Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
NURUL HALFYANI
NUR SUKMAWATY F.
RISKA ANDRIANA
RISNAWATI
B. STANDAR OBAT
Sebaiknya obat yang akan digunakan memenuhi berbagai standar persyaratan obat, di
antaranya: kemurnian, yaitu bahwa obat mengandung unsur keaslian, tidak ada percampuran;
standar potensi yang baik; memiliki bioavailability, yaitu keseimbangan obat; adanya
keamanan; dan efektivitas. Kelima standar tersebut harus dimiliki agar menghasilkan efek
yang baik terhadap kepatenan obat sendiri.
C. REAKSI OBAT
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh, obat akan bekerja sesuai
dengan proses kimiawi. Salah satu reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu paruh,
yaitu suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi sehingga
terjadi pengurangan konsentrasi obat (12 dari kadar puncak) dalam tubuh.
1. Absorpsi obat
Absorpsi obat merupakan proses pergerakan obat dari sumber ke dalam tubuh melalui
aliran darah, kecuali jenis topical yang dipengaruhi oleh cara dan jalur pemberian obat,
jenis obat, keadaan tempat, makanan, dan keadaan pasien.
3. Metabolisme obat
Setelah melalui sirkulasi, obat akan mengalami proses metabolism. Obat akan ikut
sirkulasi ke dalam jaringan kemudian berinteraksi dengan sel dan mengalami perubahan
zat kimia untuk kemudian diekskresikan.
5. Alergi kulit
Apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada pasien, keluarkan sebanyak
mungkin pengobatan yang telah diberikan, beritahu dokter, dan catat dalam pelaporan.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Baca aturan pakai yang tertera pada bungkus obat.
4. Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
• Apabila memberikan obat tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah
yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan
sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul, jangan dilepaskan
pembungkusnya.
• Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan campur
dengan minuman.
• Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan
pengkajian.
5. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respons terhadap obat
dengan mencatat hasil pemberian obat.
6. Cuci tangan.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Bebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan atau bebaskan suntikan dari pakaian.
Apabila menggunakan baju maka buka atau lipat ke atas.
4. Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan, setelah itu
tempatkan pada bak injeksi.
5. Desinfeksi dengan kapas alkohol.
6. Tegangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan).
7. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 45 derajat pada
permukaan kulit.
8. Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah semprotkan obat perlahan-lahan hingga habis.
9. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol. Masukkan spuit yang telah terpakai ke
dalam bengkok.
10. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis/dosis obat.
11. Cuci tangan.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong.
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menmbus bagian
tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong/wadah cairan.
7. Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan kantong cairan
secara perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung lain.
8. Periksa kecepatan infus.
9. Cuci tangan.
10. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya.
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena.
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian
tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam selang intravena.
7. Setelah selesai takik spuit.
8. Periksa kecepatan infus dan observasi reaksi obat.
9. Cuci tangan.
10. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Gunakan sarung tangan.
4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5. Oleskan pelican pada ujung obat supositoria.
6. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan supositoria dengan
perlahan melalui anus, sfingter anal interna, dan mengenai dinding rektal kurang lebih
10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi atau anak.
7. Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.
8. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih 5
menit.
9. Lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok.
10. Cuci tangan.
11. Catat obat, jumlah/dosis, dan cara pemberian.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Gunakan sarung tangan.
4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5. Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
6. Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbert.
7. Apabila jenis obat supositoria, maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada
obat.
8. Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding
kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
9. Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orificium dan labia dengan tisu.
10. Anjurkan pasien untuk tetap pada posisinya selama kurang 10 menit agar obat
bereaksi.
11. Cuci tangan.
12. Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.
Apabila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator krim atau ikuti petunjuk krim
yang tertera pada kemasan, regangkan lipatan labia dan masukkan aplikator kurang
lebih 7,5 cm dan dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat dan lanjutkan
nomor 8,9,10,11.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskaan prosedur yang akan dilakukan.
3. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilkukan tindakan.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit
mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
6. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan atau
mengompres.
