Akuntansi
Organisasi Nirlaba
JAN HOESADA
Pendahuluan
rganisasi nirlaba dibagi menjadi
dua kelompok besar, yaitu entitas
pemerintahan dan entitas nirlaba
nonpemerintah, Sebuah masyarakat adalah
ibarat sebuah mobil yang untuk berjalan baik
membutuhkan empat roda dengan tekanan
udara seimbang.' Roda-roda itu adalah
sektor-sektor dalam masyarakat yang terdiri
dari (1) sektor bisnis, (2) sektor pemerintah,
(3) sektor sukarela (volunteer) dan nirlaba,
serta (4) sektor informal (rumah tangga dan
lain-lain). Sektor pemerintah, sukarela, dan
nirlaba amat terkait dengan sektor lain, serta
berpengaruh pada perekonomian sebagai-
‘mana organisasi komersial berpengaruh pada
APBN pada umumnya dan pajak pada khu-
susnya, dan berpengaruh pada masyarakat
yang mendapatkan layanan.
Organisasi nirlaba dipandang amat ber-
beda dengan organisasi komersial oleh pe-
langgan penikmat, donatur dan sukarelawan,
pemerintah, anggota organisasi dan karya-
wan organisasi nirlaba, Para pengurus or-
ganisasi ini yang terseleksi secara ideal
mempunyai tujuan tulus untuk mendukung
organisasi, guna mencapai tujuannya, walau
pada kenyataannya tidak selalu demikian.
1. Tracy Daniel, Connors, The Volunteer
Management Handbook, John Wiley & Sons, Inc,1995,
hal. 4
Bagi stakeholder, akuntansi dan laporan
keuangan bertugas meminta pertanggung-
jawaban pengurus, apa pun itikad batinnya.
Para karyawan profesional organisasi nirlaba
diasumsikan ingin diperlakukan setara de-
ngan karyawan profesional organisasi ko-
mersial dalam hal imbalan, karier, jabatan,
dan masa depan. Bagi mereka, akuntansi
bertugas menginformasikan kesinambungan
hidup organisasi sebagai tempat berkarier.
Para anggota diasumsikan secara serius ikut
serta dalam suatu organisasi nirlaba untuk
mencapai suatu idaman tertentu organisasi
bersangkutan yang sejalan dengan aspirasi-
nya. Maka laporan keuangan diharapkan
memberikan informasi berkala, guna mem-
berikan gambaran, apakah idaman itu di-
realisasikan oleh raihan organisasi nirlaba,
Para pelanggan atau pihak yang menjadi
sasaran yang akan diuntungkan serta ber-
harap untuk memperoleh manfaat yang
dijanjikan organisasi perlu mendapat infor-
masi mengenai sasaran yang berhasil diraih
organisasi tersebut. Maka laporan keuangan
perlu menampilkan manfaat atau hasil yang
diraih yang apabila mungkin didenominasi-
kan dalam besaran uang. Bagi pemerintah,
organisasi nirlaba nonpemerintah harus
mematuhi ketentuan undang-undang, serta
diharapkan memberi sumbangan positif bagi
kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan buda-
yanasional serta memberi citra baik baik bagi"AKUNTANS! INDONESIA DI TENGAH KANCAH PERUEAHAN
bangsa. Di sini, laporan keuangan berfungsi
sebagai umpan balik kepada pemerintah.
Apabila ada berbagai harapan dan kepenting-
an yang berbenturan, maka laporan keuangan
secara seimbang memberi informasi bagi
berbagai pihak yang berkepentingan itu.
Sasaran organisasi nirlaba, harapan ang-
gotanya, dan keinginan pemerintah dan
masyarakat akan kinerjanya tak selalu dapat,
didenominasikan dalam satuan mata uang,
sehingga raihan, sumbangsih atau manfaat
organisasi ini tak selalu terakomodasi oleh
laporan keuangan. Sebagai kesimpulan, sasa-
ran utama laporan keuangan entitas nirlaba
adalah menyajikan informasi kepada penye-
dia sumber daya, yang ada pada masa berja-
lan dan pada saat yang akan datang, dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk
mengambil keputusan rasional dalam peng-
alokasian sumber daya kepada entitas nirlaba.
