You are on page 1of 5

Oksigenasi: "

TERAPI OKSIGEN
DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

Mr. Dafid

Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses
metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara
normal elemen ini iperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali
bernafas
Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi system respirasi,
kardiovaskuler dan keadaan hematologis. Adanya kekurangan O2 ditandai dengan
keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan
bahkan dapat mengancam kehidupan. Klien dalam situasi demikian mengharapkan
kompetensi perawat dalaam mengenal keadaan hipoksemia dengan segera untuk
mengatasi masalah.
Pemberian terapi O2 dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar pengetahuan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya O2 dari atmosfir hingga sampai ke
tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses respirasi. Berdasarkan hal tersebut maka
perawat harus memahami indikasi pemberian O2, metode pemberian O2 dan bahaya-
bahaya pemberian O2.

PROSES RESPIRASI
Proses respirasi merupakan proses pertukaran gas yang masuk dan keluar melalui
kerjasama dengan sistem kardiovaskuler dan kondisi hematologis. Oksigen di atmosfir
mengandung konsentrasi sebesar 20,9 % akan masuk ke alveoli melalui mekanisme
ventilasi kemudian terjadi proses pertukaran gas yang disebut proses difusi. Difusi adalah
suatu perpindahan/ peralihan O2 dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dimana
konsentrasi O2 yang tinggi di alveoli akan beralih ke kapiler paru dan selanjutnya
didistribusikan lewat darah dalam 2 (dua) bentuk yaitu : (1) 1,34 ml O2 terikat dengan 1
gram Hemoglobin (Hb) dengan persentasi kejenuhan yang disebut dengan “Saturasi O2”
(SaO2), (2) 0,003 ml O2 terlarut dalam 100 ml plasma pada tekanan parsial O2 di arteri
(PaO2) 1 mmHg.
Kedua bentuk pengangkutan ini disebut sebagai kandungan O2 atau “Oxygen
Content” (CaO2) dengan formulasi : CaO2 = (1,34 x Hb x SaO2) + (0,003 x PaO2)
Sedangkan banyaknya O2 yang ditransportasikan dalam darah disebut dengan “Oxigen
Delivery” (DO2) dengan rumus : DO2 = (10 x CaO2) x CO Dimana CO adalah “Cardiac
Output” (Curah Jantung). CO ini sangat tergantung kepada besar dan ukuran tubuh, maka
indikator yang lebih tepat dan akurat adalah dengan menggunakan parameter “Cardiac
Index” (CI). Oleh karena itu formulasi DO2 yang lebih tepat adalah : DO2= (10 x CaO2)
x CI Selanjutnya O2didistribusikan ke jaringan sebagai konsumsi O2(VO2) Nilai VO2
dapat diperoleh dengan perbedaan kandurngan O2 arteri dan vena serta CI dengan
formulasi sebagai berikut : VO2a= (CaO2– CvO2) x CI Selain faktor difusi dan
pengangkutan O2 dalam darah maka faktor masuknya O2 kedalam alveoli yang disebut
sebagai ventilasi alveolar.VENTILASI ALVEOLAR Ventilasi alveolar adalah salah satu
bagian yang penting karena O2 pada tingkat alveoli inilah yang mengambil bagian dalam
proses difusi. Besarnya ventilasi alveolar berbanding lurus dengan banyaknya udara yang
masuk keluar paru, laju nafas, udara dalam jalan nafas serta keadaan metabolik.
Banyaknya udara masuk keluar paru dalam setiap kali bernafas disebut sebagai “Volume
Tidal” (VT) yang bervariasi tergantung pada berat badan. Nilai VT normal pada orang
dewasa berkisar 500 – 700 ml dengan menggunakan “Wright’s Spirometer”. Volume
nafas yang berada di jalan nafas dan tidak ikut dalam pertukaran gas disebut sebagai
“Dead Space” (VD)(Ruang Rugi) dengan nilai normal sekitar 150 - 180 ml yang terbagi
atas tiga yaitu : (1) Anatomic Dead Space, (2) Alveolar Dead Space, (3) Physiologic
Dead Space. Anatomic Dead Space yaitu volume nafas yang berada di dalam mulut,
hidung dan jalan nafas yang tidak terlibat dalam pertukaran gas. Alveolar Dead Space
yaitu volume nafas yang telah berada di alveoli, akan tetapi tidak terjadi pertukaran gas
yang dapat disebabkan karena di alveoli tersebut tidak ada suplai darah. Dan atau udara
yang ada di alveoli jauh lebih besar jumlahnya dari pada aliran darah pada alveoli
tersebut. Ventilasi alveolar dapat diperoleh dari selisih volume Tidal dan ruang rugi,
dengan laju nafas dalam 1 menit. VA = (VT – VD) x RR Sedangkan tekanan parsial O2
di alveolar (PaO2) diperoleh dari fraksi O2 inspirasi (FiO2) yaitu 20,9 % yang ada di
udara, tekanan udara, tekanan uap air, tekanan parsial CO2 di arteri (PaCO2). PaO2 =
FiO2 (760 – 47) – (PaCO2 : 0,8).
Demikian faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi dimana respirasi
tidak saja pertukaran gas pada tingkat paru (respirasi eksternal) tetapi juga pertukaran gas
yang terjadi pada tingkat sel (respirasi internal).

