Professional Documents
Culture Documents
EDISI 23/2009
“Hak cipta semua foto dalam majalah ini milik fotografer yang bersangkutan dan pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatannya, serta dilindungi oleh Undang-undang. Penggunaan foto-foto dalam
majalah ini sudah seijin fotografernya. Dilarang menggunakan foto dalam majalah ini dalam bentuk / keperluan apapun tanpa ijin tertulis pemiliknya.”
COMING SOON...
4 EDISI XXIII / 2009 EDISI XXIII / 2009 5
JOURNALISMPHOTOGRAPHY JOURNALISMPHOTOGRAPHY
Dwi Oblo,
Pewarta
Foto Lupa
Rumah
Berbagai macam fotografer dengan berbagai macam latar belakang pendidi-
kan sudah kami hadirkan di sini. Arsitek, insinyur, ekonom dan tentunya latar
belakang pendidikan fotografi. Pada kesempatan kali ini kami tertarik untuk
menghadirkan Dwi “Oblo” Prasetyo Budi yang memiliki latar belakang pendidikan
Arkeologi di UGM.
Lelaki yang biasa dipanggil Oblo yang merupakan singkatan dari sebuah frase
dalam bahasa jawa “Ono Bocah Lali Omah” yang artinya ada anak lupa rumah
ini mulai jatuh hati pada fotografi ketika rajin mengikuti aktifitas pecinta alam di
saat kuliah. “Dulu setiap naik gunung yang disuruh pegang kamera pasti saya.”
Ungkap lelaki yang memiliki bisnis kaos ini. Dan hobby naik gunungnya tersebut
juga yang membuatnya memiliki banyak sekali foto-foto gunung Merapi diwaktu
aktif. Foto-foto merapinya itu pula yang membawa lelaki yang kini bermukim di
Yogyakarta ini berhubungan dengan dunia fotografi jurnalistik. “Waktu itu saya di-
rekomendasikan oleh mas Eddy Hasby kepada Mbak Enny Reuters yang waktu itu
di jurusan arkeologi UGM tersebut. yang unik dan menarik yang bisa di-
“Sedikit banyak pendidikan arkeologi angkat dan dikupas mendalam sebagai
saya juga berperan dalam kemampuan bahan yang menarik untuk disajikan ke
“... Ingat
berfotografi saya.” Ungkapnya. pembaca juga.” Ungkapnya. “Sebagai
contoh, saya pernah bikin seri foto ten-
kita harus
Dalam menjalani profesi sebagai tang desa Tutup Ngisor yang ada di le-
pewarta foto, Oblo mengaku ban- reng Merapi. Desa itu walaupun bukan
wa kita ha- fotografer yang lebih senior ya banyak- 37 tahun.” Sambungnya. Untuk itu,
rus terus
banyak tanya lah. Banyak-banyak lihat Oblo menganggap penting kemam-
internet juga. Melalui internet kita bisa puan seorang pewarta foto untuk bisa
produksi
menemukan banyak sekali foto-foto membuat cerita atau mengkonsep.
“Motret
budaya
yang bagus yang mampu memperkaya
agar bisa referensi kita.” Tegasnya. Selain un- Ditanya mengenai pendapatnya
lebih bera-
dapat
tuk memperkaya dan meningkatkan tentang apresiasi terhadap karya
kemampuan fotografi, internet juga jurnalis local, Oblo berpendapat bahwa
penghasi-
sangat berguna untuk memperkaya in- apresiasi terhadap karya foto jurnalis
gam din-
amikanya
formasi yang sangat berguna di lapan- local masih sangat kurang baik dari
sudah ha-
Oblo berpendapat bahwa menjadi mengapresiasi usaha teman-teman
pewarta foto tidak harus selalu men- di Antara dengan kursus fotografi
gandalkan peristiwa. “Obyek jurnalis jurnalistiknya.” Ungkapnya. “sayangnya
rus selesai
dulu.”
tidak harus berupa peristiwa besar dari segi kuantitas, pendidikan foto-
seperti demo, kerusuhan, bencana dan grafi jurnalistik masih sangat kurang.
kejadian-kejadian lainnya. Banyak hal Indonesia masih butuh banyak sekali
artinya fotonya sudah membawa pengungsi itu kembali ke work ke penduduk setempat. “Komu-
berhasil menghadir-
kampungnya, perlahan-lahan kami dan nikasi menjadi hal mutlak pada saat
para pengungsi ini diintimidasi oleh kita memotret budaya. Karena tidak
tempat kejadian ke
sering dan menyeramkan intimidasin- Oblo berpendapat bahwa foto jurnais
ya.” Lanjutnya. yang baik adalah foto yang bisa mem-
hadapan penikmat...”
beri arti dan menggugah orang untuk
Berbekal pengalaman meliput di berbuat sesuatu. “Ketika orang melihat
“Teknisnya
juga bisa menggugah penikmat foto.
Namun Oblo juga menekankan pent-
supaya ke-
supaya ketika kita memotret tidak dire-
potkan oleh masalah teknis.” Tegasnya.
tidak di-
la, Oblo berpendapat bahwa fotografer
pemula seringkali tidak memperha- teknis yang menjadi hal mutlak.
repotkan
tikan kode etik dalam berfotografi. Dan kekurangan terakhir yang juga
“Sering saya melihat fotografer yang sangat disayangkan adalah kemalasan
salah tek- dihargai dan jadi kurang kooperatif.” seremoni yang itu-itu lagi di beberapa
nis.”
Ungkapnya. daerah, seperti di yogya ada grebek
gunungan di mana rakyat berlomba-
Selain itu, Oblo merasa masih banyak lomba mengambil berbagai macam
fotografer pemula yang terlalu bergan- bahan makanan yang menempel di
tung pada teknologi digital sehingga gunungan yang dikeluarkan oleh pihak
malas menyelesaikan kemampuan kraton. Tapi jangan sampai setiap
tahun fotonya begitu-begitu saja.
Ambil sudut pandang yang berbeda.
Nggak perlu fokusnya di situ-situ terus
walaupun seremoninya itu-itu terus.”
Tegasnya. Dengan kemauan untuk
menciptakan foto yang berbeda dan
lebih baik, Oblo tidak melihat alas an
fotografi menjadi sesuatu yang mem-
bosankan dan memalukan.
COMING SOON...
44 EDISI XXIII / 2009 EDISI XXIII / 2009 45
MASTERTOM MASTERTOM
Everyone duck!
Stanley Herbrich
develops super fuel
in 1965
Not only did he solve small everyday This was Stanley Herbrich’s big mo-
problems, he also always had an eye ment. “I’ll give you photographs of the
for the big picture, particularly dur- back of the Moon, there’s no need to
ing the first NASA crisis. That was in actually send anyone up there!” Hold
1967, when Congress refused to invest on a moment ... how on Earth (excuse
additional billions in the Apollo pro- the pun!) was he going to do that? We
gramme, NASA’s prestige project with can only see the front of the Moon
the key task of landing the first humans from here – what does the back even
on the Moon. But the project turned look like?
out to be absurdly expensive. And with
additional foul-ups like satellites falling
into the sea, astronauts entailed in
scandals, and the odd rocket explod-
ing before even being launched, the
project seemed doomed.
