Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
NEKSIDIN
I1A1 08 095
Bagan merupakan salah satu jaring angkat yang dioperasikan di perairan pantai
pada malam hari dengan menggunakan cahaya lampu sebagai faktor penarik ikan.
Menurut Subani (1972) bahwa di Indonesia bagan ini diperkenalkan pada awal tahun
1950 dan sekarang telah banyak mengalami perubahan. Bagan pertama-tama digunakan
oleh nelayan Makasssar dan Bugis di Sulawesi Selatan, kemudian nelayan daerah
tersebut di bawah kemana-mana dan akhirnya hampir dikenal di seluruh Indonesia.
Deskripsi dan Jenis-jenis bagan
1. Bagan Tancap
Bagan tancap adalah merupakan rangkaian atau susunan bambu berbentuk persegi
empat yang ditancapkan sehingga berdiri kokoh di atas perairan, di mana pada tengah
dari bangunan tersebut dipasang jaring. Dengan kata lain alat tangkap ini sifatnya
inmobile. Hal ini karena alat tersebut ditancapkan ke dasar perairan, yang berarti kedalam
laut tempat beroperasinya alat ini menjadi sangat terbatas yaitu pada perairan dangkal.
Pada dasarnya alat ini terdiri dari bangunan bagan yang terbuat dari bambu, jaring
yang terbentuk segi empat yang diikatkan pada bingkai yang terbuat dari bambu. Pada ke
empat sisinya terdapat bambu-bambu menyilang dan melintang yang dimaksudkan untuk
memperkuat berdirinya bagan (Gambar 7.1). Di atas bangunan bagan dibagian tengah
terdapat bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung lampu dari
hujan dan tempat untuk melihat ikan. Di atas bangunan ini terdapat riller yang terbuat
dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring. Umumnya alat tangkap ini berukuran 9
x 9 m sedangkan tinggi dari dasar perairan rata-rata 12 m, dengan demikian maka
kedalaman perairan untuk tempat pemasangan alat tangkap ini rata-rata pada kedalaman
8 m, namun pada daerah tertentu ada yang memasang pada kedalaman 15 m, karena
ditancap kedasar perairan maka substrak yang baik untuk pemasangan adalah berlumpur
campur pasir.
Jaring yang biasa digunakan pada alat tangkap ini adalah jaring yang terbuat dari
waring dengan mesh size 0,4 cm. Posisi jaring dari bagan ini terletak dibagian bawah dari
bangunan bagan yang diikatkan pada bingkai bambu yang berbentuk segi empat. Bingkai
bambu tersebut dihubungkan dengan tali pada ke empat sisinya yang berfungsi untuk
menarik jaring. Pada ke empat sisi jaring ini diberi pemberat yang berfungsi untuk
memberikan posisi jaring yang baik selama dalam air. Ukuran jaring biasanya satu meter
lebih kecil dari ukuran bagunan bagan .
Selama ini untuk menarik perhatian ikan berkumpul dibawah bagan, umumnya
nelayan masih menggunakan lampu petromax yang jumlahnya bervariasi dari 2 – 5 buah.
Metode Operasi Pengangkapan
Pada saat nelayan tiba di bagan maka yang pertama dilakukan adalah menurunkan
jaring dan pemasanagan lampu yaitu pada bulan gelap. Setelah beberapa jam kemudian
(sekitar 4 jam) atau dianggap sudah banyak ikan yang berkumpul di jaring telah terangkat
maka pengambilan hasil tangkapan dilakukan dengan menggunakan scoop net. Demikian
seterusnya. Jika operasi penangkapan ingin dilanjutkan kembali maka jaring diturunkan
keperairan seperti semula. Dalam satu malam operasi penangkapan bisa dilakukan
sampai tiga kali bergantung umur bulan.
Dalam perkembangan selanjutnya di mana lampu pertomaks yang selama ini
digunakan untuk mencari ikan, sudah sering dicoba dengan menggunakan cahaya dari
sumber lain misalnya dari lampu neon dengan menggunakan Accu sebagai sumber arus.
Ada bagan perahu yang jenisnya lain dari bagan rombo tetapi prinsip
penagkapananya sama. Bagan ini ukurannya lebih kecil dan menggunakan 2 buah perahu
(Gambar 7.2a), alat penggeraknya berupa layar. Alat tangkap seperti ini banyak
digunakan oleh nelayan-nelayan suku Bajo yang beroperasi di Teluk Bone. Sedangkan
sumber cahayanya masih menggunakan lampu pertromaks.
