You are on page 1of 4

PILIHAN PENGUKURAN KINERJA DALAM KONTRAK BONUS TAHUNAN

Christopher D Ittner, David F. Larcker, dan Madhav V. Rajan

Paper ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi bobot relatif yang ditempatkan

pada pengukuran kinerja keuangan dan non keuangan dalam kontrak bonus CEO. Peneliti

menemukan bahwa penggunaan pengukuran non keuangan meningkat bersama level

peraturan, luasnya strategi perusahaan yang berorientasi pada inovasi, adopsi atas inisiatif

strategi kualitas, dan kabar angin dalam pengukuran keuangan.

Hipotesis Penelitian

1. Keinformatifan Hipotesis (Hypotheses Invormativeness), berbagai macam faktor

diharapkan untuk memberi dampak keinformatifan relatif atas pengukuran kinerja

finansial dan non finansial.

2. Strategi Organisasi, perusahaan dengan strategi prospector menempatkan bobot

pengukuran kinerja non keuangan lebih besar dibanding perusahaan strategi defender.

3. Strategi Kualias, perusahaan yang mengikuti strategi berorientasi pada kualitas

menempatkan bobot pengukuran kinerja non keuangan yang lebih besar dalam kontrak

bonus tahunan CEO.

4. Peraturan, perusahaan-perusahaan yang menekankan strategi kualitas menghadapi

tekanan peraturan dan kompetitif untuk meningkatkan dimensi non finansial mereka.

5. Kinerja Finansial, perusahaan yang menderita kesulitan keuangan akan menempatkan

bobot non keuangan lebih sedikit dalam pengukuran kinerjanya manajerialnya.

6. Exogeneus Noise, dihipotesiskan bahwa pengukuran kinerja non keuangan naik sejalan

dengan meningkatnya exogeneus noise dalam perusahaan.

7. Hipotesis Pengaruh CEO, lebih banyak bobot akan ditempatkan pada kinerja non-

keuangan dalam kontrak bonus tahunan ketika CEO memiliki pengaruh yang lebih besar.
Sampel

Sampel terdiri dari perusahaan-perusahaan dimana (1) Seluruh bonus tahunan CEO semata-

mata merupakan fungsi pengukuran keuangan (bobot pada kinerja non-keuangan sama

dengan nol) atau (2) peneliti dapat menentukan bobot individual yang ditempatkan pada

pengukuran kinerja keuangan dan non keuangan.

Berdasar kriteria di atas, sampel akhir kami terdiri dari 317 perusahaan dengan 48 kode dua-

digit standar klasifikasi industri (SIC) yang berbeda.

Pengukuran

1. Bobot pada Pengukuran Kinerja Non Keuangan,

Variabel terikatnya menggunakan PERFMEAS, bobot relatif yang ditempatkan pada

pengukuran non keuangan kontrak bonus tahunan CEO, di mana bobot yang ditempatkan

pada pengukuran keuangan dan non keuangan dijumlahkan menjadi 100%.

2. Faktor penentu Pilihan Pengukuran Kinerja, meliputi 6 dasar constructs, yaitu: (a) strategi

organisasi, diukur melalui strategi kompetitif organisasi, (b) strategi kualitas, diidentifikasi

melalui apakah perusahaan melakukan pengembangan kualitas strategi prioritas dengan

memfokuskan pada kualitas perusahaan pemenang penghargaan, (c) lingkungan peraturan,

digunakan dua variabel dikotom sebagai wakil lingkungan peraturan organisasi, yaitu

perusahaan telekomunikasi dan utility, (d) kinerja keuangan, variabel distress menilai

sejauh mana perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan, (e) Exogenous noise, dalam

pengukuran kinerja keuangan diasumsikan menjadi sebuah peningkatan fungsi variansi

dalam pengukuran akuntansi keuangan industri, (f) Pengaruh CEO, terdiri dari 5 indikator,

(1) proporsi anggota dewan eksternal yang ditunjuk oleh CEO (perebd), (2) proporsi

anggota dewan internal yang ditunjuk oleh CEO (peribd), (3) variabel dikotom

mengindikasikan apakah CEO juga memegang jabatan tambahan atau posisi direktur
dalam dewan, (4) jumlah saham yang beredar dan pelaksanaan opsi yang dipegang oleh

CEO, (5) jumlah saham beredar yang dipegang oleh investor institusional.

3. Variabel kontrol, asumsi primer bahwa dalam pengaturan yang pasti, pengukuran kinerja

non-keuangan lebih informatif dibanding pengukuran kinerja keuangan.

4. Statistik Deskriptif, tersaji dalam tabel 2.

Hasil Penelitian

1. Metode Penelitian

Peneliti menguji hipotesis dengan menggunakan model regresi variabel laten cross

sectional. Model variabel laten diestimasi menggunakan Partial Least Square (PLS).

Sebuah model PLS disusun atas dua komponen dasar: pertama, model pengukuran yang

mendefinisikan hubungan antara manifest dan variabel laten. Kedua, model struktural

melukiskan hubungan antara variabel-variabel laten.

Hasil Utama

Kami melakukan analisis kami menggunakan analisis regresi variabel laten cross-sectional

atas data dari 317 perusahaan pada tahun 1993 atau 1994. Kami menemukan bahwa bobot

relatif ditempatkan pada pengukuran non finansial lebih besar pada perusahaan yang

mengikuti strategi “prospektor” beroriantasi inovasi dari pada perusahaan yang mengikuti

strategi cost leader atau strategi “defender”.

Analisis Empirik terhadap Pengalaman Perusahaan yang

Mengimplementasikan Activity Based Costing System

(Shields and Young’s (1989) dan Argyris dan Kaplan’s (1994))


Kelompok:

1. Kun Ismawati

2. Lis Nurhaini

3. Ristafany Pahlevi

4. Swety Retna

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

You might also like