58 EDISI XXIII / 2009 This is what the paintwork looked like close up EDISI XXIII / 2009 59
LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA
COMING SOON...
60 EDISI XXIII / 2009 EDISI XXIII / 2009 61
LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA
proses yang
yang menempel pada kelompok pemilihan presiden bisa menjadi suatu
atau perorangan tersebut. Ketika kita pelajaran yang berharga mengenai
menyebut tentara, maka kata-kata berlangsung bagaimana partai politik serta capres
seperti “tegas”, atau “disiplin” muncul.
dan selesai dan cawapres berusaha membentuk
Ketika kita menyebut penegak hu-
kum, kata-kata seperti “kaku”, “pungli” dalam waktu citra mereka. Setiap partai, capres
dan cawapres boleh saja berusaha
mungkin muncul. Begitu juga ketika satu malam. membentuk citra dengan pesan-pesan
kita menyebut profesi “seniman”, maka Proses pen- propaganda dalam iklan-iklan politik
identitas “nyeleneh”, “anti kemapanan”
citraan adalah mereka. Namun harus diingat bahwa
“Banyak
sia. Dan apapun hasilnya, semoga kita stylist, dll. Sementara group terakhir
semua bisa menerima dengan besar adalah mereka yang usahanya menjual
hati dan lapang dada sebagai suatu
fakta yang terungkap atas perilaku
peralatan fotografi. Tujuan dari riset
kecil-kecilan ini adalah untuk mencari fotografer
kita selama ini dan juga yang paling informasi mengenai kesan atau citra
yang men-
dadak jadi
penting adalah niatan untuk berusaha atau identitas apa yang menancap
menciptakan penciptaan yang lebih pada diri fotorgafer dari tiap-tiap group
baik lagi. tersebut.
tidak ter-
Kami bertanya ke empat group yang Jawaban teratas yang muncul dari
tarik berbi-
cara men-
berbeda. Group pertama adalah orang kategori pertama (orang awam) adalah
awam yang hidup disekeliling foto- Narsis. Narsis yang artinya kelewat
genai foto
grafer. Group kedua adalah orang yang mengagumi diri sendiri di atas orang
pernah memakai jasa fotorgafer alias lain masih menjadi citra utama foto-
klien. Group ketiga adalah para model
yang pernah difoto oleh fotorgafer
grafer. “Saya punya banyak teman
fotografer, masalahnya kalau sudah orang lain,
dari berbagai kelas. Group keempat ngomong soal foto, pasti selalu diri
walaupun
pada awal-
adalah orang yang dalam pekerjaannya mereka sendiri yang jadi kiblatnya.”
Bagaiamana dengan fotografi? Citra bekerjasama dengan fotografer, seperti Ungkap Dita, seorang mahasiswi yang
apa yang muncul dan identik dengan
fotografer-fotografer Indonesia? Kami
make up artis, food stylist, fashion berpacaran dengan seorang fotografer.
Sebagian besar responden men- nya san-
tertarik meluangkan waktu untuk men- gatakan bahwa ketika berbicara men-
gat antu-
sias ketika
cari tahu mengenai pencitraan negatif genai foto, walaupun memulai dengan
yang terbentuk terhadap title “foto- foto karya orang lain dan bahkan karya
berbicara
grafer” terutama mereka yang melum fotografer terkenal sekalipun seringkali
lebih dari 10 tahun menekuni fotografi pada akhir pembicaraan pembahasan-
di Indonesia dengan melakukan survey
kecil-kecilan terhadap orang-orang
nya menjadi usaha pengakuan kualitas
foto sang fotografer yang berada di mengenai
yang hidup di sekitar pelaku fotografi situ oleh fotografer itu sendiri. “Banyak
foto hasil
karyanya
Indonesia. Tujuannya tidak lain adalah fotografer yang mendadak jadi tidak
sebagai bahan evaluasi bersama tertarik berbicara mengenai foto orang
mengenai tindak-tanduk kita semua
sebagai para pelaku fotografi Indone-
lain, walaupun pada awalnya sangat
antusias ketika berbicara mengenai sendiri.”
64 EDISI XXIII / 2009 EDISI XXIII / 2009 65
LIPUTANUTAMA LIPUTANUTAMA
foto hasil karyanya sendiri.” Ungkap untuk menjadi seniman juga ikut bagus jadi lebih cepat.” Sambungnya. yang memiliki hobby fotografi yang
Endi, responden lain. berperan meningkatkan gengsi, harga TH melihat tingkat kesulitan yang cukup mendadak merasa bisa melakukan
diri dan kesombongan fotografer. tinggi untuk menjadi fotorgafer di masa pemotretan apapun. “Banyak teman
Di urutan kedua tentang citra seorang “Dulu nggak sembarangan orang bisa lalu akibat hambatan teknologi yang kinisaya yang setelah beberapa bulan
fotografer menurut orang awam, mun- menjadi fotografer, biarpun dari dulu sudah bisa diatasi oleh masalah digital memiliki kamera SLR mendadak me-
cul jawaban “sombong”. “banyak teman siapapun termasuk tukang becak seolah-olah menciptakan euphoria bagi nambahkan kata-kata photography di
saya yang berubah menjadi belagu dan sekalipun bisa membeli dan meng- mereka yang ingin mencicipi title “foto-belakang nama mereka.” Ungkap AT,
merasa paling tahu dan paling hebat gunakan kamera.” Ungkap TH, seorang grafer” yang begitu bergengsi di masa seorang responden. “waktu saya mau
dalam segala hal ketika mulai mendal- fotografer professional. “Permasalah- lalu. “akhirnya, karena sudah merasa nikah dulu, ada setidaknya 5 orang
ami fotografi.” Ungkap Endi. Beberapa annya dulu fotografi masih mendapat berhasil jadi fotografer, jadi merasa layak
yang menawarkan jasa foto pre wed-
responden menduga bahwa profesi banyak rintangan dalam hal teknis, untuk sombong.” Ungkap TH. ding hingga liputan. Karena tidak mau
fotografer yang kerap berhubungan terutama karena tidak bisa langsung mengecewakan teman, saya terima
dengan mahluk-mahluk menarik (baca: jadi dan direview, sehingga asal jepret Semenatra pada kelompok klien, saja tawaran itu dengan bayaran yang
model) membuat mereka merasa men- belum tentu jadi bagus. Kalau seka- muncul citra “over confidence” atau juga telah disetujui. Sayangnya sejak
jadi orang-orang yang memiliki posisi rang tidak lebih dari dua detik setelah dalam bahasa Indonesia sering diartikan pemotretan pre wedding saja sudah
yang istimewa karena bisa berhubun- menjepret, hasilnya sudah bisa dilihat sebagai percaya diri yang berlebih pada berantakan semua. Hasilnya pas-pasan.
gan dengan model. Profesi fotografer dan direview kurangnya di mana, jadi jawaban pertama. Banyak responden Fotonya nggak jauh beda dengan foto
yang diyakini sebagai “jalan instan” kesempatan untuk membuat foto yang mengeluhkan teman/kerabatnya orang awam.” Ungkap Wina, seorang
ibu rumah tangga. Lain lagi dengan pitching nggak pernah ada omongan
Beny, lelaki yang berprofesi sebagai gitu.” Ungkap Rini, seorang market-
“Banyak
brand manager di sebuah perusahaan ing manajer sebuah produk makanan.
