Professional Documents
Culture Documents
1. LATAR BELAKANG
nyata atas tuntutan reformasi di Indonesia. Iklim demokratis yang mulai dirasakan di
yang dimiliki secara ekonomi, efisien dan efektif sehingga cita-cita untuk mewujudkan
good governance dan aspiratif terhadap kebutuhan rakyatnya dapat benar-benar tercapai.
Berbagai hasil operasi, keputusan dan kebijakan yang diambil pemerintah harus dapat
pemerintah adalah pelayanan publik sebagai konsekuensi tidak langsung atas berbagai
harapan dan kepedulian publik yang harus direspon. Namun, antara harapan masyarakat
terhadap kinerja instansi pemerintah dengan apa yang dilakukan oleh para pengelola dan
1
pejabat pemerintahan yang sebetulnya abdi masyarakat (public servants) sering berbeda.
public servants suatu instansi pemerintah dengan para direct users dari masyarakat . Hal
ini sebagai akibat dari belum adanya sistem pengukuran kinerja formal yang dapat
tradisional, kinerja sering hanya dinilai dari aspek input tanpa melihat tingkat output
maupun dampaknya. Jika instansi bisa melakukan penghematan dan mengeluarkan dana
sama seperti yang tertera dalam anggaran sudah layak dikatakan berhasil. Sementara
publik seperti pemerintah ini harus dinilai dengan tidak sekedar mengutamakan input.
Menurut Jones (2000: 34) instansi pemerintah mestinya lebih mengutamakan outcome
Saat ini pemerintah Indonesia sedang menjalankan proses reformasi. Kinerja yang
hanya menekankan aspek input mulai diperbaiki agar lebih mencerminkan kinerja
pengukuran kinerja diperluas pada aspek output, outcome, manfaat dan dampak dari
dibutuhkan adanya indikator yang jelas. Indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif
dan / atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan
yang telah ditetapkan. Tanpa adanya indikator kinerja, sulit bagi kita untuk menilai
2
tingkat keberhasilan dan ketidakberhasilan kebijaksanaan maupun program suatu instansi
pemerintah. Indikator kinerja ini idealnya dihasilkan dari kompromi antara pemerintah
dengan semua pihak yang berkepentingan. Dalam merumuskan indikator kinerja harus
Artinya indikator kinerja yang ditetapkan sebagai tolok ukur keberhasilan haruslah
users. Expectation gap harus ditekan seminim mungkin sehingga terjadi sinergi yang
maka pengukuran kinerja instansi pemerintah diharapkan bisa lebih akuntabel. Jadi
pemerintah dan masyarakat. Dengan adanya indikator yang jelas diharapkan akan
Pada dasarnya memang tidak ada indikator tunggal yang dapat digunakan untuk
pemerintah. Indikator kinerja yang dipilih akan sangat tergantung pada faktor kritikal
balanced scorecard, antara lain (1) Perspektif Stakeholder dan Finansial: Perspektif ini
melihat pada kinerja dari sudut pandang penyedia sumber daya dan menunjukkan hasil
3
dari apa yang ingin dicapai dalam perspektif lainnya. (2) Perspektif Pelanggan: Perspektif
ini merupakan indikator tentang bagaimana pelanggan melihat organisasi dan bagaimana
organisasi memandang mereka. Indikator yang dapat digunakan untuk menilai bagaimana
pelanggan memandang organisasi adalah tingkat kepuasan pelanggan yang bisa diketahui
melalui survei pelanggan, sikap dan perilaku mereka yang dapat diketahui dari keluhan-
keluhan yang mereka sampaikan. (3) Perspektif Proses Internal: Perspektif ini mencakup
Indikator ini memungkinkan kita untuk menentukan apakah proses telah mengalami
peningkatan, sejajar dengan benchmarks, dan atau mencapai target dan sasaran. (4)
