You are on page 1of 36

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, kepada-Nya kami memuji dan mohon pertolongan
serta ampunan dan kepada-Nya pula kami mohon perlindungan. Alhamdulillah, atas rahmat dan inayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mandiri mata kuliah dasar budidaya tanaman dengan judul
“Budidaya Tanaman Tomat”. Proses penulisan tugas ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pohak yang telah banyak membantu dan mendukung terselesaikannya tugas ini terutama kepada
dosen mata kulian Dasar Budidaya Tanaman.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan
memperluas pengetahuan kepada masyarakat serta semua disiplin ilmu lainnya, Amin.

Malang, April 2010

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Buah tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi
dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasilnya dan kualitas
buahnya. Apabila dilihat dari rata-rata produksinya, ternyata tomat di Indonesia masih rendah, yaitu 6,3
ton/ha jika dibandingkan dengan negara-negara Taiwan, Saudi Arabia dan India yang berturut-turut 21
ton/ha, 13,4 ton/ha dan 9,5 ton/ha (Kartapradja dan Djuariah, 1992). Rendahnya produksi tomat di
Indonesia kemungkinan disebabkan varietas yang ditanam tidak cocok, kultur teknis yang kurang baik
atau pemberantasan hama/penyakit yang kurang efisien.

Kebanyakan varietas tomat hanya cocok ditanam di dataran tinggi, tetapi oleh Badan Penelitian
dan Pengambangan Pertanian telah dilepas varietas tomat untuk dataran rendah, yaitu Ratna, Berlian,
Mutiara serta beberapa varietas lainnya (Purwati dan Asga, 1990). Namun seringkali terjadi penanaman
tomat tanpa memperhatikan kualitasnya, sehingga hasil dan kualitas buahnya sangat rendah. Oleh karena
itu untuk memenuhi kebutuhan tomat yang semakin tinggi maka penelitian perlu diarahkan untuk
meningkatkan hasil dan kualitas buah tomat dengan menanam varietas-varietas unggul.

Kemampuan tomat untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung pada interaksi antara
pertumbuhan tanaman dan kondisi lingkungannya. Faktor lain yang menyebabkan produksi tomat rendah
adalah penggunaan pupuk yang belum optimal sertta pola tanam yang belum tepat. Upaya untuk
menanggulangi kendala tersebut adalah dengan perbaikan teknik budidaya. Salah satu teknik budidaya
tanaman yang diharapkan dapat meningkatkan hasil dan kualitas tomat adalah hidroponik. Menurut
Sundstrom (1982) dengan sistem hidroponik dapat diatur kondisi lingkungannya seperti suhu,
kelembaban relatif dan intensitas cahaya, bahkan faktor curah hujan dapat dihilangkan sama sekali dan
serangan hama penyakit dapat diperkecil.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran umum dari tomat?


2. Bagaimana syarat tumbuh dari budidaya tomat hidroponik?
3. Bagaimana morfologi tanaman tomat?
4. Bagaimana stadia tumbuh atau tahapan pertumbuhan dari tanaman tomat?
5. Bagaiman varietas dan produktivitas tanaman tomat hidroponik?
6. Bagaimana pembibitan atau penanaman pada budidaya tomat hidroponik?
7. Apa saja nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman tomat hidroponik?
8. Apa saja hama dan penyakit yang menyerang budidaya tomat hidroponik?
9. Bagaimana sistem pemanenan dari budidaya tomat hidroponik?
10. Bagaimana sistem pascapanen dari budidaya tomat hidroponik?
11. Bagaiman sistem ekonomi dan pemasaran dari budidaya tomat hidroponik?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan gambaran umum dari tanaman tomat.
2. Mengkaji syarat tumbuh dari tanaman tomat hidroponik.
3. Menjelaskan morfologi dari tanaman tomat.
4. Menjelaskan mengenai tahapan pertumbuhan dari tanaman tomat.
5. Mengkaji varietas dan produktivitas dari tanaman tomat hidroponik.
6. Menjelaskan cara-cara penanaman tanaman tomat hidroponik.
7. Mengkaji nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman tomat hidroponik.
8. Mengkaji hama dan penyakit yang menyerang tanaman tomat hidroponik.
9. Menjelaskan tatacara panen dari tanaman tomat.
10. Menjelaskan tatacara pascapanen dari tanaman tomat.
11. Mengkaji ekonomi dan pemasaran tanaman tomat.

1.4 Batasan Kajian

Tulisan ini sebatas mengkaji mengenai deskripsi budidaya tomat hidroponik, mulai dari
pengenalan, pembudidayaan hingga pemasaran.
BAB 2

PENGENALAN BUDIDAYA TANAMAN TOMAT HIDROPONIK

Buah tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi
dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasilnya dan kualitas
buahnya. Apabila dilihat dari rata- rata produksinya, ternyata tomat di Indonesia masih rendah, yaitu 6,3
ton/ha jika dibandingkan dengan negara-negara Taiwan, Saudi Arabia dan India yang berturut-turut 21
ton/ha, 13,4 ton/ha dan 9,5 ton/ha. Rendahnya produksi tomat di Indonesia kemungkinan disebabkan
varietas yang ditanam tidak cocok, kultur teknis yang kurang baik atau pemberantasan hama atau
penyakit yang kurang efisien.

Sejak manusia mengenal pertanian, tanah merupakan media tanam yang paling umum digunakan
dalam bercocok tanam. Seiring dengan perkembangan jaman dan dipacu oleh keterbatasan lahan yang
dimiliki seperti tanah yang sempit atau tanah yang tidak subur, orang mulai bercocok tanam dengan
menggunakan media tanam bukan tanah, seperti air, pasir dan lain-lain.