farmasi ini mengaku sangat kecewa Memang kemudahan yang ditawarkan
saya yang harus mencari fotografer untuk produk menjadi manja dan sangat bergantung
setelah
baru yang akan saya luncurkan. Karena pada software editing foto, disamping
ini produk yang pertama kali saya banyak juga yang memang terpaksa
beberapa
tangani dari awal, atasan saya memberi menggantungkan diri pada software
kebebasan kepada saya untuk mencari editing foto karena keterbatasan ke-
miliki ka- memiliki banyak kenalan yang berpro- Pada kelompok ketiga, yaitu kelompok
mera SLR
fesi sebagai fotorgafer, saya coba saja model dan talent, jawaban terbanyak
lempar informasi tersebut di milis dan yang muncul adalah fotografer yang
menam- seleksi portfolio dan harga, didapat- tapi hampir 70% dilakukan ramai-
bahkan
lah satu orang fotografer. Sayangnya ramai.” Ungkap bunga, seorang model
ketika sesi pemotretan bos saya ikut berusia 22 tahun. “Lucunya, ketika
kata-kata
mensupervisi sementara fotografer besok-besoknya ada pemotretan satu
yang ditunjuk ini ternyata tidak bisa lawan satu, di mana fotografernya
belakang
Sambungnya. Bunga mengaku lebih
Jawaban kedua terbanyak pada kelom- menyukai sesi pemotretan satu lawan
orang fotografer saja. “kalau dikasih kan ditabrak. “seharusnya kalau mau kan lagi karena kita temui di sekeliling
job pemotretan rame-rame biasanya motret, setidaknya fotografer komuni- kita atau bahkan kita lakukan setiap
saya terima karena uangnya saja. Kalau kasi dengan make up artist hasil yang harinya. Tanpa berusaha menghakimi,
hasilnya jadi bosenin, selain nggak mau mereka dapatkan kayak apa sih, sebenarnya temuan-temuan yang
maksimal fotonya jadi mirip-mirip satu kalau perlu tunjukin referensinya, nanti sudah tidak istimewa ini diangkat dan
dengan yang lainnya.” Sambungnya. kita yang Bantu.” Ungkap JL. disajikan sebagai upaya untuk sekali
Yang lebih disesali lagi adalah ketika lagi mengingatkan pelaku fotografi di
beramai-ramai permintaan dari foto- Di kategori terakhir (pedagang pera- Indonesia untuk lebih mengedepankan
grafer yang terlibat terkadang macam- latan fotografi), muncul jawaban gad- kualitas foto di atas hal-hal lain yang
macam. “kalau motretnya rame-rame get mania pada para pehobi fotografi. tidak berhubungan langsung dengan
pasti mintanya mengarah ke yang “Yang masih tanggung-tanggung kualitas fotografi itu sendiri.
aneh-aneh, suruh buka kancing lah, senengnya diracunin soal lensa baru,
suruh angkat rok lah. Lucunya ketika kamera baru, asesoris baru. Dalam
satu lawan satu fotorgafernya malah hitungan hari pasti dibeli.” Ungkap AH,
nggak berani minta yang aneh-aneh.” seorang pedagang peralatan fotografi.
Ungkapnya. “Dari datangnya saja sudah kelihatan,
kalau datangnya bawa tas kamera yang
Hal selanjutnya yang juga dominan fotografer, keluhan yang keluar adalah lumayan gede, dan biasanya bawa
di kelompok model adalah ketidakta- ketidak mengertian sang fotografer kamera atau bahkan lensa-lensanya
huan sang fotografer akan apa yang ia mengenai bidang pendukung fotografi biasanya itu para gadget mania. Se-
inginkan. “banyak fotografer yang ng- tersebut sehingga menyulitkan ko- bagian besar fotonya biasa aja, tapi
gak tahu maunya apa. Di suruh ini, di munikasi di antara mereka. “Seringkali alatnya memang lengkap banget.”
suruh itu, akhirnya disuruh terserah aja. saya memulai make up tanpa arahan Sambungnya. Akhirnya fotografer-
Jadi fotonya jadi nggak jelas konsep dari fotografernya karena fotorgafernya fotografer semacam ini yang menjadi
dan arahannya.” Ungkap Nita, model nggak ngerti mau diapain modelnya. korban dari siasat bisnis pedagang
yang berada dalam satu managemen Akhirnya biasanya mereka cuma bi- peralatan fotografi.
dengan Bunga. lang, yang bagus deh, supaya kelihatan
lebih muda, lebih cakep, lebih tirus, Bagi kita semua, mungkin hasil temuan
Di kelompok profesi pendukung dll” ungkap JL seorang make up artist. di atas bukan sesuatu yang mengejut-
Lebih parah lagi, seringkali JL menemui
fotografer yang justru salah memberi
lighting kepada model tertentu yang
pada akhirnya make upnya jadi hampir
tidak ada gunanya atau malah bah-
Ully
Zoelkarnain,
Memberontak
Demi Fotografi
Banyak fotografer professional yang mengawali jalan hidupnya di dunia fotografi
melalui klub fotografi. Klub fotografi memang dipercaya sebagai sebuah sarana
yang baik untuk mengembangkan kemampuan berfotografi. Begitu juga dengan
Ully Zoelkarnain, kecintaannya pada fotografi yang kurang tersalurkan melalui
jalur pendidikan fotografi atau desain mendorongnya bersama beberapa orang
teman satu kampus yang memiliki hobby fotografi untuk membentuk sebuah
komunitas fotografi di Universitas Atma Jaya Jakarta tempatnya menimba ilmu.
Namun sebenarnya hobby fotografi Ully sudah dimulai beberapa tahun sebel-
umnya ketika duduk di bangku SMA. Berawal dari hadiah kamera yang diberikan
oleh orang tua, Ully memulai kecanduannya yang pada akhirnya malah menjadi
senjata makan tuan bagi orang tua yang membelikan kamera tersebut. “Sempat
suatu waktu kamera saya disita orang tua karena nilai kuliah saya nasakom alias
satu koma.” Kenangnya.
belajar di di masanya itu. “Biarpun belajar di klub, di majalah Soap, Ully mengaku lebih
klub, tapi
tapi gue nggak cuma sekedar seneng- banyak mendapat kesempatan untuk
seneng. Gue belajar dark room juga di mengeksplorasi kemampuan berfoto-
gak cuma Setelah bekerja di majalah Fotome- ia lakukan. Namun begitu, perlahan-
sekedar
dia dan berkenalan dengan banyak lahan Ully mulai sadar bahwa ia bukan
fotografer senior Ully mulai menyadari fotografer fashion. “Gue sadar gue bu-
seneng-
bahwa fotografi bisa dijadikan sumber kan fotografer fashion. Gue lebih suka
penghidupan. “Titik balik gue mungkin foto-foto yang bercerita.” Ungkapnya.
