanan.” Sambungnya. fotogafer, memikirkan bagaimana car- selisih antara harga beli dari fotorgafer tingkat kesulitan yang sama hanya bisa
anya agar klien mereka tetap loyal saja dan harga jual kepada klien inilah yang dikenakan biaya sekitar dua puluh juta
GJ Melihat perusahaan periklanan sudah cukup memusingkan mereka. digunakan mereka untuk menutup rupiah di tahun 2008 ini.”
secara bersamaan menjadi korban Dan dalam rangka mempertahankan kehilangan selisih pendapatan dari
sekaligus tertuduh dalam proses klien, pada akhirnya ada beberapa departemen media.”

58 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 59


LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA

Banyak pihak yang menyalahkan


pihak perusahaan periklanan dalam
eka juga bagian dari korban tekanan
ekonomi. Selanjutnya adalah seberapa “Sebenarnya
kasus merosotnya harga jasa fotografi besar kemampuan, kepercayaan diri jelas sekali
karena terlalu menekan fotografer. dan kekompakan fotografer dalam bahwa fo-
Namun layaknya sebagai sebuah mempertahankan harga mereka.”
togafer yang
ikut banting
proses bisnis di mana hukum ekonomi Sambungnya. “Sebenarnya jelas sekali
berlaku, maka fotografer juga sama bahwa fotogafer yang ikut banting
bertanggung jawabnya dengan pihak harga adalah mereka yang sebenarnya harga adalah
perusahaan periklanan mengingat sebelumnya menetapkan harga yang
mereka yang
setiap kerjasama selalu terjadi setelah
kesepakatan kedua belah pihak. IU
terlalu tinggi. Mengapa begitu? Karena
dalam bisnis, harga dihasilkan melalui sebenarnya
berpendapat bahwa fotografer sebagai perhitungan-perhitungan ekonomi. sebelumnya
seorang pelaku bisnis harus mengerti Harga terbentuk dari elemen biaya menetapkan
penyebab fenomena ini secara men- produksi ditambah apresiasi terh-
harga yang ter-
lalu tinggi...”
dalam agar bisa menempatkan diri adap kemampuan mereka ditambah
margin atau keuntungan. Elemen biaya
dengan benar. “Fotografer jangan egois produksi 100% tidak fleksibel, semen-
dengan menunjuk hidung orang lain tara elemen apresiasi juga seharusnya
sebagai penyebab rusaknya harga. Har- tidak flexible karena berhubungan
us dipahami bahwa dasar dari masalah dengan penghargaan terhadap ke-
rusaknya harga jasa fotografi iklan mampuan anda. Hanya elemen margin
adalah tekanan ekonomi yang men- keuntungan yang relatif lebih flexible.
impa perusahaan periklanan dan juga Dan ketika hanya elemen margin keun-
ketidakmampuan fotografer untuk tungan yang bisa bergerak relatif lebih
mempertahankan daya tawar.” Tegas- bebas, artinya seharusnya tidak banyak
nya. “adalah benar bahwa perusahaan penurunan harga yang bisa dilakukan.
iklan semakin hari semakin murah Karena elemen margin keuntungan
menawar jasa mereka. Namun harus pun tidak mungkin sampai nol.” Jelas-
dipahami ini juga mereka lakukan nya lagi.
akibat tekanan ekonomi yang mereka
dapatkan. Ketika kita memahami itu, IU menjelaskan bahwa ada tiga
setidaknya kita tidak semena-mena kemungkinan perhitungan seorang
menyalahkan mereka, karena mer- fotografer melakukan banting harga.

60 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 61


LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA

Yang pertama margin yang terlalu be- maka hal ini akan sulit dicapai. Kar-
sar sehingga ketika dikurangi banyak ena penetapan standar harga tidak
pun masih ada profitnya. Kemungki- akan berjalan ketika ada orang-orang
nan kedua adalah over charge atau yang berada di luar kesepakatan yang
mengenakan biaya jauh lebih dari akan merusak kesepakatan tersebut.”
seharusnya pada komponen apresiasi Lanjutnya.
kemampuan sehingga cenderung flek-
sibel. Padahal seharusnya komponen Semakin memburuknya harga jasa
ini tidak fleksibel mengingat kemam- fotografi baik wedding dan komersil
puan kita cenderung meningkat dan memang dipengaruhi berbagai macam
artinya apresiasinya juga seharusnya aspek. Namun dengan kekompakan
cenderung meningkat bukan menu- dan keterbukaan dari para fotografer,
run. Kemungkinan yang ketiga adalah seharusnya bisa diatasi. Bukan teknolo-
gabungan dari keduanya.

Untuk mengatasi hal ini IU melihat


tidak ada cara lain selain upaya dari kan pada iklan yang sesuai dengan
para fotografer. “Tahun lalu jika kita permintaan pada saat elemen audio
ingin membuat sebuah jingle iklan kita tersebut dibuat. Artinya jika jingle A
datang ke sebuah music composer dan ditempel pada iklan versi A & B maka
memesan jingle berdasarkan durasi si pengiklan harus membayar dua kali.”
tertentu. Yang terjadi adalah ketika Jelasnya. “Yang ingin saya katakan ada-
jingle tersebut ditempelkan pada iklan lah kekompakan. Ketika pemain dalam
versi A, lalu beberapa bulan kemudian industri mau duduk bersama, kompak
dibuat iklan B dan jingle pada iklan menetapkan sebuah regulasi termasuk
versi A juga ditempelkan pada versi B, mengenai harga dan disiplin men-
maka si pembuat iklan dan pengiklan jalankannya maka seberapa besar teka-
tidak dikenai biaya. Namun tahun ini, nannya pun akan bisa diatasi. Termasuk
setelah para pekerja audio untuk iklan tekanan dari perusahaan periklanan
berkumpul dan membentuk asosiasi dan klien wedding. Tapi sejujurnya me-
yang solid mereka berhasil menetap- lihat mental fotografer yang cenderung
kan aturan bahwa penggunaan elemen memiliki ego dan kecurigaan yang
audio pada iklan hanya boleh dilaku- tinggi ditambah penguasaan fotografi
yang relatif dangkal pada umumnya