Di samping pemerintah dan entitas ko-
mersial, masa depan bangsa dan masyarakat
dipengaruhisecara langsungoleh masyarakat
sipil (civil society), termasuk non government
organization (NGO), lembaga swadaya ma-
syarakat (LSM), dan organisasi sosial keaga-
maan. Tugas pemerintah adalah mendirikan
dan/atau mendorong pembentukan organi-
sasi lembaga publik nirlaba dan organisasi
komersial.
Tulisan ini menampilkan aspek akuntansi
kepemerintahan dan partai politik, sekadar
sebagai ilustrasi lebih konkret akan dimensi
hukum, manajemen, dan akuntansi terhadap
suatu entitas. Banyak entitas lain yang amat
‘menarik namun tak sempat dibahas di sini,
misalnya universitas, entitas keagamaan, TNI
dan Polri.
Dasar Pemikiran Akuntansi Entitas
Nirlaba
Di Amerika Serikat (AS), Financial Account-
ing Standard Board (FASB) telah menyusun
standar untuk laporan keuangan yang diter-
bitkan oleh entitas pemburu laba yang
ditujukan bagi para pemilik entitas atau
pemegang saham, kreditor, dan pihak lain
yang tidak secara aktif terlibat dalam mana-
jemen entitas bersangkutan namun mempu-
nyai kepentingan. FASB juga berwenang
untuk menyusun standar akuntansi bagi
entitasnirlaba nonpemerintah, sementara US
Government Accounting Standard Board (GASB)
menyusun standar akuntansi dan pelaporan
keuangan untuk pemerintah pusat dan fed-
eral AS, Di Indonesia, Departemen Keuangan
RI membentuk Komite Standar Akuntansi
Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah
(KSAKPPD). Organisasi penyusun standar
untuk pemerintah itu dibangun terpisah dari
FASB di AS atau Komite Standar Akuntansi
Keuangan-Ikatan Akuntan Indonesia (KSAK-
IAI) di Indonesia karena karakteristik
entitasnya berbeda. Entitas pemerintah tak
mempunyai pemegang saham atau semacam-
nya, memberi pelayanan masyarakat tanpa
mengharapkan laba, dan mampu memaksa
pembayar pajak untuk mendukung keuangan
pemerintah tanpa peduli bahwa imbalan bagi
pembayar pajak tersebut memadai atau tidak
memadai. International Federation of Accoun-
tant (IFAC) membentuk IFAC Public Sector
Committee (PSC) yang bertugas menyusun
International Public Sector Accounting Standard
(IPSAS). Istilah public sector di sini berarti
pemerintah nasional, pemerintah regional
(misalnya negara bagian, daerah otonom,
provinsi, daerah istimewa), pemerintah lokal
(misalnya kota mandiri) dan entitas peme-
rintah terkait (misalnya perusahaan negara,
komisi khusus)*. Dengan demikian PSC tidak
menyusun standar akuntansi sektor publik
nonpemerintah.
Organisasi komersial dan nirlaba sering
2. IFAC Public Sector Committee, Introduction to
the Public Sector Committee of the International Federation
of Accountants, July 1996,http:l/www. ifac.org/Public
Sector/index.tmpl.JAN HOESADA: Axunranst ORGANISAS! NiRLABA
rancu, karena pembagiannya didasarkan atas
jenis kegiatan atau bentuk legalnya. Sesung-
guhnya istilah nonkomersial lebih tepat dari
istilah nirlaba. Istilah Not For Profit Organiza-
tion (NEPO) telah menggeser istilah non profit
organization karena menawarkan resolusi
bahwa itikad atau tujuan pendirian organisasi
bersangkutan bukan untuk mencari laba.
Seluruh kegiatannya tidak ditujukan untuk
mengumpulkan laba, namun dalam perjalan-
annya organisasi nirlaba ternyata secara le-
gal bernasib keuangan yang baik, yakni dapat
mengalami surplus karena aliran kas masuk
melebihi aliran kas keluar. Dengan demikian,
walaupun sama-sama memperoleh sisa laba,
surplus yang setara laba neto setelah pajak,
baik organisasi komersial maupun organisasi
nirlaba tetap pada jati dirinya.