Gue be- way of life.” Ungkap Ully. Kesempatan melihatnya sebelum paham maksud-
lajar dark
bergabung dengan majalah fotografi nya.” Lanjutnya. Ketertarikannya akan
yang juga membawa kesempatan bagi foto jurnalistik yang diduga mendasari
“Sejelek
rus bisa menerima konsekuensinya dan biasanya gue nggak mau motret verti-
bertanggung jawab.” Lanjutnya. cal.” Jelasnya. “Gue lebih suka motret
apapun
square. Kesannya lebih balance. Mau
Berbicara mengenai fotografer-foto- diapain aja enak. Bahkan gue suka
gam-
grafer yang lebih muda, Ully berang- motret orang dengan komposisi dead
gapan bahwa banyak fotografer muda centre di frame yang square. Ada kesan
bar dan
yang bagus. “Dari sisi kualitas bagus- focus yang sangat kuat di tengah.”
bagus. Ini eranya mereka.” Tegasnya. Sambungnya. “Dulu pernah diajarin
Namun Ully mengaku tidak pernah orang bahwa kalau mau menilai foto
menganggp sebuah foto sebagai
foto yang jelek jika si pembuat bisa
teknis- portrait, coba dibalik 180 derajat, masih
bagus nggak kelihatannya. Kalau masih
nya ka-
menjelaskan maksudnya. “Sejelek bagus berarti sudah benar.” Lanjutnya
apapun gambar dan teknisnya kalau lagi. Ully menilai sebuah foto portrait
lau ber-
bermakna jadi bisa bagus.” Sambung- dimulai dari mata si model. “Gue selalu
nya. lihat foto orang dengan lihat matanya
makna
dulu. Kalau matanya udah “narik” bi-
di masa lalu dan memilih menuruti Menyinggung sedikit tentang berkom- asanya gue suka.” Jelasnya.
jadi bisa
passionnya di bidang fotografi bisa posisi dalam fotografi, Ully mengaku
menjadi pelajaran bagi orang lain yang tidak terlalu suka dengan komposisi Ditanya mengenai cara belajar fotografi
bagus.”
bernasib sama. “Bukan masalah benar vertical. “vertical jadi berasa sempit aja. yang efisien dan efektif, Ully menjawab
atau salah, tapi yang penting lo tahu Feelnya tertekan. Kalau nggak terpaksa bahwa sekolah masih menjadi pilihan
konsekuensinya. Dan yang paling pent- paling baik. “Dalam belajar, nggak ada
ing berusaha sekuat tenaga buktiin sesuatu yang instan, semuanya perlu
bahwa pilihan lo ini benar.” Ungkapnya. proses. Tapi kalau kita belajar secara
Ully pun pernah merasakan beratnya otodidak banyak hal yang sebenarnya
lebih membela fotografi dibanding nggak perlu dilalui sehingga perlu
keinginan orang tuanya. “Gue sudah waktu lebih lama.” Jelasnya. Tapi bukan
punya anak ketika gaji gue sebagai berari Ully menganggap remeh jalur
fotografer belum seberapa. Anak-anak otodidak dalam mendalami fotografi.
sekarang banyak yang menghadapi Hanya saja jika ada kesempatan, Ully
masalah yang sama tapi memiliki latar menganjurkan peminat fotografi untuk
belakang yang lebih mampu dari segi mengambil jalur pendidikan formal.
ekonomi.” Jelasnya. “Yang penting ha- “Kalau ada uang, jangan buru-buru
“Dulu per-
buka studio, lebih baik sekolah foto-
grafi yang benar, kalau perlu di luar
bahwa ka-
Ully menggarisbawahi kepeduliannya
akan banyaknya fotografer yang meng-
foto por-
photoshop. Tapi sebaiknya proses digi-
tal imaging tersebut sudah diketahui
trait, coba
dan direncanakan di awal. Jadi bukan
jawaban atas kegagalan kita dalam
derajat,
masih ba-
gus nggak
kelihatan-
nya. Ka-
lau masih
bagus be-
rarti sudah
benar.”
116 EDISI XXIII / 2009 EDISI XXIII / 2009 117
THEINSPIRATION THEINSPIRATION
Mempertanyakan keharusan!
“kalau kita
Beberapa bulan yang lalu saya ber- bawa karena merupakan tugas. Semen-
bincang-bincang dengan sekelompok tara sebagian lainnya walaupun berupa
mahasiswa yang tergabung dalam
sebuah komunitas fotografi. Mereka berbicara barang-barang pribadi seperti pera-
latan mandi, snack, obat-obatan, se-
bertanya, “mas, apa yang harus saya
tentang ha- limut tetap disampaikan dalam daftar
rus, seolah-
kami lakukan untuk bisa jadi fotografer bawaan yang masih diberi penekanan
professional yang baik.” “harus dibawa”.
Pada kesempatan lain, di sebuah sesi olah kita Mungkin cara kita dididik yang lebih
workshop fotografi seorang peserta
membicara- menyerupai disuapi dibandingkan
kan sesuatu
bertanya kepada pembicara yang dengan mengamati, mencerna,
merupakan fotografer professional mengerti dan memilih sendiri yang bahwa segala sesuatunya merupakan
yang tertulis
yang cukup terkenal, “pak, untuk bisa membuat kita seringkali menggunakan sebuah keharusan? Mengutip perkata-
bikin foto sebagus itu peralatan dan kata-kata harus. Sehingga banyak an seorang sahabat pada sebuah sesi
props apa saja yang harus disiapkan?”
di kitab suci orang yang ketika memperdalam ke-
mampuan berfotografi sering dihantui
tanya jawab sebuah seminar ia berkata
sehingga ke-
kira-kira seperti ini, “kalau kita berbi-
Saya jadi teringat suatu waktu ketika dan dikuasai oleh kata-kata “harus cara tentang harus, seolah-olah kita
alphaan un-
saya masih duduk di bangku sekolah ini… dan harus itu.” Tapi apakah benar membicarakan sesuatu yang tertulis di
dasar. Hari itu adalah hari terakhir se- kitab suci sehingga kealphaan untuk
belum saya dan teman-teman sekelas
pergi berkemah di luar kota. Wali kelas tuk melaku- melakukannya merupakan dosa.”
merupakan
gajar, tiba-tiba masuk ruang kelas dan bahwa hidup manusia sudah ditentu-
menyampaikan pengumuman menge- kan oleh Yang Maha Pencipta lengkap
dosa.”
nai daftar barang-barang yang harus dengan detail tindakan dan perkataan
di bawa pada saat berkemah besok. seperti pada sebuah screenplay se-
Beberapa barang yang ada di daftar itu buah film. Orang-orang ini meyakini
memang barang-barang yang wajib di bahwa semua sudah digariskan oleh
Yang Maha Pencipta sedangkan kita manusia hanya sebagai boneka yang sudah Rutinitas yang rasanya semakin lama semakin hambar dan bahkan tidak ada
tinggal mengikuti screenplay yang sudah digariskan saja tanpa perlu melakukan rasanya lagi. Kalau sudah tidak ada rasanya lagi, bagaimana proses penemuan
improvisasi apalagi memiliki pilihan. pengalaman baru, rasa baru, ketakutan baru, adrenalin baru yang pada akhirnya
akan mentriger indra kreatifitas kita bisa terjadi?
