Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
108101000010
JAKARTA
2010
I
Perkembangan PJK
Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 478000 orang meninggal karena penyakit jantung
koroner, 1,5 juta orang mengalami serangan jantung, 407000 orang mengalami operasi peralihan,
300000 orang menjalani angioplasti. Di Eropa diperhitungkan 20.000-40.-000 orang dari 1 juta
penduduk menderita PJK.Di negara berkembang dari tahun 1990 sampai 2020, angka kematian
akibat penyakit jantung koroner akan meningkat 137 % pada laki-laki dan 120% pada wanita,
sedangkan di negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada
wanita. Di tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 25
orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian
dan kecacatan nomor satu di dunia.
Konsep H-A-E
1.Host
Orang yang rentan pada penyakit PJK adalah orang yang memiliki usia lebih tua
dibandingkan dengan usia yang lebih muda. Pada usia yang lebih muda, jenis kelamin
merupakan predictor utama dalam kajadian PJK, pada usia muda laki-laki lenih banyak
menderita PJK dari pada wanita, tetapi ketika lansia wanita lebih banyak menderita PJK
dibandingkan dengan laki-laki.lebih banyak mengenai golongan masyarakat social ekonomi
menengah keatas dibandingkan dengan golongan social ekonomi lemah karena gaya hidup
mereka juga menentukan terjadi atau tidaknya PJK. Selain itu juga orang yang mempunyai
penyakit seperti hipertensi, diabetes, dan hiperkolesterolemi dapat menyebabkan orang semaik
rentan terhadap PJK.
2.Agent
• Agent kimia : agent kimia yang menyebabkan terjadinya PJK adalah dengan cara inhalasi
yaitu orang yang merokok dan menghisap asap rokok, karena Zat-zat racun dalam rokok
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Dan dengan cara dietlan seperti
mengkonsumsi alcohol atau minuman keras karena alkohol dapat merusak miokardium.
• Agent nutrisi : agent nutrisi yang dapat menyebabkan penyakit PJK terutama adalah
lemak dan kalsium karena lemak dan kalsium dapat menyebabkan timbunan lemak.
Kemudian karbohidrat dan protein juga ikut berperan karena karbohidrat dan protein
dapat diubah menjadi lemak yang akan meningkatkan terjadinya penimbunan lemak pada
dinding arteri koroner.
• Agent fisika : agent fisik yang dapat menyebabkan PJK adalah Temperatur yang sangat
dingin dikaitkan dengan kebiasaan minum alkohol dan kopi yang merupakan faktor
resiko PJK. Polusi udara yang disebabkan oleh logam-logam industri secara tidak
langsung juga dapat menyebabkan timbulnya PJK.
3.Lingkungan
• Lingkungan fisik : Factor ketinggian dari permukaan laut (altitude) berpengaruh pada
mereka yang mengidap penyakit jantung.Cuaca yang dingin juga mempengaruhi
seseorang untuk mengkonsumsi alcohol yang dapat meningkatkan PJK.
• Lingkungan social-ekonomi : lebih banyak mengenai social-ekonomi menengah keatas di
bandingkan dengan social ekonomi lemah, lebih banyak di temukan di daerah perkotaa
dibandingkan dengan daerah pedesaan, dan juga lebih banyak pada masyarakat Negara
berkembang di bandingkan Negara sedang berkembang.
Faktor Resiko
• Usia
Semakin bertambahnya usia maka seseorang akan menjadi semakin rentan untuk terkena
PJK, karena umumnya orang yang menderita PJK lebih banyak pada orang yang lebih tua di
bandingkan dengan orang yang lebih muda. Sekitar 80% orang yang meninggal akibat
serangan jantung berusia diatas 65 tahun.
• Jenis kelamin
Pada usia yang lebih muda perbedaan jenis kelamin sangat mempengaruhi. Laki-laki lebih
banyak menderita PJK dibandingkan dengan wanita dalam usia yang muda. Hormon wanita
yang diproduksi secara alami, yakni esterogen mungkin merupakan salah satu alasan bagi
perbedaan terkait jenis kelamin ini. Hanya saja setelah wanita melewati usia monopouse,
keberuntungan ini hilang. Tetapi setelah berusia 60 tahun, resiko yang dihadapi antara laki-
laki dan wanita menjadi sama.
• Riwayat keluarga
Penyakit PJK dapat menurun dalam keluarga, dan bila seseorang yang memiliki riwayat PJK
jika tidak mengatur pola makan dengan baik dapat menambah resiko yang sangat besar dalam
menimbulkan Penyakit Jantung Koroner, sehingga dalam usia yang relatif mudapun dapat
mendeita PJK.
• Diet
Diet atau pola makan memegang peranan penting dalam pencegahan dan pengobatan dalam
penyakit kardiovaskular. Pada penderita kardiovaskular jmempunyai tubuh yang gemuk
(obese) dan kadar lemak darah yang tinggi. Kenaikan kadar lemak dalam darah dikoreksi
dengan pengurangan jumlah total lemak yang dimakan dan dimodifikasi jenis lemak tersebut.
• Obesitas
Penelitian melaporkan kaitan erat obesitas sentral atau obesitas abdomal (perut) dengan
PJK. Jaringan lemak abdomal merupakan prediktor terjadinya PJK dan kematian. Suatu studi
melaporkan bahwa sekitar 30% kematian akibat PJK terjadi pada mereka yang menderita
obesitas dan umumnya proses aterosklerosis dimulai pada penderita obesitas pada usia 50
tahun.
• Dislipidemia
Peningkatan LDL dan penurunan HDL merupakan faktor resiko yang penting pada PJK.
Penelitian epidemiologi juga melaporkan bahwa tingkat rendahnya HDL akan
menggambarkan banyaknya cabang pembuluh darah koroner yang tersumbat dan terjadinya
penyempitan ulang setelah operasi jantung lebih sering terjadi
• Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko yang berperan penting terhadap PJK dan proses
aterosklerosis akan dialami sekitar 30% penderita hipertensi
Melakukan aktifitas fisik sangat bermanfaat dalam memelihara kesehatan jantung. Selain itu,
seseorang yang biasa melakukan olahraga secara teratur, diameter pembuluh darah jantung
tetap terjaga, sehingga kesempatan terjadinya pengendapan kolesterol pembuluh darah dapat
dihindari.
• Diabetes
Diabetes memperburuk prognosis PJK. Angka kematian karena PJK meningkat 40-70% pada
penderita diabetes. Penderita diabetes wanita memiliki resiko terkena PJK 3-7 kali
dibandingkan dengan wanita yang tidak menderita diabetes.
• Merokok
Zat-zat racun dalam rokok menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Racun nikotin
menyebabkan darah menjadi kental sesingga mendorong percepatan pembekuan darah.
Selain itu, rokok dapat menngkatakan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kadar
kolesterol baik (HDL).
1.Pencegahan primer
o Mengajak masyarakat untuk tidak merokok karena peluang perokok 2 kali lebih
besar untuk terkena serangan jantung daripada yang bukan perokok. Karena Merokok
menyebabkan elastisitas pembuluh darah berkurang, sehingga meningkatkan pengerasan
pembuluh darah arteri, dan meningkatkan faktor pembekuan darah yang memicu
penyakit jantung dan stroke.
o Memberikan informasi bahwa orang – orang gemuk biasanya cenderung menyukai
makanan – makanan yang berlemak, sehingga menambah peluang terjadinya
Artheroma.Beratnya bobot tubuh pada orang gemuk pun akan menambah regangan pada
jantung, sehingga membuat jantung lebih rawan terhadap keterbatasan pasokan darah.
Menurunkan konsumsi makanan berlemak akan mengurangi resiko terserang penyakit
jantung koroner
o Mengajak masyarakat agar rajin beroleh raga karena dengan berolahraga secara
teratur akan meningkatkan efisiensi jantung, sehingga memperkecil kebutuhan Oksigen
untuk bekerja. Peningkatan kebugaran melalui olah raga, secara bertahap akan
mengurangi regangan pada jantung, pengendalian kadar kolesterol sehingga
memperkecil kemungkinan gangguan suplai darah yang dapat menyebabkan penyakit
jantung koroner,
o Mulailah dengan mengkonsumsi lebih banyak sayuran, buah-buahan, padi-padian,
makanan berserat lainnya dan ikan. Kurangi daging, makanan kecil (cemilan), dan
makanan yang berkalori tinggi dan banyak mengandung lemak jenuh lainnya. Makanan
yang banyak mengandung kolesterol tertimbun dalam dinding pembuluh darah dan
menyebabkan aterosklerosis yang menjadi pemicu penyakit jantung dan stroke.
o Kurangi minum alkohol. Makin banyak konsumsi alkohol maka kemungkinan stroke
terutama jenis hemoragik makin tinggi. Alkohol dapat menaikan tekanan darah,
memperlemah jantung, mengentalkan darah dan menyebabkan kejang arteri.
o Kendalikan tekanan darah tinggi dan kadar gula darah. Hipertensi merupakan faktor
utama terkena stroke dan juga penyakit jantung koroner. Diabetes juga meningkatkan
risiko stroke 1,5-4 kali lipat, terutama apabila gula darahnya tidak terkendali.
o Hindari penggunaan obat-obat terlarang seperti heroin, kokain, amfetamin, karena
obat-obatan narkoba tersebut dapat meningkatkan risiko stroke 7 kali lipat dibanding
dengan yang bukan pengguna narkoba.
2.Pencegahan sekunder
• Manajemen diet
Karena PJK disebabkan oleh beberapa faktor resiko yang berhubungna dengan diet
seperti penderita DM, yang harus diet karbohidrat; hiperensi, diet klorida atau makanan
yang mengandung garam dapur/asin;obesitas, diet makanan yang berkolesterol tinggi.
Suatu cara menggunakan sinar X dan kontras yang disuntikkan ke dalam arteri koroner
melalui kateter untuk melihat adanya penyempitan pada arteri koroner.
• Operasi By pass
Operasi Bypass adalah penyambungan pembuluh darah baru dari pangkal aorta ke distal
penyempitan sehingga darah tetap mengalir melalui bypass. Tujuan operasi bypass adalah
untuk meningkatkan suplai darah ke miokard sehingga dapat meredakan keluhan nyeri
dada, menurunkan kejadian serangan jantung dan memperpanjang hidup pasien.
