Professional Documents
Culture Documents
2
Penyelidikan tentang persebaran kapak Sumatera dan kapak Pendek
membawa kita melihat daerah Tonkin di Indocina dimana ditemukan pusat
kebudayaan Prasejarah di pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh yang
letaknya saling berdekatan.
Alat-alat yang ditemukan di daerah tersebut menunjukkan kebudayaan
Mesolitikum. Dimana kapak-kapak tersebut dikerjakan secara kasar. Terdapat
pula kapak yang sudah diasah tajam, hal ini menunjukkan kebudayaan Proto
Neolitikum. Diantara kapak tersebut terdapat jenis pebbles yaitu kapak
Sumatera dan kapak pendek.
Mme Madeline Colani, seorang ahli prasejarah Perancis menyebutkan/
memberi nama alat-alat tersebut sebagai kebudayaan Bacson-Hoabinh.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Tonkin merupakan pusat
kebudayaan Asia Tenggara. Dari daerah tersebut kebudayaan ini sampai ke
Indonesia melalui Semenanjung Malaya (Malaysia Barat) dan Thailand.
C. Kebudayan Bacson-Hoabinh
3
tahun yang lalu. Kemudian dalam perkembangannya,alat-alat dari batu atau
yang dikenal dengan kebudayaan Bacson-Hoabinh, tersebar dan berhasil
ditemukan, hampir diseluruh daerah Asia Tenggara, baik daratan maupun
kepulauan, termasuk wilayah Indonesia
Di wilayah Indonesia, alat-alat batu dari kebudayaan Bacson-Hoabinh
dapat ditemukan pada daerah Sumatra, Jawa , Nusa Tenggara, Kalimantan,
Sulawesi sampai Ke Papua ( Irian Jaya ). Di daerah Sumatra alat-alat batu
sejenis kebudayaan Bacson-Hoabinh ditemukan di Lhokseumawe dan
Medan. Benda-benda itu berhasil ditemukan pada bukit-bikit sampah kerang
yang berdiameter sampe 100 meter dengan kedalaman 10 meter. Lapisan
kerang tersebut diselang selingi dengan tanah dan abu.
Tempat penemuan bukit kerang ini pada daerah dengan ketinggian yang
hampirsama dengan permukaan air laut sekarang dan pada kala Holosen.
Daerah tersebut merupakan garis pantai. Namun, ada beberapa penemuan
yang pada saat sekarang telahberada di bawah permukaan laut. Tetapi
kebanyakan tempat-tempat penemuan alat-alat dari batu disepanjang pantai
telah terkubur dibawah endapan tanah, sebagai akibat terjadinya proses
4
pengendapan yang berlangsung selama beberapa milenium yang lalu.
5
purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van
Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya
banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper
(kapak genggam Palaeolithikum).Kapak genggam yang ditemukan di dalam
bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble atau kapak Sumatera
(Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu di pulau Sumatera.
Untuk dapat mengetahui bentuk dari kapak Sumatera silahkan Anda amati
gambar 5 berikut ini.
Bentuk pebble seperti yang Anda lihat pada gambar 5 dapat dikatakan
sudah agak sempurna dan buatannya agak halus. Bahan untuk membuat
kapak tersebut berasal dari batu kali yang dipecah-pecah. Selain pebble yang
ditemukan dalam Kjokkenmoddinger juga ditemukan sejenis kapak tetapi
bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan Hache Courte
6
atau kapak pendek. Kapak ini cara penggunaannya dengan menggenggam.
Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal
manusia purba pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat
perlindungan dari cuaca dan binatang buas. Penyelidikan pertama pada Abris
Sous Roche dilakukan oleh Dr. Van Stein Callenfels tahun 1928-1931 di goa
Lawa dekat Sampung Ponorogo Jawa Timur.
Alat-alat yang ditemukan pada goa tersebut antara lain alat-alat dari batu
seperti ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang sudah diasah yang
berasal dari zaman Mesolithikum, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.
7
ditemukan di daerah Besuki dan Bojonegoro Jawa Timur. Penelitian terhadap
goa di Besuki dan Bojonegoro ini dilakukan oleh Van Heekeren.
Selain di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, Abris Sous Roche juga
ditemukan di daerah Timor dan Rote. Penelitian terhadap goa tersebut
dilakukan oleh Alfred Buhler yang di dalamnya ditemukan flakes dan ujung
mata panah yang terbuat dari batu indah.
E. Kesimpulan
8
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa kebudayaan Bacson-
Hoabinh pada zaman Mesolithikum sesungguhnya memiliki 3 corak
kebudayaan yang terdiri dari:
Dari uraian materi yang telah disajikan, maka tentu Anda dapat
membandingkan penyebaran kebudayaan Mesolithikum lebih banyak
dibandingkan dengan penyebaran kebudayaan Palaeolithikum. Dengan
demikian masyarakat prasejarah selalu mengalami perkembangan.
Pergantian zaman dari Mesolithikum ke zaman Neolithikum membuktikan
bahwa kebudayaannya mengalami perkembangan dari tingkat sederhana ke
tingkat yang lebih kompleks.