Hidroponik merupakan salah satu alternatif cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah
sebagai media tanamnya. Hidroponik berasal dari kata Hydro (air) dan Ponics (pengerjaaan), sehingga
hidroponik bisa diartikan bercocok tanam dengan media tanam air. Pada awalnya orang mulai
menggunakan air sebagai media tanam mencontoh tanaman air seperti kangkung, sehingga kita mengenal
tanaman hias yang ditanam dalam vas bunga atau botol berisi air. Pada perkembangan selanjutnya orang
mulai mencoba media tanam yang lain, kemudian membandingkan keuntungan dan kerugiannya,
sehingga selain media tanam air (kultur air) dipakai juga media pasir (kultur pasir) dan bahan porus
(kultur agregat) seperti kerikil, pecahan genteng, pecahan batu bata, serbuk kayu, arang sekam dan lain-
lain.
BAB 3

SYARAT TUMBUH TANAMAN TOMAT HIDROPONIK

3.1. Curah hujan

Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 750 mm-1.250 mm/tahun.
Keadaan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah bagi tanaman, terutama di daerah yang tidak
terdapat irigasi teknis. Curah hujan yang tinggi (banyak hujan) juga dapat menghambat persarian.

3.2. Sinar matahari

Kekurangan sinar matahari menyebabkan tanaman tomat mudah terserang penyakit, baik parasit
maupun non parasit. Sinar matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten
(provitamin A) yang lebih tinggi. Penyerapan unsur hara yang maksimal oleh tanaman tomat akan dicapai
apabila pencahayaan selama 12-14 jam/hari, sedangkan intensitas cahaya yang dikehendaki adalah 0,25
mj/m2 per jam.

3.3. Angin

Angin yang besar terutama pada musim kemarau tidak dikehendaki oleh tanaman, karena
penguapan akan cepat dan tanahpun akan cepat kering, tanaman rebah / patah serta bungab
berguguran, sehingga akan mengurangi hasil produksi yang diharapkan.

3.4. Suhu

Suhu udara rata-rata harian yang optimal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah suhu siang
hari 18-29 derajat C dan pada malam hari 10-20 derajat C. Untuk negara yang mempunyai empat musim
digunakan heater (pemanas) untuk mengatur udara ketika musim dingin (Gambar samping), udara panas
dari heater disalurkan ke dalam green house melalui saluran fleksibel warna putih.

3.4. Kelembapan udara

Kelembaban relatif yang tinggi sekitar 25% akan merangsang pertumbuhan untuk tanaman tomat
yang masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak.
Tetapi, kelembaban relatif yang tinggi juga merangsang mikro organisme pengganggu tanaman.
BAB 4

MORFOLOGI TANAMAN TOMAT

Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman tomat diklasifikasikan sebagai berikut.


Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Metachlamidae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicon
Spesies : Lycopersicum esculentum Mill.
Tanaman tomat berbentuk perdu atau semak yang menjalar pada permukaan tanah dengan
panjang mencapai sekitar 2 meter. Tomat termasuk golongan tanaman semusim atau berumur pendek.
Maksudnya hanya sekali berproduksi dan setelah itu mati.
4.1 Akar
Akar tumbuhan merupakan struktur tumbuhan yang terdapat di dalam tanah. Akar sebagai tempat
masuknya mineral (zat-zat hara) dari tanah menuju ke seluruh bagian tumbuhan. Akar merupakan
kelanjutan sumbu tumbuhan. Sebagai tumbuhan dikotil, maka tanaman tomat memiliki akar tunggang
yang tumbuh menembus ke dalam tanah dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke arah samping.
Secara morfologi (struktur luar), akar tersusun atas rambut akar, batang akar, ujung akar, dan
tudung akar. Adapun secara anatomi (struktur dalam), akar tersusun atas epidermis, korteks, endodermis,
dan silinder pusat. Ujung akar merupakan terdiri atas jaringan meristem yang sel-selnya bendinding tipis
dan aktif membelah diri. Ujung akar dilindungi oleh tudung akar (kaliptra). Tudung akar berfungsi untuk
melindungi akar terhadap kerusakan mekanis pada waktu menembus tanah. Untuk memudahkan akar
menembus tanah, bagian luar tudung akar mengandung lendir.
Pada akar, terdapat rambut-rambut akar rambut yang merupakan perluasan permukaan dari sel-sel
epidermis akar. Adanya rambut-rambut akar akan memperluas daerah penyerapan air dan mineral.
Rambut-rambut akar hanya tumbuh dekat ujung akar dan umumnya relatif pendek. Bila akar tumbuh
memanjang ke dalam tanah maka pada ujung akar yang lebih muda akan terbentuk rambut-rambut akar
yang baru, sedangkan rambut akar yang lebih tua akan hancur dan mati.
Akar merupakan organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai berikut :
• Untuk menyerap air dan garam-garam mineral (zat-zat hara) dari dalam tanah.
• Untuk menunjang dan memperkokoh berdirinya tumbuhan di tempat hidupnya.
• Pada beberapa jenis tumbuhan akar berfungsi sebagai alat bernapas, misalnya pada tumbuhan
bakau.
4.2 Batang

Bagian luar batang tumbuhan berbentuk persegi empat hingga bulat, berbatang lunak tetapi cukup
kuat, berbulu atau berambut halus, dan bercabang lebat. Batang tanaman pada saat muda berwarna hijau
dan mudah patah, tapi setelah tua menjadi keras, dan hampir berkayu.

Secara umum, batang pada tanaman tomat memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Batang merupakan organ lintasan air dan mineral dari akar ke daun dan lintasan zat makanan
hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.

b. Batang merupakan organ pembentuk dan penyangga daun.

Berdasarkan pertumbuhan batangnya, tanaman tomat dikelompokkan atas 3 tipe :

1) Determinate : pertumbuhan batang yang diakhiri dengan rangkaian bunga atau buah, periode
panen buah relatif pendek, dan habitus tanaman relatif rendah.

2) Indeterminate : pertumbuhan batang yang tidak diakhiri dengan rangkaian bunga atau buah,
periode panen buah relatif panjang, dan habitus tanaman umumnya tinggi.

3) Semi-indeterminate : pertumbuhan batang yang mempunyai sifat-sifat determinate dan


indeterminate.

4.3 Daun

Secara morfologi, pada umumnya daun memiliki bagian-bagian helaian daun (lamina) dan
tangkai daun (petiolus). Pada tangkai daun terdapat bagian yang menempel pada batang yang disebut
tangkai daun.

Daun majemuk pada tanaman tomat tumbuh berselang-seling atau tersusun mengelilingi batang
tanaman. Daun berbentuk oval, berwarna hijau, bagian tepi daun bergerigi. Daun tomat terdiri atas
helaian daun dan tangkai daun.