Balon arteri koroner adalah suatu tehnik menggunakan balon halus yang dirancang
khusus untuk membuka daerah sempit di dalam lumen arteri koroner. Apabila pada
kateterisasi jantung ditemukan ada penyempitan yang cukup signifikan misalnya 80%
penyempitan, maka biasanya dokter jantung menawarkan agar dilakukan balonisasi dan
pemasangan stent. Istilah kedoteran yang lengkap dari balon arteri koroner adalah
Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty atau disingkat dengan PTCA.
EECP, yang artinya kontra pulsasi yang diperkuat dari luar, merupakan teknik
pengobatan noninvasive (tanpa memasukkan sesuatu kedalam tubuh). Dapat
meningkatkan suplai darah ke dalam arteri koroner juga membuka kolateral-kolateral
erteri koroner yang sangat dibutuhkan oleh penderita PJK.
3.Pencegahan Tersier
Tahap tertiary prevention dilaksanakan pada penderita PJK untuk mencegah semakin
buruknya kondisi atau menetapnya disabilitas dilakukan usaha preventif tertier dengan
rehabilitasi.
II
STROKE
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-
tiba terganggu, stroke juga diartikan serangan otak yang timbul secara mendadak dimana terjadi
gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh sebagai akibat dari gangguan aliran darah oleh
karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah tertentu di otak, sehingga menyebabkan sel-sel
otak kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel
tersebut dalam waktu relatif singkat.
WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang
diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu. Stroke
termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian
jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke
otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan,
penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.
Stroke dklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu Stroke iskemik dan Stroke hemorragik.
a Stroke iskemik
Stroke iskemik merupakan stroke yang disebabkan oleh sumbatan setempat pada
suatu pembuluh darah tertentu di otak yang sebelumnya sudah mengalami proses
aterosklerosis (pengerasan dinding pembuluh darah akibat penumpukan lemak) yang
dipercepat oleh berbagai factor risiko, sehingga terjadi penebalan kedalam lumen
pembuluh tersebut yang akhirnya dapat menyumbat sebagian atau seluruh lumen
(trombosis). Sumbatan juga dapat disebabkan oleh thrombus atau bekuan darah yang
berasal dari lokasi lain misalnya plak didinding pembuluh darah leher yang besar atau
dari jantung (emboli). Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami
Stroke jenis ini.
Pada Stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah
arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan
dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung.
- Stroke thrombosis : Terjadi pada arteri otak, Gumpalan darah baru terbentuk dalam
pembuluh darah di otak dan setelah sekian waktu gumpalan tersebut akan membesar
hingga akhirnya menyumbat aliran darah.
- Stroke Embolik : Terjadi pada arteri di luar otak, Seringkali terjadi di jantung dan
kemudian terbawa aliran darah hingga ke pembuluh otak. Meskipun berukuran kecil,
gumpalan tersebut dapat menyumbat pembuluh darah di otak.
b Stroke hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya cabang pembuluh
darah tertentu di otak akibat dari kerapuhan dindingnya yang sudah berlangsung lama
(proses aterosklerosis/penuaan pembuluh darah) yang dipercepat oleh berbagai faktor.
Hampir 70 persen kasus Stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
Perkembangan Stroke
Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika dimana kegemukan dan junk
food telah mewabah. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus
stroke baru di Amerika. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang
di Amerika yang terkena serangan stroke.
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan
kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah
di seluruh penjuru Indonesia.
Peningkatan prevalensi stroke tidak dapat dipisahkan dari meningkatnya harapan hidup
masyarakat. Peningkatan harapan hidup akan membawa dampak semakin besarnya populasi
dalam risiko stroke. Laporan Departemen Kesehatan RI memperlihatkan bahwa umur harapan
hidup penduduk Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Laporan Dinas Kesehatan Provinsi DI
Yogyakarta menunjukkan bahwa usia harapan hidup terus meningkat, yaitu dari 67,58 tahun
pada tahun 1992 meningkat menjadi 68,35 tahun pada tahun 1997, dan terus meningkat menjadi
72,17 tahun pada tahun 2002 (Periode 2000-2005), kemudian untuk tahun 2005 yang bersumber
dari BPS yaitu dari Parameter Hasil Proyeksi Penduduk 2000-2025 umur harapan hidup
meningkat menjadi 74,0 tahun. Peningkatan harapan hidup akan diiringi pula peningkatan
penyakit-penyakit neurodegeneratif dan kardioserebrovaskuler (demensia/ pikun dan stroke),
Tahap pertama, disebut tahap hyper akut atau emergency yang berlangsung
sampai dengan 3 hari. Pada tahap ini, penderita stroke memerlukan perawatan
intensif yang biasanya dilakukan di ruang Intermediate Care/NICU (Neurology
Intensif Care Unit).
Tahap kedua yang disebut tahap akut, berlangsung sampai dengan 2 minggu. Pada
tahap ini, pasien dirawat di stroke unit.
Tahap ketiga, disebut tahap sub akut dari 2 minggu sampai 1 bulan. Pasien bisa
dirawat di bangsal/ ruang perawatan Neurology.
Tahap keempat, disebut tahap kronik, dirawat lebih dari 1 bulan yang dilakukan di
RS Pemulihan Stroke
a. Orang
Masyarakat luas harus memahami secara mendalam bahwa serangan stroke memang
bisa terjadi pada orang-orang dengan ciri tertentu yang tidak bisa atau sukar diubah
atau diperbaiki oleh setiap individu sendiri, misalnya biasanya terjadi pada penduduk
usia relatif tua. Makin tinggi usia makin tinggi resikonya. Namun, ternyata penyakit
ini dapat pula menyerang usia muda. Para ahli klinis sering kali membagi kelompok
muda dalam dua kategori, yaitu di bawah usia 15 tahun, dan berusia antara 15 hingga
44 tahun. Orang yang masih muda nampaknya lebih berpeluang menderita stroke
hemoragik dibandingkan stroke iskemik.
Serangan stroke di negara maju terjadi pada penduduk diatas usia 65 tahun.
Umumnya kaum pria lebih banyak terserang stroke. Ada juga kecenderungan
penduduk yang berasal dari keluarga yang pernah terkena serangan stroke
mempunyai resiko terkena serangan stroke serta para penderita diabetes juga
mempunyai resiko lebih tinggi terkena serangan stroke.
b. Tempat
Insiden stroke timbul bervariasi, tergantung tempat atau negara, waktu, serta
penderitanya. Insiden stroke di negara berkembang masih meningkat sedangkan di
negara maju cenderung menurun. Penurunan ini mungkin disebabkan karena
manajemen hipertensi, penyakit jantung dan penyakit metabolik di negara maju telah
makin baik.
c. Waktu
Serangan stroke adalah suatu keadaan darurat, keadaan yang mendahuluinya sering
kali tidak memberikan gambaran yang khas demikian juga waktu kejadiannya tidak
dapat diramalkan. Karena itu, perlu diketahui pada keadaan-keadaan mana yang
segera diikuti dengan awitan stroke dan kapan awitan stroke paling sering terjadi.
Umumnya penderita stroke trombotik merasakan adanya defisit neurologis akut pada
saat penderita terbangun dari tidur malam, yaitu pada waktu antara jam dua belas
malam sampai jam enam pagi seperti penelitian Hossman di jerman ( 1971 ) dan
Marshall di inggris ( 1977 ). Dilain pihak pengamatan ini berbeda dengan 4 hasil
penelitian yang dilakukan oleh Aghnoli dkk. Jovicic, Kaps dkk. Serta Tsmennzist
dkk. Yang rata-rata mengamati waktu stroke trombotik pada waktu jam enam pagi
sampai jam dua belas siang. Terdapat penelitian yang menemukan bahwa stroke
trombotik sering muncul pada saat terbangun dari tidur dan pada saat sedang tidur.
Faktor Resiko
1. Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah
otak, Insiden stroke akan meningkat secara eksponensial menjadi dua hinggá tiga kali
lipat setiap dekade diatas usia 50 tahun dan ada data yang menyebutkan 1 dari 3
orang yang berusia diatas 60 tahun akan tenderita salah satu jenis stroke.
2. Jenis kelamin
Ternyata pria lebih berisiko kena serangan stroke, demikian hasil penelitian.
Tetapi lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke. Serangan stroke pada
pria umumnya terjadi pada usia lebih muda dibanding wanita, sehingga
tingkat kelangsungan hidup juga lebih tinggi. Wanita, meski jarang kena stroke,
namun serangan itu datang pada usia lebih tua, sehingga kemungkinan meninggal lebih
besar. Selain itu, gejala pada wanita sangat berbeda dengan gejala umum, sehingga
terabaikan.
3. Genetik
Riwayat stroke pada orang tua (baik ayah maupun ibu) akan meningkatkan
resiko stroke. Peningkatan resiko stroke ini dapat diperantarai oleh beberapa
mekanisme, yaitu:
- Perokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi
aterosklerosis.
Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan
pembuluh darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.
- Hipertensi
Kurang lebih 70% penderita stroke adalah pengidap hipertensi. Pada penderita
hipertensi, resiko relatif untuk menderita stroke adalah sebesar 1,5 hingga 2 kali.
Hipertensi memegang peranan penting dalam patogenesis terjadinya baik
perdarahan otak, infark otak, serta mikroangiopati intrakranial namun kurang
berpengaruh pada mikroangiopati ekstrakranial. Dampak hipertensi terhadap
penyakit pembuluh darah kecil otak akan menyebabkan iskemik otak (91%) atau
hematoma otak (72%).
Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis.
Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah
ke otak. Ddisamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan
jantung dan pembuluh darah.
- Dislipidemia
Kelainan lipid serum berupa peninggian kolesterol total, Low Density Lipoprotein
(LDL), Trigliserida, dan penurunan High Density Lipoprotein (HDL) dianggap sebagai
faktor risiko aterosklerosis.
• Pencegahan Primordial
Dimaksudkan untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit
tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup & faktor resiko lainnya. Upaya
ini sangat komplek, tidak hanya merupakan upaya dari kesehatan tapi multimitra.
♠ Kendalikan diabetes
Diabetes meningkatkan resiko stroke hingga 300%. Orang dengan tingkat gula
darah tinggi, seringkali mengalami stroke yang lebih parah dan meninggalkan cacat yang
menetap. Pengendalian diabetes adalah faktor penting untuk mengurangi resiko stroke.
♠ Berhenti merokok
Perokok memiliki resiko sroke 60 % lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak
merokok. Merokok dapat meningkatkan resiko tekanan darah tinggi dan cenderung untuk
membenuk gumpalan darah , ini adalah dua faktor yang berkaitan erat dengan sroke.
