You are on page 1of 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seringkali tolak ukur kemajuan suatu bangsa dilihat dari angka

harapan hidup penduduknya. Demikian juga Indonesia sebagai salah satu

negara berkembang. Angka harapan hidup di Indonesia juga semakin

meningkat. Pada tahun 2000 jumlah orang lanjut usia diproyeksikan sebesar

7,28% dan pada tahu 2020 sebesar 11,34% (BPS, 1992). Tingginya usia

harapan hidup yang juga menyebabkan meningkatnya jumlah lansia ini akan

menyebabkan semakin meningkatnya masalah-masalah yang timbul oleh

proses penuaan. Baik itu masalah kesehatan dari segi fisik, sosial ekonomi,

maupun masalah kejiwaan.

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita

(constantinides, 1994). Semua orang akan mengalami proses penuaan dan

menjadi tua yang merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimana pada

masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial

sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari

(Affandi, 2008).
2

Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia.

Dalam proses ini tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut usia).

Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi penurunan atau

perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi

satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah

kesehatan secara umum (fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada

individu lanjut usia. Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan

psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan lansia dalam melakukan

penyesuaian diri secara baik atau buruk, akan tetapi ciri-ciri usia lanjut

cenderung menuju dan membawa penyesuaian diri yang buruk dari pada yang

baik dan kepada kesengsaraan dari pada kebahagiaan, itulah sebabnya

mengapa usia lanjut lebih rentan dari pada usia madya (Affandi, 2008).

Salah satu masalah psikologis yang dapat muncul pada lansia adalah

kecemasan. Kecemasan dianggap sebagai suatu bagian yang normal pada

proses penuaan. Bersamaan dengan menjadi lebih lemah, seringnya menderita

sakit dan nyeri, serta mulai berkurangnya sel-sel otak (Kennard, 2009).

Walaupun kecemasan ini merupakan masalah yang sering terjadi pada lansia,

akan tetapi penelitian mengenai masalah ini sangat sedikit. Oleh karena

kurangnya evidence, para dokter seringkali berpikir bahwa penyakit ini jarang

terjadi pada lansia sehingga seringkali tidak terdiagnosis dan tidak

mendapatkan pengobatan. Padahal pada kenyatannya kecemasan ini cukup

sering muncul pada lansia dan dapat berakibat buruk pada kualitas hidup para

lansia (Lenze, 2006).


3

Kecemasan pada lansia ini dapat berupa kecemasan akan kematian,

yang bagaimanapun juga proses menua merupakan tahap akhir dari alur

kehidupan manusia. Apalagi jika lansia tersebut juga menderita penyakit

kronis. Cemas juga dapat pula disebabkan karena ketakutan akan kehilangan

atau ditinggalkan oleh orang-oarang terdekatnya. Disebabkan oleh perasaan

para lansia yang terkadang merasa bahwa dirinya tidak berguna. Serta dapat

pula disebabkan oleh hal-hal yang lain.

Sebuah artikel yang berjudul Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan

(2009) menyebutkan bahwa kecemasan timbul karena adanya:

1. Threat (ancaman): baik ancaman terhadap tubuh, jiwa, atau

psikisnya maupun ancaman terhadap eksistensinya.

2. Conflik (pertentangan): yaitu karena adanya dua keinginan

yang berlawanan.

3. Fear (ketakutan): kecemasan sering timbul karena

ketakutan akan sesuatu, misalnya ketakutan akan kegagalan

atau ketakutan akan penolakan.

4. Unfulled need (kebutuhan yang tidak terpenuhi): kebutuhan

manusia begitu kompleks dan kegagalan memenuhinya

dapat menimbulkann kecemasan.

(Collins, 1984)

Kecemasan perlu mendapatkan penatalaksanaan segera, seandainya

tidak mendapatkan pertolongan secara cepat, maka gangguan kecemasan

berpotensi menimbulkan biaya ekonomi kesehatan yang cukup tinggi. Pada


4

sisi yang lain apabila pasien gangguan kecemasan tidak mendapatkan terapi

yang cepat dan tepat, akan mengalami berbagai gejala yang tidak

menyenangkan, mengakibatkan gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, dan

perannya (Ibrahim, 2002).