Tapi apakah benar hal tersebut adalah keyakinan yang benar adanya?
Banyak dari kita yang merasa sudah berusaha sekuat tenaga untuk menjadi Selama dua tahun lebih majalah ini eksis dan berusaha memberi pencerahan,
orang yang kreatif sehingga berhak mengklain diri sebagai orang kreatif namun anda tentunya akan menemui beberapa perkataan dan keyakinan yang berto-
hidupnya masih dijajah oleh keharusan. Kalau bangun harus pagi, makan harus lak belakang antara satu nara sumber dengan nara sumber yang lain? Lalu ada
tiga kali sehari, setiap malam harus mengcharge handphone, bertemu klien harus seorang pembaca setia yang bertanya kepada saya, “mas yang benar yang mana
berpakaian rapi, memotret harus dengan persiapan matang, menjadi professional sih? Kok kemarin ngomongnya A, sekarang ngomongnya B?” Dan jawaban saya
harus melalui proses panjang, menjadi fotografer harus sekolah terlebih dahulu, sederhana, “memang siapa yang bilang harus A dan siapa yang bilang harus B?”
kalau mau kreatif harus banyak baca dan bergaul, dan lain sebagainya.
Bagi sebagian yang masih dalam tahap pencarian kebenaran, maka ia mendapat-
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, bukankah kata-kata “harus” membuat kan makna kebenaran ketika menemukan kesalahan. Tapi bagi orang lain yang
kita mengalami sebuah rutinitas yang rasanya mirip-mirip setiap kita lakukan. sudah bosan dengan kebenaran yang selalu mengucilkan kesalahan, ia akan den-
Atau
gan begitu gembiranya menemukan san yang menjajah diri kita. Termasuk
kebenaran lain pada sebuah keyakinan keharusan untuk mempercayai dan
yang diakui orang lain sebagai kesala-
han. mungkin menjalankan semua pemikiran dalam
majalah ini, dan juga majalah-majalah
impulkan
Jalan menuju kreatifitas adalah jalan caya?
yang dinamis, selalu berubah dan se-
lalu menjauh dari apa yang kita jalani.
Ketika kita dan banyak orang menjalani bahwa Pada akhirnya, pencarian kreatifi-
tas mungkin saja menjadi pencarian
pilihan A, maka jalan kreatifitas meng-
kreatifi- terpanjang dan tak berujung di mana
tas sudah
klaim bahwa kreatifitas ada pada pili- tidak ada yang bisa menjamin dan
han B. Namun ketika kita dan banyak menunjukkan jalannya. Terlebih lagi
ditemu-
orang melakukan pilihan B, maka jalan karena seolah-olah kreatifitas se-
kreatifitas berpihak ke tempat lain lagi. lalu menghindar dari pencarian yang
Namun, walaupun menyebalkan dan kan bagi dilakukan banyak orang. Bagaikan
selebriti yang takut dikerumuni masa,
melelahkan kreatifitas memang telah
mereka pakem-pakem kreatifitas juga tiba-tiba
yang jus-
menjadi jalan yang selalu berubah berubah ketika mulai banyak orang
karena anti kemapanan, anti statis yang menganutnya. Atau mungkin bisa
dan anti keharusan. Di mana ujung-
nya, tidak ada yang tahu dan bahkan tru tidak disimpulkan bahwa kreatifitas sudah
ditemukan bagi mereka yang justru
mungkin memang tidak ada ujungnya
pernah tidak pernah merasa menemukannya
merasa
karena semuanya hadir dengan pilihan dan selalu terus mencarinya?
dan konsekuensinya masing-masing.
menemu-
Namun menyerah pada proses penge-
jaran yang melelahkan dan tak ada
ujungnya mungkin juga bukan pilihan
yang baik. kannya
dan selalu
terus men-
Kalau begitu, apa yang harus kita per-
cayai? Bagaimana kita harus menjalani?
Jalan kreatifitas mengajarkan kita
untuk mempertanyakan setiap keharu- carinya?
122 EDISI XXIII / 2009 EDISI XXIII / 2009 123
FINEARTPHOTOGRAPHY FINEARTPHOTOGRAPHY
Michael Kenna:
I am privileged to witness
amazing things
“I am sure that
Seorang bijak pernah berkata, fotografer dapat dikatakan sebagai orang besar
bukan sekedar karena karyanya yang mempesona. Tapi juga pemikirannya.
thousands of paint-
“besar” juga terlihat “kebesaran” dan “kedalaman” kualitasnya lewat kata-kata dan
pemikirannya. Setelah puluhan fotografer yang telah terbukti kualitasnya kami
tographers, writers,
siapa-siapa. Adalah Michael Kenna, seorang fotografer kelahiran Inggris yang
selain memiliki karya yang begitu mempesona, namun juga memiliki pemikiran
musicians, poets,
yang luar biasa. Tanpa perlu berpanjang lebar, berikut cuplikan pembicaraan kami
dengannya.
be very long.”
to become a priest. I left the school when I was 17. Art had been one of my stron-
gest subjects and I went on to study at the Banbury School of Art in Oxfordshire.
Photography was one of many art mediums that I was exposed to as part of the
“Imagine be-
photojournalism, etc., and did not
know about the rich tradition of land-
ry skies, listening
sive and influential. I had studied the
history of art in other courses and I was
to silence, watch-
particularly entranced by the painters
Casper David Friedrich, John Constable
slowly move,
sure that there have been thousands
of painters, sculptors, photographers,
thinking, imagin-
would be very long.
“There are mo- passion which I did in the mornings, of life come together magically; condi-
magically; con-
of making a living in the fine arts. There possibility to integrate into the scene
subjec-
were photography galleries in New and subjectively interpret. It is an expe-
ditions, places, York and there seemed to be a higher rience that defies description, at least
subject matter,
inner connec-
acceptance of photography as an art
form. I decided to base myself in San
from me. These experiences drive my
photography. I think it is a wonderful tive. I don’t
tions; moments
Francisco, and subsequently lived there way to go through life. I love almost all
know if
anybody
for many years, before moving North aspects of the photographic process;
that are sin- to Portland, Oregon in 2004, and then planning, traveling, searching, image
tographs by ordinary
Art, in all forms, is immensely subjec- You do very intense personal project
tive. I don’t know if anybody can give and also commercial project. What
photographers, and
universal reasons why something interesting for us is both project
should be categorized as “good” or output have the same style and the
ordinary photographs
“bad”. I certainly do not have that un- same character. While some photog-
derstanding. Some photographs touch rapher do a very different style &
by “great” photog-
us emotionally, more deeply than oth- character of output when shooting
ers. There are many reasons why this for personal & commercial project.
raphers. Ultimately,
could be, including; choice of subject What do you think about this? Why
matter, technical excellence, aesthetic can’t they do the same?
sulting images to
style of photographing. There would income!
really be no reason for anybody to
Mention one word that describe
be in my style.
commission me if they didn’t want the
resulting images to be in my style. I am your photos
also not sure I could photograph very Sorry, I cant : ) I will leave that answer
well in any other way. Practically speak- for somebody else
ing, most photographers are not in a
position to turn down work and it is What kind of picture deserve labeled
necessary for them to adapt their style as “the great one”?
