You are on page 1of 16

MULTIPLE INPUT MULTIPLE OUTPUT – ORTHOGONAL

FREQUENCY DIVISION MULTPLEXING SYSTEM (MIMO-OFDM)

Tugas #2
Mata Kuliah Sistem Komunikasi Nirkabel Pita Lebar

Nama: Nyoman Putra Sastra


NRP: 2208301003

http;//staff.unud.ac.id/~putra/
Multiple Input Multiple Output – Orthogonal Frequency
Division Multplexing System (MIMO-OFDM)

1 Latar Belakang
Tuntutan peningkatan laju data dan kualitas layanan pada sistem komunikasi
wireless menyebabkan lahirnya metode-metode baru untuk meningkatkan efisiensi
spektral dengan tetap mempertahankan kualitas. Salah satunya adalah penggunaan
multi antena pada pemancar dan penerima, atau disebut sistem multiple input
multiple output (MIMO). Dengan system MIMO maka laju data dapat ditingkatkan
dengan metode multiplexing, atau dapat meningkatkan kinerja sistem dengan cara
diversity. Antena pemancar dan penerima pada sistem MIMO dapat digunakan
sebagai gain diversity. Gambar 1 mengilustrasikan bagaimana multiple antenna pada
pemancar dan penerima diterapkan dalam system komunikasi nirkabel.

Gambar 1. Sistem Multiple Input Multiple Output (MIMO)

Beberapa jenis MIMO yang sering menjadi pokok bahasan yaitu Space Time
Block Code (STBC) dan Spatial Multiplexing (SM). STBC digunakan saat
perbaikan kinerja menjadi hal yang diutamakan sedangkan efisiensi spektral bukan
sebuah permasalahan. Prinsipnya, STBC mengirimkan beberapa replika sinyal
informasi pada kanal independent fading dalam format sinyal yang ortogonal,
sehingga di penerima minimal ada satu sinyal yang tidak mengalami fading terburuk
dan antar sinyal terima tersebut saling bebas. Sedangkan SM digunakan saat
mengejar perbaikan performansi dalam kondisi terjadi efisiensi spektral yang cukup
signifikan. Prinsipnya adalah, deretan simbol yang akan dikirim dipecah menjadi
beberapa paralel deretan simbol yang kemudian ditransmisikan secara simultan
dengan bandwidth yang sama pada masing-masing antena, sehingga teknik ini
memberikan peningkatan laju data. Penelitian-penelitian lain menunjukkan bahwa
dalam hal perbaikan performansi, STBC lebih baik dibandingkan SM[3].

1
Sistem MIMO-OFDM http;//staff.unud.ac.id/~putra/ 2

Sedangkan dalam peningkatan efisiensi spektral, SM lebih baik dibandingkan


STBC. Tidak menutup kemungkinan untuk mendapatkan jalan tengah antara STBC
dan SM, MIMO bisa dimodelkan dengan gabungan antara STBC dan SM.
Selain berkembangnya teknik-teknik penggunaan multi antenna, berkembang
juga metode-metode pentransmisian, salah satu metode ini adalah sistem Orthogonal
Frequency Division Multiplexing (OFDM). Orthogonal Frequency Division
Multiplexing (OFDM) adalah sebuah teknik transmisi yang menggunakan beberapa
buah frekuensi (multicarrier) yang saling tegak lurus (orthogonal). Teknik tersebut
merupakan kombinasi dari teknik modulasi dan teknik multiplexing, dimana
modulasi adalah proses perubahan (varying) suatu gelombang periodik sehingga
menjadikan suatu sinyal yang mampu membawa suatu informasi, Terdapat tiga
parameter kunci pada OFDM yaitu: amplitudo, fase dan frekuensi, sedangkan
multiplexing adalah suatu teknik mengirimkan lebih dari satu (banyak) informasi
melalui satu saluran. Pada saat ini, OFDM telah dijadikan standar telekomunikasi
dan dioperasikan di Eropa yaitu pada Proyek Digital Audio Broadcast (DAB), selain
itu juga digunakan pada High Bit-rate Digital Subscriber Lines (HDSL) 1,6 Mbps,
Very High Speed Digital Subscriber Lines (VHDSL) 100 Mbps, High Definition
Television (HDTV), Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX)
dan juga komunikasi radio. Gambar 1 menunjukkan prinsip utama dari FDM dan
OFDM.
OFDM adalah suatu teknik yang ‘jenius’ yang bekerja dalam isu-isu berikut
yang menjadi masalah dalam FDM. Popularitas OFDM berangkat dari
kemampuannya dalam men-transform kanal frequency-selective pita lebar menjadi
satu set kanal flat-fading pita sempit, dimana secara mendasar memudahkan masalah
dalam ekualisasi kanal. OFDM secara langsung memodulasi deretan simbol yang
datang ke dalam sub-carrier tanpa pembentukan pulsa (pulse shaping). Karena pulsa
persegi (dalam kawasan waktu) mempunyai respon kurva sinc (dalam kawasan
frekuensi) dan respons kurva sync mempunyai spektral null pada fc  1/Ts, sub-
carrier bisa diletakkan sejauh 1/Ts secara tepat, yang bisa merapatkan sub-carrier.
Hasilnya adalah tidak adanya interference antar carrier, yang mengijinkan
penempatan yang sedekat mungkin secara teori. Kondisi ini mengatasi masalah
pemisahan carrier yang diperlukan pada FDM.

