Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Masalah
1. Apa pengertian dari nyeri?
2. Bagaimana fisiologis nyeri?
3. Apa saja klasifikasi nyeri?
4. Apa saja Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri?
5. Bagaimana Patofisiologi Nyeri?
6. Apa saja Interpretasi Skala Nyeri?
7. Bagaimana penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis dalam
menajemen nyeri?
8. Bagaimana asuhan keperawatan menajemen nyeri?
C. Tujuan
Umum :
D. Metode Penulisan
STUDI LITERATUR
A. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari pada sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan individual. Selain
itu nyeri juga bersifat tidak menyenangkan, sesuatu kekuatan yang mendominasi,
dan bersifat tidak berkesudahan. Stimulus nyeri dapat bersifat fisik dan/atau
mental, dan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego
seseorang. Nyeri melelahkan dan menuntut energi seseorang sehingga dapat
mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna kehidupan. Nyeri
tidak dapat diukur secara objektif, seperti menggunakan sinar-X atau pemeriksaan
darah. Walaupun tipe nyeri tertentu menimbulkan gejala yang dapat diprediksi,
sering kali perawat mengkaji nyeri dari kata-kata, prilaku ataupun respons yang
diberikan oleh klien.hanya klien yang tahu apakah terdapat nyeri dan seperti apa
nyeri tersebut. Untuk membantu seorang klien dalam upaya menghilangkan nyeri
maka perawat harus yakin dahulu bahwa nyeri itu memang ada.
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi
diri. Apabila seseorang merasakan nyeri , maka prilakunya akan berubah.
Misalnya, seseorang yang kakinya terkilir pasti akan menghindari aktivitas
mengangkat barang yang memberikan beban penuh pada kakinya untuk mencegah
cedera lebih lanjut. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa telah terjadi
kerusakan jaringan, yang harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat
mengkaji nyeri.
Nyeri mengarah pada ketidakmampuan. Seiring dengan peningkatan usia
harapan hidup, lebih banyak orang mengalami penyakit kronik degan nyeri yang
merupakan gejala umum.
B. Fisiologi Nyeri
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara yang
paling baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk
menjelaskan tiga komponen fisiologi yaitu, resepsi, persepsi dan reaksi.
1. Resepsi
2. Persepsi
3. Reaksi
a. Respon Fisiologis
b. Respon Perilaku
Pada saat nyeri dirasakan, pada saat itu juga dimulai suatu
siklus, yang apabila tidak diobati atau tidak dilakukan upaya untuk
menghilangkannya, dapat mengubah kualitas kehidupan individu
secara bermakna. Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri.
Individu bereaksi terhadap nyeri dengan cara yang berbeda-beda.
Toleransi individu terhadap nyeri merupakan titik yaitu terdapat
suatu ketidakinginan untuk menerima nyeri dengan tingkat
keparahan yang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama. Toleransi
bergantung pada sikap, motivasi, dan nilai yang diyakini orang.
Gerakan tubuh yang khas an ekspresi wajah yang
mengindikasikan nyeri meliputi menggeretakkan gigi, memegang
bagian tubuh yang terasa nyeri, postur tubuh membengkok, dan
ekspresi wajah yang menyeringai.
C. Klasifikasi Nyeri
1. Menurut Tempat
a. Periferal Pain
1) Superfisial Pain (Nyeri Permukaan)
2) Deep Pain (Nyeri Dalam)
3) Reffered Pain (Nyeri Alihan) ; nyeri yang dirasakan pada area
yang bukan merupakan sumber nyerinya.
b. Central Pain
Terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal
cord, batang otak dll.
c. Psychogenic Pain
Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari trauma
psikologis.
d. Phantom Pain
Phantom Pain merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah
tak ada lagi, contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat
dari stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi
reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri
pada area yang telah diangkat.
e. Radiating Pain
Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan
sekitar.