Perspektif Inovasi dan Pembelajaran: Perspektif ini memuat indikator tentang sampai
seberapa jauh manfaat dari pengembangan baru atau bagaimana hal ini dapat
memberikan kontribusi bagi keberhasilan di masa depan. Mengukur hasil dari tindakan
dan aktivitas dalam perspektif ini mungkin tidak dapat dilakukan karena hasilnya tidak
segera dapat diketahui dan bersifat jangka panjang. Dalam banyak kejadian, mungkin
bertujuan melayani masyarakat di bidang pendidikan. Tujuan organisasi seperti ini adalah
serupa dengan tujuan instansi pemerintah pada umumnya yaitu memenuhi kebutuhan di
bidang pendidikan para stakeholders. Secara spesifik tujuan Dinas Pendidikan dapat
dan pendidikan luar sekolah dan pendidikan luar biasa dan 3) Melaksanakan tugas-tugas
4
yang berkait dengan Pendidikan sesuai ketetapan Kepala Daerah. Namun seperti
daripada organisasi bisnis. Pelanggan bagi organisasi nirlaba juga memiliki tuntutan yang
lebih kompleks dan harapan yang selalu berkembang. Kondisi ini menyebabkan indikator
kinerja Dinas Pendidikan dipahami dan diinterpretasikan secara tidak sama oleh pihak
Keluhan ini terjadi dari tahun ke tahun, yaitu sejak masa pemerintahan orde baru sampai
era reformasi sekarang ini, misalnya dalam hal pungutan biaya pendidikan, kurikulum,
proses belajar mengajar dan sebagainya. Fenomena ini menyiratkan kemungkinan adanya
performance expectation gap yang cukup tinggi antara public servants Dinas Pendidikan
karakteristik yang sama dengan organisasi sektor publik pada umumnya terutama yang
yang pure non profit. Indikator ini sangat berbeda dengan sektor bisnis karena sifat
output yang dihasilkan Dinas Pendidikan ini lebih banyak bersifat intangible. Dengan
demikian indikator finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja Dinas Pendidikan.
Dalam arti bahwa pengukuran kinerja Dinas Pendidikan mestinya dilakukan secara
komprehensif yang meliputi aspek finansial dan non finansial baik bersifat tangible
dianggap sudah benar bagi para pengelola pemerintahan sebagai abdi masyarakat (public
5
servants) dan sekaligus mencerminkan kebutuhan dan keinginan masyarakat terutama
direct users.
Ada beberapa jenis indikator kinerja yang sering digunakan dalam pelaksanaan
pengukuran kinerja organisasi sektor publik, yaitu indikator input, indikator proses,
indikator output, indikator outcome, indikator manfaat, indikator dampak. Indikator input
adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk
menghasilkan output. Indikator proses adalah segala besaran yang menunjukkan upaya
yang dilakukan dalam rangka mengolah input menjadi output. Indikator output adalah
sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan
/ atau non fisik. Indikator hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
output kegiatan pada jangka menengah. Indikator manfaat adalah sesuatu yang terkait
dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Indikator dampak adalah pengaruh yang
ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan berdasarkan asumsi yang
telah ditetapkan.(BPKP,2000:12-13)
pembantuan yang diberikan oleh pemerintah. Masing-masing fungsi ini bisa iklasikasikan
dan diidentifikasi indikator kinerja pada input, proses, output, outcome, manfaat, dan juga
dampaknya.
mempertimbangkan aspek input, proses, output, outcome, manfaat, dan juga dampaknya,
niscaya tidak banyak terjadi komplain dan keluhan masyarakat terutama direct users.
