You are on page 1of 13

Kelompok huruf-huruf Halqiyah (Tenggorokan)

Bunyi Huruf: Klik Huruf dengan Latar Belakang Warna Kuning !

Huruf-hurufnya adalah: hamzah, ha', 'ain, ha, ghain dan kha.


Huruf hamzah dan ha’ makhrajnya di tenggorokan bagian dalam.
Huruf ‘ain dan ha makhrajnya di tenggorokan bagian tengah.
Huruf ghain dan kha makhrajnya di tenggorokan bagian luar.

Kelompok huruf-huruf Lahawiyah (Tekak)

Bunyi Huruf: Klik Huruf dengan Latar Belakang Warna Kuning !

Huruf-hurufnya adalah: qaf dan kaf.


Huruf qaf makhrajnya di pangkal lidah dekat tenggorokan, sejajar dengan langit-langit
lunak.
Huruf kaf makhrajnya di pangkal lidah, sejajar dengan langit-langit lunak, sedikit di
bawah makhraj qaf.
Kelompok huruf-huruf Syajariah (Tengah Lidah)

Bunyi Huruf: Klik Huruf dengan Latar Belakang Warna Kuning !

Huruf-hurufnya adalah: jim, syin, ya dan dhad.


Huruf jim, syin dan ya makhrajnya di lidah bagian tengah, sejajar dengan langit-langit
keras bagian atas.
Huruf dhad makhrajnya di sisi lidah, sejajar dengan geraham bagian atas.

Kelompok huruf-huruf Asaliyah (Ujung Lidah)

Bunyi Huruf: Klik Huruf dengan Latar Belakang Warna Kuning !

Huruf-hurufnya adalah: zay, sin dan shad.


Huruf zay, sin dan shad makhrajnya di ujung lidah lewat gigi seri atas, yaitu di atas gigi
seri bawah dengan sedikit kelonggaran.

Kelompok huruf-huruf Dzalaqiyah (Pinggir Lidah)


Bunyi Huruf: Klik Huruf dengan Latar Belakang Warna Kuning !

Huruf-hurufnya adalah: lam, nun dan ra.


Huruf lam makhrajnya adalah di ujung lidah sejajar dengan gusi atas.
Huruf nun makhrajnya adalah di ujung lidah, sedikit di bawah makhraj lam.
Huruf ra makhrajnya adalah di ujung lidah, sedikit di bawah makhraj nun.

Kelompok huruf-huruf Nith'iyah


(Langit-langit Mulut)

Bunyi Huruf: Klik Huruf dengan Latar Belakang Warna Kuning !

Huruf-hurufnya adalah: tha, dal dan ta.


Huruf tha, dal dan ta makhrajnya di ujung lidah lewat pangkal gigi seri atas.
Kelompok huruf-huruf Litsawiyah (Gusi)

Bunyi Huruf: Klik Huruf dengan Latar Belakang Warna Kuning !

Huruf-hurufnya adalah: zha, dal dan tsa.


Huruf zha, dal dan tsa keluar dengan menempelkan ujung lidah di ujung gigi seri atas.

Kelompok huruf-huruf Syafawiyah (Bibir)

Bunyi Huruf: Klik Huruf dengan Latar Belakang Warna Kuning !

Huruf-hurufnya adalah: ba, wau, mim dan fa.


Huruf ba, wau dan mim makhrajnya di antara dua bibir.
Huruf fa makhrajnya di bagian dalam bibir bawah serta ujung gigi seri atas.
Wakaf Lazim (harus), yaitu:
Menghentikan bacaan pada rangkaian kata yang sempurna makna serta lafalnya (dari segi i'rab) dan
maksudnya tidak tergantung dengan kata-kata berikutnya.
Wakaf lazim disebut juga wakaf taam (sempurna)

Wakaf Lazim ini bertanda: [ ]

Wakaf Ja'iz (boleh), yaitu:


Bacaan yang boleh diwashal (disambung) atau diwakaf (berhenti).
Kedudukan hukum wakaf ja'iz ini kadangkala sama (berhenti atau disambung), kadangkala disambung
lebih baik dari berhenti dan kadangkala berhenti lebih baik dari disambung (yaitu menghentikan
bacaan pada rangkaian kata yang tidak merusakkan maknanya).
Wakaf ja'iz ini terbagi tiga, yaitu: yang terkadang disambung lebih baik, berhenti atau disambung
sama baiknya dan yang terkadang berhenti lebih baik.