2. Bagan Rakit
Jenis bagan lain yang sangat sederhana dan biasa digunakan oleh nelayan
khususunya di sungai atau muara-muara sungai yaitu bagan rakit. Bagan ini terbuat dari
bambu, dimana operasinya berpindah-pindah. Proses operasi penagkapannya sama
dengan bagan tancap. (Gambar 7.2 b)
3. Bagan Perahu (Bagan Rambo)
Bagan ini sering pula disebut sebagai bagan perahu listrik. Ukurannya bervariasi
tetapi di Sulawesi Selatan umumnya menggunakan jaring dengan panjang total 45 m dan
lebar 45m, berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran mata jaring 0,5 cm dan
bahanya terbuat dari waring.
Jaring ini dirangkai satu demi satu sehingga membentuk segi empat besar. Pada
bagian tepi jaring terdapat tali ris yang berfungsi untuk menguatkan tepi jaring sehingga
tidak terbelit. Setiap tepi jaring dilengkapi dengan tali yang berfungsi untuk menurunkan
dan mengangkat jaring pada saat pengoperasiannya.
Tepi jaring tersebut terbagi 6 bagian untuk sisi depan dan belakang, sedangkan
pada sisi kanan dan kiri terbagi dua bagian. Untuk memudahkan penarikan tali agar tali
dapat tergulung dengan baik maka pada alat penggulungan tali (line hauler) digunakan
katrol-katrol yang terdapat pada kerangka bagan. Panajang tali penarik biasanya sekitar
60 m untuk satu bagan, dengan diameter 2,5 cm yang terbuat dari bahan polyethylene.
Untuk memperkuat bangunan bagan (kerangka bagan) biasanya digunakan kawat
baja (wire leader) dengan diameter 0,5 cm. Kawat tersebut tertumpu pada tiang utama
perahu panjang 15 m.
Pada bagian tengah bangunan bagan ini terdapat rumah yang berfungsi sebagai
tempat istirahat, tempat generator listrik, bahan bakar serta perlengkapan laut lainnya,
biasanya berukuran 8 x 3 meter. Sedangkan untuk mengumpulkan ikan dengan cahaya
digunakan generator yang berkekuatan puluhan ribu watt dengan voltasi 220 volt. Lampu
peranik ikan (biasanya merkuri) terletak pada bagian sisi kiri dan kanan kapal. Agar
bangunan kapal tidak terbawa arus pada saat operasi yang memungkinkan posisi/lokasi
penangkapan alat tangkap bagan menetap maka digunakan jangkar. Untuk menjaga
keseimbangan bagunan bagan diberikan anjang-anjang yang terletak pada kedua sisi
banguanan kapal, umumnya dari kayu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga
membentuk rangkaian yang bersilangan.
Dalam pengoperasiannya bagan ini dilengkapi dengan perahu motor yang
berfungsi untuk menggandeng bagan rambo menuju daerah penangkapan disamping
berfungsi sebagai pengangkut hasil tangkapan dari fishing grounds ke fishing base.
Metode Operasi Penangkapan
Waktu pengoperasian alat tangkap bagan perahu ini dapat dilakukan sepanjang
tahun dengan melihat penagggalan tahun qamariah. Jika ombak besar serta arus kencang
maka pengoperasian dilakukan di perairan yang terlindungi oleh gelombang yang besar.
Setting dimulai dengan melakukan penurunan jaring dengan memutar alat
penggulung tali pada sisi depan oleh Anak Buah Kapal, setelah jaring diturunkan lampu
mercury sebagai penarik ikan dinyalakan, hal ini berlangsung terus hingga ikan cukup
banyak bergerobol dibawah permukaan air. Pada saat akan dilakukan pengangkatan
jaring lampu menrcury dipadamkan secara bergilir sehingga hanya lampu yang berfungsi
untuk menarik ikan kepermukaan yang menyala. Dalam keadaan demikian jaring
diangkat secara perlahan-lahan dengan memutar alat penggulung tali. Setelah jaring
terangkat maka ikan-ikan yang ada di atas jaring segera diambil dengan menggunakan
alat pengangunk atau scoop net.
Untuk kegiatan operasi pengangkapan selanjutnya maka dimulai lagi dengan
penurunan jaring dan penyalaan lampu. Dalam semalam operasi penangkapan dapat
dilakukan 2 – 4 kali.