♠ Olahraga
♠ Jalan kaki
Jalan kaki empat kali hingga enam kali seminggu, selama kira-kira 30 menit per
sesi latihan, merupakan unsure program latihan yang baik untuk mencegah stroke.
III
DIABETES MELITUS
Diabetes adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pengaturan gula darah, sehingga
gagal mempertahankan kadar normal gula di dalam darah (Walqvist, 1997).Sedangkan Mellitus
berarti manis atau madu.Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh
metabolisme yang abnormal pada tubuh yang mengakibatkan kadar gula dalam darah menjadi
lebih tinggi dari keadaan normal (Hiperglikemia).Kelebihan gula yang kronis di dalam darah
( Hiperglikemia) ini menjadi racun bagi tubuh. Sebagian glukosa yang tertahan di dalam darah
itu melimpah ke sistem urin untuk dibuang melalui urin. Urin penderita diabetes yang
mengandung gula dalam kadar tinggi tersebut menarik bagi semut, karena itulah gejala ini
disebut gejala kencing manis.
Jenis-jenis DM
a. Diabetes Mellitus tipe 1
Yaitu diabetes yang dikarenakan oleh adanya destruksi sel β pankreas yang secara absolut
menyebabkan defisiensi insulin. Diabetes Mellitus tipe ini disebut juga Diabetes Mellitus tergantung
insulin (IDDM), yaitu penyakit autoimun yang ditentukan secara genetic dengan gejala-gejala yang
pada akhirnya menuju pada proses bertahap perusakan imunologik sel-sel yang memproduksi insulin.
Individu yang peka secara genetic tampaknya memberikan respons terhadap kejadian-kejadian
pemicu yang diduga berupa infeksi virus, dengan memproduksi antibodi terhadap sel-sel β, yang
akan mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin yang dirangsang oleh glukosa.Manifestasi klinis
dari diabetes mellitus terjadi jika lebih dari 90% sel-sel β menjadi rusak. Pada Diabetes Mellitus
dalam bentuk yang lebih berat, sel-sel β telah dirusak semuanya, sehingga terjadi insulinopenia dan
semua kelainan metabolik yang berkaitan dengan defisiensi insulin. Bukti untuk determinan genetic
dari IDDM adalah adanya kaitan dengan tipe-tipe histokompatibilitas (HLA) spesifik.Tipe dari gen
histikompabilitas yang berkaitan dengan IDDM (DW3 dan DW4) adalah yang memberi kode kepada
mengatur respons sel T sebagai bagian normal dari respons imun. Jika terjadi kelainan, fungsi
limfosit T yang terganggu akan berperanan penting dalam patogenesis perusakan sel-sel pulau
Langerhans yang ditujukan terhadap komponen antigenic tertentu dari sel β. Kejadian pemicu yang
menentukan proses otoimun pada individu yang peka secara genetik dapat berupa infeksi virus
Coxsackie B4 dan gondongan. Epidemic IDDM awitan baru telah diamati pada saat-saat tertentu
dalam setahun pada anggota-anggoata dari kelompok sosial yang sama. Obat-obat tertentu yang
diketahui dapat memicu penyakit autoimun lain juga dapat memulai proses autoimun pada pasien-
pasien IDDM. Antibodi anti sel-sel pulau langerhans juga biasanya terdapat pada awal
perkembangan penyakit. Penyaringan imunologil dari pemeriksaan sekresi insulin pada orang-orang
dengan risiko tinggi terhadap IDDM akan memberi jalan untuk pengobatan imunosupresif dini yang
Yaitu diabetes yang dikarenakan oleh adanya kelainan sekresi insulin yang progresif dan
adanya resistensi insulin. Pada pasien-pasien dengan Diabetes Mellitus tak tergantung insulin
(NIDDM), penyakitnya mempunyai pola familial yang kuat. NIDDM ditandai dengan adanya
kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya kelihatan terdapat
resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselular yang meningkatkan
transport glukosa menembus membrane sel. Pada pasien-pasien dengan NIDDM terdapat kelainan
dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat
reseptor yang responsive insulin pada membrane sel. Akibatnya, terjadi penggabungan abnormal
antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat
dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dengan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada
akhirnya sekresi insulin menurun, dan jumlah insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk
mempertahankan euglikemia. Sekitar 80% pasien NIDDM mengalami obesitas. Karena obesitas
berkaitan dengan resistensi insulin, maka kemungkinan besar gangguan toleransi glukosa dan
diabetes mellitus yang pada akhirnya terjadi pada pasien-pasien NIDDM merupakan akibat dari
obesitasnya. Pengurangan berat badan seringkali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensitivitas
Yaitu tipe diabetes yang terdiagnosa atau dialami selama masa kehamilan. DM dan
kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus - GDM) adalah kehamilan normal yang disertai dengan
peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM:
riwayat keluarga DM, kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan morbiditas neonatus,
misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu
GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia.
Frekuensi GDM kira-kira 3--5% dan para ibu tersebut meningkat risikonya untuk menjadi DM di
masa mendatang.
Yaitu diabetes yang disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti kelainan genetik pada fungsi
sel β pankreas, kelainan genetik pada aktivitas insulin, penyakit eksokrin pankreas (cystic fibrosis),
dan akibat penggunaan obat atau bahan kimia lainnya (terapi pada penderita AIDS dan terapi setelah
transplantasi organ).
Konsep H-A-E
• Konsep Agent
*Agent Biologis (Virus dan Bakteri)
Virus penyebab Diabetes Mellitus adalah Rubela, Mumps, dan Human coxsackievirus B4.
Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel β, virus ini mengakibatkan destruksi atau
perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan
hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes Mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi.
Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan penyakit ini.
* Agent Kimia (Bahan Toksik atau Beracun)
Bahan beracun yang mampu merusak sel β secara langsung adalah alloxan, pyrinuron
(rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang
berasal dari singkong.
* Agent Nutrisi
Termasuk dalam kategori ini adalah karbohidrat, protein, dan lemak, yang mampu mempertinggi
kadar gula darah. Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor resiko pertama yang
diketahui menyebabkan Diabetes Mellitus.Semakin berat badan berlebih atau obesitas akibat
nutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan seseorang terjangkit Diabetes Mellitus.
• Konsep Environment
* Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi yang rendah mempunyai resiko terkena penyakit infeksi sedangkan
tingkat sosial yang tinggi mempunyai resiko terkena Diabetes Mellitus, karena pada tingkat
sosial ekonomi yang tinggi mempunyai kecenderungan untuk terjadinya perubahan pola
konsumsi makanan dengan kadar kolesterol tinggi.
* Musim
Virus telah diduga sebagai etiologi dari IDDM, hal ini berdasarkan penemuan adanya
peningkatan insidens IDDM pada musim-musim tertentu, yaitu musim gugur dan semi, pada
masa ini antibodi terhadap virus tertentu meningkat.
3. Periode klinis
Fase dimana penderita sudah menunjukkan gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit
DM. Gejala-gejala diabetes mellitus antara lain:
- Trias Poli : Polidipsi (banyak minum), polifagia (banyak makan), dan poliuri (banyak
buang air kecil)
- Disertai keluhan sering kesemutan terutama jari-jari tangan, badan lemas,
gatal-gatal dan bila ada luka sukar sembuh.
- Kadang berat badan turun secara drastis.
KANKER PAYUDARA
Ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak terkendali,
inilah yang disebut kanker payudara. Sel-sel tersebut dapat menyerang jaringan sekitar dan
menyebar ke seluruh tubuh. Kumpulan besar dari jaringan yang tidak terkontrol ini disebut tumor
atau benjolan. Akan tetapi, tidak semua tumor merupakan kanker karena sifatnya yang tidak
menyebar atau mengancam nyawa. Tumor ini disebut tumor jinak. Tumor yang dapat menyebar
ke seluruh tubuh atau menyerang jaringan sekitar disebut kanker atau tumor ganas. Teorinya,
setiap jenis jaringan pada payudara dapat membentuk kanker, biasanya timbul pada saluran atau
kelenjar susu.
Perkembangan
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu
20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang
didiagnosis setiap tahunnya. Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju,
sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang (Moningkey, 2000). Di Amerika Serikat,
keganasan ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan di AS 175.000 wanita
didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang
wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke rumah
sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal setiap tahunnya (Oemiati, 1999). American Cancer
Society memperkirakan kanker payudara di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di
antaranya meninggal antara 1990-2000.
Diperkirakan pada tahun 2006 di Amerika, terdapat 212.920 kasus baru kanker payudara
pada wanita dan 1.720 kasus baru pada pria, dengan 40.970 kasus kematian pada wanita dan 460
kasus kematian pada pria (Anonimc, 2006). Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan ke
dua setelah kanker leher rahim (Tjindarbumi, 1995). Kejadian kanker payudara di Indonesia
sebesar 11% dari seluruh kejadian kanker.
Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim di
Indonesia (Tjindarbumi, 1995). Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia tidak
banyak berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki tempat teratas. Selain
jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara ditemukan pada stadium
lanjut (Moningkey, 2000). Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut
golongan penyebab sakit menunjukkan peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi
7,8.
Faktor Resiko
Gejala-gejala
Pada tahap awal kanker payudara, biasanya kita tidak merasakan sakit atau tidak ada
tanda-tandanya sama sekali. Namun, ketika tumor semakin membesar, gejala-gejala di bawah ini
mungkin muncul:
a. Benjolan yang tidak hilang atau permanen, biasanya tidak sakit dan terasa keras bila
disentuh atau penebalan pada kulit payudara atau di sekitar ketiak.
b. Perubahan ukuran atau bentuk payudara.
c. Kerutan pada kulit payudara.
d. Keluarnya cairan dari payudara, umumnya berupa darah.
e. Pembengkakan atau adanya tarikan pada puting susu
• Pencegahan primer
Pada tahap ini dilakukan penyuluhan tentang kanker payudara terutama mengenai factor-
faktor resiko dan bagaimana melaksanakan pola hidup sehat dengan menghindari komsumsi
lemak berlebihan dengan mengkonsumsi buah dan sayur serta giat berolah raga. (Buku eptm)
Berikut 13 tips yang dapat membantu pencegahan kanker payudara:
Kesadaran akan payudara itu sendiri Lebih dari 90% tumor payudara dideteksi oleh
wanita itu sendiri. Perhatikan setiap perubahan pada payudara menjadi bagian penting
perawatan k esehatan wanita. Saat ini, wanita disarankan untuk breast aware? Ini berarti
wanita harus tahu seperti apa payudara mereka di depan cermin, dan rasakan saat mandi
atau terlentang pada periode berbeda setiap bulan sehingga jika ada perubahan yang tidak
normal dapat diketahui segera.