TERAPI OKSIGEN
Terapi O2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan
okasigenasi jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan utama pemberian O2 adalah
(1) untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah,
(2) untuk menurunkan kerja nafas dan meurunkan kerja miokard.Syarat-syarat pemberian
O2 meliputi : (1) Konsentrasi O2 udara inspirasi dapat terkontrol, (2) Tidak terjadi
penumpukan CO2, (3) mempunyai tahanan jalan nafas yang rendah, (4) efisien dan
ekonomis, (5) nyaman untuk pasien. Dalam pemberian terapi O2 perlu diperhatikan
“Humidification”. Hal ini penting diperhatikan oleh karena udara yang normal dihirup
telah mengalami humidfikasi sedangkan O2 yang diperoleh dari sumber O2 (Tabung)
merupakan udara kering yang belum terhumidifikasi, humidifikasi yang adekuat dapat
mencegah komplikasi pada pernafasan.

INDIKASI PEMBERIAN O2
Berdasarkan tujuan terapi pemberian O2 yang telah disebutkan, maka adapun
indikasi utama pemberian O2 ini adalah sebagai berikut :
1. Klien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah,
2. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan
hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja
otot-otot tambahan pernafasan,
3. Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk
mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.
Berdasarkan indikasi utama diatas maka terapi pemberian O2 dindikasikan
kepada klien dengan gejala :
1. sianosis,
2. hipovolemi,
3. perdarahan,
4. anemia berat,
5. keracunan CO,
6. asidosis,
7. selama dan sesudah pembedahan,
8. klien dengan keadaan tidak sadar.

METODE PEMBERIAN O2
Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 tehnik, yaitu :
1. Sistem aliran rendah
Tehnik system aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara
ruangan. Tehnik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe
pernafasan dengan patokan volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah
ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu bernafas dengan
pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan
kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit.
Contoh system aliran rendah ini adal;ah : (1) kataeter naal, (2) kanula nasal, (3)
sungkup muka sederhana, (4) sungkup muka dengan kantong rebreathing, (5)
sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
Keuntungan dan kerugian dari masing-masing system :
a. Kateter nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O 2 secara kontinu
dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.
Keuntungan
Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan
nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, tehnik
memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi
lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6
L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter
mudah tersumbat.
b. Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan
aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal.
Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah
memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara,
lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2
berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul
hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.
c. Sungkup muka sederhana
Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 – 8 L/mnt
dengan konsentrasi O2 40 – 60%.
Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal,
system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang
besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing :
Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80%
dengan aliran 8 – 2 L/mnt
Keuntungan
Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lendir
Kerugian
Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah
dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.
e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Merupakan tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai 99%
dengan aliran 8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara
ekspirasi
Keuntungan :
Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan
selaput lendir.
Kerugian
Kantong O2 bisa terlipat.

2. Sistem aliran tinggi


Suatu tehnik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh
tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi O2 yang
lebihtepat dan teratur. Adapun contoh tehnik system aliran tinggi yaitu sungkup muka
dengan ventury. Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari
tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai
O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udaraluar dapat diisap dan aliran
udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 L/mnt
dengan konsentrasi 30 – 55%.
Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan
tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas
dapat dikontrl serta tidak terjadi penumpukan CO2
Kerugian
Kerugian system ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka yang
lain pada aliran rendah.
BAHAYA BAHAYA PEMBERIAN OKSIGEN
Pemberian O2 bukan hanya memberiakan efek terapi tetapi juga dapat
menimbulkan efek merugikan, antara lain :
1. Kebakaran
O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh
karena itu klein dengan terapi pemberian O2 harus menghindari : Merokok,
membukan alat listrik dalam area sumber O2, menghindari penggunaan listrik tanpa
“Ground”.
2. Depresi Ventilasi Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran
yang tepat pada klien dengan retensi CO 2 dapat menekan ventilasi
3. Keracunan O2 Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi
dalam waktu relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti
atelektasi dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu

ASUHAN KEPERAWATAN
Terapi O2 merupakan salah satu intervensi keperawatan yang bersifat kolaboratif yang
merupakan bagian dari paket intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien
berdasarkan diagnosa keperawatan yang dirumuskan. Oleh karena itu maka langkah
pertama yang perawat lakukan adalah melakukan pengkajian. Pengkajian ini ditujukan
kepada keluhan-keluhan klien serta hasil pemeriksaan baik yang sifatnya pemeriksaan
fisik maupun pemeriksaan penunjang dan pememriksaan diagnostik yang berkaitan
dengan system pernafasan serta system lain yang terlibat. Pengkajian keperawatan dapat
dilakukan dengan metode wawancara yang berkaitan dengan keluhan klien antara lain
batuk dan lendir, sesak nafas, serta keluhan lain yang berkaitan dengan masalah
transportasi O2 . metode yang lain adalah metode observasi dengan melakukan
pemeriksaan fisik pernafasan. Data yang didapa dapat berupa kecepatan, iram dan
kedalam pernafasan, usaha nafas, sianosis, berkeringat, peningkatan suhu tubuh,
abnormalitas sistem pernafasa serta kardiovaskular. Selanjutnya data-data ini dapat
didukung oleh hasil pemeriksaan penunjang seperti gasa darah asteri seerta
pememriksaan diagnostik foto torak. Tahap beikutnya adalah perumusan Diagnosa
Keperawatan yang berorientasi kepada pada yang dirasakan oleh klien. Diagnosa ini
dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian yang disebutkan diatas Berdasarkan diagnosa-
diagnosa keperawatan yang dirumuskan maka disusunlah intervensi keperawatan
(Rencana Tindakan) yang bertujuan untuk “Problem Solving” (penyelesaian masalah)
klien.

You might also like