“Being a
I think a book could be written on Practically, exhibitions give me dead-
this subject! In fact, many have been. lines to finish prints. They help me to
I believe a “great” photograph is in
the mind, heart, soul and spirit of the photog- survey a body of work objectively, and
I am always interested in the viewers
beholder. Some photographs may be
rapher reactions and responses. Exhibitions
means
considered “great” by consensus, others also enable to me to survive because
by single individuals. There are “great” my livelihood is very much based in
photographs by ordinary photogra-
phers, and ordinary photographs by that I hunt print sales.
ences. I am
“great” is a label, subjectively applied. to achieved before you press the
things.”
phers. For myself, I think it is important it is a form of therapy just to wander
to share images, whether it is through
others to and photograph. The results may not
see things
exhibitions, web sites, books, calen- even matter. Sometimes it helps to
dars, posters, notecards, etc. I think one see, understand and connect us the
of the prime reasons to be a photog-
rapher is the willingness and even they might world. Sometimes, it does precisely the
opposite and rather than experience
necessity to exhibit what is created.
not other- the world itself we hide behind the
wise have
Being a photographer means that I camera. I like to think that I am having
hunt for experiences. I am privileged to a conversation with whatever I photo-
the oppor-
witness amazing things. I try to record graph. I try not to steal an image, but
and interpret them. I don’t believe I rather acknowledge that a photograph
should hoard the results. I like to think
that I am a medium for others to see tunity to is being made.
“I like to
Omong
conditions and atmospheres. But it is
all so personal. For example I’ve always
liked to photograph in “conditions”;
mist, rain, snow, etc., where distracting think that
I am hav-
Omong
backgrounds are eliminated or sub-
ing a con-
dued. Sunshine and blue sky has never
appealed to me. Too much light tends
to reveal all the details of a scene and
I am not interested in a perfect photo- versation
with what-
Tentang
copy. I prefer suggestion over descrip-
ever I pho-
tion. I like to use the analogy of haiku
poetry where just a few elements act as
tograph.
catalysts for one’s imagination. Often
I make long time exposures so that
I try not
Ide
detailed water becomes floating mist,
clouds in the sky become blurred mass-
es of tonality and a populated scene
to steal
an image,
becomes empty. The world is pretty
chaotic, seemingly always speeding up
and getting louder and more visually
dense. I am interested in finding and/or but rather
creating calm shelters from the storm,
acknowl-
edge that
places where quiet solitude is encour- “Aku makhluk pelihat yang hidup”
aged and inner contemplation is pos- (Johann Gottlieb Fichte)
a pho-
sible. I think we could all use a break
from time to time... Dalam dunia fotografi, dalam koridor Aksiologi, yang sering disebut
tograph dengan filsafat nilai (kegandrungan pemikiran akan ”untuk apa dan mengetahui),
is being
dimana logika, etika, dan estetika, yang berarti permasalahan dengan benar-
salah, baik-buruk, dan indah-jelek menjadi kajiannya. Salah satu hal yang menjadi
made.”
ukuran dari penilaian itu adalah ide. Seperti biasa, saya akan mengajak Anda
untuk ”berputar-putar” ke masa lalu untuk bermanis-manis kata, mendiskusikan
secara singkat, apa yang saya maksud dengan judul di atas.
perupakan kesamaan padanannya, misalnya oidos/eidos dari Platon atau milik delapan puluh derajad dengan pema-
Immanuel Kant dalam noumenanya. Penggambaran mengenai dunia kenyataan haman dunia modern mengenai ide
dan dunia seni, merupakan gambaran logosentrisme, yakni gambaran tentang –sejak Descartes mengemukakan ”je
dunia sebagai perwujudan ide-ide transenden di dalam dunia fisik yang bersifat pense, donc je suis”- yang merupakan
konkret. bangunan mental manusia, yang bersi-
fat subyektif. Bukan penilaian-penilaian
Ketika Sokrates, guru Platon bertanya, ”Apa itu keindahan?”, ia tidak mengingink- berdasarkan selera-selera subyektif
an penjelasan tentang definisi kata, melainkan hendak menemukan hakikat dari yang dimaksud di sini, melainkan
suatu entitas abstrak yang ada. Sokrates memandang entitas-entitas itu bukan ’kekuatan subyek’. Konsep ini mengacu
sebagai sesuatu yang berada di suatu tempat atau pada waktu tertentu, melain- pada kesadaran manusia atau kemam-
kan sebagai sesuatu yang mempunyai keberadaan umum, menyeluruh, universal, puan rasionalnya. Setiap aktivitas pen-
yang tidak menggantungkan diri pada ruang dan waktu. Sebuah fotograf yang getahuan selalu mengandung dua hal:
indah yang kita jumpai di sekitar kita dan tindakan berani yang dilakukan ses- subyek atau sesuatu yang mengetahui
eorang selalu berlangsung dengan cepat, tetapi hal itu merupakan pengambilan dan obyeknya atau sesuatu yang ia ke-
bagian dalam hakikat keindahan sejati atau keberanian sejati. Itulah ideal-ideal dan dapat dipahami oleh akal budi. tahui. Dengan subyektifitas kemudian
yang tak dapat punah, yang mempunyai keberadaannya sendiri. Sehingga yang paling penting adalah dimaksudkan bahwa kenyataan yang
bahwa keteraturan itu sesungguhnya diketahui itu lebih merupakan hasil
Pemikiran yang tersirat tentang sifat moral dan nilai-nilai itu digeneralisasi oleh eksis. konstruksi pihak yang mengetahui
Platon terhadap seluruh kenyataan. Seluruhnya di dunia, tanpa kecuali, hanya dan bukanlah sesuatu yang ada pada
bersifat sementara saja, sekedar tiruan yang fana –mimesis- dari sesuatu yang Masih dalam pendapat Platon, dirinya lepas dari bayangan pihak yang
bentuk idealnya -dari situlah asal-usul kosa kata ”Ideal” dan ”Form/Bentuk”- mem- bahwa dunia kenyataan tak kurang mengetahui. Kemampuan rasional ini
punyai keberadaan yang abadi, tak bisa rusak di luar ruang dan waktu. dari sebuah perwujudan sesuatu yang juga yang membuat individu-individu
memiliki sifat transenden, yang dise- dalam masyarakat modern menjadi
Platon mendukung kesimpulan gurunya dengan alasan-alasan dari berbagai sum- butnya oidos/eidos –ide, bentuk-. Pada yakin bahwa manusia adalah ’pemeran’
ber. Sebagai contoh, Platon rupanya melihat bahwa semakin manusia mendalami sebuah ”kanvas”, secara esensial sudah sejarah dan bukan obyek atas nasib
dunia fisik, kian jelas hubungan-hubungan matematika ternyata terwujud dalam terlukis ide atau bentuk yang bermula
segala hal di dunia jasmani. Seluruh kosmos, alam semesta seumpama memberi dari sesuatu yang berada di luar diri
contoh tentang keteraturan, harmoni, proporsi, atau keseluruhan dunia fisik manusia. Seorang fotografer, misalnya,
dapat diungkapkan dengan menggunakan rumus-rumus matematika. Sejalan jika menggunakan pemikiran Platon,
dengan Pythagoras, bagi Platon hal itu mengungkapkan bahwa, di balik segala hanya merealisasikan ide-ide transen-
ketidakteraturan dan kekacauan di muka bumi, terdapat suatu keteraturan yang den ini ke dalam wujud nyata sebuah
memiliki idealitas dan kesempurnaan matematika. Keteraturan ini memang fotograf. Tentu saja pengertian Platon
sering tidak tampak oleh mata, namun dapat ditangkap dengan jelas oleh pikiran, mengenai eidos berbeda seratus
buta. Konsep-konsep lain, seperti 20 berpendapat bahwa yang kita sebut Dengan belajar semakin banyak, dan
individualitas, kebebasan eksisten- pengetahuan yang mewujud misalnya mengubah ide-ide
sial, otonomi moral dapat ditautkan dalam paham akan ide-ide dan ideal- berkat apa yang kita pelajari, kita se-
dengan konsep epistemologis tentang ideal sebenarnya hanyalah pendapat makin mendekati
subjectum itu. Dengan memusatkan atau kesimpulan yang didasarkan atas Kebenaran. Namun ide-ide itu tetaplah
diri pada kesadaran manusia, filsafat informasi yang tidak lengkap, dan selalu
modern merupakan filsafat subyek. secara fundamental selalu dapat digan- Ide-ide kita sendiri. Selalu ada unsur-
Dalam rasionalisme, subyektifitas ini tikan dengan sesuatu yang mungkin unsur menebak di dalamnya”.