Gambar 2 Orthogonal Frekuensi Division Multiplexing (OFDM)


Sistem MIMO-OFDM http;//staff.unud.ac.id/~putra/ 3

Sebagai pengganti dari penggunaan modulator terpisah, bentuk gelombang


yang keluar dibentuk dengan mengeksekusi sebuah inverse DFT kecepatan tinggi
pada satu set time-samples dari data yang ditransmisikan. Keluaran dari DFT bisa
langsung dimodulasi kedalam carrier, tanpa memerlukan komponen yang lain.
Masing-masing carrier dalam OFDM mempunyai bandwidth yang sempit, yang
mengakibatkan symbol rate menjadi rendah. Hasil ini menyebabkan sinyal
mempunyai toleransi yang tinggi terhadap rentang delay multipath, karena rentang
delay haruslah sangat panjang untuk mengakibatkan inter-symbol interference.
Pada dasarnya ada dua pendekatan untuk mentransmisikan informasi pada
frequency selective MIMO channels. Pertama adalah penggunaan single carrier pada
seluruh bandwidth B yang ada, dan pendekatan kedua adalah mengkonversi
frequency selective channel ke dalam sekumpulan kanal-kanal flat fading yang
parallel pada domain frekuensi. Hal ini direalisasikan dengan penggunaan modulasi
orthogonal frequency division multiplexing (OFDM). Penggunaan OFDM pada
kanal MIMO ini disebut dengan MIMO-OFDM.
2 Konsep MIMO-OFDM
MIMO-OFDM merupakan transmisi multicarrier yang dapat dilihat dengan
pendekatan pada domain frekuensi untuk digunakan sebagai diversity frekuensi. Hal
ini disebabkan OFDM mengkonversi kanal frekuensi selective ke dalam sejumlah
kanal flat fading yang parallel. Ide dasarnya adalah mengubah matriks kanal menjadi
matriks sirkular dengan cara menambahkan cyclic prefiks pada deretan yang
ditransmisikan. Sebelum masuk ke penjelasan MIMO-OFDM, terlebih dahulu akan
dibahas prinsip dasar OFDM.

2.1 Prinsip Dasar OFDM

Gambar 3. Blok diagram OFDM

Sinyal carrier dari OFDM merupakan penjumlahan dari banyaknya sub-carriers


Sistem MIMO-OFDM http;//staff.unud.ac.id/~putra/ 4

yang orthogonal, dengan data pada masing-masing sub-carriers dimodulasikan secara