2. Menurut Sifat
a. Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang
b. Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama
c. Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan
biasanya menetap10 – 15 menit, lalu menghilang dan kemudian
timbul kembali.
d. Intractable Pain : nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi.
Contoh pada arthritis, pemberian analgetik narkotik merupakan
kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat
mengakibatkan kecanduan.
1. Usia
2. Jenis Kelamin
4. Makna nyeri
5. Perhatian
6. Ansietas
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat
ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya.
Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu
dalam mengatasi nyeri.
8. Pola Koping
E. Patofisiologi Nyeri
• Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat
adanya stimulus mekanis terhadap nosiseptor.
• Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer pada
system saraf
• Nyeri idiopatik, nyeri di mana kelainan patologik tidak dapat ditemukan.
• Nyeri psikologik
Berdasarkan factor penyebab rasa nyeri ada yang sering dipakai dalam istilah
nyeri osteoneuromuskuler, yaitu :
• Nociceptor mechanism.
• Nerve or root compression.
• Trauma ( deafferentation pain ).
• Inappropiate function in the control of muscle contraction.
• Psychosomatic mechanism.
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
memukul.
Menurut Wong-Bakers :
Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi.
VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus
dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan
penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan
pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata
atau satu angka (Potter, 2005).
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan
tidak mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien
dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat.
Skala deskritif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan
nyeri, tapi juga, mengevaluasi perubahan kondisi klien. Perawat dapat
menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai
apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Potter, 2005).
a) Kompres hangat/dingin
b) Latihan nafas dalam
c) Musik
d) Aromatherapi
e) Reiki
f) Imajinasi terbimbing
g) Hipnosis
h) Relaksasi
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penatalaksanaan Farmakologis
Farmakodinamika
Opioid menimbulkan efek primernya terhadap susunan saraf pusat dan
organ yang mengandung otot polos. Opioid menimbulkan analgesia, rasa
mengantuk eforia, depresi pernapasan terkait dosis, gangguan respons
adrenokorteks terhadap stres (pada dosis tinggi), dan penurunan tahana perifer
(dilatasi arteriol dan venosa) dengan sedikit atau tanpa efek terhadap indeks
jantung. Efek terapiutik opioid pada edema paru merupakan akibat sekunder dari
peningkatan pada dasar kapasitansi. Efek konstipasi opioid timbul akibat induksi
dari kontraksi non propulsif melalui traktus gastro intestinal. Opioid dapat
menyebabkan spasme traktus biliaris dan peningkatan tekanan duktus biliaris
komunis diatas kadar pra obat. Depresi reflek batuk adalah melalui efek langsung
terhadap pusat batuk dalam medula. Opioid mengurangi aliran darah ke otak dan
tekanan intra kranial.
Dapat menimbulkan mual dan muntah dengan mengaktifasi zona pemicu
kemoreseptor. Opioid melepaskan histamin dan dapat menyebabkan pruritus
setelah pemberian oral atau sistemik. Perubahan modulasi sensorik sebagai akibat
sekunder pengikatan langsung opioid pada reseptor opiatdalam medula oblongata
dapat merupakan mekanisme terjadinya pruritus setelah pemberian epidural /
intratekal. Analgesia intra artikuler terjasi sebagai akibat sekunder pengikatan
opioid dengan reseptor opiat dalam sinovium.
Farmakokinetika
1. Awitan aksi; IV < 1 menit, IM 1-5 menit, SK 15-30 menit, oral 15-60
menit dan epidural spinal 15-60 menit.
2. Efek puncak; IV 5-20 menit, IM 30-60 menit, SK 50-90 menit, oral
30-60 menit dan epidural / spinal 90 menit.
3. Lama aksi; IV, IM, SK, 2-7 jam, oral 6-12 jam dan epidural / spinal 90
menit.
