You are on page 1of 15

1

PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK

Oleh: Farid, SE.M.Si

(Dosen Tetap Fak. Ekonomi Unismuh Palu)


E-Mail: rid_farid@yahoo.com
Website: http://www.ridohado.blogspot.com

1.1 Pendahuluan

Pasar yang didefinisikan secara umum sebagai tempat bertemunya antara


penjual dan pembeli atau produsen dan konsumen dalam prakteknya terdiri atas
berbagai bentuk atau struktur. Struktur pasar yang selama ini dikenal dimasuki
atau dipilih oleh perusahaan bukan tanpa alasan, akan tetapi disesuaikan dengan
kesiapan, kemampuan sumbedaya yang dimiliki perusahaan maupun karena factor
luar seperti kebijakan pemerintah. Dalam berbagai literatur paling tidak dikenal
ada empat macam struktur pasar yakni;

1. Monopoly

2. Oligopoly

3. Monopolistic Competition

4. Perfect Competition

(Sanusi, 2007)

Struktur pasar tersebut diatas, memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda
satu sama lain. Karakteristik dan ciri dari setiap pasar umumnya terlihat pada
persoalan harga, jenis produk, dan jumlah produk yang ditawarkan. Harga, jenis
produk dan jumlah produk yang ditawarkan perusahaan dalam berbagai struktur
pasar tersebut akan berdampak pada keuntungan perusahaan. Harga misalnya
pada pasar monopoly ditentukan oleh perusahaan dan konsumen hanya menerima
harga yang telah ditetapkan. Hal ini berbeda dengan pasar yang lainnya dimana
harga ditentukan oleh pasar dan produsen dan konsumen tidak dapat
mempengaruhi harga.
2

Uraian ini memberikan pemahaman bahwa dalam struktur pasar terdapat


berbagai macam ciri dan karakteristik yang berbeda. Perbedaan ini dikarenakan
oleh banyaknya pelaku dalam pasar itu sendiri. Mulai dari pelaku pasar yang
menawarkan barang maupun jasa sampai dengan pengguna barang atau jasa itu
sendiri. Makalah ini tidaklah membahas keseluruhan dari struktur pasar tersebut
diatas, akan tetapi hanya fokus pada pasar persaingan monopolistic. Secara
sederhana akan dibahas mengenai latar belakang munculnya pasar persaingan
monopolistic sampai dengan efisiensi ekonomisnya.

1.2 Pengertian dan Karakteristik Pasar Persaingan Monopolistik


1
Pasar persaingan monopolistik pertama kali dikembangkan secara intensif
oleh Joan Robinson (ekonom Inggris) dan Edward Chamberlain (ekonom
Amerika Serikat) pada awal dasawarsa 1930-an. Teori ini muncul karena
ketidakpuasan seorang ekonom dari Universitas Cambridge, Peirro Sraffa
terhadap daya analisis persaingan sempurna (perfect competition) maupun
monopoli (monopoly). Dalam prakteknya, pasar persaingan monopolistik
(monopolistic competition) hampir sama dengan persaingan sempurna.
Perbedaannya hanya terletak pada produk yang dihasilkan tidak homogen namun
terdiferensiasi (differentiated product)

Sudono (2005) mendefinisikan bahwa pasar persaingan monopolistik


adalah sebagai suatu pasar dimana terdapat banyak produsen yang menghasilkan
barang yang berbeda corak (differentiated product). Oleh karena barang
dihasilkan berbeda corak atau terdefferensiasi, maka persaingan monopolistik
pada hakekatnya berada diantara dua jenis pasar yakni persaingan sempurna dan
monopoli.

Dengan deferensiasi ini akan mendorong perusahaan untuk melakukan


persaingan non harga, karena perbedaan antar satu produk (merek) dengan produk
(merek) lain tidak terlalu besar. Namun demikian output yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan sangat mungkin disubtitusi, sehingga kemampuan monopoli
relatif terbatas.
3

Prathama dan Mandala (2004) mengemukakan tiga asumsi dasar dalam


persaingan monopolistik yakni ;

1. Produk yang terdiferensiasi (differentiated product)

2. Jumlah perusahaan banyak dalam industry (large number of firms)

3. Bebas masuk dan keluar pasar (free entry and exit)

Diferensiasi produk merupakan produk yang dapat dibedakan oleh


konsumen dengan melihat siapa produsennya. Hal ini berbeda dengan pasar
persaingan sempurna dimana konsumen tidak dapat membedakan siapa produsen
suatu produk. Karena adanya diferensiasi produk dalam pasar persaingan
monopolitistik, maka konsumen dalam memilih barang dapat membedakan
kualitas, model, bentuk, warna dan bahkan keemasan, merek dan pelayanan yang
diberikan oleh produsen. Hal ini akan dapat menyebabkan daya monopoli
produsen walau terbatas. Keterbatasan daya monopoli ini disebabkan karena
produk yang ditawarkan oleh produsen sangat memungkinkan disubtitusi oleh
produsen lainnya.