Wakaf Kafi (cukup), yaitu:


Bacaan yang boleh diwashal atau diwakaf, akan tetapi wakaf lebih baik daripada washal.
Dinamakan kafi karena berhenti di tempat itu dianggap cukup (lafal sempurna) dan tidak tergantung
kepada kalimat sesudahnya sebab secara lafal tidak ada kaitannya.

Wakaf Kafi ini bertanda:

Wakaf Tasawi (sama), yaitu:

Tempat berhenti yang sama hukumnya antara wakaf dan washal. Wakaf Tasawi ini bertanda: [ ]

Wakaf Hasan (baik), yaitu:


Bacaan yang boleh diwashal atau diwakaf, akan tetapi washal lebih baik daripada wakaf. Dinamakan
hasan karena berhenti di tempat itu lebih baik.

Wakaf Hasan ini bertanda:

Wakaf Muraqabah (terkontrol), yaitu:


Terdapatnya 2 tempat wakaf di lokasi yang berdekatan, akan tetapi hanya boleh berhenti pada salah
satu tempat saja.
Wakaf muraqabah disebut juga ta'anuqul-waqfi (2 wakaf bertemu)

Wakaf Mamnuu' (dilarang), yaitu:


Berhenti di tengah-tengah kalimat yang belum sempurna yang dapat mengakibatkan perubahan
pengertian, karena mempunyai kaitan yang sangat erat –secara lafal dan makna- dengan kalimat
sesudahnya. Oleh karena itu, dilarang berhenti di tempat seperti ini.

Wakaf Mamnuu’ ini bertanda: [ ]

Wakaf Saktah Lathifah (berhenti sejenak), yaitu:


Memutuskan suara (selama 2 harakat) di akhir kata, tanpa bernafas. Saktah Lathifah ini bertanda:

[ ]

Hamzah Qath'i, yaitu:


Hamzah yang ada dalam lisan sewaktu membaca dan ada pula dalam tulisan.
Dinamakan hamzah qath'i karena pembaca memutuskan bacaan sebagian huruf tertentu dari huruf
lain.
Hamzah qath'i bisa terletak di awal, di pertengahan atau di akhir kalimat.
Hamzah qath'i ini juga bisa terdapat pada kata benda (isim), kata kerja (fi'il) dan huruf (harf).
Aturan bacaannya: Harus diucapkan dengan jelas (izhar).

Hamzah Washal, yaitu:


Hamzah yang diucapkan bila terdapat dipermulaan bacaan dan digugurkan ketika disambung dengan
huruf sebelumnya.
Dinamakan hamzah washal karena berfungsi sebagai penyambung dalam membaca huruf yang sukun di
awal kalimat.
Tandanya: huruf shad kecil di atas alif.
Qalqalah Tingkatan Rendah:
Tingkat qalqalah yang paling rendah terjadi apabila huruf qalqalah terletak di tengah-tengah kata

Qalqalah Tingkatan Sedang:


Tingkat qalqalah yang sedang (pertengahan) terjadi apabila berhenti pada huruf qalqalah, sedang
huruf tersebut tidak bertasydid

Qalqalah Tingkatan Keras:


Tingkat qalqalah yang paling keras terjadi apabila berhenti pada huruf qalqalah, sedang huruf
tersebut bertasydid

Iqlab, yaitu:
Menurut bahasa, berarti merubah sesuatu dari bentuknya.
Menurut istilah tajwid, meletakkan huruf tertentu pada posisi huruf lain dengan memperhatikan
ghunnah dan penuturan huruf yang disembunyikan (huruf mim).
Dinamakan iqlab karena terjadinya perubahan pengucapan nun sukun atau tanwin menjadi mim yang
tersembunyi dengan disertai dengung.
Huruf iqlab hanya 1, yaitu huruf ba.

Idgham, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu.
Menurut istilah tajwid, memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharakat, sehingga
menjadi satu huruf yang bertasydid.

Idgham Bighunnah, yaitu:

Idgham bighunnah mempunyai 4 huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat: yaitu: ,

, dan
Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di dalam 2 kata),
maka harus dibaca idgham bighunnah, kecuali pada 2 tempat
Idgham Bila Ghunnah, yaitu:

Idgham bila ghunnah mempunyai 2 huruf, yaitu: dan


Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di dalam 2 kata),
maka bacaannya harus idgham bila ghunah

Izhar, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.

Izhar Muthlaq, yaitu:


Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.
Dinamakan muthlaq karena tidak ada kaitannya dengan kerongkongan atau bibir.

Izhar muthlaq terjadi apabila nun sukun bertemu dengan atau dalam satu kata.

Izhar Halqi, yaitu:


Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.