Huhate atau pole and line khusus dipakai untuk menangkap cakalang. Tak heran
jika alat ini sering disebut “pancing cakalang”. Huhate dioperasikan sepanjang siang hari
pada saat terdapat gerombolan ikan di sekitar kapal. Alat tangkap ini bersifat aktif. Kapal
akan mengejar gerombolan ikan. Setelah gerombolan ikan berada di sekitar kapal, lalu
diadakan pemancingan.
Terdapat beberapa keunikan dari alat tangkap huhate. Bentuk mata pancing
huhate tidak berkait seperti lazimnya mata pancing. Mata pancing huhate ditutupi bulu-
bulu ayam atau potongan rafia yang halus agar tidak tampak oleh ikan. Bagian haluan
kapal huhate mempunyai konstruksi khusus, dimodifikasi menjadi lebih panjang,
sehingga dapat dijadikan tempat duduk oleh pemancing. Kapal huhate umumnya
berukuran kecil. Di dinding bagian lambung kapal, beberapa cm di bawah dek, terdapat
sprayer dan di dek terdapat beberapa tempat ikan umpan hidup. Sprayer adalah alat
penyemprot air.
Umpan yang digunakan adalah umpan hidup, dimaksudkan agar setelah ikan
umpan dilempar ke perairan akan berusaha kembali naik ke permukaan air. Hal ini akan
mengundang cakalang untuk mengikuti naik ke dekat permukaan. Selanjutnya dilakukan
penyemprotan air melalui sprayer. Penyemprotan air dimaksudkan untuk mengaburkan
pandangan ikan, sehingga tidak dapat membedakan antara ikan umpan sebagai makanan
atau mata pancing yang sedang dioperasikan. Umpan hidup yang digunakan biasanya
adalah teri (Stolephorus spp.).
Yang dimaksud dengan jaring trawl adalah suatu jaring kanting yang ditarik
dibelakang kapal berjalan menelusuri permukaan dasar perairan untuk menangkap ikan,
udang dan jenis ikan demersal lainnya. Menurut sejarahnya asalnya alat tangkap trawl ini
dari laut tengah dan pada abab ke 16 masuk ke Inggris, Belanda, Perancis, Jerman dan
negara eropa lainnya. Jaring trawl yang sekarang ini telah banyak mengalami perubahan
dan perkembangan jika dibandingkan dengan asal mulanya alat tangkap trawl ini dibuat.
Sesuai dengan terbukanya mulut jaring, pada dasarnya trawl secara garis besar
dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
a. Otter trawl : terbukanya mulut jaring dikarenakan adanya dua buah papan (otter
board) yang dipasang diujung muka kaki/sayap jaring yang pada prinsipnya menyerupai
layang-layang (kite).
b. Beam trawl : Terbukanya mulut jaring dikarenakan bentangan (rentangan)
kayu/besi pada mulut jaring, disebut juga fixsmouth trawl.
c. Paranzella : terbukanya mulut jaring karena ditarik oleh dua buah kapal yang
jalannya sejajar dengan jarak tertentu, disebut juga pair trawl.
a. Otter trawl
Otter trawl termasuk jaring tarik yang sangat penting, bahkan terpenting
dibandingkan dengan trawl yang lain. Otter trawl menggunakan otter board dalam
kepentingan membuka mulut jaring kearah horisontal pada waktu operasi penangkapan
dilakukan. Jika di tinjau dari cara operasi penangkapannya maka otter trawl ada juga
yang disebut stern trawl dan side trawl. Stern trawl Stern trawl adalah otter trawl yang
cara pengoperasiannya (penurunan dan pengangkatan) jaring dilakukan dari bagian
belakang (buritan) kapal. Pukat udang (shrimp trawl) pada prinsipnya terdiri dari bagian
kantong (cod end), badan (body), sayap (wing), sewakan (otter board) dan tali tarik
(warp). Desain pukat udang pada prinsipnya adalah sama dengan pukat harimau atau
jaring trawl lainnya. Material (bahan) yang dipakai adalah PE, nylon, kawat (wire) Pukat
udang ini dioperasikan dengan ditarik menelusuri dasar perairan oleh kapal berukuran
100 GT atau lebih dengan anak buah kapal (crew) lebih dari 10 orang. Lama penarikan
antara 1-3 jam tergantung keadaan daerah penangkapan (fishing ground). Daerah
penangkapan dipilih dasar perairan yang permukaannya rata, berdasar lumpur atau
lumpur pasir.