Berikan ASI pada bayi. Beberapa penelitian menunjukkan ada hubungan antara
pemberian ASI dan menurunnya resiko berkembangnya kanker payudara meskipun
belum ada kesepakatan yang jelas akan hal ini. Para peneliti mengklaim bahwa lebih
muda dan lebih lama seorang ibu memberikan ASI pada bayinya adalah semakin baik.
Hal ini didasari pada teori bahwa kanker payudara berkaitan dengan hormon estrogen.
Pemberian ASI secara berkala akan mengurangi tingkat hormon tersebut.
Jika menemukan gumpalan, segera ke dokter Penelitian menunjukkan banyak wanita
menunda untuk ke dokter jika mereka menemukan gumpalan pada payudaranya, mereka
takut memiliki kanker. Ini adalah hal terburuk yang mereka lakukan. Jika menemukan
gumpalan, segera konsultasi ke dokter karena ini akan membantu menenangkan pikiran.
Jika gumpalan tersebut adalah kanker, segera lakukan pengobatan yang tepat untuk
menyelamatkan jiwa.
Cari tahu apakah ada sejarah kanker payudara pada keluarga Masih perlu banyak
penelitian untuk memahami secara menyeluruh semua penyebab kanker payudara. Tetapi
satu hal yang perlu untuk diyakini adalah faktor gen. Faktor ini setidaknya sebanyak 10%
dari semua kasus kanker payudara. Hal ini dianggap satu dalam 500 orang membawa gen
yang dapat membuat mereka diduga memiliki penyakit tersebut.
Perhatikan konsumsi alkohol Dalam sejumlah penelitian, alkohol memiliki kaitan dengan
kanker. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa alkohol meningkatkan estrogen.
Perhatikan berat badan Obesitas nampaknya dapat meningkatkan resiko kanker payudara.
Para peneliti menemukan wanita dengan berat 44 sampai 55 pound setelah umur 18
sebanyak 40% memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker dibanding mereka yang
berubah-ubah hanya 4 atau 5 pound semasa remajanya.
Olahraga secara teratur Beberapa penelitian menyarankan bahwa olahraga dapat
menurunkan resiko kanker payudara. Hal ini karena penelitian menunjukkan bahwa
semakin kurang berolahraga, semakin tinggi tingkat esrogen dalam tubuh.
Kurangi makanan berlemak Ada banyak perdebatan tentang hubungan kanker payudara
dengan diet. Tetapi ada bukti bahwa gaya hidup barat tertentu nampaknya dapat
meningkatkan resiko penyakit. Pertahankan asupan makanan rendah lemak, tidak
melebihi 30 gram lemak per hari. Hal ini akan membantu mempertahankan diet seimbang
yang juga membantu menjaga berat badan. Kita menyimpan estrogen di lemak tubuh, jadi
lebih sedikit lemak yang kita bawa, lebih baik.
Setelah usia 50 tahun, lakukan screening payudara secara teratur Meskipun masih
diperlukan banyak penelitian untuk menentukan penyebab kanker payudara, satu dari
faktor utama penyebab adalah faktor usia. 80% kanker payudara terjadi pada wanita
berumur diatas 50 tahun.
Belajar relaks Banyak tercatat bahwa stres dapat menyebabkan semua jenis masalah
kesehatan. Meskipun masih banyak perdebatan atas temuan ini, menurunkan tingkat stres
akan menguntungkan untuk kesehatan secara menyeluruh, termasuk resiko kanker
payudara.
Masukkan brokoli ke dalam menu harian Anda. Kira-kira dalam sehari Anda hanya
membutuhkan secangkir brokoli. Tahukah Anda, brokoli mengandung senyawa
sulfuraphane yang secara ilmiah terbukti mengurangi risiko kanker.
Jangan lupakan buah dan sayur dalam menu harian. Pilihlah sayuran berwarna hijau dan
oranye. Makanlah tomat yang kaya dengan likopen. Konon likopen juga agen yang
berfungsi memerangi kanker.
Minumlah teh hijau yang kaya antioksidan. Disamping minum the hijau, kudaplah dark
chocolate sesekali, karena secara ilmiah terbukti cokelat sebagai agen yang memerangi
kanker. Namun ingat jangan cokelat manis, karena Anda tidak akan mendapat
manfaatnya.
• Pencegahan sekunder
Deteksi dini merupakan bentuk pencegahan sekunder dengan melakukan pemeriksaan
payudara sendiri dan mamografi digunakan terutama pada wanita yang mempunyai resiko tinggi.
(buku eptm). Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita
kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan
mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.
Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap
tahun.
Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50
tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit
pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara
hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini
menjadi 75%.
* Skrining tes: Skrining tes seperti mammografi tahunan-hasilnya disebut mammogram-
diberikan secara rutin untuk orang-orang yang sehat dan tidak diduga mengalami kanker
payudara. Tujuannya adalah untuk menemukan kanker payudara sedini mungkin sebelum gejala
kanker berkembang dan biasanya lebih mudah untuk ditangani. Skrining mamografi untuk
mendeteksi tumor pada payudara perlu dilakukan karena tumor membutuhkan waktu bertahun-
tahun untuk membesar sehingga dapat dirasakan oleh kita, namun dapat terdeteksi oleh
mamogram. mamografi tahunan atau dua kali setahun dan USG khusus payudara disarankan
untuk mendeteksi adanya kelainan pada wanita berusia lanjut dan wanita berisiko tinggi kanker
payudara, sebelum terjadi kanker. Jika benjolan bisa teraba atau kelainan terdeteksi saat
mamografi, biopsi perlu dilakukan untuk mendapatkan contoh jaringan guna dilakukan tes di
bawah mikroskop dan meneliti kemungkinan adanya tumor. Jika terdiagnosis kanker, maka perlu
dilakukan serangkaian tes seperti status reseptor hormon pada jaringan yang terkena.
• Pencegahan tersier
Dilakukan penanganan yang tepat pada penderita untuk dapat mengurangi kecacatan.
Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah
komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi
walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh
bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu,
pengobatan diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan
aiternatif.
V
KANKER SERVIKS
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di
sekitarnya. Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain umur pertama kali melakukan hubungan seksual, jumlah
kehamilan dan partus, jumlah perkawinan, infeksi virus, hygiene pribadi, merokok, penggunaan
alat kontrasepsi, dan sebagainya.
Perkembangan
Prevalensi kanker serviks di Indonesia yang terdata di rumah sakit menduduki peringkat
pertama. Pada tahun 2004 tercatat 3.897 penderita kanker serviks dan terus mengalami
peningkatan hingga tahun 2008 tercatat 5.746 penderita. Data ini didapat dari penderita yang
dirawat di rumah sakit, jadi jumlah orang yang menderita Ca serviks lebih banyak daripada
penderita Ca serviks yang didata.
• Mikroskopis
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat
membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari
membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan
invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga
eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi
setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini
dijumpai pada endoserviks yang lambat laun lesi berubah bentuk menjadi
ulkus.
• Markroskopis
Konsep H-A-E
1.Host
Factor penjamuyang biasanya menjkadi factor untuk timbulnya suatu penyakit
sebagai berikut
- Umur , kanker leher rahim terjadi paling sering pada wanita-wanita
berumur lebih dari 40 tahun.
- Genetik (hubungan keluarga).
- Fungsi fisiologis atau faal tubuh tumbuhnya sel-sel tidak normal
pada leher rahim sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.
- Keadaan imunitas dan respons imunitas Sistim imun yang
melemah (sistim pertahanan alamiah tubuh): Wanita-wanita dengan
infeksi HIV (virus yang menyebabkan AIDS) atau yang meminum obat-
obat penekan sistim imun mempunyai suatu risiko yang lebih tinggi
dari rata-rata mengembangkan kanker leher rahim. Untuk wanita-
wanita ini, dokter-dokter menyarankan screening secara teratur
(regular screening) untuk kanker leher rahim.
- Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri Merokok:
Wanita-wanita dengan suatu infeksi HPV yang merokok mempunyai
suatu risiko kanker leher rahim yang lebih tinggi daripada wanita-
wanita dengan infeksi HPV yang tidak merokok, dan Hygiene dan
sirkumsisi : Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers
serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini
karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga
banyak kumpulan-kumpulan sperma.
2.Agent
Yang disebabkan oleh berbagai unsur seperti unsur biologis yang dikarenakan
oleh mikro organisme (virus HPV),yang dipicu oleh berberapa unsure yaitu unsur nutrisi
karena bahan makanan yang tidak memenuhi standar gizi yang ditentukan, unsur kimiawi
yang disebabkan karena bahan dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri (karbon
monoksid, obat-obatan, arsen, pestisida, dll) serta unsur psikis atau genetik yang terkait
dengan heriditer atau keturun. Demikian juga dengan unsur kebiasaan hidup (rokok,
alcohol, dll), perubahan hormonal dan unsur fisioloigis seperti kehamilan, persalinan, dll.
3.Environtment
Faktor Resiko
• PENCEGAHAN Ca SERVIKS
Pemeriksaan dini juga merupakan tahap perventif, tes pap dapat mendeteksi perubahan-
perubahan sel pada leher rahim yang disebabkan oleh HPV. Perawatan dari perubahan-
perubahan sel ini dapat mencegah kanker leher rahim. Ada beberapa metode-metode perawatan,
termasuk pembekuan (freezing) atau pembakaran (burning) jaringan yang terinfeksi.
• PENGOBATAN Ca SERVIKS
Pengobatan utama karsinoma serviks adalah operasi, radioterapi dan kemoterapi atau
gabungan ketiganya tergantung pada luas dan stadium penyakit. Pada karsinoma serviks stadium
lanjut kemoterapi dan radioterapi merupakan pengobatan yang utama. Pilihan pengobatan
tergantung pada tergantung pada kondisi penderita serta tenaga dan fasilitas yang tersedia.
o Operasi Histerektomi total pada stadium 1A1 dan 1A2 bila fungsi organ tidak
diperlukan lagi sekaligus pengangkatan puncak vagina. Histerektomi radikal
limfadenektomi pelvik bilateral dilakukan pada stadium 1B dan IIA.
o Kemoterapi Kemoterapi merupakan pengobatan yang bersifat
adjuvant atau paliatif. Sel yang aktif membelah dengan fraksi
pertumbuhan besar akan lebih sensitif terhadap obat-obatan
sitostatika daripada tumor dengan fraksi pertumbuhan yang kecil.
