Professional Documents
Culture Documents
TANGERANG
TEKNIK AUDIT
Disusun Oleh:
Kelompok 3
2010
TUGAS [TEKNIK AUDIT]
TEKNIK AUDIT
Teknik audit adalah metode yang digunakan oleh auditor untuk
mengumpulkan bukti audit. Menurut Arens dalam bukunya “Auditing and
Assurance Services, 9th Edition”, teknik audit ada tujuh, yaitu pengujian fisik
(physical examination), konfirmasi (confirmation), dokumentasi (documentation),
prosedur analitis (analytical procedures), wawancara kepada klien (inquiries of the
client), hitung uji (reperfomance), dan observasi (observation).
1. Pengujian Fisik
Pengujian fisik adalah pengujian substantif yang melibatkan perhitungan atas
aktiva yang berwujud, seperti kas, persediaan, bangunan, dan peralatan. Teknik ini
tidak dapat diterapkan pada aktiva yang keberadaannya dibuktikan terutama melalui
dokumentasi, seperti piutang usaha, investasi, atau beban dibayar di muka. Selain
itu, teknik ini juga tidak dapat diterapkan pada kewajiban, pendapatan, atau beban.
Selain itu, pengujian fisik juga dapat digunakan auditor untuk menguji
penilaian (valuation) karena kuantitas terlibat secara langsung dalam penentuan nilai
sebagian besar aktiva. Contoh dari hal ini adalah dengan melakukuan perhitungan
fisik persediaan yang dimiliki oleh klien, auditor juga dapat menentukan nilai dari
persediaan yang dimiliki klien. Melalui pengujian fisik, auditor juga kadang-kadang
dapat memperoleh bukti mengenai mutu atau kondisi, dan dalam hal ini tentu juga
akan mempengaruhi penilaian.
Pengujian fisik juga dapat digunakan auditor untuk menguji asersi mengenai
kelengkapan (completeness). Dengan pengujian fisik auditor bisa menemukan item-
item yang seharusnya tersaji tetapi dihilangkan klien dari laporan keuangan. Melalui
pengujian fisik, asersi mengenai hak dan kewajiban (rights and obligations) juga
dapat diuji oleh auditor, tetapi hanya untuk mendukung kepemilikan aktiva.
Bukti audit yang diperoleh dari pengujian fisik untuk menguji asersi
keberadaan sangat tinggi. Akan tetapi, bukti audit yang diperoleh auditor dari
pengujian fisik juga dapat menyesatkan jika auditor tidak memiliki keahlian atau
kurang hati-hati dalam melakukan pengujian fisik. Dengan demikian, pengujian fisik
harus dilakukan dengan hati-hati. Jika auditor merasa kurang memiliki keahlian dan
pengalaman dalam menilai suatu aktiva, sebaiknya auditor meminta bantuan dari
pihak independen yang ahli dalam menilai aktiva tersebut. Contohnya, jika auditor
merasa tidak memiliki kemampuan dan keahlian untuk menilai persediaan emas
klien, auditor dapat meminta bantuan seseorang yang ahli dalam penilaian emas
(misalnya penilai emas dari Pegadaian) untuk membantu auditor menentukan nilai
persediaan emas tersebut.
2. Konfirmasi
Konfirmasi adalah metode yang digunakan auditor untuk memperoleh bukti
audit dengan cara meminta tanggapan baik secara tertulis maupun lisan dari pihak
ketiga yang independen mengenai item-item tertentu yang mempengaruhi laporan
keuangan klien. Pada konfirmasi tertulis, konfirmasi adalah surat yang ditandatangai
klien, ditujukan kepada pihak ketiga terkait (biasanya pelanggan atau kreditur) untuk
meminta penegasan (konfirmasi) mengenai saldo utang/piutang klien pada pihak
ketiga tersebut per tanggal tertentu (biasanya tanggal neraca). Bukti audit yang
diperoleh dari konfirmasi memiliki keandalan yang sangat tinggi karena bukti audit
dari teknik audit ini diperoleh dari pihak ketiga yang independen terhadap klien. Oleh
karena bukti audit yang diperoleh dari konfirmasi sangat tinggi, teknik audit ini
adalah teknik audit yang paling banyak digunakan, terutama untuk menguji asersi
manajemen terhadap utang dan piutang usaha.
Konfirmasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu konfirmasi positif dan konfirmasi
negatif. Pada konfirmasi positif auditor mengirimkan surat yang isinya meminta
tanggapan kepada pihak ketiga terkait, pihak yang dimintakan konfirmasi tersebut
diharuskan menjawab (membalas) apakah setuju atau tidak dengan jumlah yang
tercantum dalam surat yang dikirimkan auditor. Konfirmasi positif biasanya
digunakan dalam keadaan:
1) saldo utang/piutang klien per pelanggan/kreditur relatif besar
2) jumlah pelanggan/kreditur sedikit
3) pengendalian intern klien (agak) lemah
4) waktu audit cukup panjang.
Contoh dari konfirmasi adalah auditor mengirimkan surat yang berisi jumlah
piutang yang dimiliki klien kepada seorang pelanggan untuk meminta konfirmasi
mengenai benar tidaknya jumlah piutang yang dimiliki klien kepada pelanggan
tersebut. Jika yang dilakukan adalah konfirmasi positif, maka pelanggan tersebut
harus membalas surat dari auditor walaupun jumlah yang tercantum dalam surat
tersebut disetujui atau tidak. Sedangkan jika yang dilakukan adalah konfirmasi
negatif, maka pelangan hanya membalas surat yang dikirimkan auditor jika jumlah
dalam surat tersebut tidak disetujui oleh kreditur.
Dengan hormat,
Sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik kami
terhadap laporan keuangan kami per 31 Desember 2009, kami mohon bantuan anda
untuk memeriksa kebenaran data di bawah ini. Setelah diisi dan ditandatangani,
bagian bawah surat ini agar dikembalikan kepada Kantor Akuntan Publik Wiryawan
dan Rekan, Jln. Gatot Subroto No. 22, Jakarta dengan mengggunakan amplop
jawaban terlampir. Seandainya ada perbedaan mohon dijelaskan angka menurut
catatan anda. (Transaksi sesudah 31 Desember 2009 tidak perlu diperhitungkan)
Atas kerja sama Anda kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
PT SATYA LENCANA, Tbk
Menurut catatan kami, saldo utang kami kepada PT SATYA LENCANA, Tbk
pada tanggal 31 Desember 2008 sebesar Rp20.157.410.072,00 adalah benar.
Nama : Santoso
Swalayan Frendie
Tanda tangan : ...............................
Jabatan : Accounting Manager
Dengan hormat,
Sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik
kami terhadap laporan keuangan kami per 31 Desember 2009, kami mohon
bantuan anda untuk memeriksa kebenaran data di bawah ini. Menurut catatan
kami, saldo piutang kami kepada Swalayan Frendie pada tanggal 31 Desember
2009 sebesar Rp20.157.410.072,00. (Transaksi sesudah 31 Desember 2009
tidak perlu diperhitungkan).
Jika data yang tercantum di atas adalah benar, maka surat ini tidak perlu
dibalas. Akan tetapi, jika data yang kami cantumkan di atas tidak benar, maka
harap diisi jumlah yang benar disertai perhitungan menurut catatan anda. Surat
balasan anda agar dikirimkan kepada Kantor Akuntan Publik Wiryawan dan
Rekan, Jln. Gatot Subroto No. 22, Jakarta dengan mengggunakan amplop
jawaban terlampir.
Atas kerja sama Anda kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
PT SATYA LENCANA, Tbk
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan bukti audit yang dilakukan oleh
auditor dengan cara menguji berbagai dokumen dan catatan klien untuk mendukung
informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan. Dokumen
dan catatan klien yang diuji oleh auditor adalah dokumen dan catatan yang
menyediakan informasi tentang pelaksanaan bisnis klien. Jumlah bukti audit yang
dapat dikumpulkan melalui dokumentasi cukup besar karena pada umumnya setiap
transaksi dalam organisasi klien minimal didukung dengan selembar dokumen.
A. Vouching
Verifikasi adalah sebuah istilah yang digunakan dalam arti umum untuk
memeriksa ketelitian perkalian, penjumlahan pembukuan, kepemilikan, dan
keberadaannya. Adapun tujuan dari vouching dan verifikasi untuk memastikan
bahwa:
1. Bukti tersebut telah disetujui oleh pejabat yang berwenang dan terkait
2. Bukti tersebut dari sesuai dengan tujuannya
3. Jumlah yang tertera di dalam bukti adalah benar dan sesuai dengan
transaksi
Contoh dari kegiatan vouching adalah auditor mengambil salah satu ayat
jurnal dalam catatan akuntansi klien (pengambilan ayat jurnal dilakukan auditor
dengan sampling), misalnya yang berhubungan dengan kas yang diterima klien.