Asumsi kedua bahwa dalam pasar persaingan monopolistik terdapat


jumlah produsen dalam industri sehingga keputusan produsen tentang harga dan
output diperlu diperhitungkan. Akan tetapi yang utama adalah memperhitungkan
reaksi perusahaan lain dalam industry. Hal ini disebabkan oleh karena setiap
perusahaan menghadapi kurva permintaannya masing-masing. Atas dasar ini
sehingga dalam pasar persaingan monopolistik periklanan atau promosi produk
sangat dimungkinkan. Sehingga dalam pasar persaingan monopolistik mempunyai
daya monopoli walaupun masih dalam keterbatasan, upaya peningkatan
keuntungan melalui periklanan dapat dilakukan oleh perusahaan.
P
Dalam bentuk
D grafik dapat digambarkan sebagai berikut :

D1

D D1
Q1 Q
4

Gambar 1

Iklan dan Elastisitas Harga Permintaan

Grafik tersebut diatas menggambarkan dampak periklanan terhadap


elastisitas perusahaan. Dalam gambar 1, garis DD dan D1D1 merupakan kurva
permintaan. Kurva D1D1 lebih elastic daripada kurva DD. Pada tingkat output
lebih dari 0Q1, kurva D1D1 lebih menguntungkan pada pada tingka output 0Q,
output pada jumlah tertentu dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. Pesaing
dalam pasar monopolistik yang akan melakukan iklan akan selalu memilih kurva
permintaan sebelah kanan daripada kurva sebelah kiri kurva permintaan, tidak
peduli kurva permintaan sebelumnya kurang atau lebih elastic.

1.3 Ciri-ciri Persaingan Monopolistik

Sudono (2005) mengemukakan lima ciri-ciri lengkap dari pasar persaingan


monopolistik yakni :

1. Terdapat banyak penjual;

2. Barang bersifat berbeda corak;


5

3. Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga;

4. Masuk dalam industri relative mudah; dan

5. Persaingan promosi penjualan sangat aktif

Dalam pasar monopolistik terdapat banyat penjual, namun demikian tidak


sebanyak seperti pasar persaingan sempurna. Perusahaan-perusahaan dalam pasar
monopolistik mempunyai ukuran yang relative sama, sehingga menyebabkan
produksi suatu perusahaan relative sedikit dibandingkan dengan keseluruhan
produksi dalam keseluruhan pasar.

Hal lain yang merupakan ciri dari pasar monopolistik adalah barangnya
bersifat berbeda corak. Hal ini pulalah yang membedakan dengan pasar
persaingan sempurna yang memiliki barang yang relative sama di pasar. Sukarnya
membedakan barang mana yang diproduksi suatu perusahaan dengan perusahaan
lainnya pada pasar persaingan sempurna, maka pada pasar monopolistik berbeda
coraknya. Perbedaan corak (differentiated product) inilah yang secara fisik mudah
dibedakan diantara produksi suatu perusahaan dengan produksi lainnya. Di
samping itu terdapat pula perbedaan-perbedaan dalam pengemasannya, bentuk
jasa perusahaan setelah penjualan, dan perbedaan dalam cara membayar barang
dibeli oleh konsumen (cash and credit). Perbedaan-perbedaan ini dalam pasar
monopolistik, barang yang diproduksikan oleh perusahaan bukanlah bersifat
pengganti sempurna (perfect substitute) terhadap barang yang diproduksi oleh
perusahaan lain. Ini hanya merupakan pengganti yang dekat atau close substitute.
Perbedaan dalam hal sifat barang yang dihasilkan inilah yang menjadi sumber
kekuasaan monopoli, walaupun terbatas, yang dimiliki perusahaan dalam pasar
persaingan monopolistik.