62 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 63


LIPUTANUTAMA JALANJALAN

gi digital yang seharusnya disalahkan,


bukan pula tekanan dan praktik bisnis
perusahaan periklanan yang berdasar
pada hukum ekonomi yang perlu
disalahkan, walaupun semua faktor
tersebut tidak bisa dipungkiri ikut ter-
libat. Namun hal paling dominan yang
membuat kondisi ini terjadi adalah kee-
goisan dan ketidakmampuan seorang

“Yang ingin
fotografer dalam berfotografi. Ternyata
masalahnya ada di kita sendiri. Mau
saya katakan diselesaikan atau diperpanjang, sehar-

adalah kekom- usnya juga menjadi pertanyaan bagi

pakan. Ketika kita sendiri.

pemain dalam
industri mau
duduk bersama,
kompak men-
etapkan sebuah
regulasi ter-
masuk menge-
nai harga dan
disiplin men-
jalankannya
maka seberapa
besar tekanan- Media Partner: Organized by:

nya pun akan


bisa diatasi.” For Futher Information :
PT. Dyandra Promosindo Jl. Johar No. 9, Menteng, Jakarta Pusat 10350
telp. 021 3107117 fax. 021 390 3824/49 website. www.dyandra.com

64 EDISI XVIII / 2008


The City Tower 7th floor Jl. M.H Thamrin No. 81, Jakarta 10310
telp. 021 31999 6077 fax. 021 31999 6177/6277 website. www.dyandra.com EDISI XVIII / 2008 65
contact person: Annisa ext.262 e-mail: annisa@dyandra.com; Rian ext. 260 e-mail: adriean@dyandra.com
LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

ALEX SOH, A JOURNEY TO


DISCOVER THE BEAUTY OF GOD
Memotret landscape mungkin sudah dilakukan oleh semua orang yang pernah
What’s the most difficult thing
memiliki kamera. Uniknya ketika faktor object yang difoto sama, banyak gambar
shooting landscape?
“My passion
yang dihasilkan secara berbeda oleh fotografer yang berbeda. Untuk itu setelah
I love the mother nature and the chal-
puas menghadirkan fotografer landscape dari eropa dan amerika, pada kesempa-
tan kali ini kami menghadirkan Alex Soh, seorang pecinta fotografi landscape dari
lenge of the unpredictable weather. We
is to bring to
people pictures
can have the best equipments in our
Singapore. Karya-karyanya memiliki keunikan tersendiri yang mudah-mudahan
hands and as creative as we can be but
dapat memperkaya wawasan anda para pecinta fotografi landscape.
if the weather does not cooperate with of God’s cre-
How did you know photography? Tell us from the beginning.
us, there’s nothing we can do. To me
ation and pic-
It started as a hobby, and from hobby it became a profession and later it became
that’s a great challenge.
tures that touch
a passion. Photography has become a big part of my life. I can only remember
shooting around with a compact camera when I was 13 years old. I took photog-
We have seen so many land-
scape picture. There are some
lives.”
raphy seriously only while I was studying at graphic design school, and that was photographer that shoot the
14 years ago. same spot but get different
result. What should we pay at-
What interesting to you in photography? tention more to create a better
shot even in the same spot with
I am more of an artist, a trained graphic designer. Photography to me is the fast-
others?
est way to create an art piece. My passion is to bring to people pictures of God’s
Capture with your heart, it will be your
creation and pictures that touch lives.
style. The idea is to be creative and not
to follow others. Remember, if the re-
You had a graphic design formal education background. Does it
sult of what you are going to shoot will
help for your photography capability?
be the same as others’, what’s so great
Definitely, we were trained to have eyes for colors, balance, line-arts and flexible
about your photographs then? What
mind to create, etc. I often find myself out there try to create pictures instead of
impact can it make? A great photogra-
taking good picture.

66 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 67


LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

pher’s work will bring the audience to a


new level of visual experience.

“A great Are you a kind of photographer


that tell a message on any of

photog- your photos or a kind that only


pursuit a “good visual”? Please

rapher’s explain why?

work will
A good picture is when it tells a story.
Often what I capture does not have

bring the the same impact. My job is to build the


stock photo library for the company I

audience work at, so I literally have to capture

to a new
almost everything.

level of vi-
What kind of photo satisfied you
most when creating it?

sual expe- The kind of pictures that would make


me jump up and down when they were

rience.” captured and those that bring smiles to


people’s faces.
Whether it is a portrait, animal or
scenery....I love them all. Today, I enjoy
doing fine art photography and pic-
tures that leave strong impression to
the audiences.

Mention one word that describe


your photos.
Touching Lives

What is the most attractive spot/


location for you on shooting?
This is a tough question. Every place

68 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 69


LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

Every picture
tells a story. As
an old adage
goes: “ a picture
tells a thousand
words”, so the
next time you
take a picture,
ask yourself
what story are
you going to
tell.”

70 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 71


LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

72 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 73


LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

I visited had its own beauty, it is the


question of how we appreciate it.

You said “photography is all


about opportunity. An artist
doesn’t make art – art happens.”
please explain.
As an artist, you may plan in mind the
kind of pictures you are going to shoot
but the results may not be what you

“photog-
expect. You may agree with me that
sometimes the accidental shots are the
best ones.
raphy is all
What should a photographer
have in their mind when creat- about op-
ing a picture regarding that
statement. portunity.
Arts can happen anytime, anywhere.
An artist
doesn’t
It’s a challenge for a photographer to
always be ready and alert to capture
the moment
make art
– art hap-
pens.”

74 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 75


LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

76 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 77


LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

78 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 79


LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

at the picture you took, what do you


see? You probably only see the sky and
the sea. The picture doesn’t look as
beautiful as the real thing. Why? That’s
because you don’t capture the atmo-
sphere. There are many things present
but you can’t capture them all into your
frame because it’s too big of an area.
That’s why the understanding of fore-
ground and background is important.
Try to bring a subject by the beach into
the foreground. It could be a flower, a
driftwood, a seashell, etc. This will give
depth to the image you are about to
take.

Please share us some tips to cre-


ate a good landscape photos.

Picture tells a story


Every picture tells a story. As an old
adage goes: “ a picture tells a thousand
words”, so the next time you take a
picture, ask yourself what story are you
going to tell. A good picture is the one
that speaks to you.