Obat-obatan sitostatika bekerja pada salah satu atau beberapa fase
dari siklus sel sehingga memerlukan pengobatan yang berulang.
Thigpen dkk (1981), Bonomi dkk (1985) melaporkan mengenai
penggunaan kemoterapi tunggal pada karsinoma serviks yang rekuren
dimana didapatkan adanya respon perbaikan sebesar kira-kira 30%
(dikutip dari Moris M). Sedangkan Belinson dkk (1989), Carlson dkk
(1984), Jobson dkk (1984) melaporkan bahwa kemoterapi kombinasi
akan menambah perbaikan respon kemoterapi dibandingkan
pemakaian kemoterapi tunggal dalam hal ini Cisplatin saja.
Penggunaan Cisplatin yang dikombinasi dengan obat kemoterapi
lainnya akan memberikan perbaikan respon sebesar 30-50%. Vogh dkk
(1980) melaporkan adanya respon perbaikan sebesar 77% dengan
kombinasi pemakaian Mitomycin-C, Vincristin, Bleomycin dan Cisplatin.
o Radioterapi Radioterapi pada karsinoma serviks dibedakan atas
tujuan kuratif dan paliatif. Tujuan pengobatan kuratif ialah mematikan
sel-sel ganas pada serviks uteri dan yang menjalar pada jaringan
parametrium serta kelenjar getah bening pelvis dengan tetap
mempertahankan keutuhan jaringan sehat disekitarnya.
VI
EPIDEMIOLOGI MEROKOK
Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan
bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat, oleh karena dalam rokok terdapat kurang lebih
dari 4.000 (empat ribu) zat kimia antara lain nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat
karsinogenik, yang dapat mengakibatkan berbagai penyakit antara lain kanker, penyakit jantung,
impotensi, penyakit darah, emfisema, bronchitis kronik, dan gangguan kehamilan.
• 1. PP No. 81 tahun 1999 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan, adalah peraturan
perundang-undangan untuk membantu pelaksanaan upaya pengandalian tembakau. Pasal
di dalamnya mengatur iklan rokok, peringatan kesehatan, pembatasan kadar tar dan
nikotin, penyampaina kepada masyarakat tentang isi produk tembakau, sanksi dan
hukuman, pengaturan otoritas, peran serta masyarakat dan kawasan bebas asap rokok.
• 2. PP No. 38 Tahun 2000 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan, merupakan revisi
dari PP No. 81 Tahun 1999, dan berkaitan dengan iklan rokok serta memperpanjang batas
waktu bagi industri rokok untuk mengikuti peraturan baru ini menjadi 5 -7 tahun setelah
dinyatakan berlaku, tergantung jenis industrinya.
• 3. PP No.19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan, merupakan
peraturan pemerintah pengganti PP No.81 Tahun 1999 dan PP No. 38 Tahun 2000,
mencakup aspek yang berkaitan dengan ukuran dan jenis peringatan kesehatan,
pembatasan waktu bagi iklan rokok di media elektronik, pengujian kadar tar dan nikotin.
VII
Kecelakaan lalu lintas dibagi atas “A motor-vehicle traffic accident” dan “Non motor-
vehicle traffic accident”, “A motor-vehicle traffic accident” adalah setiap kecelakaan kendaraan
bermotor di jalan raya. “Non motor-vehicle traffic accident”, adalah setiap kecelakaan yang
terjadi di jalan raya, yang melibatkan pemakai jalan untuk transportasi atau untuk mengadakan
perjalanan, dengan kendaraan yang bukan kendaraan bermotor.
Sekitar 3,5 juta jiwa manusia di dunia terenggut tiap tahunnya akibat kecelakaan dan
kekerasan. Sebanyak 2 juta diantaranya adalah kecelakaan di jalan raya.Sementara itu
Koordinator PBB untuk Indonesia Bo Asplund, menyebutkan di seluruh dunia sekitar 140.000
orang mengalami kecelakaan di jalan setiap harinya. Lebih dari 3.000 orang meninggal akibat
kecelakaan di jalan dan sekitar 15.000 orang mengalami kecacatan seumur hidup. Bila masalah
kecelakaan di jalan tidak diperhatikan dengan sungguh-sungguh, maka dikawatirkan pada tahun
2020 nanti, jumlah korban yang meninggal atau mengalami kecacatan setiap harinya mencapai
lebih dari 60% di seluruh dunia. Sehingga kecelakaan di jalan menjadi penyebab utama kesakitan
dan kecacatan.
Di Indonesia jumlah kecelakaan ini meningkat dari tahun ke tahun.Setiap tahunnya rata-rata
30.000 nyawa melayang di jalan raya. Dengan angka setinggi itu, Indonesia duduk di peringkat
ke-3 negara di ASEAN yang jumlah kecelakaan lalu lintasnya paling tinggi. Ini angka yang luar
biasa sehingga kecelakaan bisa digolongkan sebagai pembunuh nomor 3 di Indonesia.
Angka kecelakaan lalu lintas secara nasional dalam bulan September 2009 masih cukup
tinggi. Direktorat Lalu Lintas Markas Besar Kepolisian RI mencatat sejak 13 sampai 22
September jumlah kecelakaan mencapai 893 kasus. Korban meninggal mencapai 312 jiwa.
Sedangkan luka berat 405 orang dan luka ringan 839 orang. Jumlah korban yang tewas masih
cukup tinggi dibandingkan data kecelakaan pada Operasi Ketupat Jaya pada 2008. Saat itu
jumlah kecelakaan mencapai 1.368 kasus. Korban meninggal 633 jiwa dan luka berat 797 orang
serta luka ringan 1.379 orang.
Sementara Data Dinas Kesehatan Jawa Timur, sepanjang tahun 2006, di Surabaya tercatat
208 jumlah kejadian kecelakaan dengan korban 116 orang tewas, 59 luka berat, dan 50 lainnya
luka ringan (profil kesehatan 2006).
Faktor Resiko
a. Faktor manusia
Faktor manusia meliputi pejalan kaki, penumpang sampai pengemudi. Faktor manusia ini
menyangkut masalah disiplin berlalu lintas
• Faktor pengemudi
Faktor tersebut dianggap sebagai salah satu faktor utama yang menentukan KLL. Faktor
pengemudi ditemukan memberikan kontribusi 75-80% terhadap KLL. Faktor manusia
yang berada di belakang kemudi ini memegang peranan penting. Karakteristik pengemudi
berkaitan erat dengan:
oKeterampilan mengemudi
oGangguan kesehatan (mabuk, ngantuk, letih)
oSurat Izin Mengemudi (SIM): tidak semua pengemudi punya SIM. Jika ada ‘tilang’,
maka tidak jarang alasan tilang berhubungan dengan ketidaklengkapan administrasi,
termasuk izin mengemudi.
• Faktor penumpang
Misalnya jumlah muatan (baik penumpangnya maupun barangnya) yang berlebih. Secara
psikologis ada juga kemungkinan penumpang mengganggu pengemudi.
b. Faktor kendaraan
Jalan raya dipenuhi dengan berbagai jenis kendaraan, berupa:
• Kebaikan jalan
Antara lain dilihat dari ketersediaan rambu-rambu lalu lintas.
• Sarana jalanan
oPanjang jalan yang tersedia dengan jumlah kendaraan yang ada di jalan tersebut. Di kota-
kota besar tampak kemacetan terjadi di mana-mana, memancing terjadinya kecelakaan.
Dan sebaliknya, jalan raya yang mulus memancing pengemudi untuk ‘balap’, juga
memancing kecelakaan.
oKeadaan fisik jalanan: pengerjaan jalanan atau jalan yang kondisi fisiknya kurang
memadai, misalnya lubang-lubang dapat menjadi pemicu terjadi kecelakaan.
Keadaan jalan yang berkaitan dengan kemungkinan KLL berupa:
e. Faktor lainnya
Secara khusus faktor-faktor pengemudi yang pernah diteliti (antara lain oleh Boediharto dan
kawan-kawan) adalah:
Dari definisinya saja, bisa kita bayangkan bahwa pendekatan ini adalah langkah kegiatan
untuk mencegah kecelakaan lalu lintas. Kegiatan-kegiatan tersebut lebih banyak melibatkan
peran aktif Dinas Perhubungan dan pihak Kepolisian serta tentu saja masyarakat. Kegiatan apa
saja yang bisa dilakukan, antara lain ; Memasang rambu lalu lintas –rambu peringatan, larangan,
perintah dan petunjuk- pada semua tempat yang membutuhkan dengan warna yang jelas dan
terang serta mudah dimengerti. Mengatur, mengawasi dan menertibkan alur lalu lintas dan
angkutan. Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap kelayakan angkutan lalu lintas
dengan memperhatikan kelengkapan dan umur kendaraan. Sementara pihak kepolisian
mengingkatkan disiplin pemakain jalan dengan cara memperketat pengawasan bagi pelanggar.
Tak kalah pentingnya, membuat pengaturan jalan yang lebih manusiawi dan aman, Langkah
ini bisa ditempuh sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomer KM 14
Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan. Dalam hal ini peranan Dinas
perhubungan sangat vital untuk menekan angka kecelakaan jalan raya
Pembenahan dan pemeliharaan jalan yang rawan kecelakaan. Salah satu sebab utama
terjadinya kecelakaan lalu lintas adalah kondisi jalan raya yang buruk, mulai dari jalan
berlubang, bergelombang dan jalan yang menyempit. Untuk itu diperlukan upaya yang serius
dari pihak terkait –Pemkab dan Pemprov– untuk membenahi jalan yang rusak dan kurang layak.
Selain itu, pemeliharaan jalan harus terus dilakukan agar jalan lebih aman dan nyaman buat para
pengguna jalan raya.
• Pendekatan Promotif
Kegiatan ini untuk memajukan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Salah satunya
dengan cara kampanye safety riding dan responsible riding bagi para pengguna jalan raya.
Kampanye seperti ini sekarang lagi marak di beberepa kota seperti di Surabaya. Tujuan dari
kampanye ini adalah meningkatkan kesadaran pengguna jalan raya untuk lebih memahami dan
mematuhi peraturan lalu lintas. Pelaksana kampanye ini tentu saja dipelopori oleh pihak
kepolisian dengan dukungan dari kalangan swasta dan masyarakat, yang turut membantu sebagai
penyandang dana. Kampanye ini terbukti cukup efektif untuk mengurangi angka kecelakaan
sebagaimana sudah dibuktikan dibeberapa jalan di Surabaya.