bebas menggunakan teknik modulasi. Pada stasiun penerima, dilakukan operasi
kebalikan dengan apa yang dilakukan di stasiun pengirim. Mulai dari konversi dari
serial ke paralel, kemudian konversi sinyal yang paralel dengan Discrete Fourier
Transform (DFT), konversi dari paralel ke serial, setelah itu demodulasi dan akhirnya
kembali menjadi bentuk data informasi. Pemakaian frekuensi yang saling orthogonal
pada OFDM memungkinkan terjadi overlap antar frekuensi tanpa menimbulkan
interferensi satu sama lain. Ada beberapa model sinyal yang orthogonal, salah
satunya yang cukup sering digunakan adalah sinyal sinus.
Pada OFDM, sinyal didesain sedemikian rupa agar orthogonal, sehingga bila
ada distorsi pada jalur komunikasi yang menyebabkan intersymbol interference dan
intercarrier interference, maka setiap subchannel akan bisa dipisahkan oleh receiver
dengan menggunakan IFFT. Tetapi pada kenyataannya tidak semudah itu. Karena
pembatasan spektrum dari sinyal OFDM tidak ketat, sehingga terjadi distorsi linear
yang mengakibatkan energi pada tiap-tiap subchannel menyebar ke subchannel di
sekitarnya, dan pada akhirnya ini akan menyebabkan interferensi antar simbol (ISI).
Solusi yang termudah adalah dengan menambah jumlah subchannel sehingga periode
simbol menjadi lebih panjang, dan distorsi bisa diabaikan bila dibandingkan dengan
periode simbol. Tetapi cara diatas tidak aplikatif, karena sulit mempertahankan
stabilitas carrier dan juga dalam menghadapi Doppler Shift. Selain itu, kemampuan
FFT juga ada batasnya. Pendekatan yang relatif sering digunakan untuk memecahkan
masalah ini adalah dengan menyisipkan guard interval (interval penghalang) secara
periodik pada tiap simbol OFDM. Sehingga total dari periode simbol menjadi :

Ttotal  Tguard  Tsymbol …………………………(1)

Penyisipan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4. Penyisipan interval penghalang

Cyclic prefix yang ditransmisikan selama guard interval, terdiri dari akhir dari
simbol OFDM yang dicopy ke guard interval, dan guard interval ditransmisikan
diikuti dengan simbol OFDM. Alasan guard interval terdiri dari copy dari akhir
simbol OFDM adalah agar receiver nantinya mengintegrasi masing-masing multipath
Sistem MIMO-OFDM http;//staff.unud.ac.id/~putra/ 5

melalui angka integer dari siklus sinusoida ketika proses demodulasi OFDM dengan
FFT.

2.2 Deskripsi Matematis OFDM


Matriks sirkular pada OFDM merepresentasikan property yang menarik dimana
bagian kiri dan kanan pada matriks vektor merupakan mattriks DFT ( discreate
fourier transform) dan matriks IDFT (Invers Discreate Fourier Transorm. Sehingga
perkalian oleh matriks IDFT pada transceiver dan DFT pada receiver
mentransformasi kanal frekuensi sleective ke dalam bentuk diagonal matriks, yang
elemennya merupakan nilai singular dari matriks sirkular. Hal ini menjelaskan
bagaimana kanal frekuensi selective pada domain waktu menjadi sekumpulan kanal
flat fading yang paralel pada domain frekuensi. Bentuk ini mengurangi kompleksitas
dalam hal equalisasi dan demodulasi.
Operasi dasar OFDM dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Dari gambar
dapat terlihat bahwa, langkah pertama adalah penggunaan IDFT untuk codeword C,
didapatkan, didapat output dengan interval waktu nth (n = 0, . . . , T − 1)

T 1 2

c e
1 j kn
xn  k
T
……… (2)
T k 0

Gambar 5 Block diagram OFDM

atau dalam bentuk matriks menjadi:

x0 ...xT 1 T  D H c0 ...cT 1  …………………………..(3)


T

realisasi dari opeasi IDFT adalah matriks DH T x T, karena D adalah matriks


DFT sebagai berikut:
Sistem MIMO-OFDM http;//staff.unud.ac.id/~putra/ 6

1 1 1  1 
2 2 2
 j j 2 j (T 1)
 1 e T
e T
 e T

1   …………….(4)
D     
T 2
 j (T  2 )
2
 j (T  2 ) 2
2
 j (T  2 )(T 1)