Dinamakan halqi karena makhraj huruf-hurufnya dari halq (kerongkongan). Hurufnya ada 6, yaitu:

dan , , , ,

Ikhfa, yaitu:
Menurut bahasa, berarti menyembunyikan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf antara izhar dan idgham, tanpa tasydid dan disertai dengan
dengung.
Disebut juga ikhfa haqiqi (nyata) karena kenyataannya persentase nun sukun dan tanwin yang
disembunyikan lebih banyak dari huruf lainnya.
Huruf ikhfa ada 15, yaitu awal kata dari kalimat:
Mim Tasydid, yaitu:
Mim Tasydid berasal dari 2 huruf mim, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Mim yang
pertama dimasukkan / berpadu ke dalam mim yang kedua, maka terjadilah satu huruf yang
bertasydid.
Hukum mim tasydid: Harus dibaca ghunnah, 2 harakat.
Mim yang bertasydid disebut juga tasydidul ghunnah.

Nun Tasydid, yaitu:


Nun Tasydid berasal dari 2 huruf nun, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Nun yang
pertama dimasukkan / berpadu ke dalam nun yang kedua, maka terjadilah satu huruf yang
bertasydid.
Hukum nun tasydid: Harus dibaca ghunnah, 2 harakat.
Nun yang bertasydid disebut juga tasydidul ghunnah.

Izhar Syafawi, yaitu:


Menurut bahasa, berarti memperjelas dan menerangkan.
Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung.
Dinamalan syafawi karena mim sukun makhrajnya dari pertemuan dua bibir, sedangkan
penghubungannya kepada izhar karena ketetapan pengucapannya sama dengan pengucapan huruf
izhar.
Izhar syafawi mempunyai 26 huruf, yaitu semua huruf hijaiyah selain huruf mim dan ba.
Catatan: Jika terdapat huruf wau atau fa setelah mim sukun, huruf mim wajib dibaca izhar syafawi
sehingga terhindar dari keraguan membacanya dengan ikhfa. Sebaliknya huruf mim wajib dibaca
ikhfa ketika bertemu dengan huruf ba. Alasannya karena makhraj huruf mim dengan huruf wau
adalah sama dan antara huruf mim dan fa sangat berdekatan.

Ikhfa Syafawi, yaitu:


Menurut bahasa, berarti menyembunyikan.
Menurut istilah tajwid, disertai dengan dengung.
Dinamalan syafawi karena mim dan ba makhrajnya dari pertemuan dua bibir.
Ikhfa syafawi hanya mempunyai 1 huruf, yaitu huruf ba.
Idgham Mitslain Shaghir, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu.
Menurut istilah tajwid, memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharakat, sehingga
menjadi satu huruf yang bertasydid.
Disebut mitslain karena berasal dari 2 huruf yang makhraj dan sifatnya identik, sedangkan disebut
shaghir adalah karena huruf yang pertama sukun dan huruf yang kedua berharakat.
Idgham Mitslain Shaghir mempunyai 1 huruf, yaitu huruf mim.

Hukum lam qamariyah adalah izhar

Hukum lam Syamsiyah adalah idgham,

Mad Thabi'i atau Mad Asli, yaitu:


Bila huruf yang setelah mad bukan huruf hamzah atau sukun.
Dinamakan thabi'i karena mad tersebut merupakan sesuatu yang thabi'i (alami), kadarnya tidak
kurang dan tidak lebih. Aturan membacanya panjang 2 harakat.

Mad Muttashil
Disebut mad muttashil, bila dalam satu kata bertemu mad thabi'i dengan huruf hamzah. Dinamakan
muttashil karena mad thabi'i dengan huruf hamzah dalam satu kata.
Mad muttashil disebut juga mad wajib. Aturan bacaannya panjang, 4 harakat atau 5 harakat atau 6
harakat ketika berhenti.

Mad Munfashil (terpisah)


Disebut mad munfashil, bila mad thabi'i bertemu dengan huruf hamzah di kata berikutnya.
Dinamakan munfashil karena huruf mad dengan huruf hamzah terdapat pada kata yang berbeda.
Aturan membacanya, boleh 2 harakat, 4 harakat atau 5 harakat menurut imam Hafsh.
Termasuk mad munfashil, shilah kubra, yaitu bila wau kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang
berbaris dhammah dan ya kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris kasrah bertemu
dengan hamzah di lain kata. Aturan membacanya sama dengan mad shilah di saat washal, sedangkan
di saat wakaf tidak dibaca panjang.

Mad 'Aridh
Disebut mad 'aridh, bila huruf mad atau huruf layin bertemu dengan sukun yang terjadi karena
wakaf. Dinamakan 'aridh karena mad asli yang terdapat di akhir ayat dibaca sukun karena wakaf, jika
di washal dia tetap sebagai mad thabi'i.