Foreground & Background


Photography is about composition. You
can go to a beach and take a picture,
but when you reach home and look

80 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 81


LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

82 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 83


LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

84 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 85


LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

Colors be not as nice as you thought it would


My pictures are often very colorful be. Why? There are many reasons, one
because I know that colors attract of them is because you have included
people’s attention. When I took a shot too many subjects in the same image.
of a bumblebee on a flower, I took time Remember, when there are unneces-
to select the background. Remember, sary objects come into your frame, crop
whenever you take a picture you must it off. That is what I mean by Clean-cut.
not only concentrate on the subject
matter but also to select a nice back- Angle
ground. It will be interesting if you can capture
your images from an angle that un-
Clean-cut predictably different from what others
Focus on the subject that you want to would expect it to be/ from what oth-
share with others, do not let unneces- ers would normally see . Capture your
sary objects distort your story. Many images at a different angle and not at
times when you take a picture that eye level. It will give your pictures a dif-
you think will be nice but turns out to

86 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 87


LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

88 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 89


LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

captured that moment.

“Do not Think Out of the Box

think too Do not think too technically because

technically it takes away your creativity. Get out

because it
of the box! You will probably agree
with me that many experimental shots

takes away turned out to be quite good. Allow

your cre- yourself the latitude to explore. Espe-

ativity. Get
cially with digital SLR camera today, no
film cost, so why wait?

out of the
box! You
will prob- “...pho- In conclusion, photography is about
practice more than possessing a
ferent feeling. If I shoot a picture from
ably agree tography creative eye, it is about making an

is about
effort. You don’t wait for the picture

with me
the top of a tree, I’m also taking my
audiences up to the tree with me. to come. You go for it. You must have

that many
experimen- practice the attitude of mind that everything
has its own beauty and your role is to

more than
Warm Up
bring out the beauty of each subject.

tal shots
Most good pictures come unexpect-

possess-
edly. Usually when I go on a photog- Remember you are the creator of the
raphy trip, I only shoot rubbish during
turned out image. You are the author of the story

to be quite ing a cre-


the first few days. You need to warm that you are about to tell.
up in order to get your system ready
good. Allow ative eye,
yourself the
to capture images. I remember on one

it is about
occasion I saw a man walking down the
road carrying two piles of wood one
latitude to
explore.” making an
on each side. Suddenly a gusty wind
blew his hat away up to the air. When I
finished focusing my lens, the hat had
already landed on the ground. A good
shot was missed! I said to myself if only
effort.”
I had warmed up, I’m sure I would have

90 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 91


LANDSCAPEPHOTOGRAPHY LANDSCAPEPHOTOGRAPHY

92 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 93


THEPRODUCTINFO THEPRODUCTINFO

LIGHT ARCHITECTURE BY URS RECHER


Fotografi is light. Tidak mengerti lighting artinya anda tidak mengerti fotografi.
Atas dasar itu pencarian “kebenaran” mengenai lighting dalam fotografi seakan-
akan tidak pernah berhenti. Berbagai macam buku mengenai lighting sudah
diterbitkan. Namun jarang yang secara tuntas mampu menyulap pembacanya
jadi ahli lighting.

Buku Light architecture yang ditulis oleh Urs Recher ini cukup komprehensif dan
detail dalam memberikan pemahaman tentang lighting. Penggunaan lighting
diagram yang biasanya selalu kami kritik sebagai pembodohan kali ini terpaksa
kami anulir untuk buku ini karena buku ini tidak sekedar melampirkan lighting
diagram sebagai bahan contekan, namun Urs juga memberikan penjelasan men-
gapa lighting diagramnya seperti itu. Adalah argumen mengenai alasan men-
gapa begitu dan mengapa seperti itu lah yang membuat buku ini bisa dikatakan
mencerdaskan. Setidaknya Urs tidak terjebak kepada upaya doktrinasi menge-
nai teknik lighting yang benar menurutnya. Namun lebih kepada memberikan
alasan terhadap setiap detail setting lighting yang ia gunakan. Karena itu lighting
diagram menjadi suatu panduan terhadap evaluasi argumen Urs, bukan sebagai
contekan tanpa argumen seperti yang banyak dilakukan oleh buku dan majalah
fotografi lain.

Buku Light Architecture ini lebih menarik lagi karena juga mengupas teknis light-
ing secara menyeluruh baik menggunakan artificial light, available light maupun
mix light. Bagi anda yang merasa sudah mengerti lighting, mungkin sudah waktu-
nya untuk membuktikan keyakinan anda akan kemampuan anda tentang lighting
dengan membaca buku ini. Dan bagi anda yang merasa masih belum selesai
melakukan pencarian “kebenaran” mengenai lighting. Mungkin ini bisa menjadi
jawaban yang selama ini anda tunggu-tunggu. Untuk mendapatkan buku ini
anda bisa menghubungi Primacolor Imaging di Jl. KH Hasyim Ashari 44CD, Jakarta
Pusat, telp. 634 3127

94 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 95


MASTERTOM MASTERTOM

How to do spectacular
SPACE shots
Hello friends of outer-space! Here’s one my brother Markus prepared earlier (remember Markus, the all-
round genius of my studio?).
Do you want to shoot really fantastic
space shots? No problem!
So, what do we need? First of all, a few
sheets of black cardboard. Second, a
“secret explosive powder”. If you like,
you can pretend it’s really dangerous
and take cover behind the sofa... but
it’s only baby powder!

Sprinkle a tablespoon full of baby


powder into the middle of the black
cardboard. If you then blow through a
straw right into the centre of the pow-
der, you’ll get a wonderful black and
white picture of an explosion. Honest!

96 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 97


MASTERTOM MASTERTOM

This might not always work first time


round, but with a little bit of practise,
you’ll get there in the end. Finally, take
a picture of the best cardboard. It is not
necessary to have your best camera
for this (I normally use my little 200$
camera). Now add a little “speed effect”. In
This shot looks like a dull black-and- Photoshop there is a function called
white photo of a space explosion, but “motion blur” in the Filter Menu (in
it is a start. other software “pixel explosion” or
“speed effect”). This adds more power
Now turn it into a super cool space- to your photo, if you want to have an
explosion! Use the “gradient curve” in “explosive” look.
your image processing software like
Photoshop, ACDSee or whatever. Raise
the red and green curves on the right
side, and lower the blue curve on the
left. Play with this function and you
easily get a bright, glowing effect.
Pretty cool, isn’t it?

98 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008 99


MASTERTOM MASTERTOM

This photo looks like a big explosion,


but if you use other colours, it looks
very much like “other galaxies”.