Pada dasarnya, anatomi daun serupa anatomi batang. Bila kita mengamati daun di bawah
nikroskop, akkan tampak bagian-bagian dari atas ke bawah yaitu epidermis, jaringan tiang (jaringan
palisade), jaringan bunga karang (jaringan spons), dan berkas pembuluh angkut daun.
Daun merupakan organ tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat fotosintesis, transpirasi, dan
sebagai alat pernapasan. Hasil fotosintesis berupa gula (glukosa) dan oksigen. Glukosa hasil-hasil
fotosintesis akan diangkut oleh pembuluh tapis dan diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan. Oksigen
dikeluarkan melalui stomata daun dan sebagian digunakan untuk respirasi sel-sel di daun.

Daun juga berperan penting dalam transpirasi. Transpirasi adalah peristiwa penguapan pada
tumbuhan. Transpirasi dapat pula melalui batang, tetapi umumnya berlangsung melalui daun. Melalui
transpirasi, air dari tumbuhan dalam bentuk uap air akan dikeluarkan melalui stomata ke udara. Adanya
transpirasi menyebabkan aliran air dan mineral dari akar, batang, dan tangkai daun terjadi secara terus-
menerus.

4.4 Bunga

Bunga tomat tersusun dalam rangakaian bunga yang jumlah


kuntum bunganya beragam sesuai dengan jenis varietasnya. Kuntum
bunga tomat terdiri atas saun kelopak, helai mahkota, bakal buah, kepala
putik, dan benang sari. Serbuk sari terdapat dalam kantung sari dan
letaknya seakan-akan menjdai satu, sehingga membentuk bumbung yang
mengelilingi tangkai kepala putik. Sebagian besar bunga tomat
menyerbuk sendiri, tetapi mudah juga dilakukan persilangan.

4.5 Buah/Biji

Tanaman tomat memiliki bentuk buah yang bervariasi sesuai dengan varietasnya. Ada buah yang
berbentuk bulat, lonjong, dan oval (bulat telur). Ukuran buahnya juga sangat bervariasi, yang paling kecil
memiliki beerat sekitar 9 gram/buah dan yang paling besar sekitar 180 gram/buah.

.
BAB 5

STANDAR KARAKTERIK PERTUMBUHAN TOMAT

Pada fase pertumbuhan vegetatif ini tanaman tomat sangat rentan terhadap penyakit layu
Fusarium, dimana sebagian besar tanaman tomat muda yang terinfeksi F. oxysporum mengalami
kematian dan jika dapat bertahan hidup dan tumbuh besar, tanaman tomat menghasilkan buah
yang kualitas dan kuantitas yang rendah bahkan tidak berbuah sama sekali.
Di alam, akar tanaman tomat dapat berasosiasi dengan endomikoriza MVA (Mikoriza
Vesikular Arbuskular) Glomus intraradices yang dapat melindungi tanaman tomat dari serangan
jamur F. oxysporum, dengan melindungi akar tanaman tomat(Caron .M et al., 1986). Kompetisi
komponen karbon antara mikoriza dan patogen dapat menyebabkan tekanan bagi patogen pada
tanaman yang bermikoriza. Akar tanaman tomat yang berasosiasi dengan mikoriza
mengakumulasi senyawa fenolik dan respon pertahanannya meningkat. (Cordier et al., 1998
dalam Fritz, 2005).

Fase pembungaan adalah salah satu fase kritis dari proses pertumbuhan tanaman cabai,
tomat dan apel oleh karena produksi buah sangat ditentukan oleh keberhasilan pembentukan
bunga dan pembuahan. Keluarnya kuncup bunga menandai pergantian pertumbuhan vegetatif ke
pertumbuha generatif dimana tanaman mulai membtnuk keturunan. Kuncup bunga yang baru
tumbuh merupakan jaringan yang lunak sehingga mudah mengalami gangguan dari luar seperti
apabila terjadi serangan hama dan penyakit.

Hama yang menyerang bunga dapat menyebabkan kerusakan bagian-bagian bunga atau
bahkan dapat menyebabkan bunga rontok. Apabila bunga yang tidak sempurna tersebut menjadi
buah maka bentuk buah menjadi tidak normal dan kualitasnya menurun. Kerontokan bunga akan
menurunkan produksi tanaman secara total. Oleh karena itu masalah ini harus dapat dicegah atau
dihindari sedapat mungkin ditekan agar tidak menjalar dan menimbulkan kerugian yang lebih
besar.
BAB 6

VARIETAS DAN PRODUKTIVITAS

6.1 Varietas Tomat


Sebelum melakukan penanaman tomat harus dipikirkan varietas tomat yang akan ditanam.
Varietas unggul sangat dianjurkan untuk ditanam, sebab varietas ini dapat memperbaiki peningkatan
produksi dan kualitas hasilnya.

Beberapa varietas tomat yang dianjurkan :

1. Maascross
Batangnya tinngi dan sedang, berdaun lebar dan berwarna hijau tua. Buahnya
bulat sedang. Warna buah muda hijau merata, daging buah agak lunak dan tebal. Kalau
sudah tua buahnya berwarna merah. Varietas ini agak peka terhadap busuk daun dan agak
tahan terhadap penyakit layu.

Varietas ini sangat cocok ditanam di dataran tinggi, terutama pada musim
kemarau. Hasilnya tinngi, sekitar 47 ton per hektar.

2. Geraldton smooth skin


Varietas ini berbatang tinggi dan kuat. Daunnya lebar dan berwarna hijau tua.
Buahnya bulat agak besar. Daging buah agak keras dan tebal. Warna buah muda hijau
pad abagian pangkal dan hijau muuda pada bagian lainnya. Kalau sudah masak berwarna
merah tua.