Untuk membuktikan apakah transaksi yang dijurnal itu memang benar-benar ada
dan telah dicatat dengan sesuai, auditor mencari bukti-bukti yang mendukung
transaksi tersebut, seperti kuitansi penerimaan kas, bukti transfer, dan sebagainya.
B. Tracing
Contoh dari kegiatan tracing adalah auditor mengambil salah satu dokumen
transaksi klien (pengambilan dokumen transaksi ini dilakukan auditor dengan
sampling), misalnya yang diambil adalah faktur penjualan. Kemudian auditor
menelusuri pencatatan faktur penjualan tersebut dalam catatan akuntansi klien dan
menilai apakah pencatatan yang dilakukan klien terhadap faktur tersebut telah
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
C. Inspeksi
Inspeksi juga dapat memberikan informasi bagi auditor sebagai dasar dalam
melakukan pengujian audit khusus, seperti inspeksi atas instrumen utang untuk
menentukan suku bunga guna menguji beban bunga. Inspeksi juga bisa menambah
informasi yang dicatat dalam catatan akuntansi, seperti menentukan persetujuan
atas akuisisi pabrik dan peralatan dengan menginspeksi notulen rapat dewan
direksi.
D. Rekonsiliasi
E. Read
F. Compare
4. Prosedur Analitis
Prosedur analitis adalah metode pengumpulan bukti audit yang digunakan
auditor dengan cara melakukan mempelajari data klien, lalu mencari berbagai
perbandingan atas data klien yang berupa saldo dan rasio klien, kemudian mencari
hubungan-hubungan dari data tersebut. Prosedur analitis menghasilkan bukti
analitis. Auditor dapat menggunakan satu atau lebih dari lima jenis prosedur analitis.
Lima jenis prosedur analitis tersebut yaitu:
1. Membandingkan data klien dengan data industri
2. Membandingkan data klien dengan data periode sama yang sebelumnya
3. Membandingkan data klien dengan hasil dugaan yang telah ditentukan klien
sebelumnya (anggaran)
4. Membandingkan data klien dengan hasil dugaan yang telah ditentukan
auditor
5. Membandingkan data klien dengan hasil dugaan yang menggunakan data
nonkeuangan.
1. Apakah persediaan:
a. Dipisahkan atas kelompok:
i. Bahan baku?
ii. Barang dalam proses?
iii. Barang jadi/dagang?
iv. Bahan pembantu (supplies) dan spare part?
b. Diatur secara rapi dan tertib?
c. Tercegah dari:
i. Pencurian?
ii. Perusakan?
iii. Kebakaran, banjir, dan resiko lain?
d. Secara berkala dicocokan dengan kartu gudang?
PEMBUKUAN PERSEDIAAN
………………………………………………………………
……………………………….............................................
.
………………………………………………………………..
............................................………………………………
………………………………………………………………
……………………………….............................................
STOCK OPNAME
COSTING SYSTEM
………………………………………………………………
……………………………….............................................
………………………………………………………………
……………………………….............................................
………………………………………………………………
……………………………….............................................
B. Catatan lain:
………………………………………………………………
……………………………….............................................
………………………………………………………………
………………………………............................................
………………………………………………………………
……………………………….............................................
6. Hitung Uji
Hitung uji adalah metode pengumpulan bukti audit di mana auditor
melakukan proses pengulangan aktivitas klien, kemudian hasil yang diperoleh
auditor dari pengulangan aktivitas tersebut dibandingkan dengan hasil yang
diperoleh oleh klien untuk mendapatkan bukti audit. Hitung uji melibatkan pengujian
kembali atas berbagai perhitungan dan pengujian kembali atas berbagai transfer
informasi. Pengujian kembali atas berbagai perhitungan ini terdiri dari pengujian atas
keakuratan aritmatis klien. Hal ini mencakup sejumlah prosedur, seperti pengujian
perkalian dalam faktur-faktur penjualan dan persediaan serta penjumlahan dalam
jurnal-jurnal dan catatan-catatan pendukung. Sedangkan pengujian kembali atas
berbagai transfer informasi mencakup penelusuran nilai-nilai untuk memperoleh
keyakinan bahwa pada saat informasi tersebut dicantumkan pada lebih dari satu
tempat, informasi tersebut selalu dicatat dalam nilai yang sama.