Terkait dengan kemampuan mempengaruhi harga, pasar monopolistik


dapat mempengaruhi harga walaupun sedikit. Hal ini berbeda dengan pasar
persaingan sempurna yang tidak memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi harga.
Adanya kekuasaan terbatas dalam mempengaruhi harga pada pasar monopolistik
walaupun kecil sebagai dampak dari adanya kekuatan monopoli yang terbatas.
6

Kemampuan perusahaan dalam mempengaruhi harga pada pasar monopolistik


relative kecil jika dibandingkan dengan perusahaan oligopoly dan monopoli.
Kekuasaan mempengaruhi harga pada pasar monopolistik terletak pada barang
yang dihasilkan berbeda corak atau differentiated product. Perbedaan corak
barang menyebabkan para konsumen atau pembeli dihadapkan pada pilihan,
sehingga akan berdampak pada tingkat kesukaan barang dari suatu perusahaan
tertentu dengan barang yang dihasilkan oleh perusahaan lainnya. Sehingga dengan
demikian kenaikan harga barang yang dihasilkan oleh perusahaan monopolistik,
perusahaan masih dapat menarik pembeli walaupun jumlah pembelinya tidak
sebanyak seperti sebelum kenaikan harga. Perbedaan harga suatu barang dalam
pasar monopolistik akan berlaku hukum permintaan dan penawaran, dimana harga
yang rendah, maka penjualan perusahaan akan meningkat, sedangkan harga naik
maka penjualannya akan turun. Di sisi lainnya apabila perusahaan menurunkan
harga, tidaklah mudah untuk menjual semua barang yang dihasilkan, banyak
diantara konsumen atau pembeli dipasar masih tetap membeli barang yang
dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan lain, walaupun harganya sudah relative
lebih mahal.

Perusahaan yang hendak masuk dalam pasar persaingan monopolistik


tidak akan banyak mengalami kesukaran jika dibandingkan dengan pasar
oligopoly dan monopoli, akan tetapi tidaklah semudah dengan pasar persaingan
sempurna. Beberapa factor jika perusahaan yang hendak masuk kedalam pasar
persaingan monopolistik yang dipertimbangkan adalah; modal yang diperlukan
relative besar kalau dibandingkan dengan perusahaan dalam pasar persaingan
sempurna, dan yang kedua adalah perusahaan harus menghasilkan barang yang
berbeda coraknya dengan yang sudah ada dipasar, dan mempromosikan barang
tersebut untuk memperoleh langganan. Dengan demikian, maka perusahaan baru
pada dasarnya harus berusaha menghasilkan barang yang lebih menarik dari yang
sudah ada dipasar, dan harus dapat meyakinkan konsumen akan kebaikan mutu
barang tersebut.
7

Harga yang ditawarkan perusahaan akan suatu barang pada pasar


persaingan monopolistik bukanlah penentu utama dari besarnya pasar perusahaan.
Suatu perusahaan akan dapat menjual barangnya dengan harga yang relative
tinggi dan dapat menarik konsumen atau pembeli. Sebaliknya, perusahaan yang
menawarkan harga yang lebih rendah tetapi tidak dapat menarik konsumen.
Kondisi diakibatkan oleh adanya barang yang berbeda corak yang ditawarkan
perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik. Barang yang memiliki desain
menarik, syarat penjualan yang menarik, periklanan yang terus menerus dan
sebagainya walaupun tinggi harganya konsumen tetap akan membeli karena
adanya daya promosi yang dilakukan oleh perusahaan dalam pasar monopolistik.
Dengan demikian promosi penjualan dalam pasar persaingan monopolistik sangat
aktif dilakukan oleh perusahaan guna menarik langganan atau untuk
meningkatkan penjualannya.

1.4 Kurva Permintaan

Salah satu ciri yang menonjol dalam pasar persaingan monopolistik adalah
differentiated product. Keragaman produk ini mengandung konsekuensi logis
terhadap kurva permintaan yang dihadapi perusahaan miring ke kanan dan control
perusahaan terhadap harga produk adalah kecil.

Sudono (2005) menyatakan bahwa kurva permintaan yang dihadapi


perusahaan monopolistik adalah lebih elastic daripada yang dihadapi monopoli,
tetapi elastisitasnya tidak sampai mencapai elastic sempurna (kurva permintaan
adalah sejajar sumbu datar, yaitu kurva permintaan yang hadapi perusahaan dalam
P dp
pasar persaingan sempurna. Pada hakekatnya kurva permintaan keatas perusahaan
df
dalam persaingan monopolistik adalah bersifat menurun secara sedikit demi
sedikit. Kurva ini dapat diinterprestasikan bahwa apabila perusahaan menaikkan
P1 MC
harga barang yang dijual menjadi sangat berkurang, LAC dan apabila perusahaan
P2 harga maka jumlah barang yang dijual menajdi sangat bertambah.
menurunkan

Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut :

0 Q1 Q2
Q
8

MR

Gambar 2

Kurva Permintaan

Dari gambar diatas, dp merupakan kurva permintaan proporsional yang


menunjukkan jumlah permintaan yang didapatkan perusahaan pada saat semua
perusahaan menetapkan harga yang sama. Atau dapat dikatakan dp adalah
seperlimapuluh dari total jumlah yang diminta pada setiap jumlah yang diminta
pada tingkat harga jika dipasar ada 50 perusahaan yang sama besarnya.