Varietas Geraldton Smooth Skin agak peka terhadap busuk daun dan penyakit
layu. Karenanya tanaman ini sangat cocok ditanam di dataran tinggi dengan produktivitas
tinggi, tiap hektarnya dapat mencapai 41 ton.
3. Supermarket (Apel Belgia)
Batangnya tinggi dan kuat. Berdaun lebar, warnanya hijau tua. Buahnya bulat
besar. Daging buah lunak dan tebal. Warna buah muda agak kehijauan dan sedikit
berlekuk. Warna buah kalau sudah tua merah tua.
Tanaman ini agak peka terhadap busuk daun dan agak tahan terhadap penyakit
layu. Baik ditanam di dataran tinggi, ditanam pada musim kemarau. Produksinya dapat
mencapai 53 ton per hektarnya.

4. Money maker
Batangnya tinggi dan sedang. Berdaun tidak begitu lebar. Daunnya berwarna
hijau tua. Buahnya bulat sedang. Daging buah agak lunak dan tebal. Warna buah muda
hijau. Warna buah masak merah muda.

Tanaman ini agak tahan terhadap busuk daun dan penyakit layu. Baik ditanam di
dataran tinggi, ditanam pada musim kemarau. Hasil tiapp hektarnya tinggi, dapat
meb\ncapai 45 ton.

5. Roma (Tipe Roma)


Batangnya sedabg sampai rendah dan kuat. Daunnya agak lebar dan warnanya
hijau muda. Bentukk buahnya lonjong, sedang, sedikit bersegi dengan ujung tumpul
sampai runcing. Daging buah sedikit dengan kulit tebal dan kuat. Warna buah sewaktu
muda hijau keputih-putihan, sedang kalau sudah masak mmerah muda.

Varietas ini peka terhadap daun busuk, dan peka sekali terhadap penyakit layu
bakteri dan Fusarium. Tanaman ini baik ditanam di dataran tinggi. Hasilnya sedang, 24
ton per hektar.

6. VC – 11 - 1
Batangnya agak pendek, kecil, banyak cabang. Daunnya tidak begitu besar.
Warnanya hijau muda, buahnya bulat sampai sedang. Daging buah agak tebal dan keras.
Buah muda berwarna hijau muda, warna buah masak merah muda sampai merah tua.

Varietas ini tahan terhadap penyakit layu, tetapi peka terhadap busuk daun.
Tanaman ini baik ditanam di dataran rendah (heat tolerant) dan dapat ditanam di dataran
tinggi. Hasilnya sedang, 19 ton per hektarnya.

7. AV – 33
Varietas ini berbatang pendek, tidak begitu besar dan tidak banyak cabang.
Daunnya tidak begitu lebar, berwarna hijau muuda. Buahnya bulat, kecil sampai sedang,
daging buah tebal dan agak keras.
Baik sekali ditanam di dataran rendah (heat tolerant) dan dapat ditanam di
dataran tinggi. Varietas ini tahan terhadao penyakit layu, agak peka terhadap busuk daun.
Produksi per hektarnya 23 ton.

8. AV – 15
Batangnya pendek tidak begitu besar dan tidak banyak cabang. Daunnya tidak
begitu lebar, berwarna hijau. Buahnya bulat. Daging buah tebal dan agak keras. Buah
mudanya berwarna hijau, dan berwarna merah kalau sudah masak.

Varietas ini tahan terhadap penyakit layu dan peka terhadap busuk daun. AV – 15
jugga baik sekali ditanam di dataran rendah dan dapat ditanam di dataran tinggi. Hasilnya
per hektar adalah 23 ton.

9. Bonset
Batangnya tinggi dan ramping. Berdaun tidak begitu lebar dan berwarna hijau
muda. Buahnya bulat, sedang. Daging buah tebal dan padat. Warna buah muda putih,
sedang kalau sudah masak merah muda.

Varietas Bonset agak tahan terhadap busuk daun dan agak tahan terhadap
penyakit layu. Baik ditanam di daerahh pegunungan dan ditanam pada musim kemarau.
Hasilnya tinngi, sekitar 47 ton per hektar.

10. Soluna F1, Samina F1, dan Tresna F1


Ketiga varietas tomat di atas yang dikeluarkan oleh ‘PT. Multi Benih Unggul
Indonesia’ ini adalah 3 varietas tomat unggul yang khusus untuk lahan dataran tinggi di
atas 600 meter di atas permukaan laut (dpl). Ketiga varietas tomat tersebut memiliki
keunggulan sebagai berikut.

a. Tahan layu bakteri dan Fusarium oxysporum.


b. Potensi hasil produksi buah 3 kg/pohon.
c. Bobot buah rata-rata 100gr/buah.
d. Bentuk buah Soluna F1 : bulat telur (oval), Samina F1 : lonjong, dan Tresna F1 :
bulat, dan
e. Tingkat kekerasan buah sangat baik, sehingga dalam transportasi jarak jauh tidak
mudah rusak.
11. Zinac
Zinac adalah benih tomat unggul yang diimpor dari Belanda. Benoh tomat
impor ini mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut.

a. Lahan tanam terbaik adalah dataran tinggi 500 – 1.000 meter di atas permukaan
laut (dpl).
b. Sosok pohonnya mencapai 7 m.
c. Potensi produksi 10kg/pohon.
d. Bonot buah relatif besar sekitar 150 – 200 gr per buah.
e. Daging buahnya tebal dan kulit mengkilap.
f. Penampilan menarik dengan rasa masam, cocok sebagai tomat sayur.
g. Tahan terhadap serangan nematoda, dan layu bakteri.
12. Tornado 201
Tornado 201 adalah benih tomat unggul dengan tipe tumbuh intermediate.
Tanaman tomat yang dapat berproduksi maksimal bila ditanam di dataran tinggi (di atas
700 meter dpl). Perakarannya kuat dengan beberapa keunggulan lainnya sebagai berikut.

a. Potensi produksi 4 – 5 kg per pohon.


b. Daging buah tebal, keras, dan tahan diangkut jarak jauh,
c. Cocok untu pasar lokal, industri, pasar swalayan, dan ekspor.
d. Tahan terhadap serangan penyakit phytophthora, alternaria, layu fusarium, dan
bakteri.
13. New Kingkong
Tomat New Kingkong ini merupakan tomat yang benihnya berasal dari Taiwan.
Tomat ini berkulit buah hijau pucat keputih-putihan waktu muda dan lama-kelamaan
berubah menjadi merah hingga jingga terang. Tipe tanamannya indeterminate, mencapai
ketinggian 2 meter. Pertumbuhannya akan optimal bila dibudidayakan pada lahan dengan
ketinggian 400 meter dpl.