Here is a photo, that could be seen in


a huge microscope. The “baby powder
effect” is an interesting way of shooting Sometimes I do workshops. This photo was made within a day with my students.
something never-seen-before.
Here in THELIGHT I show it a first time to a wider audience. Keep it as a secret…!

Let there be light!


MasterTOM
(Thomas Herbrich)

100 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008101


THEINSPIRATION THEINSPIRATION

TERAPI JILAT PANTAT bahas di sini. Mungkin istilah “jilat


Beberapa saat yang lalu saya
pantat” sudah bukan istilah yang kasar
berkesempatan berkunjung ke rumah
bagi kita semua di sini, karena kita
seorang seniman besar Indonesia. Ada-
hidup di tengah-tengah persaingan “Mereka yang be-
lah seorang fotografer yang mengajak
saya ke sana. Ia pun memperkenalkan
menjilat pantat. Kalau boleh jujur, rani mendebat
saya kepada seniman besar ini. Pada
marilah kita merenung sejenak, dan
malah dianggap
saat Ia memperkenalkan saya kepada “Dulu waktu mengingat-ingat dengan jujur berapa
provokator yang
saya baru lulus
banyak “pantat” yang sudah kita “jilat”
seniman besar ini, sang seniman pun
seminggu terakhir? Pantat atasan kita, suka cari ribut,
bertanya apa background saya? Saya
pun menjawab “saya sekarang lagi kuliah di jer- klien mungkin? Mertua, pacar, istri atau cari musuh dan
ngerjain majalah fotografi bareng be- man saya juga suami? Atau bahkan orang yang kita
bahkan dianggap
berapa orang teman pak, tapi dulunya
sempat satu hormati.
tidak mengerti
saya kerja di advertising.” Sesaat kemu-
setengah tahun Setidaknya dalam lima tahun tera- budaya timur
kerja di adver-
dian ia tersenyum lalu berkata, “Dulu
waktu saya baru lulus kuliah di jerman
khir saya mengikuti lebih ari 30 buah
yang begitu cinta
saya juga sempat satu setengah tahun tising. Duitnya mailing list. Diantaranya mailing list
akan kedamaian.
banyak banget.
fotografi, mailing list pekerja iklan,
kerja di advertising. Duitnya banyak
mailing list alma mater sekolah saya, Padahal perdeba-
banget. Melimpah. Tapi jiwanya kering
karena kerjaannya ‘njilati pantat orang Melimpah. Tapi dan beberapa mailing list lainnya. Hal tan yang dilaku-
terus.” jiwanya kering yang agak miris sering terjadi di mail-
kan bukan un-
karena kerjaan- ing list fotografi dan pekerja iklan. Mail-
ing list tersebut terbentuk berdasar- tuk membunuh
Bukan tentang profesi pekerja adver-
nya ‘njilati pan- kan satu topik yang spesifik di mana karakter apalagi
tat orang terus.”
tising yang dianggap suka “menjilati
pantat” orang oleh seniman besar ini
tentunya ada beragam anggota mulai
mempermalukan
yang ingin saya bahas di sini. Namun
saya lebih tertarik kepada satu frase
dari yang muda hingga yang tua, mulai
dari yang junior hingga yang senior. lawan debat.”
Yang menjadikan mailing list ini miris
yaitu “menjilat pantat” yang ingin saya
adalah ketika ada perdebatan di antara

102 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008103


THEINSPIRATION THEINSPIRATION

“Atas dasar
beberapa orang anggota yang lebih jangan ngomong sembarangan sama
junior mengenai suatu hal. Biasanya komandan, nanti kualat loh.”

budaya mereka berbalas argumen mulai dari


yang rasional hingga mulai mengarah Saya tidak tahu siapa yang berinisiatif

timur dan ke emosional. Hal yang miris terjadi memulai budaya ini, namun agak ironis

tenggang
ketika orang yang dianggap senior ketika seorang senior yang seharusnya
ikut bicara dan seketika omongannya mendidik dan mengarahkan juniornya

rasa serta dianggap sebagai kebenaran. Semua


member yang terlibat dalam perde-
untuk lebih kritis dan berani berar-
gumen secara rasional malah diam

persaha- batan menghentikan agresinya tanpa dengan kenikmatan dan kemenangan

batan itu-
menantang sang senior untuk berde- ketika menyaksikan tidak ada juniornya
bat secara rasional. Argumen sang yang berani mendebat pendapatnya.

lah negara
senior yang pendek dan sedikit meng- Mereka yang berani mendebat malah
gantung dianggap sebagai bagian dari dianggap provokator yang suka cari

ini dibuat puzzle yang tadi hilang sehingga tim-


bullah perdebatan tersebut. Lebih miris
ribut, cari musuh dan bahkan diang-
gap tidak mengerti budaya timur yang

menja- lagi ketika ada beberapa orang junior begitu cinta akan kedamaian. Padahal

di tidak
di komunitas itu mengatakan kata-kata perdebatan yang dilakukan bukan
yang kurang lebih seperti ini, “wah kalo untuk membunuh karakter apalagi

mampu bos X sudah ngomong ya bereslah


semua. Memang itu yang benar.” Atau
mempermalukan lawan debat.

berargu- “saya setuju dengan komandan. Maju Atas dasar budaya timur dan tenggang

mentasi
terus komandan.” Padahal argumen rasa serta persahabatan itulah negara
yang diajukan oleh orang yang disebut ini dibuat menjadi tidak mampu be-

dan men-
“bos” atau “komandan” itu masih rargumentasi dan mengungkapkan
sangat mudah untuk diperdebatkan. pendapatnya. Beberapa saat yang lalu

gung- Namun seolah-olah kitab suci sudah


turun, suara senior adalah suara Tuhan
ada sebuah peristiwa yang setidaknya
membuktikan argumen premature

kapkan sehingga haram hukumnya untuk saya ini. Pembuktian tersebut ter-

pendapat-
mendebatnya. Bahkan ada guyonan jadi ketika saya harus menginterview
yang muncul terhadap pihak-pihak beberapa orang Indonesia dan orang

nya.” yang mendebat argumen sang koman-


dan dengan mengatakan, “hussss…
bule mengenai sebuah acara. Berikut
cuplikannya:

104 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008105


THEINSPIRATION THEINSPIRATION

Saya : Apa kabar mbak?