Namun nampaknya hal ini belum bisa terjadi, terbukti dengan makin maraknya komentar
6
ketidakpuasan dari masyarakat atas kinerja Dinas Pendidikan. Expectation gap dirasakan
semakin melebar, walaupun untuk mencapai kondisi ideal dalam arti terjadi titik temu
secara tepat antara harapan masyarakat dengan apa yang dilakukan manajemen Dinas
Pendidikan adalah sangat sulit bahkan tidak mungkin. Namun setidaknya, kesenjangan
ini bisa lebih diperkecil atau setidak-tidaknya terjadi keselarasan antara masyarakat
antara harapan masyarakat dengan apa yang sebenarnya menjadi pedoman mutu
menjadi fenomena yang menarik untuk diungkap lebih lanjut dengan harapan bisa
diidentifikasi seberapa besar tingkat expectaion gap yang terjadi sehingga berguna untuk
yang diinginkan masyarakat terutama direct users maka berbagai program dan kebijakan
2. PERUMUSAN MASALAH
layanan Dinas Pendidikan tidak tercapai . Di satu sisi, kemungkinan manajemen Dinas
Pendidikan beranggapan apa yang mereka lakukan sudah sesuai dengan program dan
anggaran yang sudah ditetapkan. Artinya para public servants ini merasa apa yang
dilakukan sudah sesuai dengan pedoman mutu organisasi. Instansi pemerintah yang
7
bertujuan utama melayani publik seperti Dinas Pendidikan ini tentunya sangat “tidak pas”
jika kriteria keberhasilannya hanya didasarkan pada apakah Dinas Pendidikan dapat
organisasi publik mempunyai kriteria keberhasilan yang tidak hanya pada indikator input
dan output, tetapi lebih luas lagi sampai pada outcome, benefit, dan impact terhadap
masyarakat. Dalam rangka merumuskan sistem pengukuran kinerja Dinas Pendidikan ini
perlu diidentifikasi keinginan masyarakat maupun stakeholders eksternal. Oleh karena itu
perlu kiranya dilakukan penelitian yang independen agar menghasilkan kesimpulan yang
obyektif tentang besarnya expectation gap antara public servants dengan direct users
penelitian ini penulis menetapkan obyek penelitian adalah tingkat expectation gap Kantor
Dinas Pendidikan dan subyek penelitian adalah public servants di Dinas Pendidikan dan
direct users di masyarakat. Public servants Dinas Pendidikan dipilih karena mereka
adalah pelaksana fungsi pendidikan yang mengemban amanah dari masyarakat. Direct
users dipilih karena mereka adalah pihak yang menerima jasa dan manfaat langsung dari
Dinas Pendidikan tersebut. Sebenarnya direct users ini merupakan salah satu
sebagai direct users. Penelitian ini memfokuskan pada direct users karena pada dasarnya
merekalah pelanggan yang harus dipenuhi kebutuhannya sebagaimana tujuan utama suatu
8
organisasi sektor publik yaitu menyediakan jasa pelayanan untuk kesejahteraan
masyarakat. Direct users Dinas Pendidikan bisa diklasifikasi berdasarkan jenis layanan
yang mereka butuhkan, menjadi tiga yaitu (1) Guru, (2) Murid, dan (3) Orang Tua / Wali
Murid. Klasifikasi berdasarkan jenis layanan ini didasarkan atas hubungan baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan Dinas Pendidikan. Dengan demikian dapat
3. TUJUAN PENELITIAN
9
4. Mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi antara public servants Dinas
Pendidikan dengan direct users dari kelompok orang tua / wali murid.
4. MANFAAT PENELITIAN
mengetahui keinginan dan harapan mereka maka dapat dijadikan kajian dalam
bidang ekonomi.
10
5. BATASAN PENELITIAN
Public Servants Dinas Pendidikan terdiri dari Kepala Kantor beserta stafnya di
lingkungan Dinas Pendidikan Propinsi DIY yang meliputi struktur Kepala Dinas,
Bagian Tata Usaha, Subdinas Bina Program, Subdinas Pendidikan Luar Biasa dan
Kejuruan, Subdinas Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga, Unit Pelaksana
Dinas Pendidikan Propinsi DIY ini mencakup kawasan seluruh DIY meliputi
Kotamadya, Kab. Sleman, Kab. Bantul, Kab. Kulonprogo, dan Kab. Gunungkidul.
Dipilihnya DIY sebagai subyek wilayah penelitian didasarkan atas karakteristik DIY
sebagai kota pendidikan maka diharapkan penelitian ini bisa representatif. Sementara
itu responden yang berasal dari direct users adalah (1) Kelompok Guru, (2) Kelompok
Siswa dan (3) Kelompok Orang Tua / Wali Murid sebagaimana terdaftar di Dinas
6. PREPOSISI PENELITIAN
diketahui bahwa sampai saat ini di lingkungan Dinas Pendidikan belum ada sistem
pengukuran kinerja formal. Ketidakpuasan masyarakat yang besar atas pelayanan Dinas
Pendidikan diduga karena memang terdapat performance expectation gap antara public
servants Dinas Pendidikan dengan direct users. Dengan demikian dalam penelitian ini
11
1. Ada perbedaan persepsi antara public servants, direct users: kelompok guru,
direct users : kelompok murid, dan direct users: kelompok orang tua / wali murid.
2. Ada perbedaan persepsi antara public servants dengan direct users: kelompok
guru.