Mad Badal
Disebut mad badal, bila huruf hamzah terdapat sebelum mad thabi'i di dalam 1 kata (setelah mad
tidak ada lagi hamzah.atau sukun). Dinamakan badal karena huruf mad merupakan pengganti dari
huruf hamzah, dimana asal dari mad badal pada umumnya adalah karena bertemunya 2 hamzah dalam
1 kata, yang pertama berharakat dan yang kedua sukun, seterusnya huruf hamzah yang kedua diganti
menjadi huruf mad yang sesuai dengan jenis harakat huruf hamzah yang pertama, untuk meringankan
bacaan.
Jika huruf hamzah yang pertama berbaris fathah, maka yang kedua diganti menjadi huruf alif,

seperti: asalnya

Mad Lazim
Disebut mad lazim, bila mad thabi'i bertemu dengan sukun yang tetap ada baik dalam keadaan washal
atau wakaf, baik dalam 1 kata ataupun tidak. Dinamakan lazim (harus), karena mad tersebut harus
dibaca 6 harakat dan keharusan adanya sukun, baik ketika washal ataupun wakaf.

Pertemuan Dua Sukun: Membuang Yang Pertama


Huruf mad harus dibuang (tidak dilafalkan), bila bertemu dengan hamzah washal di saat bacaan
bersambung, walaupun dalam penulisannya tetap ada.

Contoh:

Mengharakati Yang Pertama: Kasrah


Huruf sukun yang pertama diberi kasrah, jika huruf tersebut berada di akhir kata pertama,
semetara yang kedua berada di awal kata kedua. Dalam keadaan seperti ini, huruf yang pertama
diberi kasrah dan hamzah washal tidak dilafalkan
Mengharakati Yang Pertama: Fathah
Huruf sukun yang pertama diberi fathah. Hal ini terjadi dalam 2 kasus, masing-masing:

Pertama: Nun pada huruf jar jika bertemu dengan hamzah washal

Mengharakati Yang Pertama: Dhammah


Huruf sukun yang pertama diberi dhammah. Hal ini terjadi dalam 2 kasus, masing-masing:
Pertama: Wau layin yang digunakan untuk bentuk jamak, jika bertemu dengan hamzah washal.

Contoh:

Dilihat dari segi tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis)-nya huruf hijaiyah terbagi 3: Pertama: Huruf-
huruf yang selalu dibaca tebal, yaitu huruf-huruf isti’la (huruf-huruf yang terjadi dengan menaikkan
sebagian besar lidah sewaktu menuturkannya). Kedua: Huruf yang terkadang dibaca tebal, terkadang
dibaca tipis, sesuai posisi huruf dalam ayat, yaitu (alif-lam pada lafal Allah, ra).
Ketiga: Huruf-huruf yang selalu dibaca tipis, yaitu huruf-huruf istifal (huruf-huruf yang terjadi
dengan menurunkan sebagian besar lidah sewaktu menuturkannya), selain dari huruf lam dan ra.

Pertemuan Dua Huruf: Mitslain, adalah:


Dua huruf yang sama makhraj dan sifatnya, seperti 2 huruf ba atau 2 huruf ta.

Pertemuan Dua Huruf: Mitslain Shaghir.


Disebut mitslain shaghir, bila huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Dinamakan
shaghir (kecil) karena huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat, sehingga mudah di-
idgham-kan.

Pertemuan Dua Huruf: Mitslain Kabir.


Disebut mitslain kabir, bila huruf pertama dan kedua berharakat. Dinamakan kabir (besar), karena
terdapat dalam Al-Qur’an dalam jumlah besar dan karena harakat jumlahnya lebih banyak dari sukun.

Pertemuan Dua Huruf: Mitslain Muthlaq.


Disebut mitslain muthlaq, bila huruf yang pertama berharakat dan huruf yang kedua sukun.
Dinamakan muthlaq karena tidak terikat dengan ketentuan shaghir (kecil) dan kabir (besar).
Aturan bacaannya: Wajib izhar menurut pendapat ahli-ahli qiraat.

Pertemuan Dua Huruf: Mutaqaribain.


Disebut mutaqaribain, bila bertemu 2 huruf yang makhraj dan sifatnya mirip, atau salah satu dari
makhraj dan sifatnya saja.

Pertemuan Dua Huruf: Mutajanisain.


Disebut mutajanisain, bila 2 huruf bertemu dimana makhrajnya sama, sedangkan sifatnya berlainan,
seperti huruf dal dan ta.

You might also like