You are on page 1of 2

1.

Varietas Sawit (berdasarkan ketebalan Cangkang)


1. Dura :
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan
buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18% (Jenis Paling Banyak d kembangkan di Aceh)
2. Pisifera :
Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah
3. Tenera :
Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing
induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya
mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%
4. Karya Cipta
5. Diwwika

2. Syarat Tumbuh Sawit :


- Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah pada ketinggian 0 - 500 dpl
- Curah hujan optimum yang diperlukan kelapa sawit rata-rata 2000 - 2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa
bulan kering yang berkepanjangan.
- Lama penyinaran optimum yang diperlukan 5-7 jam/hari.
- memerlukan suhu yang optimum antara 24 - 28 o C. Meskipun demikian, kelapa sawit masih bisa tumbuh pada suhu terendah 8 o C dan
tertinggi 32o C.
- Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80 %.
- Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan.
- Kelapa sawit dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, seperti podsolik, latasol, hidromorfik kelabu, alluvial dan regasol.
- Topografi yang cukup baik untuk kelapa sawit adalah kemiringan 0 - 15o. Hal ini memudahkan pengangkutan buah dari areal ke pabrik.
Areal dengan kemiringan >> 15o masih mungkin ditanami, tetapi perlu dibuat teras, karena akan menyulitkan panen serta pengangkutan hasil.

Beberapa kesesuaian sifat fisik tanah untuk kelapa sawit antara lain :
 Mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm. Walaupun kenyataan bahwa penyebaran akar kelapa sawit yang terbanyak dijumpai sampai
kedalaman 60 cm, namun ujung akar masih mencapai kedalaman 90 cm atau lebih, sehingga dibutuhkan untuk perkembangan akar yang baik.
 Tanpa lapisan padas dan bertekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20-60 %, debu 10-40 % dan liat 20-50%.
 Perkembangan struktur yang kuat, konsistensi gembur sampai agak teguh dengan permeabilitas yang sedang sampai baik.
 Permukaan air harus berada di bawah 80 cm dan semakin dalam semakin baik.
 Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal.

3. Cara Menanam Sawit :


Jenis – jenis pekerjaan utama dalam proses penanaman adalah : (a) Pembuatan larikan tanaman atau penempatan pancang, atau ajir tanam, (b).
Penanaman tanaman penutup tanah kacangan, dan (c). Penanaman Kelapa sawit.
Pengajiran
Pengajiran atau memancang adalah menentukan tempat – tempat yang akan ditanam bibit kelapa sawit. Sistem jarak tanaman yang
digunakan umumnya adalah segitiga sama sisi dengan jarak 9 m X 9 m X 9 m.
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam harus dibuat beberapa minggu sebelum penanaman.Lubang tanam kelapa sawit biasanya dibuat dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60
cm, tetapi ada juga yang hanya berukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada saat menggali, tanah atas ditaruh di sebelah dan tanah bawah di sebelah
selatan lubang.
Menanam
Kegiatan menanam terdiri dari kegiatan mempersiapkan bibit di Pembibitan utama, Pengangkutan bibit ke lapangan, Menaruh bibit di
setiap lubang, persiapan lubang, menanam bibit pada lubang, dan pemeriksaan areal yang sudah ditanami.
Tanaman Penutup Tanah
Penanaman tanaman penutup tanah biasa dilaksanakan pada perkebunan kelapa sawit. Tanaman penutup tanah adalah tanaman kacangan
(Legume cover crops, LCC) yang ditanam untuk menutup tanah yang terbuka di antara kelapa sawit karena belum terbentuk tajuk yang dapat
menutup permukaan tanah.
4. Cara Pemberian Pupuk untuk penanaman Sawit :
Cara pemberian pupuk diperhatikan secara seksama agar pemupukan dapat terlaksana secara efisien. Untuk mencapai maksud tersebut, pemberian
pupuk pada Tanaman Menghasilkan (TM) harus dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
• Pupuk N ditaburkan secara merata pada piringan mulai jarak 50 cm sampia dipinggir luar piringan.
• Pupuk P, K, dan Mg ditabur secara merata dari jari – jari 1,0 m hingga jarak 3,0 m dari pangkal pokok (0,75 – 1,0 m di luar piringan)
• Pupuk B ditaburkan secara merata pada jarak 30 – 50 cm dari tanaman pokok
Pemberian pupuk pada kelapa sawit diatur dua kali dalam setahun. Pemberian pupuk yang pertama dilakukan pada akhir musim hujan yaitu
bulan Maret – April dan pemberian pupuk kedua dilakukan pada awal musim hujan yaitu bulan September – Oktober.

SEJARAH

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari
Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika.
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang
dibawa dari Mauritus dan Amesterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tahun 1878 kelapa sawit mulai dikembangkan di Bogor sebagai tanaman hias. Tahun
1884 mulai ditanam disekitar perkebunan tembakau Deli sebagai tanaman hias pula. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial
tahun 1911.
Perintis perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia. Budidaya yang dilakukan diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya
perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.
Kebun kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas arealnya mencapai 5.123 ha. Indonesia pertama kali mengekspor
minyak sawit tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara eropa, kemudian tahun 1923 mengekspor minyak Inti sawit sebesar 850 ton.
Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup besar. Indonesia menggeser dominasi ekspor negara
Afrika pada waktu itu. Hasil perolehan ekspor minyak sawit hanya meningkatkan perekonomian negara asing termasuk Belanda.
Memasuki pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan menyusutan 16 % dari totol luas lahan yang ada, produksi
minyak sawit hanya mencapai 56.000 ton tahun 1948 - 1949. Padahal tahun 1940 Indonesia sudah sanggup mengekspor 250.000 ton minyak sawit.
Tahun 1957, pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alasan politik dan keamanan. Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik
serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi mengalami penurunan. Pada periode itu, posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit
dunia tergeser oleh malaysia.
Masa pemerintah ORBA, pembangunan perkebunan terus diarahkan dan terus mendorong pembukan lahan baru untuk perkebunan. Sejak saat itu lahan
perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat

You might also like