Operasi penangkapan dapat dilakukan siang dan malam hari tergantung keadaan
pula. Hasil tangkapannya meliputi udang jerebung (Penaeus merguensis), udang windu
(Penaeus merguensis), udang dogol (Penaeus merguensis), udang krosok (Penaeus
merguensis). Hasil sampingannya adalah berbagai ikan demersal seperti : bulu ayam
(Setipirnna spp.), petek (Leiognathus spp.), gulamah (Sciena spp.), nomei (Harpodon
spp.), rajungan (Portunus pelagicus), cumi-cumi (loligo spp.), sotong (Sepia spp.) dan
lain-lainnya.
Double rigged shrimp trawl (Trawl udang ganda) Trawl udang ganda adalah otter
trawl yang dalam operasi penangkapannya menggunakan dua buah unit jaring sekaligus
yang ditarik pada kedua sisi lambung kapal. Dengan penggunaan trawl udang ganda ini
terutama berpengaruh terhadap luas liputan area penangkapan. Yang dengan demikian
diharapkan hasil tangkapannya menjadi berlipat ganda dibanding bila hanya
menggunakan satu jarring.
Side trawl
Yang dimaksud dengan side trawl (trawl samping) adalah otter trawl yang operasi
penangkapan (penurunan jarring/setting of the net dan cara pengangkatan jarring hauling
of the net) dilakukan dari salah satu sisi lambung kapal. Pada waktu penangkapan
dilakukan, arah angin merupakan factor penting. Dengan berkembangnya system
penangkapan dengan stern trawl maka system penangkapan dengan side trawl kurang
bahkan tidak berkembang lagi.
b. Pair Trawl (Trawl kapal ganda)
Pair trawl adalah termasuk tipe paranzela disebut trawl kapal ganda, atau juga
disebut bull trawl karena di dalam operasi penangkapannya menggunakan dua kapal, dan
otter board tidak digunakan lagi. Pair trawl lebih dikenal sebagai fish trawl (trawl ikan).
Hasil tangkapan utama adalah ikan-ikan demersal dan sebagian ikan pelagis. kakap
(lutjanus spp.), kurisi (Nemipterus spp.), selar (Caranx spp.), mata merah (Priacanthus
spp.), kuniran (Upeneus spp.), manyung (Arius spp.), beloso (Saurida spp.), lencam
(Lethrinus spp.), sontong (Sepia spp.), udang barong (Panulirus spp.) dan lain-lainnya.
c. Beam Trawl
Beam trawl disebut fix mouth trawl atau trawl bermulut tetap atau bingkai tetap.
Beam trawl adalah jarring tarik dimana terbukanya mulut jarring dikarenakan adanya
rentangan (bentangan) kayu atau besi pada mulut jarring. Bentangan atau rentangan dapat
dapat berbentuk bingkai empat persegi panjang atau menyerupai huruf U terbalik atau
seperti kuda-kuda. Bentuk jarring lebih menyerupai kerucut dan tanpa sayap /kaki
(bandingkan dengan jarring pada otter trawl). Bahan jarring dapat dari benang katun,
nilon, polyethylene. Panjang jarring seluruhnya kurang lebih 2 kali panjang bingkai.
Besar mata bervariasi kecil pada bagian kantong dan membesar kearah bagian mulut.
Hasil tangkapan terutama udang rebon disamping itu tertangkap ikan teri, tembang juga
ikut tertangkap. Untuk saat sekarang ini beam trawl sudah tidak digunakan lagi.
E. PUKAT CINCIN (PURSE SEINE)
Pukat cincin (purse seine) adalah jaringan yang terbentuk empat persegi panjang,
dilengkapi tali kerut yang bercincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring sehingga
membentuk kerut dan seperti mangkuk. Alat penangkap ini ditujukan untuk menangkap
gerombolan ikan permukaan (pelagic fish). Alat tangkap ini tergolong efektif terhadap
target spesies dan kecenderungan tidak destruktif.