Tomat New Kingkong dari Taiwan ini mempunyai beberapa keunggulan penting
yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan, antara lain :

a. Produktivitasnya cukup tinggi berkisar 5-8 kg per tanaman.


b. Buahnya besar, berat, berbentuk apel, dan rasanya agak masam sehingga cocok
dibuat saos.
c. Kandungan airnya agak banyak, sehingga agak cepat membusuk.
14. Tomat Kada
Tomat kada merupakan varietas introduksi. Tomat ini merupakan salah satu
varietas terbaru yang diunggulkan perusahaan benih”Petoseed U.S.A”, sebab selain
resisten terhadap busuk ujung buah, tomat hibrida ini juga tahan layu Fusarium dan
alternaria (bercak kering).

Tomat kada merupakan varietas tomat yang mulai banyak dikembangkan di


daerah sentra-sentra tomat di Indonesia. Selain tahan penyakit busuk ujung buah, secara
ekonomis tomat jenis ini juga lebih menguntungkan.

Tomat kada mirip tomat ‘Precious 375’. Tomat hibrida produksi “Known You
Seed: Taiwan yang populer dengan istilah ‘TW-375’. Kualitas buahnya pun tidak kalah
dengan tomat TW yang telah lama dikenal masyarakat kita.

Tomat kada termasuk tipe indeterminate dengan tinggi tanaman dapat mencapai
2,5 meter. Pertumbuhan batang tomat tipe ini biasanya tidak diakhiri dengan rangkai
bunga atau buah. Periode panen relatif panjang dan habitus tanamannya tinggi.

Tomat kada cocok ditanam didataran medium sampai dataran tinggi pada
ketinggian 500 – 1.500 meter dpl. Dalam budidayanya, tomat ini sangat responsif
(tanggap) terhadap teknologi penanaman yang lebih intensif. Misalnya dengan pemakaian
mulsa jerami, Mulsa Plastik Hitam Oerak (MKHP), turus tegak, pemupukam berimbang,
dan pola tanam yang serasi.

Berbagai keunggulan lainnya dari tomat kada ini yang layak menjadi
pertimbangan untuk mengembangkannya adalah :

a. Memiliki kemampuan produksi berkisar 2 – 3 kg per tanaman;


b. Umur panen relatif cepat, yaitu 75 hari setellah pindah tanam;
c. Bentuk buah bulat telur dengan berat rata-rata 90 – 100 gr per buah;
d. Kulit buah matanya berwarna merah cerah;
e. Daging buahnya tebal bercita rasa manis sedikit masam menyegarkan;
f. Kandungan air kurang sehingga tahan dalam pengangkutan dan penyiraman.
15. Tomat Yellow Pear
Tomat ‘Yellow Pear’ berasal dari australia berwarna kuning sesuai dengan
namanya ‘Yellow’. Bentuk tomat ini menggelembung di bagian ujung dan meruncing di
bagian pangkalnya, persis buah alpukat. Buah tomat ini masih langka dibudidayakan di
Indonesia, baru pada tahap uji coba sebatasa hobi karena keunikannya.
Tomat mungil yang antik ini memang tidak dapat ditemukan di sembarang
tempat, karena masih relatif baru di Indonesia. Kegunaan spesifik buah kecil ini belum
terungkap secara pasti, apakah untuk dikonsumsi segar atau dapat diproses lebih lanjut
sebagai bahan baku pembuatan saos tomat, jus, dan lainnya.

Meskipun ukuran buahnya kecil, produksi tomat kuning ini relatif tinggi. Tomat
ini berbuah sangat lebat karena malai-malainya keluar hampir dari setiap ketiak daun.
Dalam satu malai terdapat 5 - 6 buah yang kedudukannya bergantian.

Buah muda warnanya hijau, berangsur menjadi kuning menjelang masak setelah
2 bulan. Pembuahannya yang serentak mengakibatkan pemanenan berlangsung singkat.
Hanya 2 atau 3 kali petik dengan selang waktu 2 hari sekali buah sudah habis. Tanaman
boleh dipelihara lebih lanjut, karena perbungaannya semi indeterminate, setengah mampu
menumbuhkan bunga lagi dari tunas susulan, sehingga bisa tumbuh lagi lebih lanjut.
Umurnya bisa lebih dari satu tahun dan batangnya akan semakin tinggi sejalan dengan
bertambahnya umur.

Selain berproduksi tinggi, juga tahan penyakit layu, phytophthora, dan


aantrachnosa, bahkan terhadap kekeringan. Aspek komersialnya selama ini belum
terjajaki, namun mengingat kegunaannya yang beragam paling tidak tomat ini bisa
menambah khasanah komoditas sayuran atau lebih jauh menjadi bahan baku alternatif
pembuatan jus. Apalagi jenis tomat ini mempunyai daya tahan sampai beberapa bulan.

16. Tomat Season Red


Tomat Season Red merupakan introduksi dari Taiwan yang diproduksi oleh
‘Known You Seed’. Tanaman tomat ini pendek, kuat, dan mudah tumbuh. Tipe tanaman
determinate, yaitu memiliki pertumbuhan yang terhenti setelah memasuki fase
pembungaan.

Tomat dari varietas ini mempunyai beberapa keunggulan sebagaii berikut.

a. Tahan ketahanan cuaca panas dan memiliki adaptasi yang luas dengan faktor-faktor
lingkungan lainnya.
b. Memiliki ketahanan terhadap penyakit tepung dan layu bakteri.
c. Bentuk buahnya bulat dan tergolong berukuran kecil dengan berat sekitar 25 gr per
buah.
d. Buahnya berwarna merah, tidak mudah retak, dan memiliki kulit agak tebal.
e. Daging buahnya mengandung kadar gula sekitar 6%.
f. Produktivitas atau hasilnya sekitar 300 buah per tanaman.
g. Buah tahan terhadap pengangkutan jauh.