7. Jika diperlukan, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati.
8. Cuci tangan.
Pada Mata
Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau
mengoleskan salep mata. Persiapan pemeriksaan struktur internal mata dilakukan
dengan cara mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara
mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa,
kemudian dapat juga digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah, dengan posisi perawat di samping
kanan.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata ke
arah hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat.
6. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari
telunjuk di atas tulang orbita.
7. Teteskan obat mata di atas sakus konjungtiva. Setelah tetesan selesai sesuai
dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata secara perlahan.
8. Apabila obat mata jenis salep, pegang aplikator salep di atas pinggir kelopak mata
kemudian pijat tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata
bawah. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat ke bawah, secara
bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien
untuk memejamkan mata dan menggerakkan kelopak mata.
9. Tutup mata dengan kasa bila perlu.
10. Cuci tangan.
11. Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan
daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien di atas.
4. Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas/ke belakang (pada
orang dewasa), ke bawah pada anak.
5. Apabila obat berupa tetes, maka teteskan obat pada dinding saluran untuk
mencegah terhalang oleh gelembung udara, dengan jumlah tetesan sesuai dosis.
6. Apabila obat berupa salep, maka ambil kapas lidi dan oleskan salep kemudian
masukkan atau oleskan pada liang telinga.
7. Pertahankan posisi kepala kurang lebih selama 2-3 menit.
8. Tutup telinga dengan pembalut dan plester jika diperlukan.
9. Cuci tangan.
10. Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.
Pada Hidung
Pemberian obat pada hidung dilakukan dengan cara memberikan tetes hidung yang
dapat dilakukan pada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien dengan cara:
• Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.
• Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
• Berbaring dengan bantal di bawah bahu dan kepala tengadah ke belakang.
4. Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung (sesuai dengan dosis).
5. Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit.
6. Cuci tangan.
7. Catat, cara, tanggal, dan dosis pemberian obat.
Kloroform Cairan tak berwarna, bau khas rasa kemanisan, pedas tak dapat
(CHC12) terbakar. Toksis terhadap jantung dan hati, sekarang jarang
digunakan.
Inhalasi gas
Nitrous Oksida Gas berbau tak khas, rasa kemanis-manisan, berat 1,5 x udara.
(gas gelak) Tidak merangsang, tak dapat dibakar, masa eksitasi ditandai
dengan tertawa-tawa. Khasiat anestetik lemah, analgetiknya kuat.
Waktu induksi sangat cepat, pemulihan cepat, efek minimal pada
kardiovaskuler. Diberikan bersama oksigen (20%) semi terbuka.
Siklopropan Waktu induksi sangat cepat, mudah terbakar dan meledak
Kloretil Pada suhu dan tekanan biasa berupa gas, pada tekanan lebih
(Chlorethyl) ringan berupa cairan tak berwarna, mudah menyala. Bau seperti
eter, pedas. Banyak digunakan untuk anestesi lokal pada
pembedahan kecil, karena toksis terhadap hati dan jantung. Obat
ini mempunyai titik didih rendah (12 derajat Celsius), maka
apabila disemprotkan pada kulit akan timbul rasa dingin hebat,
dan terjadi anestesi lokal untuk beberapa waktu.
Intra Vena
Natrium Merupakan barbiturat intra vena yang berkhasiat anestetik.
Tiopental Digunakan untuk induksi anestesi umum, waktu induksi cepat.
(pentothal, Dapat terjadi gemetar dan tremor pada pasien. Hati-hati potensial
kemithal, menekan pernapasan, menurunkan tekanan intra cranial.
heksobarbital) Menurunkan curah jantung 10-20%, dan menurunkan tekanan
darah.
ESO: hipotensi, takikardi, depresi pernapasan, bronco spasme,
anafilaktik. Obat ini berkhasiat juga hipnotik, tetapi khasiat
analgesi dan relaksanya tak kuat, maka sering digunakan untuk
pembedahan kecil.
Kontraindikasi: pasien gangguan sirkulasi dan hipertensi.
Natrium Tiamilal Waktu induksi cepat, sering digunakan untuk induksi anestesi
umum.
Droperidol Sering dikombinasi cepat, sering digunakan untuk induksi
anastesi umum.