Indo : Baik.
Saya : Menurut mbak, bagaimana acara hari ini?
“Coba tanyakan ke-
pada mereka yang
Indo : Ya bagus sih….
Saya : Bagusnya gimana?
Indo
Saya
: ya bagus. Menarik acaranya.
: Kalau lain kali acara ini diadakan lagi, mbak mau datang nggak? bercita-cita ingin jadi
Indo : Mau.
pilot, dokter atau in-
sinyur, mengapa mer-
Saya : ada saran nggak biar acara ini lebih bagus lagi?
Indo : Udah bagus sih, tapi kalau bisa lebih bagus lagi lebih baik sih.

Sementara pada saat saya menanyakan hal yang sama pada seorang penonton
eka memiliki cita-cita
bule sebuah acara hal yang berbeda saya temukan, berikut cuplikannya:
seperti itu? Saya rasa
Saya : Apa kabar pak?
tidak banyak anak
yang bisa menjawab.
Bule : Sangat baik. Bagaimana dengan kamu? Kamu baik-baik juga kan?
Saya : Baik pak, terima kasih. Menurut bapak, bagaimana acara hari ini?
Bule : ya.. saya pikir acara ini sangat positif karena memberikan kesempatan
bagi kaum muda untuk menyalurkan hasrat mereka secara positif. Kita bisa lihat Karena anak Indone-
bagaimana aksi generasi muda yang begitu sukar untuk dipercaya, namun benar-
sia sudah terdidik se-
cara structural untuk
benar terjadi. Saya tidak akan percaya jika saya tidak melihat langsung di sini.
Saya : Kalau lain kali acara ini diadakan lagi, bapak mau datang nggak?

menuruti hal yang


Bule : Pasti. Lain kali saya akan ajak anak saya yang masih kecil untuk melihat
bagaimana anak muda bisa berbuat sesuatu yang bagi banyak orang tidak mung-
kin dilakukan. Acara ini sangat positif bagi mereka. Tentu saja saya akan datang.
Saya : Apakah ada saran agar acara ini bisa lebih baik lagi? diyakini benar tanpa
Bule : Saya rasa lain kali acara ini harus dibuat lebih lama lagi durasinya. Selain
itu promosinya juga harus lebih besar agar lebih banyak lagi orang yang bisa
merasakan manfaatnya.
perlu tahu alasannya.”
Apa yang anda tangkap dari dua percakapan di atas? Mungkin percakapan terse-
but tidak mewakili 100% orang Indonesia dan orang bule. Namun setidaknya di

106 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008107


THEINSPIRATION THEINSPIRATION

“Karena
kepada saya, bahwa system pendidikan sudah terdidik secara structural untuk
dan budaya yang berlaku di Indonesia menuruti hal yang diyakini benar tanpa
lah yang menyebabkan hal ini terjadi. perlu tahu alasannya.
benar dan
salah bu-
Mulai dari hal kecil ketika kita kecil,
ingatkah kita apa cita-cita kita? Anak Maka dari itu, miris sekali ketika saya
kecil di Indonesia memiliki cita-cita melihat dan mendengar sosok-sosok
kan ditemu-
kan dengan
yang tidak jauh dari dokter, insinyur, besar di dunia fotografi yang den-
pilot dan presiden. Tidak ada yang gan sengaja atau tidak sengaja telah
bercita-cita jadi masinis, jadi fotografer,
sutradara, pialang saham, dan lain
“menjajah” juniornya untuk tidak boleh
berargumentasi terlebih lagi dengan mengkon-
sebagainya. Coba tanyakan kepada alasan budaya timur dan lain seba-
frontasi satu
mereka yang bercita-cita ingin jadi
pilot, dokter atau insinyur, mengapa
gainya.
keyakinan
mereka memiliki cita-cita seperti itu? Erik Prasetya, seorang fotorgafer fine
dengan
keyakinan
Saya rasa tidak banyak anak yang bisa art journalism pernah berkata kepada
menjawab. Karena anak Indonesia saya, bahwa tidak penting apa yang
situ tergambar betapa sulitnya orang mereka yakini dan mereka anggap be-
yang lain,
namun den-
Indonesia untuk mengungkapkan isi nar. Bukan masalah apakah keyakinan-
kepala mereka (jika memang kepal- nya sama atau berbeda dengan beliau.
anya ada isinya. Hehehe…). Mungkin
saja mereka malu, mereka takut atau
Adalah argumentasinya yang penting.
Beliau bisa saja menilai foto seseorang gan meng-
bahkan memang karena mereka tidak sebagai foto yang jelek, begitu pula
konfrontasi
tahu harus berbicara apa karena sudah
begitu terbentuknya sikap untuk tidak
sebaliknya, namun argumen untuk
mempertanggungjawabkan keyakinan satu keyaki-
berani berargumen karena tidak boleh kitalah yang penting.
nan dengan
argumen
salah, tidak boleh mengungkapkan
keyakinan. Sementara si bule, mampu Teguh Ostenrik, seorang seniman besar
menjawab pertanyaan singkat dengan Indonesia yang disegani hingga ke luar
keyakinan
tersebut.”
jawaban yang jauh lebih panjang dari negeri pernah berkata kepada saya,
pertanyaan saya. bahwa orang Indonesia belajar dengan
diarahkan untuk mencari kebenaran
Apa yang menyebabkan hal ini terjadi? dengan menghindari kesalahan. Se-
Seorang teman pernah mengatakan mentara ia justru mendorong murid-

108 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008109


THEINSPIRATION THEINSPIRATION

nya untuk berbuat salah sebanyak-ban- Mulai hari ini, marilah kita untuk tidak
yaknya agar ia tahu kebenaran yang takut mendebat setiap perbedaan
sesungguhnya. yang timbul dengan argumen yang
rasional. Bukan untuk mencari ribut,
Orang-orang besar yang besar bukan bukan untuk mencari musuh, apalagi
sekedar besar nama dan ketokohannya mengabaikan nilai-nilai budaya timur.
selalu memberi ruang bagi siapapun Tapi agar kita semakin mengerti dan
termasuk mereka yang lebih muda,
“orang Indonesia be- semakin menguasai kebenaran sesung-

lajar dengan diarah-


lebih sedikit pengalamannya untuk guhnya.
bertukar pikiran dengan argumentasi
yang tepat. Bahkan mereka menyisa-
kan ruang akan kemungkinan sama- kan untuk mencari Sebagai penutup ada satu cerita nyata
yang menggelikan. Di Jerman, ketika
sama benar pada sebuah perdebatan
kebenaran dengan dalam pembicaraan sekelompok orang