Secara umum purse seine adalah alat (gear) yang digunakan untuk menangkap
ikan pelagic yang membentuk gerombolan. Purse seine pertama kali dipergunakan di
perairan Rhode Island untuk menangkap ikan Menhaden (Brevoortia
tyrannus).Selanjutnya purse seine dipatenkan atas nama Barent Velder dari Bergen di
Norwegia pada tanggal 12 maret 1859. pada Tahun 1860 alat telah digunakan diseluruh
pantai Atlantik dan Amerika Serikat. Kemudian pada Tahun 1870 panjang purse seine
dirubah dari 65 fathom menjadi 250 fathom (I fathom = 1,825). Dari bentuk inilah purse
seine diperkenalkan ke Negara-negara Scandivania pada Tahun yang sama (Uktolseja
dalam Rahardjo 1978)
Berdasarkan data statistik Tahun 1962, perikanan purse seine menghasilkan
sebanyak 15,1% dari dari total tangkapan berbagai alat tangkap di jepang. Dengan
demikian purse seine merupakan penangkapan yang penting baik untuk perikanan pantai
maupun lepas pantai (off shore) (Nomura, 1975)
Menurut Ayodhyoa (1975;1981) ikan yang menjadi tujuan penangkapan dari
purse seine adalah ikan-ikan ”pelagic shoaling species” yang berarti ikan-ikan tersebut
haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea
surface)dan sangatlah diharapkan pula densitas shoal tersebut tinggi, yang berarti jarak
ikan dengan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin.
Prinsip menangkap ikan dengan purse seine ialah melingkari gerombolan ikan
dengan jaring, sehingga jaring tersebut membentuk dinding vertikal dengan demikian
gerakan ikan kearah horisontal dapat dihalangi. Setelah itu bagian bawah jaring
dikerucutkan untuk mencegah ikan lari ke arah bawah jaring.
Panjang purse seine bergantung dimensi kapal, waktu operasi dan jenis ikan yang
akan ditangkap. Purse seine yang ditujukan untuk operasi penangkapan pada siang hari
adalah lebih panjang dari purse seine yang ditujukan untuk penangkapan pada malam
hari. Begitu pula untuk jenis ikan, untuk menangkap jenis ikan tuna purse seine harus
lebih panjang karena jenis ikan ini termasuk perenang cepat. Jaring yang terlalu pendek
akan kurang berhasil dalam mendapatkan hasil tangkapan dan sebaliknya penambahan
jaring yang berlebih-lebihan tidak akan menjamin bertambahnya hasil tangkapan. Jadi
perlu ditentukan panjang optimum dari jaring yang dapat menghasilkan hasil tangkapan
paling banyak dalam waktu yang sama. Hal tersebut perlu ditinjau baik dari segi teknis
maupun ekonomis (Rahardjo, 1978).
Begitu pula dimensi kapal, semakin besar dimensi kapal maka kemampuan kapal
tersebut untuk membawa jaring dan alat bantu penangkapan ikan lainnya semakin besar,
dengan demikian jarak jangkau fishing ground-nya akan semakin luas.
Demikian juga lebar (depth) dari purse seine harus ditentukan dengan
memperhatikan behaviour dari ikan yang akan ditangkap dan kondisi perairan setempat.
Minimum laber dari jaring adalah dimaksudkan untuk mengikuti swimming depth dari
shoaling ikan. Depth dari jaring dikatakan cukup apabila ujung jaring tersebut pada
permulaan proses penarikan purse line adalah lebih dalam dari swimming layar shoaling
ikan.
− Deskripsi Alat Tangkap
Seperti juga pada alat penangkapan ikan lainnya, maka satu unit purse seine jaring
terdiri dari jaring, kapal alat bantu 1 (roller, lampu, echosounder dan sebagainya).
Pada garis besarnya jaring purse seine terdiri dari kantong (bag, bunt), Badan
jaring, tepi jaring, pelampung (float, corck), tali pelampung (corck line, flaot line), sayap
(wing), pemberat (sinker, lead), tali penarik (purse line), tali cincin (purs ring), selvage
bagian-bagianya dapat di lihat pada gambar berikut.
2. tali pelampung
3. tali ris bawah
4. tali pemberat
5. tali pengangkut ris atas
6. tali pengangkut ris bawah
Sebelum digunakan sintetic fiber untuk netting, cotton adalah yang paling banyak
digunakan. Pada tahun 1955 purse seine pertama kali menggunakan nylon net. Semenjak
itu tahun demi tahun penggunaan sintetic fiber untuk purse seine semakin berkembang
(Nomura, 1975). Fungsi mata jaring (mesin) dan jaring adalah sebagai dinding
penghadang dan bukan sebagai penjerat ikan (Ayodhyoa, 1975;1981). Sehingga perlu
ditentukan besarnya ukuran mata jaring (mesh size) dan ukuran benang jaring (twine)
yang sesuai untuk setiap jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Dengan demikian
pada saat pemilihan mesh size dan ukuran twine perlu mempertimbangkan fishing
eficiency baik efisiensi teknis maupun efisiensi ekonomis.