Selain kedua hal tersebut, dapat dilakukan cuga pencegahan sebagai berikut:
Pembinaan pengemudi.
Penyuluhan kepada pengemudi angkutan umum, pemilihan awak kendaraan umum teladan
yang dilaksanakan tiap tahun tetap dilanjutkan. Namun prioritas pembinaan sekarang mulai
diarahkan kepada pengemudi kendaraan pribadi dan sepeda motor, dibarengi dengan seleksi
pemberian SIM yang ketat.
Menurut undang-undang lalu lintas no.22 tahun 2009 bagian kesatu pasal 226, kecelakaan lalu
lintas dapat dicegah dengan:
• Pendekatan Kuratif
Pemberian pertolongan dan pengobatan baik langsung maupun tidak langsung pada korban
kecelakaan lalu lintas. Salah satunya dengan ketersediaan pelayanan kesehatan yang layak dan
mampu memberi pelayanan dengan cepat terhadap para korban kecelakaan lalu lintas.
Keberadaan layanan IRD 24 jam yang dilengkapi dengan tenaga dokter jaga dan perawat,
diperkuat dengan layanan penunjang seperti instalasi ambulance, laboratorium dan radiologi
yang stand by 24 jam. Kebutuhan layanan penunjang yang lengkap sangat menunjang/membantu
penangangan korban kecelakaan dengan cepat.
Selain itu, keberadaan kamar operasi yang mendukung layanan lebih lanjut dari IRD juga
sangat diperlukan. Dan tak kalah pentingnya adalah jalur rujukan antar instansi pelayanan
kesehatan yang ada berjalan dengan baik. Masing-masing instansi pelayanan kesehatan
memahami kemampuan layanan mereka, sehingga korban dapat dirujuk ke tempat layanan
kesehatan yang lebih mampu dengan fasilitas sarana dan tenaga lebih lengkap.
• Pendekatan Rehabilitatif
Adalah kegiatan pemberian pelayanan untuk mengurangi kecacatan akibat kecelakaan lalu
lintas. Selama ini pendekatan ini belum banyak tersentuh. Di RS ada layanan rehabilitasi medis
guna pemulihan dan minimalisasi kecacatan pasien
Sebagai bentuk ikhtiar tidak ada salahnya kita lebih berhati-hati, mematuhi aturan lalu lintas
dan selalu ingat keluarga di rumah menanti agar kita kembali dengan selamat. Semoga dengan
langkah-langkah sebagaimana disampaikan diatas, kita dapat meminimalkan resiko terjadinya
kecelakaan lalu lintas.
VIII
KESEHATAN DARURAT
Bencana merupakan istilah yang sering kita dengar dan tidak asing lagi di telinga
masyarakat kita. Bencana adalah suatu kejadian yang mengganggu pola kegiatan hidup sehari-
hari. Gangguan tersebut umumnya datang secara mendadak, tidak pernah terpikirkan sebelumnya
dan akibatnya sangat mengerikan. Kata bencana juga memberikan pengertian adanya korban
jiwa, kematian atau cidera serta gangguan terhadap kesehatan manusia.Selain manusia yang
menjadi korban, juga kemungkinan terjadinya kehilangan harta benda, kerusakan bangunan serta
fasilitas layanan masyarakat seperti putusnya aliran listrik dan rusaknya jaringan komunikasi.
Kata bencana juga sangat berkaitan erat dengan perlunya penyediaan penampungan, makanan,
Di dunia ini, bencana terbagi menjadi 3 kategori , yaitu bencana alam ,bencana non-alam,
dan bencana sosial.Bencana alam dalam hal ini adalah segala bentuk kejadian alam yang
adalah bencana alam yang terjadi secara alamiah dan biasanya bencana seperti ini tidak bisa
dihindari.Contohnya adalah gempa bumi, angin topan, gunung meletus, dan lain sebagainya.Dan
yang kedua adalah bencana alam yang terjadi akibat ada campur tangan ulah manusia
alam dan biasanya diakibatkan oleh perbuatan manusia yang dapat menimbulakn korban dan
masalah kesehatan masyarakat.Contoh dari bencana seperti ini diantaranya adalah perang sipil,
konflik bersenjata, kecelakaan kimiawi seperti kebocoran nulklir, berbagai bentuk ledakan, dan
Perkembangan Bencana
Berikut adalah catatan beberapa kejadian bencana baik bencana alam , bencana non-
- Gempa Kobe,Jepang, 17 Januari 1995 berkekuatan 7,25 SR.4000 ribu orang tewas
- Perang dunia I
- Perang dunia II
Sementara itu perkembangan bencana di Indonesia diurai pada bagian berikut ini.Pada
tahun 2008 telah terjadi 420 kali kejadian bencana yang terdiri dari 11 jenis bencana. Bencana
yang paling sering terjadi adalah banjir, yaitu tercatat ada 192 kali kejadian atau 45,7% dari total
kejadian. Selanjutnya berturut-turut bencana angin siklon tropis 81 kali kejadian (19,2%) dan
tanah longsor 79 kali kejadian (18,8%). Untuk lebih jelasnya frekuensi kejadian bencana
menurut jenis bencana di Indonesia selama tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1
Bila kejadian bencana dilihat per bulan selama tahun 2008 menurut jenis bencana maka
akan tampak bahwa di Indonesia setiap bulan selalu ada kejadian bencana banjir dan tanah
longsor. Selain itu setiap bulannya juga tampak bahwa bencana banjir merupakan yang paling
sering terjadi.
Salah satu dampak akibat terjadinya bencana adalah jatuhnya korban manusia baik
meninggal, hilang dan luka-luka serta mengakibatkan pula adanya sejumlah penduduk yang
mengungsi ke daerah yang relatif lebih aman. Jumlah korban keseluruhan akibat bencana untuk
sepanjang tahun 2008 adalah 71.692 orang, sedangkan jumlah pengungsi sebesar 348.562 orang.
Tabel 2
Pada tabel 3 dijelaskan korban meninggal untuk tahun 2008 paling banyak diakibatkan
oleh bencana tanah longsor yaitu 103 orang atau 37,9% dari total korban meninggal.Sedangkan
yang diakibatkan oleh kejadian bencana banjir 58 orang atau 21,3% dari total korban meninggal
dan banjir bandang 42 orang atau 15,4% dari total korban meninggal. Selain itu diketahui pula
bahwa tidak ada satupun korban meninggal yang disebabkan oleh letusan gunung api.
Tabel 3
Gambaran korban hilang akibat bencana selama tahun 2008 hanya terjadi pada bencana
banjir, banjir bandang, tanah longsor, banjir disertai tanah longsor dan angin siklon tropis.
Jumlah korban hilang terbanyak pada tahun 2008 terdapat pada kejadian bencana banjir bandang
yaitu 8 orang atau 42,1% dari total korban hilang. Untuk jelasnya gambaran korban hilang
menurut jenis bencana dalam tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4
Sumber : Depkes RI
banjir yaitu 128 orang atau 32,7% dari total korban luka berat/rawat inap. Sedangkan jumlah
korban yang diakibatkan oleh kejadian bencana banjir bandang sebanyak 89 orang atau 22,8%
dari total korban luka berat/rawat inap dan gempa bumi 51 orang atau 13% dari total korban luka
berat/rawat inap.Hanya kejadian bencana letusan gunung api yang tidak mengakibatkan korban
luka berat/rawat inap. Untuk jelasnya gambaran korban luka berat/rawat inap menurut jenis
Tabel 5
Sumber : Depkes RI
2.2.3. Pengungsi
Dari 348.562 orang pengungsi pada tahun 2008, ternyata sebagian besar yaitu 303.277
orang atau 87% yang mengungsi akibat bencana banjir. Selanjutnya ada 23.075 orang atau 6,6%
yang mengungsi akibat bencana banjir bandang dan hanya 10.747 orang atau 3,1% saja yang
diakibatkan bencana gempa bumi.Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.
Tabel 7
Masa ini kurang lebih sama dengan masa pre-patogenesis dari sebuah penyakit dimana
keadaan masih normal tetapi terdapat keadaan potensial yang dapat mengganggu seperti prediksi
terjadinya cuaca buruk, ketegangan politik, dan lain-lain. Walaupun belum ada kejadian tidak
berarti tidak ada upaya epidemiologi yang tidak dapat dilakukan. Pada keadaan ini diperlukan
suatu upaya prediksi untuk mampu mengantisipasi kemungkinan timbulnya suatu kejadian.
Ketepatan identifikasi akan memberikan modal besar untuk mampu membuat upaya pencegahan
Masalah sewaktu kejadian tentu berkaitan erat dengan jenis kejadian atau masalah yang
sedang timbul. Wabah demam tifoid pada suatu kampong tertentu lebih kecil masalahnya dari
3.Post-event
Post-event adalah masa yang terjadi setelah timbulnya suatu bencana.Pada masa ini akan
terdapat manusia-manusia yang terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu kelompok korban
tewas, kelompok korban hilang, kelompok korban luka, dan kelompok pengungsi.
Panjang masa dari masing – masing event berbeda sesuai bentuk – bentuk masalah
kesehatan darurat yang terjadi. Secara umum masa pre-event dan event relative singkat,
sedangkan masa post-event cenderung panjang mengingat dampak yang timbul memerlukan
Faktor Resiko
Berikut adalah hal-hal yang menjadi factor resiko terjadinya masalah kesehatan darurat,
diantaranya :
- Bencana alam
- Konflik
- Kecelakaan
- Ketegangan social
suku bangsa, anatomi tubuh, jenis kelamin, maupun karakteristik orang lainnya.Artinya, semua
manusia yang ada di dunia ini berpotensi mengalami masalah darurat tergantung jenis
2.Tempat
factor tempat.Biasanya hal ini lebih berkaitan dengan jenis kedaruratan bencana alam.Sebagai
contoh, suatu wilayah yang berada di atas lempengan bumi yang terus beraktifitas akan lebih
sering mengalami kejadian bencana gempa bumi atau suatu wilayah yang memiliki gunung
berapi aktif akan lebih berpotensi mengalami kejadian letusan gunung berapi daripada tempat
3.Waktu
Salah satu contoh faktor waktu dalam kejadian kedaruratan ialah waktu terjadinya musim
hujan yang berpotensi menimbulkan bencana banjir atau longsor atau musim kemarau yang bisa
dengan riwayat perjalanan suatu bencana sehingga akan terbentuk tiga macam upaya pencegahan
manajemen bencana, yaitu penilaian kerentanan, prevensi dan mitigasi, ketersiapan dalam situasi
rehabilitasi;rekonstruksi;dan pemulihan.