Surplus diperlukan organisasi nirlaba
untuk memperbesar skala kegiatan pengabdi-
annya dan memperbaharui sarana yang uzur
dan rusak. Sebaliknya, apabila surplus ter-
sebut dinikmati oleh para pengurus dalam
bentuk tantiem, gratifikasi, gaji, bonus,
tunjangan perjalanan dinas, pinjaman bagi
pendiri/pengurus (setara dividen dalam
entitas komersial) atau kenikmatan (mobil
mewah, rumah tinggal, keanggotaan golf dan
sebagainya, setara dengan benefit inkind),
maka organisasi nirlaba menjadi berhakikat
entitas komersial.
Entitas nirlaba dapat berbentuk aliansi
negara (misalnya PBB, dengan suborgani-
sasinya seperti WTO, IMF, Bank Dunia), suatu
pemerintah negara yang terdiri atas kum-
pulan entitas-entitas lembaga tinggi negara,
kepresidenan, departemen atau kementerian,
negara federal atau provinsi, daerah otonom
atau tidak otonom, dan sebagainya, dan
organisasi nirlaba yang memberi pelayanan
publik, beserta komunitas-komunitas dan
entitas nirlaba lain,
Manajemen organisasi nirlaba bertugas
melaksanakan misi organisasi, mencapai
sasaran jangka panjang dan jangka pendek
organisasi, memberi manfaat bagi kelompok
masyarakat yang diuntungkan oleh misi
organisasi, memuaskan stakeholder’ dan para
anggota organisasi yang bertujuan mencapai
cita-cita pribadinya melalui organisasi ter-
sebut. Dalam akuntansi organisasi nirlaba,
laporan laba rugi sering kali tidak lazim,
mengingat maksud pendirian, sasaran, dan
raihan berupa tercapainya sasaran organisasi
sering kali sulit didenominasikan ke dalam
satuan mata vang. Karena itulah, rumusan
visi, misi, dan sasaran konkret (terutama bila
bukan dalam satuan keuangan) diperlukan
sebagai hal yang ingin diketahui oleh stake-
holder. Bagi sebagian orang, eksistensi entitas
nirlaba melalui munculnya organisasi yang
bervisi dan bermisi mulia, meski tanpa
melihat sumbangsihnya, sudah merupakan
keuntungan bagi stakeholder.
Organisasi nirlaba sering kali memfo-
kuskan sumber dayanya kepada pelayanan
tertentu, dengan inti yang berlapis dari dalam
ke luar, berturut-turut melalui (1) falsafah
pelayanan, (2) budaya pelayanan, (3) citra
pelayanan yang dirangkum menjadi (5) ma-
najemen pelayanan; manajemen pelayanan
meliputi (6) alasan pelayanan, (7) siapa yang
dilayani, (8) apa bentuk pelayanan, di mana,
kapan, dan bagaimana cara melayani.‘
Organisasi nirlaba pada umumnya memi-
ih pengurus, pemimpin, atau penanggung
jawab yang menerima amar dari para ang-
gotanya, sehingga terkait dengan konsep
akuntabilitas dan agency theory. Dengan
demikian, akuntansi sebagai salah satu sarana
3. Disatikan dari MMiftahuddin, Perencanaan
Strategis bagi Organisasi Sosial, yang merupakan
terjemahan judul asli ” Strategic Pianning For Public
and Nonprofit Organizations, A Guide Strengthening
and Sustaining Organization! Achievement” karangan
John M.Bryson, Cetakan I 1999, Penerbit Pustaka
Pelajar.
4. Op.cit, hal 290, bersumber dari karya
Normann (1984), Pfeiffer, Goodstein & Nolan (1986),
Say mengembangkan Heksagon Pelayanan.
Pendekatan sederhana untuk investasi ekuitas: Panduan pengantar investasi ekuitas untuk memahami apa itu investasi ekuitas, bagaimana cara kerjanya, dan apa strategi utamanya
Pendekatan sederhana untuk investasi pasif: Panduan Pengantar Prinsip-prinsip Teoretis dan Operasional Investasi Pasif untuk Membangun Portofolio Malas yang Berkinerja dari Waktu ke Waktu