6.2 Produktivitas Tomat

Perkembangan produktivitas tomat selama periode 1992-1995 mengalami peningkatan dengan


rata-rata peningkatan pertahun sebesar 7,72 persen, sedang prakiraan produktivitas tahun 1995-1997
meningkat dengan rata-rata peningkatannya pertahun 8,09 persen pertahun. Pada tahun 1996-1997
diproyeksikan produksi meningkat, hal ini kemungkinan disebabkan oleh terjadinya peningkatan
produktivitas tomat yang cukup tinggi.

Tanaman tumbuh subur dan kokoh. Malahan, pekebun sayuran sejak 1987 itu memetik tomat lebih cepat:
pada umur 75 hari pascatanam. Padahal, varietas itu biasanya panen pada umur 90 hari. Volume panen
perdana hanya 80 kg, kemudian meningkat menjadi 400 kg pada panen kedua. Produksi puncak saat
panen ke-7: 3,2 ton. Sedangkan panen ke-16 dan 17 mencapai 2,1 ton; panen ke-21, 1,3 ton. Setelah itu
produksi melorot hanya 300 kg hingga panen berakhir.
BAB 7

PENANAMAN TOMAT HIDROPONIK

7.1 Bahan dan Alat


7.1.1Bahan
1. Bibit tomat
2. Nutrisi A, B Mix
3. Pupuk Gandasil B/ Gandapan
4. Pupuk NPK, Urea, KCL dan SP-18
5. Media arang sekam, pupuk organik (bokashi) dan pasir steril
6. Polybag 40 x 35 cm
7. Insektisida dan fungisida
8.Ajir bambu (4 buah panjang± 2 m)
9.Rafia
7.2 Alat
1. Alat ukur volume cairan
2. Cetok
3. Timba plastik
4. Cutter
5. Penggaris
Cara Kerja
 Penyiapan Media Dan Bahan
1. Menyiapkan media tanam arang sekam, pupuk organik dan pasir steril dalam
polybag 40 x 35 cm perbandingan media 1 : 1 : 1.
2.Menyiapkan larutan nutrisi A B Mix dalam 30 liter air
3. Menyiapkan pupuk NPK, Urea, KCL dan SP-36.
4. Menyiapkan nutrisi Gandasil B / Gandapan, Insektisida dan fungisida.

 Penanaman Dan Pemeliharaan


1. Masukkan media tanam ke dalam polybag sampai 3/4 bagian dan pasang ajir pada polybag lalu ikat
dengan rafia.
2. Tanam bibit ke dalam media dengan terlebih dahulu melepaskan polybag bibit.
3. Memadatkan media di sekitar pangkal bibit.
4. Menyiramkan media dengan air bersih.
5. Melakukan penyiraman nutrisi A, B Mix.
6. Melakukan pemupukan dengan NPK, Urea, KCL dan SP-36.
7. Melakukan perawatan yaitu: Membuang tunas-tunas air, melakukan pengikatan
batang ajir, pengendalian OPT.
8. Parameter pengamatan tinggi tanaman, jumlah ruas, jumlah daun lingkar buah
dan jumlah bunga
BAB 8