tak lain dan tak bukan daipada cogito lebih mendekati kebenaran. Menu-
atau kesadaran murni. Dalam empir- rut Popper gagasan itu pertama kali Pertanyaan kita kemudian
isme dia adalah subyek yang mengob- dikemukakan oleh Xenophanes, filsuf adalah mengapa seseorang (misalnya
servasi. Dalam idealisme ia adalah Roh melainkan sebuah kategori manifesta- pra-Sokrates. Kata Xenophanes: fotografer) memilih ide yang satu dan
atau Idea. Dalam filsafat Jean-Jacques si, tingkat kenyataan, yang memiliki menolak yang lain? Menurut Fichte pili-
Rousseau, dia adalah ”kami otentik”,. sifat superior, adimanusia terhadap ”Pengertian manusia tentang berbagai han itu tergantung pada macam orang
Dalam filsafat eksistensialisme Soren dunia konkret. hal merupakan yang memilihnya; jadi tergantung pada
Aabye Kierkegard dia adalah ”aku ciptaan manusia sendiri, demikian pula kepentingan dan kecenderungan.
otentik”. Kembali kepada Platon, pusat Bagi seniman, misalnya dalam halnya dengan pengetahuan. Fichte berkata:
dalam pemahamannya mengenai Abad pertengahan, yang melihat dunia
kenyataan, adalah keutamaan peran sebagai pancaran roh adimanusia, ”Was fur eine Philosophie man wahle,
eidos dalam merumuskan kenyataan, begitu tidak mungkin menggambar- hangt davon ab, was man fur ein
sementara obyek-obyek fisik yang tam- kan manusia dan seni tanpa dimensi Mensch ist.”
pak sebagai kenyataan itu sendiri, tak spiritual, berbanding terbalik dengan
lebih dari perwujudan darinya. Eidos dunia modern, yang selalu ”mencoba Ah iya…bukankah fotografer adalah
bukanlah sebuah abstraksi konseptual melenyapkan’ dimensi-dimensi adima- juga makhluk pelihat yang hidup?
yang diciptakan oleh pikiran manusia, nusia itu, dan memfokuskan perhatian-
nya pada dunia fisik. Di dalam dunia
spiritual, citra ketuhanan menguasai
representasi. Tanda-tanda ketuhanan Siddhartha Sutrisno
memenuhi dunia citraan. Semangat
ketuhanan menampakkan dirinya ke
dalam dunia benda-benda, dunia oidos
menampakkan dirinya pada dunia
fenomena. Karl Popper, filsuf abad ke-
JAKARTA Plaza 89, 1st Floor Jl. Rasuna Said Kav BANDUNG Universitas Sebelas Maret Jl Ir Sutami
Telefikom Fotografi Universitas Prof. Dr. X-7 No. 6 PSFN Nothofagus (Perhimpunan PAF Bandung Kompleks Banceuy Per- 36A 57126 Solo, Jawa Tengah
Moestopo (B) Jalan Hang Lekir I, JakSel; Seni Fotografi PT Freeport Indonesia) PT mai Kav A-17,Bandung 40111; Jepret
Indonesia Photographer Organization (IPO) Freeport Indonesia Plaza 89, 1st Floor Sekretariat Jepret Lt. Basement Labtek IXB YOGYAKARTA
Studio 35, Rumah Samsara, Jl.Bunga Jl Rasuna Said Kav X-7 No. 6; CybiLens PT Arsitektur ITB, Jl Ganesha 10, Bandung Atmajaya Photography club Gedung
Mawar, no. 27, Jakarta Cyberindo Aditama, Manggala Wa- Spektrum (Perkumpulan Unit Fotografi Unpad) PUSGIWA kampus 3 UAJY, jl. babarsari
Selatan 12410; Unit Seni Fotografi nabakti IV, 6th floor. Jl.Gatot Subroto, jl. Raya Jatinangor Km 21 Sumedang, no. 007 yogyakarta; “UKM MATA” Akademi
IPEBI (USFIPEBI) Komplek Perkantoran jakarta 10270; \FSRD Trisakti, Kampus A. Satyabodhi Kampus Universitas Pasundan Jl. Seni Rupa dan Desain MSD Jalan Taman
BankIndonesia, Menara Sjafruddin- Jl. Kyai Tapa, Grogol. Surat menyurat: Setiabudi No 190, Bandung Air Photogra- Siswa 164 Yogyakarta 55151; Unif
Prawiranegara lantai 4, Jl.MH.Thamrin jl.Dr. Susilo 2B/ 30, Grogol, Jakbar; SKRAF phy Communications Jalan Taman Pramu- Fotografi UGM (UFO)Gelanggang mahasiswa
No.2, Jakarta; UKM mahasiswa IBII, Fotografi (Seputar Kamera Fikom) Universitas SAHID Jl. ka 181 Bandung 40114 UGM,Bulaksumur, Yogya; Fotografi Jurnalis-
Institut Bisnis Indonesia (FOBI) Kampus Prof. Dr.Soepomo, SH No. 84, Jak-Sel tik Club Kampus 4 FISIP UAJY Jl Babarsari
STIE-IBII, Jl Yos SudarsoKav 87, Sunter, 12870 One Shoot Photography FIKOM UPI YAI PURWOKERTO Yogyakarta; FOTKOM 401 gedung Ahmad
Jakarta Utara; Perhimpunan Penggemar jl. Diponegoro no.74, JakPus Lasalle Col- ECOLENS Sekretariat Bersama FE UN- Yani Lt.1 Kampus FISIPOL UPN “Veter-
Fotografi Garuda Indonesia(PPFGA) PPFGA, Jl. lege Sahid Office Boutique Unit D-E-F\ SOED, Jl HR Bunyamin No.708 Pur- an” Jl Babasari No.1, Tambakbayan, Yo-
Medan Merdeka SelatanNo.13, Gedung (komp. Hotel Sahid Jaya). Jl. Jend Sudir- wokerto 53122 gyakarta, 55281; Jurusan Fotografi Fakultas
Garuda Indonesia Lt.18 ; Komunitas man Kav. 86, Jakarta 1220 Jurusan Ilmu Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Jl.