4. Interaksi / toksisitas; efek depresi SSP dan sirkulasi dipotensiasi oleh
alkohol, sedatif, antihistamin, fenotiazin, butirofenon, inhibitor MAO
dan antidepresan trisiklik. Dapat mengurangi efek diuretik pada pasien
dengan gagal jantung kongestif. Anelgesia dipertinggi dan
diperpanjang oleh agonis alfa-2. Penambahan epineprin dan morpin
intratekal / epidural menimbulkan peningkatan efek samping dan
perpanjangan blok motorik.
5. Efek samping
a) Kardiovaskuler; Hipotensi, hipertensi, bradikardi, aritmia,
kekakuan dinding dada.
b) Pulmoner; Bronkospame dan laringospasme.
c) SSP; penglihatan kabur, sinkope, euforia dan disforia.
d) Urinaria; retensi urine, efek anti diuretik dan spasme ureter.
e) Gastrointestinal; spasme traktus biliaris, konstipasi, anoreksia,
mual, muntah dan penundaan pengosongan lambung.
f) Mata; miosis
g) Muskuloskletal; kekakuan dinding dada.
h) Alergi; pruritus dan urtikaria.
Farmakodinamika
NSAID memperlihatkan aktivitas analgesik, anti inflamasi dan anti
piretika NSAID diduga dapat menurunkan nyeri dengan menghambat produksi
prostaglandin dari jaringan yang mengalami trauma atau inflamasi, yang
menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitif terhadap stimulus menyakitkan
sebelumnya. NSAID juga mempunyai suatu aksi sentral.
Pada dosis klinis tidak terdapat perubahan yang abermakna pada jantung
atau parameter hemodinamik. NSAID menghambat agregasi trombosit dan
memperpanjang masa perdarahan. NSAID ditoleransi dengan baik oleh banyak
pasien. Namun, mereka yang mengalami kerusakan fungsi ginjal dapat
membutuhkan dosis yang lebih kecil dan harus dipantau ketat terhadap efek
sampingnya.
Farmakokinetika
1. Awitan aksi; IV < 1 menit, IM < 10 menit dan oral < 1 jam.
2. Efek puncak; IV / IM / oral 1-3 jam.
3. Lama aksi; IV / IM / oral 3-7 jam.
4. Interaksi dan toksisitas; efek dipotensiasi dengan pemberian
bersama salisilat, peningkatan toksisitas litium, metotreksat. Risiko
perdarahan ditingkatkan dengan pemberian bersama dengan
antikoagulan atau terapi heparin dosis rendah. Dapat mencetuskan
gagal ginjal pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, gagal
jantung atau disfungsi hati, pasien dengan terapi diuretik dan
manula.
5. Efek samping
a) Kardiovaskuler; vasodilatasi, pucat, angina
b) Pulmoner; dispnoe, asma
c) SSP; rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, berkeringat,
depresi dan euforia.
d) Gastrointestinal; ulserasi, perdarahan, dispepsia, mual,
muntah, diare dan
e) nyeri gastrointestinalis.
f) Dermatologi; pruritus dan urtikaria.
1. Massage Kulit
Merupakan cara dinana meringankan nyeri dengan cara peregangan oto
(pijit).
Kompres
Penggunaan air hangat ataundingin untuk meringankan rasa nyeri. Biasaya
menggunakan handuk kecil yang telah di basahi dan dengan air dingin ataupun
hangat dan ditepelkan pada area yang nyeri.
2. Stimulasi Kontralateral
Merupakan cara mengalihkan nyri/gatal dengan cara digaruk.
3. Pijat Refleksi
Ilmu pengobatan yang dikembangkan oleh cina yang merupakan alternatif
penghilang nyeri (akupuntur)
4. Tens
Merupakan alat yang dilekatkan pada tubuh ang dapat menghasilkan
sensasi kesemutan ataupun getaran yang berfungsi sebagai penghilang nyeri.
5. Plasebo
Suatu obat semu yang diberikan kepada klien dengan alasan dapat
menyembuhkan pada klien yang terbiasa meminun obat (biasanya hanya berupa
vitamin).hal ini bertujuan sebagai pengalih/sugesti kepada klien.