1 e T e T
 e T 
 2
 j (T 1) j
2
(T 1) 2  j (T 1)(T 1) 
2

1 e T e T
 e T 

Guard interval vector dengan panjang L-1, dinotasikan dengan


 
x g  x( L1)  xT 1 ditambahkan untuk menghindari interferensi antarsimbol,
sehingga yang ditransmisikan adalah symbol OFDM X’=[X g X] dengan ukuran nt x
(T + L - 1). Pada penerima, yang dilakukan pertama kali adalah menghilangkan
guard interval dan sample output T didapatkan sebagai berikut:

r0 rT 1 T  H g x( L 1)  xT 1   n0  nT 1  ……………..(5)


T T

dimana:
 H [ L  1]  H [1] H [ 0] 0 nr nt  0 nr nt 
 0 H [ L  1]  H [1] H [ 0]  0 nr nt 
Hg    ……
nr nt

        
 
 0 nr nt  0 nr nt H [ L  1] H [ L  2]  H [ 0] 
6)

adalah matriks T x [T+L-1] yang merepresentasikan kanal yang dilihat oleh


symbol-simbol OFDM
Umumnya vector guard interval Xg dipilih dengan cara x-n = xT-1, untuk n= 1,
…, L-1. Karena vector guard interval berbentuk Xg = [xT-(L-1)… xT-1] , yang dikenal
disebut dengan cyclic prefix.
Model system pada persamaan (5) dapat ditulis kembali menjadi

r0 rT 1 T  H cp x0  xT 1   n0  nT 1  ………………(7)


T

Dengan:
Sistem MIMO-OFDM http;//staff.unud.ac.id/~putra/ 7

 H [ 0] 0 nr nt  0 nr nt H [ L  1]  H [1] 


 H [1] H [ 0] 0 nr nt  0 nr nt  H [ 2] 
 
        
 
 H [ L  2]  H [ 0] 0 nr nt  0 nr nt H [ L  1]
H cp 
 H [ L  1]  H [1] H [ 0] 0 nr nt  0 nr nt 
 
        
 0 n n  H [ L  1] H [ L  2]  H [ 0] 0 nr nt 
 r t

 0 nr nt  0 nr nt H [ L  1]  H [1] H [0] 
…………………………………………………………………………(8)

Hcp adalah matriks circular block dengan ukuran T x T. Sehingga, dekomposisi


SVD Hcp = DH Acp D dimana Acp merupakan matriks diagonal yang elemennya
diperoleh dari blockwise DFT [H[0] H[1] … H[L-1]], yaitu:
L 1 2
j
Acp (k , k )   H [l ]e
kl
T
……………………………………(9)
l 0

yang merupakan matriks kanal. Seluruh informasi mengenai kanal terdapat


pada Acp, dan eigenvector Hcp tidak tergantung pada maktriks kanal H[l].
Penggunaan IDFT pada transmiiter terlihat jelas dengan menuliskan kembali
persamaan (7) menjadi:

r0 rT 1 T  D H Acp c0 cT 1   n0  nT 1  ………….(10)


T T

Apabila digunakan operasi DFT pada vector yang diterima, akhirnya akan
didapatkan:

 y0  yT 1 T  Dr0  rT 1 
T

= Acp c0 cT 1   Dn0  nT 1 


T T
…. (11)

Sesuai dengan yang diharapkan, kanal frekuensi selective dikonversi menjadi


sekumpulan T kanal flat fading parallel pada domain frekuensi, gain kanal didapat
dari elemen diagonal Acp. Karena matriks DFT D tidak memberikan pengaruh pada
statistic noise, hubungan input-output pada setiap kanal parallel k=0, …T-1 dapat
juga dijelaskan tanpa menghilangkan sifat-sifat umumnya. Sebagai berikut:
Sistem MIMO-OFDM http;//staff.unud.ac.id/~putra/ 8

yk  Es
H ( k ) ck  nk ……………(12)

dengan

L 1 2
j
H ( k )   H (l )e
kl
T
………….(13)
l 0

vector yk, nr x 1 merupakan sinyal yang diterima dan akan didecode dan nk
adalah vector nr x 1 zero mean complex additive white Gaussian noise (AWGN)
dengan  nk nkH   n2 [k  k ' ]