Banyaknya float dan sinker haruslah ditentukan dengan perbandingan yang
sesuai, sehingga total daya apung dari float lebih besar dari total berat jaring dalam air.
Jadi harus ada ekstra bouyancy yang berguna untuk mencegah jaring supaya tidak
tenggelam sewaktu dilakukan pursing dan juga untuk menjaga jaring dari pengaruh
keadaan lingkungan seperti arus, angin, gelombang dan sebagainya.
Netting yang digunakan untuk roundhaul net harus mempunyai strength yang
cukup dan tidak akan membuatikan terjerat pada bagian insangnya (gilled). Netting pada
setiap bagian purse seine dibuat tidak sama, baik mata ukuran jaring (mesh size) maupun
ukuran twine yang digunakan. Misalnya pada bagian bunt, mata jaring dibuat lebih kecil
dari bagian wing, akan tetapi ukuran twine-nya labih besar dari bagian wing.
Pamilihan netting material haruslah hati-hati dengan melihat dan
mempertimbangkan juga kekuatan arus dan keadaan stabil tidaknya arus tersebut. Jaring
harus mempunyai sinking speed yang tinggi sehingga tidak dihanyutkan oleh arus dan
dapat pula mencegah ikan melarikan diri. Untuk itu pada purse seine kita perlukan twine
yang halus dan berat, dengan permukaan yang licin (lunak).
Nylon filament (polyamide) halus dan mempunyai permukaan yang licin, tetapi
specific gravity-nya hanya 1,14 sehingga agak ringan bila berada dalam air. Specific
gravity air laut diperkirakan sekitar 1,03, sehingga perbedaan nilai specific gravity
hanyalah sekitar 0,11. oleh karena itu nylon tidak cocok dipasang pada seluruh jaring dan
hanya digunakan pada bagian bunt saja. Sedangkan saran (viydene chloride) mempunyai
specific gravity yang tinggi, yaitu 1,70. akan tetapi vinylidene chloride tidak cukup kuat
untuk digunakan pada jaring purse seine ukuran besar, untuk itu diadakan pencampuran
dari kedua material tersebut, sehingga dapat dihasilkan material yang kuat dan specific
gravity yang tinggi. Terylene (polyester) dan vinyl clorida, mempunyai kekuatan nomor 2
setelah vinylidene clorida dengan specific gravity 1,40. Tetpi keduanya juga terlalu lemah
bila digunakan sendiri, sehingga perlu dicampur dengan material lain seperti vinylon
(polyvinil alcohol), sehimgga hasil kombinasi tersebut diperkirakan mempunyai specific
gravity 1,30.
Pemakaian material untuk netting haruslah disesuaikan dengan tujuan
penangkapan. Misalnya untuk Horse Mackerel dan Mackerel purse seine yang beroperasi
pada malam hari dengan menggunakan lampu sebagai pegumpul ikan, kadang-kadang
lead line dapat mencapai dasar perairan. Hal semacam ini tidak lagi menghendaki sinking
speed yang tinggi, tetapi kebutuhan materialnya yang sesuai sehingga bentuk jaring tidak
mudah berubah dikarenakan arus, disamping itu material haruslah mempunyai daya tahan
yang tinggi terhadap gesekan-gesekan terhadap dasar perairan. Material yang cocok
untuk keadaan tersebut adalah vinylon dan tetoron. Sebaliknya sardin purse seine yang
operasinya pada siang hari haruslah mempunyai sinking speed yang tinggi sehingga bisa
tenggelam lebih cepat dan memungkinkan menangkap gerombolan ikan dengan
perbandingan volume jaring yang kecil. Dengan demikian material yang sesuai dengan
tipe alat tangkap tersebut nylon dan kyokurin. Pada operasi siang hari warna jaring perlu
menjadi pertimbangan, karena berhubungan dengan efek menakuti ikan (Rahardjo 1978).