NUTRISI TOMAT HIDROPONIK

• Nutrisi yang dipakai adalah AB mix yang terdiri dari larutan nutrisi Stok A dan Stok B.
• Nutrisi dilarutkan di dalam container A dan container B.
• Larutan stok A mengandung: KNO3, Ca(NO3)2, NH4NO3, FeEDTA, sedangkan Larutan stok B
mengandung: KNO3, K2SO4, KH2PO4, MgSO4, MnSO4, CuSO4, ZnEDTA, H3BO3 dan NH4-
MoO4.
• Usahakan seluruh nutrisi teraduk secara merata pada masing-masing container.
• Keperluan nutrisi Tomat disajikan pada Tabel.
BAB 9
HAMA PENYAKIT TANAMAN
9.1 Hama
1. Ulat buah tomat (Heliothis armigera Hubner)
Ciri: panjang ulat ± 4 cm dan akan makin panjang pada temperatur rendah. Warna ulat bervariasi
dari hijau, hijau kekuning-kuningan, hijau kecoklat-coklatan, kecoklat-coklatan sampai hitam. Pada
badan ulat bagian samping ada garis bergelombang memanjang, berwarna lebih muda. Pada
tubuhnya kelihatan banyak kutil dan berbulu. Telur berbentuk bulat berwarna kekuning-kuningan
mengkilap dan sesudah 2-4 hari berubah warna menjadi coklat. Panjang sayap ngengat bila
dibentangkan ± 4 cm dan panjang badan antara 1,5-2,0 cm. Sayap bagian muka berwarna coklat dan
sayap belakang berwarna putih dengan tepi coklat.
Gejala: ulat ini menyerang daun, bunga dan buah tomat. Ulat ini sering membuat lobang pada
buah tomat secara berpindah-pindah. Buah yang dilubangi pada umumnya terkena infeksi sehingga
buah menjadi busuk lunak.
Pengendalian: (1) ngengat tertarik pada cahaya ultraviolet sehingga dengan sinar tersebut
diadakan perangkap; (2) telur dan ulat adapat dikumpulkan dan dibakar atau dimatikan; (3) ditepi
kebun ditanam jagung untuk mengurangi serangan pada tanaman tomat; (4) tanaman liar disekitar
areal pertanaman tomat dibersihkan; (5) disemprot dengan insektisida misalnya Diazinon dan
Cymbush.
2. Kutu daun apish hijau
Kutu ini termasuk famili Aphididae dari ordo Hemiptera yang sering disebut aphis tomat, aphis
tembakau atau aphis kentang. Kutu hijau ini menjadi vektor (penyalur) virus sehingga tomat dapat
terserang penyakit virus.
Ciri: kutu ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. Panjang kutu yang bersayap antara 2-
2,5 mm, kepala dan dadanya berwarna coklat sampai hitam dan perutnya hijau kekuning-kuningan.
Ukuran antena sepanjang badannya. Panjang kutu yang tidak bersayap antara 1,8-2,3 mm berwarna
hijau kekuning-kuningan.
Gejala: daun tomat yang diserang bentuknya jelek, keriting, kerdil, melengkung ke bawah,
menyempit seperti pita, klorosis, mosaik dan daun menjadi rapuh.
Pengendalian: (1) penggunaan mulsa kertas dapat mengusir kutu karena memantulkan sinar
matahari; (2) tanaman liar maupun gulma di sekitar areal tanaman tomat harus dibersihakn krena
dapat menjadi tempat berlindung kutu; (3) pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan cara
dipijit sehingga kutu aphis tersebut mati; (4) pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan
penyemprotan insektisida.
3. Lalat putih (kutu kabut, kutu kepul)
Kutu ini termasuk famili Aleyrodidae dari ordo Hemiptera. Kutu ini bila terganggu akan
berhamburan seperti kabut atau kepul putih.
Ciri: Panjang kutu putih dewasa hanya ± 1 mm berwarna putih kekuning-kuningan, tertutup
tepung seperti lilin putih, memiliki 2 pasang sayap berwarna putih dengan bentangan ± 2 mm, dan
bermata merah. Lalat putih betina berukuran lebih besar daripada lalat jantan. Telur berbentuk elips
sepanjang antara 0,2-0,3 mm. Panjang pulpa ± 0,7 mm, berbentuk oval serta datar dan badannya
seperti sisik pada daun.
Gejala: tanaman tomat yang terserang seperti diselimuti tepung putih yang bila dipegang akan
berterbangan. Serangan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat/kerdil, daun mengecil, dan
menggulung ke atas.
Pengendalian: (1) digunakan musuh alami hama, misalnya beberapa jenis tabuhan yang
merupakan parasit lalat putih dan beberapa jenis lembing guna memakan telur lalat putih; (2) gulma
di sekitar tanaman tomat harus dibersihkan supaya tidak menjadi inang lalat putih; (3) tanaman tomat
terserang virus harus segera dicabut dan dibakar; (4) pertanaman tomat dapat diberi mulsa jerami
atau mulsa plastik kuning; (5) disemprot dengan Diazinon, Malathion, Azinpos-methyl dan lain-lain.
4. Kutu daun thrips
Kutu daun thrips termasuk famili Thripidae dari ordo Thysanoptera.
Ciri: panjang thrips antara 1-1,2 mm, berwarna hitam, bergaris merah atau tidak bercak merah.
Nimfa (thrips muda) berwarna putih atau putih kekuningan, tidak bersayap dan kadang-kadang
berbercak merah. Thrips dewasa bersayap dan berambut berumbai-rumbai. Telur thrips berbentuk
seperti ginjal atau oval.
Gejala: Thrips mengisap cairan pada permukaan daun dimana daun yang telah diisap menjadi
berwarna putih seperti perak karena udara masuk ke dalamnya. Bila terjadi serangan hebat, daun
menjadi kering dan mati. Tanaman muda yang terserang akan layu dan mati.
Pengendalian: (1) tanaman yang kekurangan air lebih banyak diserang thrips. Untuk itu, tanaman
tomat harus disiram dengan air yang cukup; (2) gulma di areal tanaman tomat harus dibersihkan agar
tidak menjadi tempat berlindung thrips; (3) disemprot dengan insektisida, misalnya Diazinon,
Malathion dan Monocrotophos.
5. Lalat buah
Lalat ini termasuk famili Trypetidae (Tephritidae) dari ordo Diptera.
Ciri: mempunyai sayap transparan sepanjang 5-7 mm, panjang badan 6-8 mm. Perut berwarna
coklat muda dengan garis melintang berwarna coklat tua, dada berwarna coklat tua dengan bercak
kuning atau putih. Belatung muda berwarna putih, tetapi bila dewasa berwarna kekuning-kuningan.
Panjang belatung ± 1 cm. Belatung ini terletak di dalam daging buah. Telur lalat berukuran kecil-
kecil, panjangnya ± 1,2 mm, kedua ujungnya runcing, dan berwarna putih.
Gejala: buah tomat menjadi busuk karena terserang cendawan atau bakteri. Bila buah dibuka
akan kelihatan ada berenga berwarna putih. Berenga dewasa berwarna kekuning-kuningan dan bila
disentuh akan melenting sejauh ± 30 cm untuk menyelamatkan diri.
Pengendalian: (1) pada waktu mencangkul, tanah harus dibalik dan dibiarkan beberapa hari
sampai beberapa minggu agar terkena sinar matahari sehingga pupa lalat mati; (2) ditangkap dengan
menggunakan umpan yang dapat memikat lalat jantan; (3) buah yang terserang segera dipetik dan
dibakar; (4) gulma di daerah pertanaman tomat harus selalu dibersihkan.
6. Tungau bercak dua
Tungau ini termasuk famili Tetranychidae dari ordo Acarina, disebut tungau bercak dua karena pada
punggungnya terdapat bercak yang letaknya sedikit ke samping dan berwarna hitam. Tungau ini
memakan berbagai macam tanaman (kosmopolitan dan polyphag). Tungau ini terdapat dibalik
permukaan daun dengan sarang labah-labahnya. Tungau ini dapat menularkan virus. Serangannya
dapat terjadi pada musim kemarau.
Ciri: bentuk luar tungau berbentuk lonjong, berkaki delapan, panjang antara 0,3-0,4 mm dan
berwarna kuning pucat dengan bercak hitam pada kedua sisi samping punggung. Mulutnya dapat
untuk menusuk dan mengisap cairan tanaman. Telurnya berukuran kecil-kecil bergaris tengah ± 0,15
mm.
Gejala: daun dan tunas menguning, selanjutnya menjadi coklat dan kering.
Pengendalian: (1) bila banyak hujan populasinya akan berkurang; (2) gulma di areal pertanaman
tomat harus selalu dibersihkan; (3) menanam varietas tomat yang tahan tungau; (4) disemprot dengan
Akarisida misalnya, Omite, Kelthane, Bubur Kalifornia atau dihembus dengan tepung belerang.
7. Tungau merah
Tungau ini termasuk famili Tetranychidae dari ordo Acarina., disebut tungau merah/hama merah
karena daun tanaman yang diserangnya menjadi berwarna merah karat.
Ciri: tungau berkaki 8 dan besarnya 0,3-0,5 mm. Tungau betina berwarna merah tua atau merah
kecoklat-coklatan dengan beberapa bercak hitam. Kaki dan mulutnya kelihatan putih transparan.
Kepala menjadi satu dengan dada. Mulutnya dapat untuk menusuk dan mengisap cairan dari sel
tanaman. Selain itu mulut dapat juga menggigit dan menggergaji. Telurnya berukuran kecil, dengan
diameter 0,15 mm, dan berwarna kuning pucat atau sedikit kemerahan.
Gejala: daun menjadi bercak-bercak merah karat. Serangan sering terjadi pada musim kemarau.
Serangan yang hebat menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Dibalik daun tomat akan kelihatan
anyaman benang halus yang merupakan sarang tungau. Selanjutnya, daun menjadi kering karena
daun diisap cairannya.
Pengendalian: (1) gulma di areal pertanaman tomat harus dibersihakan agar tidak menjadi
tempat berlindung tungau; (2) menanam varietas tomat yang tahan tungau merah; (3) alami, tungau
akan dimangsa oleh predatornya, yaitu thrips predator dan kumbang macan; (4) populasi tungau akan
berkurang bila banyak turun hujan; (5) disemprot dengan akarisida, misalnya Omite, Kelthan, atau
dihembus dengan tepung belerang.
8. Nematoda bengkak akar
Ciri: bentuk nematoda bisul akar seperti cacing kecil sepanjang antara 200-1000 m. Untuk
mengamati hama ini harus digunakan mikroskop. Pada mulutnya terdapat stylet yang berbentuk
seperti jarum runcing, untuk menusuk dan menarik kembali cairan dalam mulut. Ukuran badan
nematoda betina sedikit lebih gemuk.
Gejala: akar tanaman membengkak memanjang atau bulat, akibatnya tanaman (akar) akan
mengalami kesulitan mengambil air dari tanah sehingga terjadi klorosis, yakni warna daun tidak
normal, pertumbuhan terhambat, layu, buah kecil serta sedikit dan cepat menjadi tua. Serangan
nematoda ini dapat mengurangi produksi sampai 50% atau lebih.
Pengendalian: (1) dilakukan rotasi tanaman dengan Tagetes patula atau Tagetes ercta yang
menghasilkan tiophen guna mematikan nematoda; (2) tanah dicangkul dan dibiarkan beberapa waktu
agar terkena sinar matahari; (3) tanah digenangi air yang cukup lama supaya nematoda mati; (4)
menggunakan bahan kimia Nematisida, misalnya Furadan, Curater, Petrofur, Indofuran, dan Temik;
(5) menanam varietas tomat yang resisten; (6) tanaman yang terserang harus segera dicabut dan
dibakar; (7) gulma di areal tamanan tomat dibersihkan; (8) diberi pupuk organik (pupuk kandang
atau kompos).