Jika digunakan ML decoding, decoder menghitung estimasi codeword yang


ditransmisikan menggunakan persamaan ini:

Cˆ  arg min  y k  E s H ( k ) ck
2
…………….(14)
c

Gambar 6 Block diagram MIMO-OFDM

Terdapat analogi yang erat antara hubungan input-output pada kanal flat fading
MIMO dan model system dengan model system pada persamaan (13). Dimensi
temporal
Sistem MIMO-OFDM http;//staff.unud.ac.id/~putra/ 9

2.3 Space-time frequency coded MIMO-OFDM


Teknik yang paling popular pada MIMO-OFDM menggunakan fading
independent pada kanal parallel H(k) dengan tones frekuensi. Dengan pengkodean
pada space dan frekuensi, maka gain space dan frekuensi diversity akan dapat
diperoleh. Space-frequency coded MIMO-OFDM merupakan implementasi
langsung skema transmisi yang dijelaskan di atas. Secara intuisi, dapat dimengerti
bahwa, jika bandwidth koheren suatu kanal kecil, gain kanal berubah secara
signifikan dari tone ke tone. Kanal pada frekuensi domain dapat dilihat sebagai fast
fading. Akibat perubahan frekuensi oleh waktu, diharapkan kode yang didesain pada
flat fast fading channel akan akan baik jika digunakan sebagai space-frekuensi code
pada kanal frekuensi selective. Secara singkat, O-STBCs memerlukan kanal yang
tetap terlihat static sepanjang durasi codeword.
Untuk space-frequency coded MIMO-OFDM, maka persamaan (12) dapat
dituliskan kembali sebagai berikut:

……15)

dimana H didefinisikan analogi dengan transmisi single-carrier. Codeword


ekivalen didefinisikan sebagai:

……..(16)

Beranalogi dengan transmisi single carrier, gain maksimum diversity dari nrntL
secara teoritis dapat diperoleh. Sebenarnya pada efisiensi spectral terdapat sedikit
loss yang disebabkan oleh cyclic prefix, tetapi untuk panjang frame dengan panjang
T loss ini dapat diabaikan.. Berbeda dengan transmisi single carrier, modulasi OFDM
umumnya memerlukan sinkronisasi yang lebih baik dan lebih riskan terhadap noise
phase. Ini berarti berkaitan dengan peak-to-average power ratio yang besar..

2.4 Space time and space-time-frequency coded MIMO-OFDM


Space–time coded MIMO-OFDM menyebar informasi pada space dan waktu,
dapat dianalogikan dengan space–time coding pada flat fading channels. Walaupun
skema ini dapat direpresentasikan dengan persamaan (12), codewordnya
didefinisikan dengan cara yang berbeda karena codewordnya dikirim pada symbol
Sistem MIMO-OFDM http;//staff.unud.ac.id/~putra/ 10

OFDM yang berbeda pada basis pertone-nya. Secara mudah, setiap tone dianggap
sebagai satu buah kanal parallel. Oleh sebab itu, space–time codes didesain untuk
kanal flat fading dapat langsung digunakan untuk space–time coded MIMO-OFDM.
Hanya saja skema ini tidak terlalu praktis untuk diterapkan pada codeword T
yang panjang karena memerlukan kanal yang konstan sepanjang T symbol OFDM.
Selanjutnya, tidak ada coding yang bias dijalankan sepanjang tone frekuensi,
impilikasinya tidak ada diversity. Space-time-frequency coded MIMO-OFDM adalah
kombinasi skema di atas, dimana frekuensi diversity digunakan oleh coding
sepanjang tone frekuensi dari satu symbol OFDM, time diversity diperoleh oleh
coding pada multisymbol OFDM dan space diversity didapat berkat adanya coding
pada antenna.