3. Ada perbedaan persepsi antara public servants dengan direct users : kelompok
murid.
4. Ada perbedaan persepsi antara public servants dengan direct users: kelompok
7. Uji STATISTIK
P1: µ 1 ≠ µ 2 ≠ µ 3 ≠ µ 4
P2: µ 1 ≠ µ 2
P3: µ 1 ≠ µ 3
P4: µ 1 ≠ µ 4
Keterangan:
8. METODOLOGI PENELITIAN
a. Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pejabat pengelola dan pegawai Dinas
12
Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini adalah kelompok responden sebagai berikut:
(1) Public servants di lingkungan Dinas Pendidikan Propinsi DIY; (2) Direct users,
yaitu masyarakat yang menggunakan jasa Dinas Pendidikan Propinsi DIY (1)
Kelompok Guru, (2) Kelompok Siswa dan (3) Kelompok Orang Tua / Wali Murid
b. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan kuesioner yang dikirimkan langsung oleh peneliti baik
kepada public servants Dinas Pendidikan maupun direct users. Data yang diperlukan
dalam penelitian ini terdiri dari 3 kelompok, yaitu data yang berhubungan dengan
identitas entitas dan responden, data tentang persepsi public servants (pejabat pengelola
dan petugas pemadam kebakaran) atas kinerja Dinas Pendidikan, dan data tentang
persepsi direct users atas kinerja Dinas Pendidikan. Data yang berhubungan dengan
identitas pribadi responden meliputi: nama, alamat, pendidikan, pekerjaan, nama instansi,
jenis instansi, alamat instansi dan bidang / bagian. Data yang berhubungan dengan
Pendidikan yang dijabarkan dalam indikator input, output, outcome, benefit, dan impact.
Indikator kinerja Dinas Pendidikan diadopsi dan diadaptasi dari instrumen identifikasi
indikator kinerja yang digunakan dalam penelitian Parry (1994) dengan modifikasi
Yang dimaksud dengan persepsi menurut Holannder (dalam Rustiana dan Dian
13
peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi perilaku seseorang. Expectation gap
masyarakat dengan apa yang sebenarnya menjadi pedoman mutu manajemen suatu
organisasi yang menyediakan layanan publik. Kinerja adalah prestasi yang dapat
dicapai organisasi dalam suatu periode tertentu baik dalam ekonomi, efisiensi dan
untuk menilai persepsi indikator kinerja adalah instrumen yang pernah dipakai oleh
Parry (1994) dengan modifikasi. Instrumen ini berisi pernyataan tentang indikator
input, output, dan outcome program pencegahan dan program pemadaman kebakaran.
skala likert yaitu: 1) sangat tidak setuju, 2) tidak setuju, 3) netral, 4) setuju, dan 5)
sangat setuju.
Data yang terkumpul diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dilakukan
untuk mengetahui apakah alat pengukur benar-benar mengukur apa yang perlu diukur.
Pengujian ini dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada
masing-masing pernyataan dengan r table. Jika dipertoleh nilai korelasi yang lebih
besar daripada r table berarti data yang ada mengandung validitas.(Mendenhall, 1993).
Sedangkan uji reliabilitas ditujukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran
tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama. Untuk menguji preposisi yang telah dikembangkan di atas digunakan alat uji
statistik berikut:
14
• Preposisi 1 diuji dengan menggunakan ANOVA dan Kruskal Wallis Test untuk
independen.
Samples Test dan Mann Whitney U Test untuk mengetahui perbedaan persepsi
antara dua kelompok, yaitu antara kelompok public servants dengan kelompok
kelompok guru; antara kelompok public servants dengan kelompok murid; antara
9. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Penelitian ini terdiri dari 5 bab, Bab Pertama merupakan Pendahuluan yang berisi
Pengukuran Kinerja, 9) Pengukuran Kinerja Dinas Pendidikan, dan 10) Indikator Kinerja
Dinas Pendidikan. Bab Ketiga adalah Metodologi Penelitian yang terdiri dari 1) Populasi,
Sampel, dan Teknik Sampling 2) Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data, 3)
Statistik. Bab Keempat adalah Analisis Data, meliputi statistik deskriptif , ANOVA,
15
Kruskal Wallis Test, Independent Samples Test atau Mann Whitney U serta Pembahasan
16
17