Etomidat Untuk pembedahan singkat, atau induksi anastesi umum, atau
pemeliharaan anestesi. Waktu induksi cepat. Serupa barbiturat,
depresi kardiovaskuler minimal.
ESO: Muntah post anestesi.
Ketamin (ketalar) Efek analgetik kuat walau dalam dosis rendah, toleransi jaringan
baik, sehigga dapat diberikan IM maupun IV, tak menimbulkan
hipotensi, baik untuk pasien anak, rentan dan penderita asma.
Berkhasiat analgesi, amnesia, dan hipnotik.
Digunakan untuk anestesi luka bakar, radioterapi, fungsi sumsum
tulang, ortopedik minor, pembedahan singkat atau induksi
anestesi umum. Dapat meningkatkan salvias, tekanan darah dan
denyut jantung, konsumsi O2 miokard dan otak waktu induksi
cepat.
ESO: peningkatan sekresi oral, mimpi buruk, halusinasi,
peningkatan tekanan intra okuler dan intra cranial, peningkatan
tekanan darah, halusinasi pada fase sadar, mual, muntah,
anoreksi, dan nyeri tempat suntikan.
Kontra indikasi: pasien skizofrenia, hipertensi, CVA, gagal
jantung, peningkatan tekanan intra kranial karena cedera atau
tumor, kenaikan tekanan intraokuli. Diberikan IV, dengan efek
terlihat setelah 3-5 mnt, lama kerja 25 mnt. Dosis 6-8 mg/kg bb.
Suntikan IM efek setelah 1-2 menit, lama kerja 5-10 mnt. Dosis
IM: 1-2 mg/Kg bb.
Propofol Efek 2 x lebih kuat dari Tiopental. Menimbulkan bradikardi dan
penurunan tekanan darah 15-30%, penurunan konsumsi O2 dan
aliran darah miokard.
ESO: nyeri saat suntik, stimulasi SSP, depresi kardiovaskuler
berat dasn hipovolemik pada pasien tua.
Siklopropan Gas tak berwarna, bau dan rasa kemanis-manisan, tak
merangsang, lebih berat dari udara. Khasiat kuat, kerjanya cepat,
pemulihan cepat, sering melompati tahap eksitasi sehingga
berbahaya. Dalam konsentrasi tertentu obat mudah menyala
bersama oksigen.
ESO: Ventrikel ekstra sistol, takikardi karena sensitisasi
Norepinefrin.
H. PENGGOLONGAN OBAT
• Obat bebas : obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter.
• Obat bebas terbatas : obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter dengan ketentuan
atau batas dosis yang yang telah ditentukan.
• Obat keras : obat yang didaftarkan sebagai obat berbahaya yang dapat dibeli hanya
dengan menggunakan resep dokter di Apotik.
• Obat narkotika : obat yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
• Obat psikotropik : obat keras tetapi bukan narkotika yang bekhasiat pengaruh selektif
pada SSP yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku.
• Obat trdisional : obat/bahan yang diambil dari bahan alami di olah secara sederhana
dan digunakan berdasarkan pengalaman.
• Obat inhalasi cairan eter :cairan berbau khas,mudah terbakar, efek kadiovaskuler dan
hati lebih ringan, waktu induksi lambat. Khasiat anastetik tak kuat, relaksan otot baik.
Dosis 6-7 % tercampur udarah dengan system terbuka atau tertutup.
DAFTAR PUSTAKA
Foster, PC dan Bennett, AM., 1995, Dorothea E onem, Nursing Theories, the Base for
Professional Nursing Practice, 4th edition, Norwalk, Connecticut: Appleton & Lange.
La Rocca, Joanne, 1993, Pocket Guide to Intravenous Therapy, 2nd edition, Mosby Year
Book, Inc.
Morison, MJ., 1992, A Colour Guide to the Nursing Management of Wounds, alih bahasa
Monica Ester, Jakarta: EGC.
Perry, Anne Grifin, 1994, Pocket Guide to Basic Skills and Procedures, 3rd edition, Mosby
Year Book.
Taylor, C et al., 1997, Fundamental of Nursing the Art and Science of Nursing Care 3rd
edition, Philadelphia: Lippincott.