menghindari kesalah-
yang melibatkan dua pihak dengan ada satu orang yang tidak mengerti
keyakinan yang berbeda. Karena benar topik pembicaraan bahkan ketika di-

an. Sementara ia justru


dan salah bukan ditemukan dengan jelaskan berkali-kali. Maka ejekan yang
mengkonfrontasi satu keyakinan den- dilontarkan terhadap orang ini adalah
gan keyakinan yang lain, namun den-
gan mengkonfrontasi satu keyakinan mendorong muridnya “No wonder, He’s only engineer.” Men-
jadi menggelikan karena di Indonesia
dengan argumen keyakinan tersebut.
untuk berbuat salah se- profesi Engineer justru begitu diidola-

banyak-banyaknya agar
kan dan menjadi cita-cita jutaan anak
Untuk itulah, dalam rangka belajar Indonesia.
marilah kita mulai sedikit “kurang ajar”
dengan berani berargumen melawan ia tahu kebenaran yang
orang yang lebih senior. Karena ketika
kita berani berargumen, menang dan
kalah anda sama-sama mendapat
sesungguhnya.”
pelajaran berharga. Sementara ketika
kita memilih untuk tidak berargumen
dengan orang lain dan memilih “men-
jilat pantat” orang tersebut. Hanya “bau
pantat” yang anda dapatkan.

110 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008111


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

BEA WIHARTA, PETUALANGAN


SANG JURNALIS SEJATI
Setelah beberapa edisi fotografer dan foto-foto jurnalis absen dari halaman-hal- karena keterbatasan dana Bea pun
“Bapak
aman kami, pada kesempatan kali ini kami menghadirkan Bea Wiharta, seorang terpaksa masuk IKIP jurusan pendidi-
kan teknik sipil. “waktu itu bapak saya saya cuma
supir
fotografer senior kantor berita Inggris Reuters yang dengan karya-karya dah-
syatnya seolah-olah bisa membayar lunas hutang kami kepada pecinta fotografi bilang bahwa dia nggak punya uang

bemo. Dan
jurnalistik. untuk menyekolahkan saya di bidang
arsitektur. Nah karena kebetulan kakak
Bea Wiharta mengenal dan mulai tertarik pada fotografi ketika ia mengikuti ekstra
kurikuler di SMP. “Waktu itu di sekolah hanya ada 1 kamera, jadi kami masing-
saya sudah kuliah di IKIP jurusan pen-
didikan teknik sipil maka saya disuruh untuk Ban-
masing dapat jatah tiga jepret.” Kenangnya. Waktu itu bea cukup beruntung masuk ke sana karena setidaknya
tu ekono-
mi kelu-
karena mendapat pelajaran fotografi yang cukup lengkap dari mulai dasar-dasar bapak saya tidak perlu membelikan
fotografi hingga cuci cetak foto dengan kamar gelap. Keberuntungan Bea berlan- buku-buku kuliah yang baru untuk

arga, Ibu
jut ketika materi pelajaran fotografi itu habis sebelum semester berakhir. Akhirnya saya.” Kenangnya.
untuk mengisi kekosongan, Bea bersama teman-temannya melakukan eksperi-
men mencetak film dengan berbagai teknik mulai dari ditumpuk-tumpuk, ditusir, Selepas menamatkan pendidikan
tingginya, Bea sempat bekerja menjadi saya teri-
ma order
dan lain sebagainya. Ini membuat Bea mengetahui cara kerja fotografi secara
cukup mendalam. penterjemah. “waktu itu saya merasa

pas foto
beruntung sekali, karena yang di tes
Ketika beranjak SMA, Bea pun hidup di keluarga yang menjadikan fotografi se- ada 51 orang dan saya selesai menger-
bagai salah satu sumber penghidupan. “Bapak saya cuma supir bemo. Dan untuk
Bantu ekonomi keluarga, Ibu saya terima order pas foto mulai dari motret sampai
jakan ujian jam 6 sore padahal yang
lainnya jam 1 siang sudah selesai.” mulai dari
cetak.” Kenangnya. Bea sendiri mendapat tugas untuk mengantar foto-foto yang Kenangnya geli. Dan ia semakin merasa
motret
sampai
sudah jadi ke pemesannya. Melihat karya-karya ibunya yang hanya berupa pas beruntung ketika ternyata ia menjadi
foto, bea tidak tertarik untuk mengikuti jejak ibunya tersebut. salah satu orang yang diterima dari

cetak.”
hanya empat orang yang diterima.
Lulus dari bangku kuliah, Bea tertarik untuk masuk jurusan arsitektur, namun Pekerjaan pertamanya itulah yang

112 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008113


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

114 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008115


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

116 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008117


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

membawa Bea ke bidang fotografi. Ketika ada peristiwa tertentu biasanya


Setelah berhasil mengumpulkan uang yang berangkat untuk meliput digilir.

“Fo- dari gaji bulanannya, Bea memutuskan


untuk membeli kamera. Sejak saat itu
Sementara di perusahaan asing yang
ditunjuk untuk berangkat adalah yang

tografer ia pun membawa kameranya kemana dianggap mampu. Jadi persaingannya

asing
pun ia pergi. Hampir setiap hari jumat lebih sehat.” Jelasnya.
selepas kerja ia pergi berpetualang ber- Namun ketika ditanya bedanya kualitas

dan lokal
sama teman-temannya. Ia pun mem- fotografer lokal dan asing, Bea men-
pelajari fotografi secara otodidak mulai jawab sama. “Fotografer asing dan

sama. dari bertanya dari teman, membaca


buku, mempraktekkan sendiri. Selama
lokal sama. Yang bagus ya bagus,
yang jelek ya jelek. Bedanya adalah

Yang ba- belajar pun Bea mencoba mengguna- wewenang editingnya. Kalau di media

gus ya ba-
kan kamera slide karena lebih mudah lokal wewenang editing ada di tangan
untuk mengenali mana yang benar dan editor yang kebanyakan editor tulis.

gus, yang salah karena filmnya satuan.