Untuk tuna purse seine jaring memerlukan setting yang cepat dan sinking speed
yang tinggi, serta twine harus kaku dan tegar untuk dapat menahan gaya-gaya yang
timbul yang disebabkan oleh gelepar-gelepar tuna yang tertangkap. Disamping hal
tersebut tuna purse seine mempunyai float line yang lebih panjang jika dibandingkan
dengan tipe jaring purse seine yang lain, sehingga, memerlukan material yang kuat untuk
digunakan pada jaring ukuran besar. Material yang sesuai untuk tipe alat penangkapan
tersebut adalah nylon (Nomura, 1975).
Mesh size merupakan pula faktor penting yang harus daperhatikan pada jaring
purse seine, karena berhubungan langsung dengan ukuran ikan yang menjadi utama
penangkapan dan banyaknya ikan yang tertangkap. Pemilihan mesh size yang terlampau
kecil menyebabkan sinking speed akan menurun, tetapi mesh size yang terlampau besar
akan mengakibatkan tangkapan banyak yang lolos atau terjerat, disamping itu ikan yang
sudah terjerat sangat sulit untuk dikeluarkan dan memakan waktu untuk mengeluarkan
sehingga dapat merugikan.
Jika D adalah diameter twine (mm) dan L adalah panjang dari bar (mm), maka
dapat dikatakan bahwa netting yang mempunyai nilai D/L yang kecil akan lebih cepat
tenggelam dibandingkan dengan netting yang mempunyai nilai D/L yang besar
(Konagoya, 1971 dalam Rahardjo 1978). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
ukuran mesh size akan mempengaruhi sinking speed akan semakin membesar dan
sebaliknya.
Oleh karena itu mesh size untuk purse seine adalah cukup apabila pada bagian
bunt telah memenuhi persamaan sebagai berikut:
Ao = (0,6- 0,7) a
Dimana ao adalah mesh size untuk purse seine pada bagian bunt dan a adalah mesh
size dari gill net untuk spesies ikan yang sama (Fridman, 1973).
Disamping mesh size hal lain juga penting diperhatikan adalah ukuran benang
(twine size). Seluruh bagian dari purse seine kecuali pada bagian bunt dibuat dari netting
dengan ukuran twine yang sama besar. Badan utama merupakan bagian terbesar dari
jaring (70-80%), harus dibuat dari netting dengan twine yang tipis sehingga bias lebih
ringan. Sedangkan pada bagian bunt dibuat dengan twine yang tebal yang lebih besar
daripada twine yang terdapat pada lajur netting yang berdekatan dengan bunt.
Untuk praktisnya dalam memilih netting dengan twine yang sesui untuk setiap
bagian dari jaring perlu mengetahui ratio d/a dimana d adalah diameter dari twine
sedangkan a adalah mesh size. Nilai d/a untuk setiap bagian dari jaring dapat dilihat pada
tabel 5.1.
Tabel 5.1. Nilai d/a untuk Setiap Bagian dari Jaring (Fridman, 1973)
Bagian dari jaring d/a
Bunt 0,04 – 0,05
Bagian yang berdekatan dengan bunt 0,03 – 0,04
Bagian lain (Wing) 0,025 – 0,03
Menurut Nomura (1975) selama hauling dengan menggunakan power block,
tension yang luar biasa dapat timbul pada benang jaring (netting twine) yang disebabkan
oleh keadaan operasi diluar dugaan. Dalam percobaan tegangan yang abromal atau
tegangan maximum (T max) pada twine dihitung 60 kali lebih besar dari tegangan rata,
(TN). Tetapi lebih amannya maka ditetapkan :
T max. = 100 x TN
Untuk berbagai ukuran purse seine, nilai TN (gram) berdasarkan pengamatan
diperkirakan mengikuti Rumus (Rahardjo 1978):
TN = 1 x n x (2y + 26,6) x 10-4
Dimana 1= panjang mesh size dalam keadaan teregang (cm)
n = jumlah mesh size kearah lebar jaring
y = jumlah yarn dari twine
F. HAND LINES
Alat tangkap pancing Hand Lines merupakan alat pancing yang sangat sederhana, terdiri dari
pancing, tali pancing dan umpan. Jumlah mata pancingnya satu buah bahkan lebih, bisa menggunakan
umpan asli maupun buatan. Namun ukuran pancing dan besarnya tali pancing disesuaikan dengan
besarnya ikan yang akan ditangkap, seperti untuk menangkap Ikan Tuna menggunakan tali
monofiloment dengan diameter 1,5 - 2,5 mm dengan pancing nomor 5 - 1 dan ditambahkan timah
sebagai pemberat.