You are on page 1of 3

MISKIN BUKAN BERARTI HARUS HARUS HIDUP SUSAH

Oleh: Lumaksono G.K.*

Sebagai bangsa yang merdeka Indonesia masih belum bisa disejajarkan dengan

negara-negara lain yang ada di dunia ini. Hal tersebut tentunya mengundang pertanyaan

bagi kita semua, kenapa hal itu bisa terjadi. Dan sebagai warga negara yang baik

harusnya kita semua dapat menjawab pertanyaan itu.

Sejak dikumandangkannya Proklamasi sampai pada era reformasi ini, seolah-

olah Indonesia masih tidak beranjak dari posisinya sama sekali. Dalam artian tidak ada

perubahan atau perkembangan yang dapat dilihat dari bangsa kita tercinta. Memang

sempat pada saat sebelum terjadinya krisis moneter pada tahun 1998, Indonesia

dikatakan sudah memasuki fase lepas landas (take off), yang memang pada saat itu

keadaan ekonomi, sosial dan politik Indonesia dalam keadaan yang baik. Misalnya dalam

sektor pangan Indonesia telah swasembada beras, sehingga dijuluki sebagai salah satu

macan Asia.

Akan tetapi hal itu berbanding terbalik sesaat setelah Indonesia tertimpah krisis

moneter. Terhitung dalam kurun waktu dua tahun di Indonesia terjadi beberapa peristiwa

penting yang merubah sejarah Indonesia. Mulai dari demo mahasiswa yang menurunkan

Presiden Indonesia pada saat itu yaitu alm. Pak Soeharto sampai dengan lahirnya era

reformasi. Akan tetapi yang perlu kita garis bawahi disini adalah setelah terjadinya krisis

moneter, angka atau prosentase tingkat kemiskinan di Indonesia meningkat drastis. Hal

itu menyebabkan melonjaknya harga sembilan bahan pokok (sembako), sehingga sulit

dijangkau oleh masyarakat menengah ke bawah. Selain itu krisis moneter juga

menyebabkan beberapa perusahaan asing yang di Indonesia maupun bisnis rumah tangga

yang gulung tikar, sehingga banyak orang yang kehilangan mata pencahariannya.

*terlampir 1
Tentunya kita semua tidak ingin hal itu menimpah Indonesia untuk kedua kalinya,

apabila melihat dampak yang ditimbulkannya sangat negatif dan menyengsarakan rakyat

kecil.

Terlepas dari hal itu, dewasa ini atau tepatnya pada masa Pemerintahan

Presiden kita tercinta yaitu Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Harga bahan

bakar minyak (BBM) sudah dua kali mengalami kenaikan harga. Kenaikan BBM tersebut

banyak mengundang kontroversi berbagai kalangan. Ada yang mengatakan bahwa hal

tersebut merupakan konspirasi politik menjelang pemilu ada juga yang mengatakan

bahwa hal tersebut dilakukan Pemerintah untuk menyelamatkan anggaran pendapatan

belanja negara (APBN) 2008. Akan tetapi yang pasti hal tersebut telah menyengsarakan

rakyat kecil, karena kenaikan BBM selalu diiringi dengan kenaikan bahan-bahan pokok

lainnya.

Dengan naiknya BBM telah mengakibatkan bertambahnya jumlah masyarakat

yang hidup dibawah garis kemiskinan. Dan sangat ironis sekali ketika kita mengingat

bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya dengan sumber daya alamnya. Mulai dari

bahan tambang, rempah-rempah sampai dengan keindahan alam khatulistiwanya.

Sehingga pertanyaan kita adalah mengapa Indonesia bisa begini? Dan jawaban

Pemerintah adalah jangan kau pertanyakan.

Memang untuk permasalahan ini tidak bisa begitu saja diselesaikan dengan satu

solusi, karena pada dasarnya permasalahan yang dialami negara kita sudah tergolong

akut atau kompleks. Akan tetapi apabila kita mencoba berkaca pada negara lain, ada satu

hal yang bisa membuat masyarakat Indonesia. Walaupun mereka hidup dalam garis

kemiskinan akan tetapi mereka tidak harus hidup susah. Coba kita bayangkan apabila ada

masyarakat miskin yang sedang sakit dan berobat di Rumah Sakit kemudian ditolak

karena tidak punya biaya. Betapa mengenaskan hidup mereka karena tidak punya biaya

*terlampir 2
sehingga tidak dapat memperoleh perawatan dari rumah sakit. Padahal kita ketahui

bersama bahwa sudah kewajiban dari Pemerintah untuk mensejahterahkan rakyat, dalam

hal ini memberikan pelayanan kesehatan bagi semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali.

Sehingga dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa masyarakat Indonesia yang

hidup di bawah garis kemiskinan mengalami dua masalah. Yaitu sudah miskin hidupnya

susah.

Dan dalam hal ini yang menjadi rekomendasi penulis bagi Pemerintah sekarang

maupun Pemerintah berikutnya hendaknya lebih mengutamakan kepentingan masyarakat

kecil daripada kepentingan politiknya. Terkait dengan penjelasan di atas, langkah

pertama yang dapat ditempuh Pemerintah adalah meningkatkan kualitas pelayanan

publik, yang selama ini harus kita akui bahwa praktek pelayanan publik di Indonesia

belum mampu memberikan kepuasan bagi masyarakat. Kita masih sering mendengar

adanya keluhan-keluhan terhadap kualitas pelayanan publik yang diselenggarakan oleh

instansi pendidikan, kesehatan, transportasi, pengadaan air bersih dan listrik, administrasi

kependudukan, pemerintahan, perdagangan dan fasilitas-fasilitas umum lainnya.

Sehingga diharapkan adanya perbaikan kualitas pelayanan publik tersebut. Sehingga

suatu saat nanti, walaupun masyarakat dalam keadaan miskin mereka tidak harus hidup

susah. Karena kebutuhan mereka diluar kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi dengan

adanya pelayanan publik yang baik dari Pemerintah. Selain itu mereka dapat menikmati

fasilitas-fasilitas umum lainnya seperti adanya arena bermain bagi anak-anak, arena

untuk berolahraga dan tempat untuk mendapatkan segala informasi tentang segala

sesuatu yang sedang maupun akan terjadi. Semoga suatu saat nanti tidak akan ada lagi

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang menolak pasien karena terbentur masalah

finansial.

*terlampir 3

You might also like