Literatur yang menyatakan adanya hubungan antara kecemasan dengan

penuaan terdapat dalam Buku Ajar Geriatri yang diterbitkan oleh Balai

Penerbit FK UI, dalam sub bagian Psikogeriatri, yang menyebutkan gangguan

cemas sebagai salah satu masalah psikologis yang seringkali diderita oleh

geriatri atau lansia. Meskipun di dalam buku tersebut tidak hanya

menyebutkan gangguan cemas sebagai satu-satunya gangguan psikologis pada

lansia, akan tetapi peneliti ingin memfokuskan penelitian yang akan dilakukan

saat ini hanya pada masalah gangguan cemas.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kecemasan yang

dialami oleh lansia. Sehingga kita dapat mengantisipasi timbulnya gangguan

kecemasan pada lansia serta meminimalisasi efek-efek yang dapat

ditimbulkan. Baik itu bagi segi kesehatan, pribadi, sosial, serta ekonomi dari

lansia itu sendiri maupun keluarganya.

Walaupun kecemasan merupakan hal yang seringkali dialami oleh

lansia, tapi bukan berarti kecemasan tersebut merupakan hal yang lumrah

untuk lansia dan tidak perlu diterapi. Terapi dalam kecemasan dapat melalui

terapi medis maupun psikologi. Terapi medis dapat dilakukan dengan

menggunakan obat antiansietas yaitu obat golongan benzodiazepin, buspiron,

atau zulpidem. Terapi psikologi, pada artikel yang berjudul Terapi Gangguan
5

Kecemasan (2009), disebutkan dapat dengan melakukan beberapa pendekatan

seperti pendekatan psikoanalisa, pendekatan humanistik, pendekatan biologis,

dan pendekatan belajar. Selain berusaha menberikan pengobatan yang terbaik

dari sisi medis, pendekatan diri kepada Allah juga merupakan terapi yang baik

bagi pasien muslim. Salah satunya adalah dengan memperbanyak bacaan Al-

Qur’an. Seperti yang tertera dalam surat Al-Isra’ ayat 82 yang artinya ”Kami

turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi

orang-orang yang beriman”

B. Rumusan Masalah

1. Seberapa besar angka kejadian gangguan

kecemasan pada lansia

2. Apakah ada hubungan antara usia lansia dengan

tingkat kecemasan yang dialami?

C. Keaslian Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar angka

kejadian gangguan cemas yang terjadi pada lansia. Lokasi penelitian yaitu

pada Panti Sosial Tresna Werdha yang ada di Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan sumber data primer. Penelitian ini

berbeda dari penelitian-penelitian yang terkait seperti di bawah ini:


6

TAHUN PENELITI JUDUL HASIL


2008 Junaidi Pengaruh Terapi Terbukti bahwa

Musik Langgam musik langgam

Jawa Terhadap jawa dapat

Tingkat menurunkan

Kecemasan Pada tingkat kecemasan

Lansia di Panti terutama untuk

Sosial Tresna kecemasan ringan

Wredha (PSTW) dan sedang

Budi Luhur

Yogyakarta
2008 Ani Hidayati Hubungan Senam Tidak ditemukan
adanya hubungan
Lansia dengan yang signifikan
antara senam
Tingkat lansia dengan
tingkat
Kecemasan Pada kecemasan.

Lansia di PSTW

Budi Luhur Bantul

Yogyakarta

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
7

Untuk mengetahui hubungan antara usia lansia dengan tingkat kecemasan

yang dialami oleh lansia penghuni Panti Sosial Tresna Werdha Propinsi

DIY.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada lansia.

2. Untuk mengetahui hubungan antara usia lansia dengan

tingkat kecemasan yang dialami.

E. Manfaat Penelitian

1. Membuktikan kebenaran teori adanya kecemasan pada lansia.

2. Didapatkan data mengenai angka kecemasan pada lansia.

3. Hasil penelitian dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu

dan untu penelitian yang lebih lanjut.

4. Dapat mengantisipasi kecemasan pada lansia sehingga dapat

diupayakan pencegahan atau terapi yang lebih dini.

You might also like