3 Kinerja

3.1 Aspek teoritik Informasi pada kanal frekuensi selective MIMO

3.1.1 Kapasitas
Pada suatu kanal yang merupakan realisasi dari frequency selective channel,
mutual informasi secara langsung diperoleh dari kasus flat fading dengan cara
integrasi sepanjang band frekuensi B

……(
17)
dimana Tr{Q( f )}=PB merupakan daya rata-rata total pada band frekuensi B.
Kuantitas H( f ), Q( f ) and ρ( f ) merupakan fungsi transfer kanal, entry covariance
matrix, dan SNR pada frequency f . Kapasitas frequency selective MIMO channel
yang diasumsikan pada kanal transmisi yang perfect (CSIT) selanjutnya didefinisikan
sebagai berikut:

………………………..(18)

Dengan menganalogikan dengan transmisi MIMO-OFDM, diasumsikan


frequency bandwidth B dibagi ke dalam T frequency flat subbands dengan spectral
noise density identik. Hubungan input-output pada setiap subband dijelaskan pada
persamaan (13). Karena loss pada efisiensi spectral diabaikan akibat adanya cyclic
prefix, mutual information pada kanal MIMO frekuensi selective merupakan
penjunlahan informasi mutual I(k) yang dicapai dalam setiap subband yang dibagi
dengan jumlah frekuensi subbands. Selanjutnya persamaan menjadi:
Sistem MIMO-OFDM http;//staff.unud.ac.id/~putra/ 11

…(19)

dimana Q(k) adalah matriks covariance dari vector Gaussian ck Normalisasi


daya total transmisi analogi dengan kasus flat fading, daya transmisi dapat ditulis
T 1
kembali sebagai  Tr{Q
k 0
(k ) }  T .Selanjutnya kapasitas diperoleh sebagai berikut:

…(20)

3.1.2 Mutual Information dengan Equal Power Allocation


Ketika alokasi daya sama rata sepanjang subband frekuensi (atau tones),
Matriks covariance Q(k) merupakan matriks identitas dan mutual informasinya secara
sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut:

……………………… .(21)

3.1.3 Trade off antara diversity dan multiplexing


Asumsi bahwa trade-off mempunyai nilai yang sama pada seluruh path juka
dicari secara individu, ini berarti menghasilkan kinerja sama berdasarkan batas match
filter yang ada. Dengan kata lain, ini berarti interferensi yang terjadi oleh echo yang
berbeda tidak menurunkan kinerja yang ada.

Asumsi awal: bahwa asimptot trade-off diversity-multipexing g*d(gs,∞) dari


frekuensi selective SISO fading channel mengandung L tap i.i.d. distribusi Rayleigh
dengan persamaan:

…………………………..(21)

Dari asumsi tersebut maka nilai setiap path dapat diperoleh secara individu
sehingga match filter diimplementasikan pada setiap tap. Misalkan respons impulse
Sistem MIMO-OFDM http;//staff.unud.ac.id/~putra/ 12

pada kanal adalah sebagai vector h = _[h[0], . . . , h[L − 1]]. Untuk total laju
transmisi yang diskalakan dengan SNR sebagai R=gs log2 (ρ), sehingga secara
sederhana probabilitas outage dapat dijelaskan sebagai berikut.

…………………..(22)

Secara teoretis sangant memungkinkan untuk menentukan trade-off melalui


tranasmisi OFDM sebagai sekumpulan kanal parallel yang tidak secara bebas
mempunyai jumlah tap yang terbatas pada kanal.

3.2 Laju Kesalahan Simbol atau Bit


Suatu metode pengkodean yang baru untuk sistem MIMO dengan OFDM,
diversity coded MIMO OFDM, telah dikembangkan oleh peneliti di Queen’s
University. Metode ini meningkatkan kehandalan tanpa menurunkan laju transmisi,
dengan sedikit peningkatan pada kompleksitas dan delay.
Tabel berikut menampilkan keunggulan dari metode ini:

Diversity-coded MIMO-
Issue Uncoded MIMO-OFDM
OFDM
Diversity High None
Data symbol rate Max NTNC data symbol NTNC data symbols per
rate per OFDM block time OFDM block timer period
period
Coding rate Arbitrary (up to one)_ One (no coding)
Added Complexity Modest increase – same N/A
process core
Per symbol complexity
proportional to channel
order
No. of transmit antennas Arbitrary Arbitrary
Complexity Modular upgrade N/A
Backward compatible
Tolerates spatial Yes Yes
correlation
BER performance Very good Poor
Channel knowledge at Tx Not required Not required
Channel knowledge at Rx Required Required