Pada masa sebelum terjadinya bencana (pre-event) aktivitas pencegahan yang bisa
- Indikator peringatan
Pada saat atau sesaat sebelum terjadinya bencana (event) aktivitas yang bisa dilakukan
diantaranya adalah
- Transportasi dan logistik meliputi operasi udara, prioritas kendaraan, system logistic
diantaranya
- Perencanaan pemulihan
pelaksanaan kegiatan dalam penanggualangan masalah kesehatan darurat juga dilakukan dalam
tiga tahap, yaitu tahap pra bencana, tahap bencana, serta tahap paska bencana.Hanya saja
tingkat pusat, tingkat provinsi, tingkat kabupaten, dan terakhir adalah tingkat kecamatan.
IX
EPIDEMIOLOGI LANSIA
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat
yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup.
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap sosial ekonomi baik
dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah. Implikasi ekonomis yang penting dari
peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut (old
age ratio dependency). Setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak
penduduk usia lanjut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan usia lanjut menjadi 4 yaitu :
• Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun
Masalah umum yang dialami lanjut usia yang berhubungan dengan kesehatan fisik, yaitu
rentannya terhadap berbagai penyakit , karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi pengaruh dari luar, antara lain diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, rematik
dan asma sehingga menyebabkan aktifitas bekerja terganggu. Dengan kondisi fisik dan psikis
yang menurun menyebabkan mereka kurang mampu menghasilkan pekerjaan yang produktif.
Perkembangan
Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen dari
seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3
juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa
pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan
menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia
meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia
berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun, pada tahun 1980 :
55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 :
60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun (BPS.2000)
Secara alamiah, berbagai proses ketuaan yang tidak bisa dihindari berlangsung, berupa:
1. Perubahan fisik – biologis/jasmani:
a. Kekuatan fisik secara menyeluruh dirasakan berkurang, merasa cepat capek dan
stamina menurun.
b. Sikap badan yang semulategap menjadi membungkuk, otot-otot mengecil,
hipotrofis, terutama dibagian dada dan lengan.
c. Kulit mengerut dan menjadi keriput. Garis-garis pada wajah dikening dan sudut
mata.
d. Rambut memutih dan pertumbuhan berkurang.
e. Gigi mulai rontok.
f. Perubahan pada mata: pandangan dekat berkurang, adaptasi gelap melambat,
lingkaran putih pada kornea (arcus senilis), dan lensa menjadi keruh (katarak).
g. Pendengaran, daya cium dan perasa mulut menurun.
h. Pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga rongga dada menjadi
kaku dan sulit bernapas.
2. Perubahan mental – emosional / jiwa :
a. Daya ingat menurun, terutama peristiwa yang baru saja terjadi.
b. Sering pelupa/pikun ; sering sangat mengganggu dalam pergaulan dengan lupa
nama orang.
c. Emosi mudah berubah, sering marah-marah, rasa harga diri mudah tersinggung.
3. Perubahan kehidupan seksual.
Faktor Resiko
• Jenis Kelamin Terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda
antara lansia laki dan wanita. Misalnya lansia laki ‘sibuk’ dengan hipertropi prostat, maka
wanita mungkin menghadapi osteoporosis.
• Umur Pada pria, penyakit gouty arthritis sering terjadi setelah berusia 40 tahun,
sedangkan pada wanita hampir selamanya terjadi setelah menopause dan jarang didapati
pada wanita yang berusia di bawah 45 tahun.
• Status perkawinan status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda/duda akan
mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.
• Living arrangement misalnya: keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama istri,
anak atau keluarga lainnya.
• Social-Ekonomi: pekerjaan, pendidikan
• Kebiasaan hidup: merokok, mengkonsumsi minuman keras, dan exercise (olahraga).
• Mobilitas Seseorang yang selalu aktif sepanjang umurnya, cenderung lebih dapat
mempertahankan massa otot, kekuatan otot, dan koordinasi dibanding dengan mereka
yang pola hidupnya santai. Sama halnya dengan sistem otot, proses penurunan massa
tulang ini sebagian disebabkan oleh usia dan disuse. Dengan menambah aktivitas tubuh,
dapat memperlambat proses kehilangan massa tulang, bahkan mengembalikannya secara
temporer.
• Makan dan minum kelebihan Na dalam makanan dan kelebihan intake cairan dapat
memicu terjadinya gagal jantung.
• Kegiatan social: kegiatan kekeluargaan, kegiatan komunitas, frequency of outing.
• Obesitas Proporsi obesitas pada kejadian osteoartritis sebesar 56%, sedangkan
proporsi obesitas pada kelompok bukan osteoartritis sebesar 30%. Subjek dengan
obesitas mempunyai risko 2.97 kali untuk menderita osteoartritis dibanding dengan
subjek yang tidak mengalami obesitas.
• Penyakit lain hipertensi dan diabetes mellitus merupakan dua di antara sekian banyak
factor risiko PJK.
• Lingkungan cahaya ultraviolet dan gas karbondioksida yang dapat menimbulkan
katarak.
& Untuk semua wanita mamogram setiap 1-2 tahun (usia 40-49 tahun), kemudian
setiap tahun pada usia 50 tahun keatas. Pemeriksaan guaiak feses setiap tahun
pada usia 50 tahun keatas
X
EPIDEMIOLOGI GIZI
Masalah Gizi
1.Gizi Lebih
Obesitas atau kegemukan adalah ketidakseimbangan jumlah makanan yang masuk
dibanding dengan pengeluaran energi oleh tubuh. Obesitas dapat menimbulkan berbagai
penyakit serius, antara lain DM, hipertensi dan jantung. Risiko kematian yang disebabkan oleh
diabetes yakni stroke, coronary artery disease, tekanan darah tinggi, kolesterol yang tinggi,
ginjal, dan gallbladder disorders.
2.Gizi Buruk
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau
dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud
bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein)
adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.
Prevalensi
1.Gizi buruk
Persentase kasus gizi buruk di 772 kecamatan di Indonesia saat ini masih lebih dari 30
persen dengan tingkat prevalensi tertinggi di kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Barat.Tingkat konsumsi kalori penduduk di 1.859
kecamatan yang dianalisa juga masih kurang dari 1.700 Kkal/kapita/hari, lebih rendah
dibandingkan standar internasional kebutuhan kalori minimum orang dewasa sehat yakni sebesar
2.100 Kkal/kapita/hari.
2.Gizi lebih
WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan
dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi overweight dan
obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk
dunia menderita obesitas. Angka ini akan semakin meningkat dengan cepat. Jika keadaan ini
terus berlanjut maka pada tahun 2230 diperkirakan 100% penduduk dunia akan menjadi obes
(Sayoga dalam Rahmawaty, 2004).Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan
mencapai tingkat yang membahayakan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 prevalensi
obesitas pada anak telah mencapai 11%. Di Indonesia hingga tahun 2005 prevalensi gizi baik
68,48%, gizi kurang 28%, gizi buruk 88%, dan gizi lebih 3,4% (Data SUSENAS, 2005).
Tahap pertama yang terjadi adalah “simpanan berkurang” yaitu zat-zat gizi dalam tubuh
terutama simpanan dalam bentuk lemak termasuk unsur-unsur biokatalisnya akan menggantikan
kebutuhan energi dari KH yang kurang, bila terus terjadi maka “Simpanan Habis” yaitu titik
kritis, tubuh akan menyesuaikan dua kemungkinan yaitu menunggu asupan gizi yang memadai
atau menggunakan protein tubuh untuk keperluan energi. Bila menggunakan protein tubuh maka
“perubahan faal dan metabolik” akan terjadi. Pada tahap awal akan terlihat seseorang “ Tidak
Sakit dan Tidak Sehat” sebagai batas klinis terjadinya penyakit defisiensi gizi, bukan saja
terjadi pada zat gizi penghasil energi tetapi juga vitamin mineral dan air termasuk serat.
Zat gizi dipergunakan oleh sel tubuh untuk dipergunakan berbebagai aktifitas, bila zat
gizi kurang maka sel tubuh akan mengambil cadangan zat gizi (depot), bila zat gizi yang
dikonsumsi berlebihan maka akan disimpan dalam tubuh. Bila depot simpanan habis dan
konsumsi zat gizi kurang maka akan terjadi proses biokimia untuk mengubah unsur-unsur
pengaangun strutuk tubuh, ini artinya telah terjadi gangguan biokimia tubuh misalnya saja
kadar Hb dan serum yang turun. Bila terus berlanjut maka terjadi gangguan fungsi sel, jaringan
dan organ tubuh. Bila tidak segera diatasi dengan konsumsi gizi yang adekuat maka secara
anatomi sel-sel, jaringan dan organ tubuh akan terlihat mengalami kerusakan misalnya saja pada
penyakit defisiensi gizi kwashirkor dan marasmus. Gangguan anatomi dengan kerusakan
jaringan yang parah dapat berakhir dengan kematian.
Pada masa prepatogenesis bibit penyakit belum mamasuki penjamu, namun demikian
telah ada interaksi antara penjamu, bibit penjakit dan lingkungan, jika penjamu tidak dalam
keadaan baik, maka kondisi kesehatan menurun sehinga ada kemungkinan bibit penyakit masuk
kedalam tubuh.
Bila bibit penyakit telah masuk dalam tubuh, maka tahapan patogenesis dengan gejala
yang terlihat dan gejala yang tidak terlihat (horizon klinis). Dimulai dengan masa inkubasi
yaitu mulai masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh dan timbulnya gejala atau tanda sakit. Bila
sudah muncul gejala maka masa penyakit dini yaitu mulai munculnya gejala penyakit, dengan
sifat penyakit masih ringan. Selanjutnya bila tidak segera diatasi maka masa penyakit lanjut
akan muncul yaitu penderita tidak dapat melakukan aktivitas, dan memerlukan perawatan. Dan
yang terakhir adalah masa penyakit berakhir yaitu dapat sembuh sempurna atau sembuh
dengan cacat, dapat juga Carrier, Kronis dan meninggal dunia.
Faktor Resiko
4. Infeksi, disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa
menyerap zat-zat makanan secara baik.
5. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak;
Kedua; perlindungan khusus (Specific Protection) , pemberian zat gizi tertentu misalnya
saja Pemberian vitamin A pada anak balita dua kali dalam setahun untuk melindungi anak dari
kebutahan, merupakan salah satu upaya dalam tahapan perlindungan khusus ini. Tahap pertama
dan Kedua ini pencegahan yang berada pada periode prepatogenesis.