Perlahan-lahan setelah merasa kemam-
Sementara di media asing walaupun
wewenangnya ada di tangan edi-

jelek ya puannya membaik, Bea pun mencoba tor foto namun proses pembelajaran
“dan mung-
jelek.”
menjual fotonya ke majalah-majalah. melalui diskusi antara editor dengan
Dan setelah beberapa kali fotonya laku fotografernya selalu terjadi.” Jawabnya.
kin karena
dibeli oleh media, Bea pun memutus-
kan untuk mengundurkan diri dari
“Di media asing fotorgafer bisa dengan
bebas beradu argumen dengan edi- kesombon-
pekerjaannya sebagai penterjemah. tornya mengenai mana fotonya yang ganku dengan
Berawal dari fotografer lepas, ia pun baik untuk dipublish dan mana yang
menganggap
mulai menjadi fotografer tetap untuk
majalah Gatra, setelah sebelumnya
tidak.” Sambungnya,
Timor-Timur
sempat bekerja pada majalah Suasana, Bea masih melihat logika mencerna tidak seberapa
Sinar dan Go. sebuah foto yang dimiliki editor tulis menyeramkan
berbeda dengan editor foto atau si
dibanding Am-
Berbicara mengenai tempat ia bekerja
saat ini, Bea merasa bekerja di lingkun-
fotografernya. “Sebagai contoh, jika
sebuah media harus memuat berita bon makanya
gan asing lebih menyenangkan bag- tentang gempa yogya, maka kebanya- di sana aku ter-
inya dibanding lokal. “Di perusahaan
lokal managemen selalu berusaha adil.
kan editor tulis akan mencari foto yang
menunjukkan kondisi pasca gempa
tembak di kaki.”

118 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008119


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

120 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008121


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

122 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008123


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

sebagai latar belakang dan ada tulisan Ditanya mengenai cara membuat foto
“yogya” sebagai foreground. Padahal jurnalis yang baik, Bea berpendapat
tidak harus segamblang itu harusnya.” bahwa seorang jurnalis foto harus
Jelasnya. dapat memposisikan dirinya dengan

“Fungsiku adalah un- tepat. “Fungsiku adalah untuk mewakili

tuk mewakili orang


Perbedaan lain fotografer lokal dengan orang lain yang nggak ada di lokasi
asing menurut Bea adalah kemampuan pada saat itu. Jadi tujuannya adalah
dalam mengkonsep. “Fotografer asing
cenderung lebih baik dalam mengkon- lain yang nggak ada membuat foto sehingga orang yang
tidak ada di situ bisa membayangkan
sep. Harus diingat bahwa walaupun
di lokasi pada saat itu. kejadian di situ, dan lebih jauh lagi foto

Jadi tujuannya adalah


jurnalis foto tugasnya mengcapture tersebut harus bisa membuat orang
kejadian, namun sebelum sampai lain merasakan kondisi sesungguhnya

membuat foto sehing-


lokasi sang fotografer juga sudah harus saat itu.” Jelasnya.
punya gambaran konsep berdasarkan
pengetahuannya terhadap keja-
dian itu.” Ungkapnya. “Konsep sangat ga orang yang tidak Bercerita mengenai pengalaman
menarik pada saat bertugas, bea men-
penting untuk menghemat waktu
ada di situ bisa mem- gawali kisahnya dengan menceritakan

bayangkan kejadian di
kita dalam memotret karena konsep betapa menyeramkannya konflik antar
seolah-olah memberi kita batasan agama di Ambon yang pernah ia liput.
pekerjaan kita. Setelah konsepnya ada
barulah di lokasi kita cari kemungkinan situ, dan lebih jauh lagi “Aku sudah pernah meliput berbagai
macam kerusuhan, konflik dan perang.
seluas-luasnya dalam batasan konsep
foto tersebut harus Tapi buat aku Ambon adalah yang

bisa membuat orang


itu.” Sambungnya. Sebagai contoh Bea paling menyeramkan karena di sana
mengambil kejadian demonstrasi BBM. orang tidak meyisakan belas kasihan

lain merasakan kondi-


“Kalau sudah jelas demo yang akan kita sama sekali. Dan karena itu setelah aku
liput adalah demo BBM, maka di jalan berhasil keluar dari sana dan sempat
kita sudah terbayang visual ada sim-
bolisasi BBM yang bisa dimasukkan da- si sesungguhnya saat menenangkan diri dengan berlibur.
Baru seminggu berlibur dan ketika aku
lam elemen visual, seperti mobil tangki
BBM atau SPBU sebagai background
atau foreground dari kerumunan demo
itu.” ditawari untuk meliput konflik pra ref-
erendum di Timor Timur, aku langsung
berangkat ke sana.” Kenangnya. “dan
tersebut.” Jelasnya. mungkin karena kesombonganku den-
gan menganggap Timor-Timur tidak

124 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008125


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

126 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008127


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

128 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008129


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

130 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008131


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

mobilku terparkir. Sayangnya mobil itu lam kampung orang-orang berteriak


sudah keburu jalan. Aku pun sempat “bapa…. Darah bapa……” aku lang-
bingung karena orang sudah baku sung melihat kakiku yang ternyata
tembak di sana. Akhirnya aku masuk ke sudah dipenuhi darah. Seketika aku
parit yang cukup besar dan dalamnya lemas dan merasa sakit yang luar biasa.
kurang lebih 2 meter dan berlari di situ. Aku pun segera menelepon kantor
Tiba-tiba di jalanan di atasku ada se- dan minta dikirimi ambulan. Kurang
orang pengikut pro kemerdekaan yang lebih 3 jam kemudian ambulan datang
tertembak. Aku langsung berpikir wah dan mengangkutku keluar dari sana.
ini foto bagus nih. Sesaat kemudian Namun satu hal yang aku yakini adalah
seorang temannya datang membantu. mungkin aku tertembak di sana karena
Aku semakin yakin kalau ini bisa jadi aku menganggap remeh kerusuhan di
foto yang bagus. Aku pun segera naik sana dibandingkan di Ambon.” Kenang-
dan mengambil beberapa foto. Sesaat nya.
kemudian aku berlari lagi, dan seke-
tika aku merasa pinggangku seperti Peristiwa lain yang juga sangat berke-
didorong sesuatu. Tapi aku terus berlari san bagi Bea adalah Tsunami Aceh.
hingga masuk ke kampung. Di da- “Waktu itu saya berangkat ke Aceh satu