Pada hitung uji, terdapat istilah foot. Foot merupakan perhitungan kolom
angka-angka untuk menentukan apakah nilai totalnya sama dengan nilai yang
diperoleh klien. Contoh penerapannya adalah melakukan footing atas nilai-nilai
dalam buku jurnal penjualan untuk periode selama satu bulan dan membandingkan
semua total nilai yang terdapat dalam buku jurnal penjualan tersebut dengan nilai
yang terdapat dalam buku besar.
Salah saji yang ditemukan auditor ketika melakukan hitung uji dapat
mencerminkan pelanggaran terhadap asersi mengenai keberadaan (existence),
kelengkapan (completeness), atau penyajian dan pengungkapan (presentation and
disclosure). Pelanggaran mengenai asersi keberadaan terjadi jika suatu item telah
dihitung lebih dari satu kali. Sedangkan jika auditor menemukan bahwa beberapa
item telah dihilangkan, maka asersi mengenai kelengkapan telah dilanggar.
Pelanggaran mengenai asersi penyajian dan pengungkapan terjadi jika ayat jurnal
telah diposting pada akun yang salah.
Contoh dari penerapan hitung uji adalah auditor memilih beberapa transaksi
klien dengan menggunakan sampling. Proses yang dialami oleh transaksi-transaksi
yang tidak terpilih dianggap sudah dilakukan klien dengan benar. Kemudian, auditor
menjurnal transaksi-transaksi terpilih tersebut dan mepostingnya ke buku besar
pembantu. Lalu jurnal atas transaksi tersebut diposting ke buku besar. Dari buku
besar, kemudian transaksi terpilih tersebut diproses di neraca lajur dan dilakukan
penyesuaian. Setelah dilakukan penyesuaian, laporan keuangan versi auditor pun
disusun. Kemudian laporan versi klien dan versi auditor dibandingkan dan dilihat
apakah terdapat perbedaan. Jika terdapat perbedaan, auditor mencari apa
penyebab perbedaan tersebut dan jika perbedaan tersebut karena kesalahan klien,
hal itu dapat digunakan sebagai bukti audit.
7. Observasi
Observasi adalah penggunaan indera-indera auditor untuk menilai aktivitas-
aktivitas fisik klien. Observasi berhubungan dengan memperhatikan serta
menyaksikan pelaksanaan dari suatu kegiatan dan proses. Contoh dari observasi
adalah auditor mengamati proses perhitungan persediaan klien untuk mengamati
ketelitian dan kompetensi pegawai klien dalam pelaksanaan perhitungan
persediaan. Selain itu, beberapa kebijakan dan prosedur pengendalian internal
hanya dapat diverifikasi dengan observasi karena pelaksanaan kegiatan ini tidak
meninggalkan bukti dokumenter. Contoh dari hal ini adalah auditor mengobservasi
kegiatan peneriman kas klien untuk melihat apakah pegawai klien melaksanakan
tugasnya sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan.
Di antara ketujuh teknik audit di atas, teknik audit yang memerlukan biaya
paling tinggi adalah pengujian fisik dan konfirmasi. Pengujian fisik mewajibkan
auditor hadir pada saat klien melakukan perhitungan aktivanya, yang seringkali
dilakukan pada tanggal neraca. Apabila klien memiliki beberapa lokasi yang letak
Sedangkan teknik audit yang memerlukan biaya yang relatif sedikit adalah
observasi, wawancara, dan hitung uji. Observasi umumnya dilakukan oleh auditor
dengan sejumlah prosedur audit yang lainnya. Wawancara juga dapat dilakukan
oleh auditor dengan ekstensif dalam setiap proses audit. Sedangkan untuk hitung
uji, karena hanya melibatkan berbagai perhitungan dan penelusuran sederhana
yang dapat dilakukan setiap saat sesuai dengan keperluan auditor, yang biasanya
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer yang dimiliki auditor,
maka hitung uji memerlukan biaya yang rendah.