Pada tingkat harga P1, setiap perusahaan akan menjual barangnya sebesar
0Q1, sesuai dengan asumsi Chamberlin bahwa perusahaan akan berprilaku sama
jika semua perusahaan tetap mempertahankan tingkat harga P1. Kurva permintaan
df lebih elastis pada tingkat harga P1 daripada kurva permintaan proporsional
9

karena perusahaan secara individu tidak berpikir bahwa perusahaan lain akan
bereaksi mengubah tingkat harganya. Dengan demikian perusahaan secara
individu menurunkan tingkat harganya ia akan mendapatkan tambahan pangsa
pasar karena pesainnya tetap mempertahankan harganya yang lebih tinggi. Pada
pasar persaingan sempurna df berbentuk horizontal pada tingkat harga P1, pada
pasar persaingan tidak sempurna, df mempunyai slope turun kekiri (downward)
sehingga df mempunyai kurva MR.

P1 bukan tingkat harga yang akan diterima oleh perusahaan. Pada tingkat
harga ini perusahaan akan menaikakn output sehingga MR dengan MC (terjadi
pada Q2). Di sini perusahaan dapat menjual output sebeser Q2 pada tingkat harga
P2. Pada tingkat ini semua perusahaan yang bertindak untuk menaikkan outputnya
tidak dapat bergerak disepanjang kurva permintaan kurva permintaan individual
df. Oleh karena itu merekan harus bergerak di sepanjang dp. Tingkat harga P2 dan
output Q2 bukan kombinasi keseimbangan karena kurva yang relevan adalah dp.
Titik optimum masing-masing perusahaan terjadi pada kurva permintaan
imajinernya df, dimana MR sama dengan MC.

Kurva permintaan pada pasar persaingan monopolistik akan bergeser


apabila :

1. Desain produk, pelayanan, atau strategi penjualan perusahaan berubah.

2. Persaing mengubah harga, output, pelayanan dan strategi penjualannya.

3. Selera, pendapatan, harga atau strategi penjualan produk dari industry lain
berubah.

1.5 Keseimbangan Pasar

a. Keseimbangan Jangka Pendek

Pasar persaingan monopolistik, umumnya perusahaan dalam jangka


pendek tidak cukup waktu untuk dapat mengubah kapasitas produksinya, sehingga
perusahaan baru tidak mungkin dapat masuk. Masing-masing perusahaan masih
10

dimungkinkan untuk membuat penyusaian baik harga maupun kuantitas. Dengan


melalui strategi periklanan, mereka sedikit dapat mengubah permintaan akan
outputnya.

Suryawati (2000) mengemukakan bahwa keseimbangan jangka pendek


didefinisikan sebagai situasi dimana tidak ada dorongan bagi perusahaan untuk
mengubah tingkat harga atau outputnya. Keseimbangan terjadi pada saat MR=MC

Jika diasumsikan kurva permintaan dan kurva biaya setiap perusahaan


adalah sama, maka keseimbangan jangka pendek akan tercapai. Grafik berikut
akan menjelaskan bagaimana kondisi tersebut tercapai.

d
SMC
P0
P1

d’

D’
MR
0 Q0 Q2 Q1 Q
11

Gambar 3

Proses Keseimbangan Jangka Pendek

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa, mula-mula harga adalah P0


dan outputnya adalah 0Q0. Dianggap bahwa perusahaan pesaing tetap
mempertahankan harganya sehingga kurva permintaan perusahaan adalah dd’.
Jika perusahaan menurunkan harganya menjadi P1 (perusahaan bertindak sebagai
monopolis) maka output yang ditawarkan adalah 0Q1 (keuntungan perusahaan
maksimum karena MC=MR). Namun karena semua perusahaan menghadapi
situasi yang sama, maka setiap perusahaan juga akan menurunkan harganya
sehingga kurva permintaan perusahaan adalah DD’ dan jumlah output yang akan
ditawarkan setiap perusahaan adalah 0Q2 karena semua perusahaan menurunkan
harganya menjadi P2 pada kurva dd’ bergerser turun hingga memotong kurva DD’
di P1.