6. Distraksi
Pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain.
Biasaya klien diajak menonton, mendengarkan musik, beimajinai yang
menyenangkan dsb.
7. Relakasi
Dengan cara atur pernafasan guna merileksan otot-otot.
8. Sentuhan Terapeutik
Melakukan sentuhan yang menenagkan. Misalnya pada anak kecil dengan
cara membelai, menggendong dsb.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian nyeri yang factual dan akurat dibutuhkan untuk:
1. Menetapkan data dasar
2. Menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat
3. Menyeleksi terapi yang cocok
4. Mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan
1. Kualitas
Minta klien menggambarkan nyeri yang dirasakan, biarkan klien
mendiskripsikan apa yang dirasakan sesuai dengan kata-katanya sendiri.
Perawat boleh memberikan deskripsi pada klien, bila klien tidak mampu
menggambarkan nyeri yang dirasakan.
2. Pola nyeri
Perawat meminta klien untuk mendiskripsikan ativitas yang
menyebabkan nyeri dan meminta lien untuk mendemontrasikan aktivitas
yang bisa menimbulkan nyeri.
3. Cara mengatasi
Tanyakan pada klien tindakan yang dilakukan apabila nyerinya muncul
dan kaji juga apakah tindakan yang dilakukan klien itu bisa efektif untuk
mengurangi nyeri.
B. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri Akut
Batasan Karakteristik :
Subjektif : Komunikasi (verbal atau penggunaan kode) tentang nyeri
dideskripsikan.
Objektif :
• Perilaku sangat berhati-hati
• Memusatkan diri
• Fokus perhatian rendah (perubahan persepsi waktu, menarik
diri dari hubungan sosial, gangguan proses fikir)
• Perilaku distraksi (mengerang, menangis dll)
• Raut wajah kesakitan (wajah kuyu, meringis)
• Perubahan tonus otot
• Respon autonom (diaforesis, perubahan tekanan darah dan
nadi, dilatasi pupil, penurunan atau peningkatan frekuensi
pernafasan).
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih
lama dan klien sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.
Klien yang mengalami nyeri kronik sering kali mengalami periode remisi
(gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan
meningkat). Sifat nyeri kronik, yang tidak dapat diprediksi ini, membuat kien
frustasi dan sering kali mengarah pada depresi psikologis. Klien yang
mengalami nyeri kronik mengungkapkan lebih pernyataan diri negatif terkait
nyeri dan memilki keyakinan lebih bahwa mereka tidak berdaya daripada
klien yang sehat. Nyeri kronik merupakan penyebab utama dari
ketidakmampuan fisik dan psikologis sehingga muncul masalah-masalah,
seperti kehilangan pekerjaan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
sehari-hari yang sederhana, disfungsi seksual, dan isolasi social dari keluarga
dan teman-teman.
Batasan Karakteristik :
1. Mayor (Harus Terdapat)
• Individu melaporkan bahwa nyeri telah ada lebih dari 6 bulan
Tujuan:
Nyeri berkurang/teratasi
Kriteria hasil:
1. Klien menyatakan kenyamanan menjadi lebih baik
2. Perilaku klien atau gejala yang berhubungan dengan nyeri berkurang atau
hilang
3. Klien memperagakan usaha untuk mengurangi nyeri, menguraikan obat
yang digunakan, menyatakan kapan harus minta pertolongan ke layanan
kesehatan (bila telah pulang)
4. Klien menghubungkan pengurangan nyeri etelah melakukan tindakan
penurunan rasa nyeri
Tindakan Keperawatan:
Intervensi Rasional
Kaji derajat nyeri Pengkajian nyeri dapat dengan
menggunakan skala 0-10, skala
visual analog atau skala Mc Gill,
dan pada anak-anak dapat
menggunakan skalah wajah
Wong-Baker.