Fotografi Psikologi Atma Jaya, JKT Jl. Jendral Komunikasi Universitas Al-Azhar Indonesia SEMARANG Parangtritis Km. 6,5 Yogyakarta Kotak
Sudirman 51, Jakarta.Sekretariat Bersa- PRISMA (UNDIP) PKM (Pusat Kegiatan Maha- Pos 1210; UKM Fotografi Lens Club Universi-
Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran baru,
ma Fakultas Psikologi Atma Jaya Ruang siswa) Joglo Jl. Imam Bardjo SH No. 1 tas Sanata Dharma Mrican Tromol Pos 29
Jak-Sel, 12110; LSPR Photography Club
G. 100; Studio 51 Unversitas Atma Jaya, Jl. Semarang 50243 Yogyakarta 55281
London School of Public Relation Campus
Jendral Sudirman 51, Jakarta; Perhim- MATA Semarang Photography Club FISIP UNDIP
B (Sudirman Park Office Complex) Jl.
punan Fotografi Tarumanegara Kampus I Jl. Imam Bardjo SH. No.1, Semarang; SURABAYA
KH Mas Mansyur Kav 35 Jakarta Pusat
DIGIMAGE STUDIO Jl. Setyabui 86A, Sema- Himpunan Mahasiswa Penggemar Fotografi
UNTAR Blok M Lt. 7 Ruang PFT. Jl. Letjen 10220 FOCUS NUSANTARA Jl. KH Hasyim
rang Jl. Pleburan VIII No.2, Semarang (HIMMARFI) Jl. Rungkut Harapan K /
S. Parman I JakBar; Pt. Komatsu Indonesia Ashari No. 18, Jakarta; e-Studio Wisma
50243 4, Surabaya; AR TU PIC; UNIVERSITAS
Jl. Raya Cakung Cilincing Km. 4 Jakarta Starpage, Salemba Tengah No. 5, JKT
CIPUTRA Waterpark Boulevard, Citra
Utara 14140; LFCN (Lembaga Fotografi Can- 10440; Roxy Square Lt. 1 Blok B2 28-29,
SOLO Raya. Surabaya 60219; FISIP UNAIR JL.
dra Naya) Komplek Green Ville -AW / 58- Jkt; Neep’s Art Institute Jl. Cideng Barat
HSB (Himpunan Seni Bengawan) Jl. Tejo- Airlangga 4-6, Surabaya;
59, Jakarta Barat 11510; HSBC Photo Club 12BB, Jakarta ; POIsongraphy ConocoPhillips
moyo No. 33 Rt. 03/ 011, Solo 57156;
Menara Mulia Lt. 22, Jl. Jendral Gatoto d/a Ratu Prabu 2 Jl.TB.Simatupang kav Lembaga pendidikan seni dan design visimedia MALANG
Subroto Kav. 9-11, JakSel 12930; XL Pho- 18 Jakarta 12560; NV Akademie Jl. Janur college Jl. Bhayangkara 72 Solo, FISIP MPC (Malang Photo Club) Jl. Pahlawan Trip
tograph Jl. Mega Kuningan Kav. E4-7 No. Elok VIII Blok QG4 No.15 Kelapa Gading Fotografi Club (FFC) UKM FFC No. 25 Malang JUFOC (Jurnalistik Fotografi
1 JakSel; FreePhot (Freeport Jakarta Photog- permai Jakarta 14240 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Club) student Centre Lt. 2 Universitas
raphy Community) PT Freeport Indonesia
Muhammadiyah Malang. Jl. Raya Jl. Komplek Monang B/16 Lubuk Buaya SOROWAKO
Tlogomas No. 246 malang, 65144; UKM Padang - Sumatra Barat Sorowako Photographers Society General
KOMPENI (Komunitas Mahasiswa Pecinta Seni) Facilities & Serv. Dept - DP. 27, (Town
kampus STIKI (Sekolah Tinggi Informa- PEKANBARU Maintenance) - Jl.
tika Indonesia) Malang, Jl. Raya Tidar CCC (Caltex Camera Club) PT. Chevron Pasific Sumantri Brojonegoro, SOROWAKO
100 Indonesia, SCMPlanning, Main Office 91984 - LUWU TIMUR, SULAWESI SELA-
229, Rumbai, Pekanbaru 28271 TAN
JEMBER
UFO (United Fotografer Club) Perum taman LAMPUNG GORONTALO
kampus A1/16 Jember 68126, Jawa Malahayati Photography Club Jl. Pramuka Masyarakat Fotografi Gorontalo Graha
Timur;Univeritas Jember (UKPKM Tegal- No. 27, Kemiling, Bandar Lampung, Permai Blok B-18, Jl.Rambutan,
boto) Unit Kegiatan Pers Kampus Mahasiswa 35153. Lampung-Indonesia. Telp. Huangobotu,Dungingi, Kota Gorontalo
Universitas Jember jl. Kalimantan 1 no 35 (0721) 271114
komlek ged. PKM Universitas Jember AMBON
68121 BALIKPAPAN Performa (Perkumpulan Fotografer Maluku)
Total Photography Club (TPC). ORSOSBUD - jl. A.M. Sangadji No. 57 Ambon.(Depan
BALI Seksi Budaya Total E&P Indonesie Kantor Gapensi
Magic Wave Kubu Arcade at Kuta Bun- Jl. Yos Sudorso Balikpapan kota Ambon/ Vivi Salon)
galows Bloc A3/A5/A6 Jl. Benesari,
Legian-kuta KALTIM ONLINE PICK UP
Badak Photographer Club (BPC) ICS Depart- POINTS:
MEDAN ment, System Support Section, PT www.thelightmagz.com
Medan Photo Club Jl. Dolok Sanggul Ujung BADAK NGL, Bontang, www.estudio.co.id
http://charly.silaban.net/;
No. 4 Samping Kolam Paradiso Medan, Kaltim, 75324; KPC Click Club/PT Kaltim
www.studiox-one.com ;
Sumatra Utara Prima Coal Supply Department (M7 Bu- http://www.focusnusantara.com/articles/
20213 UKM FOTOGRAFI USU Jl. Perpusta- liding), PT Kaltim Prima Coal, Sangatta thelightmag.php
kaan no.2 Kampus USU Medan 20155
SAMARINDA MAILING LIST:
BATAM MANGGIS-55 STUDIO (Samarinda Photog- thelightmagz-subscriber@yahoogroups.com
Batam Photo Club Perumahan Muka kun- raphers Community) Jl. Manggis No. 55
ing indah Blok C-3, Batam 29435 Voorfo, Samarinda
Kaltim
PADANG
KOMUNITAS FOTOGRAFI SINKRO