Table 1: Comparison of proposed method to generic MIMO-OFDM physical


layer.
Sistem MIMO-OFDM http;//staff.unud.ac.id/~putra/ 13

Model system adalah sebagai berikut :


1. suatu MIMO OFDM dengan Nt antena pemancar, Nr antena penerima, Nc
sub-carrier per blok OFDM
2. Dua antena pemancar dan dua antena penerima pada sistem MIMO-OFDM
3. Kanal frequency selective 3 jalur dengan profil delay daya eksponensial
4. 32 sub-carrier per blok OFDM
5. simbol data QPSK
6. SNR ternormalisasi pada tiap antena penerima tidak tergantung pada jumlah
antena pemancar

3.2.1 Laju kesalahan bit pada Kanal Frekuensi Selective


Gambar 7 menunjukkan kehandalan dari sistem diversity-coded MIMO-OFDM
yang diajukan. Sistem tersebut mempunyai unjuk kerja BER yang lebih baik
dibandingkan dengan uncoded MIMO-OFDM pada 9,8 dB. Laju pengkodean yang
dilakukan adalah sama.

Gambar 7. Perbandingan kehandalan. Coding rate yang digunakan adalah satu.

Gambar 8 berikut menggambarkan unjuk kerja diversity-coded MIMO-OFDM


dengan kanal dinamis yang berbeda. Perhatikan bahwa pada CCR yang lebih rendah,
sistem mampu bekerja dengan lebih baik dalam eksploitasi kenaikan ketersediaan
diversity dari kanal fading temporal yang lebih cepat pada multiple blok OFDM.
Sistem MIMO-OFDM http;//staff.unud.ac.id/~putra/ 14

Gambar 8. Unjuk kerja sebagai fungsi dari kanal dinamis

4 Kelemahan MIMO-OFDM
Selain mempunyai keunggulan, MIMO-OFDM mempunya kelemahan, yaitu:
 Peak-to-Average Power Ratio tinggi: akibatnya membutuhkan amplifier yang
mempunyai range dinamik yang lebar. Sedangkan power amplifier merupakan
komponen yang tidak linier dengan gain yang terbatas. Apabila kebutuhan akan
range penguatan tidak dapat memenuhi desain, menyebabkan terjadinya distorsi
linier yang selanjutnya berdampak pada sub carrier yang tidak lagi orthogonal.
 Adanya penambahan cyclic prefix mengakibatkan efisiensi spectral berkurang
 Rentan terhadap noise pada phase.
Daftar Referensi
[1] Oestges, C., Clerckx, B. “MIMO Wireless Communication: From Real-World
Propagation to Space Time Code Design”, academic Press , 2007
[2] Helka Määttänen , “MIMO-OFDM, Post Graduate Course”
[3] Andrea Goldsmith, “Wireless Communication”, Cambridge University Press, 2005
[4] H. Suzuki, Z. Chen, and I. B. Collings, “Analysis of Practical MIMO-OFDM
Performance Inside A Bus Based On Measured Channels at 5.4 GHz”,
Yi Sun, “Bandwidth-Efficient Wireless OFDM”, IEEE Journal On Selected Areas In
Communications, Vol. 19, No. 11, November 2001
[5] I.M. Arijon and F. G. Farrel, “Performance of an OFDM System in Frequency
Selective Channel using REED-Solomon Coding Scheme”, Multipath
Countermeasures, IEE Colloquium on 23 May 1996 Page (s):6/1 - 6/7
[6] Arun Batra and James R. Zeidler, “Narrowband Interference Mitigation In Ofdm
Systems”, Military Communications Conference, 2008. MILCOM 2008.
IEEE 16-19 Nov. 2008 Page(s):1 - 7
[7] http://en.wikipedia.org/wiki/Orthogonal_frequency-division_multiplexing

You might also like