Tingkatkan pengetahuan: Pengetahuan yang memadai
1. Jelaskan penyebab nyeri memberi orientasi tentang
2. Jelaskan berapa lama nyeri akan penyakit yan lebih baik,
berlangsung mengurangi kecemasan yang
3. Jelaskan karakteristik nyeri yang dapat meningkatkan sensasi nyeri,
mungkin timbul selama prosedur sekaligus meningkatkan hubungan
diagnostik perawat-klien dalam
meningkatkan rasa aman.
Berikan informasi yang akurat untuk Ketakutan dapat menjadi faktor
mengurangi rasa takut yang meningkatkan rasa nyeri.
Tunjukan penerimaan perawat terhadap Tindakan memberi perhatian
respons nyeri individu : kepada klien akan meningkatkan
1. Kenali adanya rasa nyeri rasa percaya klien kepada perawat,
2. Dengarkan dengan penuh perhtian sehingga dapat tergali data yang
tentang nyeri yang terjadi lebih akurat tentang nyeri,
3. Tunjukan bahwa perawat sedang menurunkan hambatan dalam
mengkajinyeri klien menyampaikan keluhan, serta
meningkatkan rasa aman klien
yang secara tidak langsung dapat
mengurangi persepsi nyeri.
Diskusikan alasan mengapa individu Memberi dasar pengetahuan
mengalami peningkatan dan penurunan objektif tentang nyeri dan
nyeri tindakan yag harus atau tidak
boleh dilakukan oleh klien.
Masalah Keperawatan
Nyeri Kronis
Tujuan:
Nyeri Berkurang/teratasi
Kriteria Hasil:
1. Mengungkapkan bahwa nyeri berkurang setelah melakukan tindakan
penurunan rasa nyeri
2. Mengungkapkan adanya kemajuan dan peningkatan aktivitas sehari-hari
seperti (uraikan)
Tindakan keperawatan:
Intervensi Rasional
Kaji derajat nyeri Pengkajian nyeri dapat dengan
menggunakan skala 0-10, skala visual
analog atau skala Mc Gill, dan pada
anak-anak dapat menggunakan skalah
wajah Wong-Baker.
Tingkatkan pengetahuan: Pengetahuan yang memadai memberi
4. Jelaskan penyebab nyeri orientasi tentang penyakit yan lebih
5. Jelaskan berapa lama nyeri baik, mengurangi kecemasan yang
akan berlangsung dapat meningkatkan sensasi nyeri,
6. Jelaskan karakteristik nyeri sekaligus meningkatkan hubungan
yang mungkin timbul selama perawat-klien dalam meningkatkan
prosedur diagnostik rasa aman.
Berikan informasi yang akurat untuk Ketakutan dapat menjadi faktor yang
mengurangi rasa takut meningkatkan rasa nyeri.
Tunjukan penerimaan perawat Tindakan memberi perhatian kepada
terhadap respons nyeri individu : klien akan meningkatkan rasa percaya
4. Kenali adanya rasa nyeri klien kepada perawat, sehingga dapat
5. Dengarkan dengan penuh tergali data yang lebih akurat tentang
perhtian tentang nyeri yang nyeri, menurunkan hambatan dalam
terjadi menyampaikan keluhan, serta
6. Tunjukan bahwa perawat meningkatkan rasa aman klien yang
sedang mengkajinyeri klien secara tidak langsung dapat
mengurangi persepsi nyeri.
Diskusikan alasan mengapa individu Memberi dasar pengetahuan objektif
mengalami peningkatan dan tentang nyeri dan tindakan yag harus
penurunan nyeri atau tidak boleh dilakukan oleh klien.
Evaluasi Keperawatan
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Tamsuri, Anas. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri (Cet. I). Jakarta:Buku
Kedokteran EGC
http://www.scribd.com/doc/36615162/ASUHAN-KEPERAWATAN-NYERI