Pencegahan yang berada pada periode patogenesis yaitu tahapan atau tingkat ke ketiga;
diagnosa dini dan pengobatan yang tepat (Early Diagnosis and Prompt Treatment), sekrening
survei berat badan dibawah garis merah pada KMS balita untuk penentukan anak balita yang
benar-benar menderita gizi kurang dan anak balita yang benar-benar tidak menderita gizi kurang
adalah salah satu contoh dari tahapan ini.
XI
EPIDEMIOLOGI PENYALAHGUNAAN OBAT
Penyalahgunaan NAPZA adalah suatu pemakaian non medical atau ilegal barang haram
yang dinamakan narkotik dan obat-obatan adiktif yang dapat merusak kesehatan dan kehidupan
produktif manusia pemakainya. Berbagai jenis narkoba yang mungkin disalahgunakan adalah
tembakau, alkohol, obat-obat terlarang, dan zat yang dapat memberikan keracunan, misalnya
yang dihisap dari asapnya. Penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan ketergantungan zat
narkoba, jika dihentikan maka si pemakai akan sakaw.
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat yang bila
masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi
kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
Jenis-jenis NAPZA
1.NARKOTIKA (Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang
Narkotika).Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Narkotika dibedakan ke dalam golongan-golongan :
3.ZAT ADIKTIF LAIN, yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh
psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika.Yang termasuk dalam kategori ini
adalah diantaranya adalah minuman beralkohol, tembakau, dan inhalansia (gas yang dihirup) dan
solven (zat pelarut).
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan, NAPZA dapat digolongkan
menjadi tiga golongan :
Golongan Depresan adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional
tubuh. Jenis ini membuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam, dan bahkan membuatnya
tertidur dan
tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk opioida (morfin, heroin/putauw, kodein),
sedatif (penenang), hipnotik (obat tidur), tranquilizer (anti cemas), dan lain-lain.
Golongan Stimulan
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan
kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar, dan bersemangat. Zat yang
termasuk golongan ini adalah Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain
Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah
perasaan dan pikiran serta seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga
seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis.
Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin.
Pevalensi
Menurut data Pusdatin Kesos jumlah penyalahgunaan Napza mencapai 80.269 jiwa
(2008), sementara menurut data BNN tahun 2008 diperkiraan jumlah penyalahgunaan NAPZA di
Indonesia telah mencapai 3,6 juta orang. Hasil penelitian ini juga menyebutkan prevalensi
penyalahgunaan NAPZA dikalangan pelajar/remaja mencapai 5,3% sama dengan 32% dari total
populasi penyalahgunaan NAPZA, sementara menurut Departemen Kesehatan tahun 2008
penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik mencapai 49,2%.
(Direktorat PRS KP NAPZA).
Faktor Resiko
Harboenangin (dikutip dari Yatim, 1986) mengemukakan ada beberapa faktor yang
menyebabkan seseorang menjadi pecandu narkoba, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
1. Faktor Internal
a. Faktor Kepribadian
Kepribadian seseorang turut berperan dalam perilaku ini. Hal ini lebih cenderung terjadi
pada usia remaja. Remaja yang menjadi pecandu biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan
harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh
ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif, agresif, dan
cenderung depresi, juga turut mempengaruhi. Selain itu, kemampuan untuk memecahkan
masalah secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah
dengan cara melarikan diri.
b. Inteligensia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inteligensia pecandu yang dating untuk melakukan
konseling di klinik rehabilitasi pada umumnya berada pada taraf di bawah rata-rata dari
kelompok usianya.
c. Usia
Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja. Alasan remaja menggunakan narkoba karena
kondisi sosial, psikologis yang membutuhkan pengakuan, dan identitas dan kelabilan emosi;
sementara pada usia yang lebih tua, narkoba digunakan sebagai obat penenang.
e. Pemecahan Masalah
Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk menyelesaikan
persoalan. Hal ini disebabkan karena pengaruh narkoba dapat menurunkan tingkat kesadaran dan
membuatnya lupa pada permasalahan yang ada.
2. Faktor Eksternal
a. Keluarga
Keluarga merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab seseorang menjadi
pengguna narkoba. Berdasarkan hasil penelitian tim UKM Atma Jaya dan Perguruan Tinggi
Kepolisian Jakarta pada tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang berisiko tinggi anggota
keluarganya terlibat penyalahgunaan narkoba, yaitu:
• Keluarga yang memiliki riwayat (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan
narkoba.
• Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan yang
tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya ayah bilang ya, ibu bilang tidak).
• Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang
memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah
dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara.
• Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Dalam hal ini, peran orang tua sangat dominan,
dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang tua dengan alasan sopan
santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri, tanpa diberi
kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidaksetujuannya.
• Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya mencapai
kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak hal.
• Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan yang
kurang kuat, mudah cemas dan curiga, sering berlebihan dalam menanggapi sesuatu.
b. Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara teman-teman
atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu.
Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor sosial tersebut memiliki dampak yang berarti kepada
keasyikan seseorang dalam menggunakan obat-obatan, yang kemudian mengakibatkan
timbulnya ketergantungan fisik dan psikologis.
c. Faktor Kesempatan
Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat disebut sebagai pemicu
seseorang menjadi pecandu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkoba internasional,
menyebabkan obat-obatan ini mudah diperoleh.
• Kompromi,pada tahap ini, seseorang masih dalam keadaan sehat, namun sudah
mulai dibujuk untuk menggunakan Narkoba. Orang ini tidak dapat menentukan dengan
tegas ingin menentang narkoba atau bergaul dengan pemakai narkoba.
• Coba-coba,pada tahap ini, karena orang tersebut merasa enggan untuk menolak,
maka orang tersebut ikut mencoba narkoba.
• Toleransi,karena orang tersebut sudah mencoba menggunakan narkoba, tubuh
sudah menjadi toleran dan perlu peningkatan dosis peningkatan.Toleransi adalah contoh
bentuk ketergantungan fisiologis, yaitu seiring bertambahnya waktu penggunaan maka
pemakaian zat berikutnya diperlukan dosis yang lebih besar dari sebelumnya untuk
mencapai efek kenikmatan yang sama. Toleransi inilah yang akan membuat seorang
pemakai narkoba terus menambah jumlah narkoba dari waktu ke waktu.
• Tahap eskalasi, peningkatan dosis dan penambahan jenis narkoba yang dipakai
dengan dosis yang terus bertambah
• Tahap Adiksi, keterikatan pada narkoba sudah mendalam, tidak dapat terlepas.
Kalau berhenti pakai, timbul gejala putus obat.
• Tahap Intoksikasi,keracunan oleh narkoba. Disini terjadi kerusakan pada organ
tubuh dan otak, hilang kesadaran.
• Mati/meninggal
1. Supply Control
Adalah setiap upaya yang dilakukan untuk menekan atau menurunkan seminimal
mungkin ketersediaan Narkoba di pasar gelap atau ditengah-tengah masyarakat. Kegiatan yang
dilakukan dapat secara promotif, preventif, dan represif seperti :
2. Demand Reduction
Adalah setiap upaya yang dilakukan guna menekan atau menurunkan permintaan pasar
atau dengan kata lain untuk meningkatkan ketahanan masyarakat sehingga memiliki daya
tangkal untuk menolak keberadaan Narkoba. Kegiatan yang dilakukan dapat secara promotif dan
preventif, seperti :
• Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), baik secara langsung, brosur, iklan, bill board
atau melalui media cetak dan media elektronik kepada masyarakat.
• Penyuluhan kepada masyarakat (keluarga, sekolah dan kelompok masyarakat lainnya).
• Promosi kesehatan secara umum.
• Seminar/diskusi.
• Dialog interaktif di radio/TV.
• Pembatasan dan pengawasan ijin diskotik, pub, karaoke dan tempat hiburan lain yang sering
dijadikan sebagai tempat penyalahgunaan Narkoba.
3. Harm Reduction
Adalah setiap upaya yang dilakukan terhadap pengguna atau korban dengan maksud
untuk menekan atau menurunkan dampak yang lebih buruk akibat penggunaan dan
ketergantungan terhadap Narkoba. Konsep Harm Reduction ini didasarkan pada kesadaran
pragmatis pada realita bahwa penyalahgunaan Narkoba tidak bisa dihapuskan dalam waktu
singkat sehingga harus ada upaya-upaya untuk meminimalkan bahaya dan kerugian yang
diakibatkan oleh penggunaan Narkoba tersebut. Kegiatan yang dilakukan dapat secara preventif,
kuratif (pengobatan,) dan rehabilitatif, seperti :
• Memberikan terapi dan pengobatan medis agar pengguna/ korban tersebut dapat lepas dari
keracunan, overdosis, dan terbebas dari penyakit fisik lainnya.
• Memberikan rehabilitasi agar pengguna tersebut dapat lepas dari ketergantungan dan dapat
hidup produktif kembali dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001
Nasir, Narila Mutia dan Febrianti. Modul Gizi Kesehatan Masyarakat.Jakarta:FKIK UIN Syarif
Hidayatullah.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.145/MENKES/SK/I/2007 Tentang Pedoman
Penaggulangan Bencana Bidang Kesehatan.
Notoatmodjo, Soekidjo.2007. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni, Edisi revisi Cet I. Jakarta :
Rineka Cipta.
http://www.artikelindonesia.com/stroke-di-indonesia.html
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/446-pemerintah-siapkan-ruu-
pengesahan-fctc.html
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/458-rokok-membunuh-lima-juta-orang-
setiap-tahun.html
http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/jumlah-lansia-di-indonesia-165-juta-orang/
http://www.dharana-lastarya.org/cetak.php?id=45/
http://www.diabetesmellituscenter.wordpress.com
http://www.digitalmbul.com/blogs/2007/07/18/faktor-utama-penyebab-kecelakaan-lalu-lintas/
http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1141279793,12862,
http://www.menkokesra.go.id/content/view/2933/333/
http://www.pitapink.com/id/tentang-kanker-payudara.html
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082002/pus-3.htm
http://www.usupress.usu.ac.id/files/Asuhan%20Keperawatan%20pada%20Klien%20dengan
%20Masalah%20Psikososial%20dan%20Gangguan%20Jiwa_Normal_bab%201.pdf/
http://www.wartamedika.com
http://www.yanrehsos.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=612
http://www.yastroki.or.id/read.php?id=82