Keseimbangan terjadi jika tidak satupun perusahaan yang mau mengubah


harganya di mana MC=MR seperti gambar 3 di atas.

b. Keseimbangan Jangka Panjang

Keseimbangan jangka panjang pada pasar monopolistik akan terjadi jika


semua perusahaan meskipun memperoleh keuntungan maksimum namun hanya
mendapatkan laba normal (seperti industry persaingan sempurna), atau tidak ada
keuntungan ekonomi.
P LMC
dp
Gambar berikut menjelaskan bagaimana keseimbangan jangka panjang
df terjadi.
pada pasar monopolistik

Pe LAC
M
E

MRf

0 Qe Q
12

Gambar 4

Keseimbangan Jangka Panjang

Keseimbangan jangka panjang akan terjadi bila :

1. Kurva ongkos rata-rata jangka panjang (LAC) merupakan tangen kurva


permintaan dd’.

2. Kurva permintaan DD’ memotong kurva permintaan dd’ dan LAC dititik
singgung LAC dan kurva permintaan dd’ (di E)

Keseimbangan jangka panjang terjadi pada tingkat output sebesar 0Qe di


mana MR = MC. Sedangkan harga keseimbangan adalah Pe yang terjadi saat
kurva permintaan perusahaan (df) berpotongan denagn kurva permintaan
proporsional (dp). Pada tingkat harga Pe dan tingkat output Qe, kurva LAC
merupakan tangent dari kurva permintaan perusahaan df atau dititik E. Jadi pada
tingkat harga Pe tidak ada keuntungan ekonomi yang diterima perusahaan. Hal ini
13

karena keuntungan ekonomi pada gambar 3 terjadi pada situasi dimana


perusahaan-perusahaan tidak dapat masuk ke pasar untuk menikmati keuntungan
ekonomi tersebut. Dengan kurva permintaan pasar yang stabil, kurva permintaan
proporsional dp akan bergeser ke titik origin sebesar n tambahan perusahaan yang
masuk hingga keuntungan ekonomi menjadi nol.

1.6 Pasar Persaingan Monopolistik dan Efisiensi Ekonomi.

Dalam pasar persaingan monopolistik, karena kurva permintaan yang


diterima perusahaan mempunyai slope yang turun miring kekiri (downward)
akibat kekuatan monopoli dari adanya differensiasi produk, maka titik tangent
LAC berada disebelah kiri titik minimum LAC. Jelasnya dapat dilihat gambar
berikut :

P
M LAC
SMC1 LMC
SAC1
SAC

Excess Capacity
0 Q1 Q2 Q
Gambar 5
14

Excess Capacity

Ongkos minimum penggunaan sumberdaya terjadi pada saat LAC


mencapai minimum, yaitu pada tingkat output 0Q2 atau pada titik M dimana LMC
memotong kurva LAC. Pada pasar persaingan sempurna. LAC=LMC=SAC pada
titik M. pada persaingan monopolistik, keseimbangan jangka panjang terjadi
disebelah kiri titik M pada tingkat harga diatas M. Output keseimbangan sebesar
0Q1 dimana SAC=LAC dan keduanya tidak berada pada titik minimum. Selisih
0Q1 dan 0Q2 menunjukkan kelebihan kapasitas (excess capacity). Dalam kasus ini
terjadi excess capacity yang negative yang berarti masing-masing perusahaan
terlalu sedikit menggunakan sumberdaya yang ada (tidak efisien)
15

DAFTAR PUSTAKA

Jogiyanto Hartono, 2004, Teori Ekonomi Mikro (Analisis Matematis), Penerbit


Andi, Yogjakarta.
Prathama Raharja dan Mandala Manurung, 2004, Pengantar Ilmu Ekonomi
(Mikro Ekonomi dan Makro Ekonomi), Edisi Revisi, Lembaga Penerbit
FE-UI, Jakarta.
Sanusi Fattah, 2007, Struktur Pasar (Bahan Prensentasi Kuliah S2 Unhas), tidak
dipublikasikan, Makassar.
Sudono Sukirno, 2005, Mikro Ekonomi, Teori Pengantar, Edisi ke tiga, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Suryati, 2000, Teori Ekonomi Mikro, UPP AMP YKPN, Yogjakarta.
Walter Nicholson, 2002, Mikro Ekonomi Intermediate dan Aplikasinya, Edisi ke
delapan, Erlangga, Jakarta.

You might also like