hari setelah gempa. Saya tidak tahu


seberapa menyeramkan dibanding bahwa itu Tsunami dan separah itu.
Ambon makanya di sana aku tertem- Ketika sampai di bandara, ada seorang
bak di kaki.” Sambungnya. “Waktu itu ibu yang bertanya saya siapa dan mau
dari pagi aku sudah lihat banyak orang kemana. Setelah saya katakana saya
pro kemerdekaan bawa-bawa senjata dari Reuters ia senang dan ia pun me-
api. Aku sudah ada firasat bahwa pasti nawarkan diri untuk mengantar saya
hari ini pecah nih konfliknya. Dan benar kemanapun saya pergi dengan syarat
saja siang harinya ketika masyarakat saya harus mengirim foto-foto itu ke
yang pro integrasi sedang berkampa- kantor saya hari itu juga. Akhirnya kami
nye melewati desa yang pro kemerde- pun berangkat. Tempat pertama yang
kaan konflikpun pecah. Aku yang kami kunjungi adalah sebuah lapangan
sudah bersiap-siap di situ pun segera yang menjadi tempat penampungan
memotret sedapatnya. Setelah merasa mayat-mayat. Ketika sampai di tempat
cukup aku pun lari ke tempat di mana itu saya syok dan tidak mampu me-

132 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008133


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

134 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008135


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

136 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008137


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

138 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008139


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

motret. Saya tidak menyangka segitu


parahanya kejadian itu tapi di sisi lain

“Setelah selama saya malu untuk mengakui bahwa

satu setengah saking syoknya saya tidak mampu


motret. Akhirnya saya minta di bawa ke
bulan berada di tempat lain dulu dan mengatakan akan
Aceh saya pu- memotret tempat tersebut nanti sore-

lang ke Jakarta nya seperjalanan kembali ke bandara.

dan selama be-


Selama beberapa hari ibu tersebut
mengantar saya kemanapun saya mau
berapa saat set- tanpa dibayar. Saya pun bertanya ke-

iap harinya saya padanya mengapa ia mau melakukan

menangis. Saya itu. Ibu itu berkata bahwa bencana itu


terlalu parah untuk ditanggulangi oleh
syok akan apa orang Aceh sendiri. Ia butuh bantuan
yang saya lihat orang dari mana saja untuk datang ke

di Aceh.” Aceh untuk membantu. Dan itu cuma


bisa ia dapatkan ketika orang melihat
foto-fotonya di media. Saat itu saya
sadar bahwa Ibu tersebut lebih sadar
akan pengaruh media dibandingkan
saya.” Kenangnya. “Setelah selama
satu setengah bulan berada di Aceh
saya pulang ke Jakarta dan selama
beberapa saat setiap harinya saya me-
nangis. Saya syok akan apa yang saya
lihat di Aceh. Semua orang yang ada di
sekeliling saya, termasuk rekan-rekan
kantor saya menyarankan saya untuk
menemui psikolog. Akhirnya saya me-
nemui seorang teman yang berprofesi
sebagai psikolog. Ia pun menyarankan
saya untuk kembali ke Aceh untuk me-

140 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008141


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

142 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008143


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

144 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008145


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

“harus diingat, dalam berkarya dilakukan fotografer-fotografer jaman


dulu. Jadikan pelajaran fotografer
slideshow foto.” Tegasnya. “Media

Jurnalis foto memang didukung


online menawarkan keleluasaan lebih
senior sebagai batu pijakan untuk pembacanya untuk bisa melihat foto
oleh faktor keberuntungan. Na- mempelajari hal-hal yang belum lebih banyak dan juga materi audio.

mun ketidakberuntungan kita dipelajari fotografer senior. Sesuatu Jadi kalau memang mungkin buatlah

bisa kita persempit jika kita men-


yang terpakai di masa depan. Sebagai slideshow foto dari satu kejadian yang
contoh, menurut data Koran oplag- bisa dilengkapi dengan audionya juga.”
guasai wawasan tentang apa nya terus mengalami penurunan. Hal Sambungnya.
yang akan kita foto disamping ini karena kehadiran media online. “harus diingat, dalam berkarya Jurnalis

penguasaan concept, teknis dan Untuk itu seorang fotorgafer harus bisa
bersaing secara sehat dengan mem-
foto memang didukung oleh faktor

hati tadi.”
keberuntungan. Namun ketidakberun-
pelajari karakteristik dunia online dan tungan kita bisa kita persempit jika kita
mempelajari yang mampu ditawarkan menguasai wawasan tentang apa yang
dunia online yang mereka belum bisa akan kita foto disamping penguasaan
pelajari. Misalnya dengan membuat concept, teknis dan hati tadi.” Tutupnya.
motret orang-orang Aceh yang sedang memperkuat concept, teknis dan juga
berusaha kembali menata hidupnya. hati.” Ujarnya. “Manusia hidup punya
Orang-orang yang membangun kem- perasan. Takut, senang, sedih. Waktu

“Manusia hidup pu-


bali rumah mereka, orang-orang yang motret kita harus bisa merasakan itu.
menangis senang karena bertemu Dan harus bisa menterjemahkannya ke
familinya yang sebelumnya diduga
menjadi korban Tsuami. Dan setelah
dalam bentuk visual.”
nya perasan. Takut,
berada di Aceh selama sebulan lebih Bea berpesan kepada fotorgafer yang
senang, sedih. Waktu
motret kita harus bisa
untuk melakukan hal itu saya merasa tertarik untuk menjadi yang terbaik di
jauh lebih baik.” Sambungnya. bidang jurnalis untuk total. “Untuk jadi

merasakan itu. Dan


jurnalis yang baik harus total. 90% wak-
Berdasarkan pengalaman itu Bea tunya untuk melakukan hal itu. Jangan
berpesan kepada fotografer-fotografer
muda untuk juga meningkatkan kepe-
nikah dulu kalau perlu.” Tegasnya.
harus bisa menterje-
mahkannya ke dalam
Selain itu Bea juga berpesan kepada
kaan hati mereka. “Fotografer jurnalis fotografer-fotografer muda untuk

bentuk visual.”
yang muda-muda banyak yang bagus. belajar sesuatu yang terpakai di masa
Mereka sudah bisa dapat momen sep- depan. “Menurut saya fotografer muda
erti yang aku dapatkan sekarang pada nggak perlu mengulang banyak yang
saat mereka muda. Caranya ya dengan

146 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008147


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

148 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008149


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

150 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008151


JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY

152 EDISI XVIII / 2008 EDISI XVIII / 2008153

You might also like