9.2. Penyakit karena Cendawan


1. Penyakit layu fusarium
Infeksi terjadi lewat akar, kemudian menyerang jaringan pembuluh. Jaringan xylem yang
terserang warnanya menjadi coklat dan serangan ini dengan cepat menuju ke atas. Aliran air ke daun akan
terhambat sehingga daun akan layu dan menguning. Cendawa ini membentuk polipeptida (likomarasmin)
yang menggangu permeabilitas membran plasma, sehingga perjalanan air dari bawah ke atas terhambat.
Gejala: pada malam hari sampai pagi masih kelihatan segar, tetapi setelah ada sinar matahari dan
terjadi penguapan, tanaman tersebut menjadi layu. Sore hari mungkin masih dapat segar lagi tetapi
keesokan harinya mulai layu lagi. Akhirnya, tanaman layu akan mati.
Pengendalian: (1) menanam varietas tomat yang resisten (tahan); (2) diberi mulsa plastik
transparan untuk menaikkan suhu tanah agar penyakit fusarium mati; (3) menanam tanaman tomat di
tanah yang bebas nematoda; (4) menggunakan alat yang bersih dari penyakit layu; (5) tanah yang telah
ditanami tomat yang terserang penyakit layu tidak boleh ditanami tomat dalam waktu lama dan tidak
boleh menanam tanman yang termasuk solanase; (6) tanaman yang layu harus segera dicabut dan dibakar;
(7) tanaman tomat disambung dengan cepokak (Solanum torvum), atau terung engkol (Solanum
macrocarpon).
2. Bercak daun septoria
Penyebab: cendawan Septoria Lycopersici Speg. yang merusak daun dan menyerang tanaman
tomat yang masih muda ataupun tua.
Gejala: terlihat bercak bulat kecil berair pada kedua permukaan daun dibagian bawah. Bercak
tersebut berwarna coklat muda, kemudian menjadi kelabu dengan tepi kehitaman. Garis tengah bercak ± 2
mm. Serangan yang hebat menyebabkan daun tomat menggulung, mengering dan rontok.
Pengendalian : (1) gulma dan sisa tanaman tomat yang telah mati dibersihkan dan dibakar, jangan
dipendam dalam tanah; (2) dilakukan rotasi tanaman, dengan menanam tanaman lain yang berbeda famili;
(3) menanam tanaman tomat yang resisten; (4) disemprot dengan fungisida misalnya, zineb dan maneb.
3. Penyakit kapang daun
Penyebab: cendawan Fulvia fulva (Cke) Cif. atau yang menyebut Cladosporum fulvus Cke.
Gejala: mula-mula terlihat pada permukaan daun sebelah atas terdapat bercak pucat (klorosis)
Dibawah daerah klorosis, dibalik daun, terbentuk spora-spora yang mula-mula berwarna kelabu muda
kemudian menjadi coklat atau hijau kekuning-kuningan. Penyakit ini mula-mula menyerang daun-daun
bagian bawah, kemudian menjalar ke daun sebelah atas dan akhirnya seluruh tanaman terserang dan mati.
Pengendalian: (1) menanam tanaman tomat yang resisten; (2) jangan menanam pada waktu
musim hujan; (3) disemprot dengan fungisida , misalnya Mancozeb (Dithane M-45), Benemyl; (4)
pengendalian secara biologis dapat menggunakan Penicillium brevicompactum, Trichoderma viride,
Hansfordia pulvinata, dan Acremonium spp.; (5) melakukan rotasi tanaman.
4. Penyakit bercak coklat
Penyebab: Alternaria solani Sor.
Gejala: daun tomat yang terserang tampak bulat coklat atau bersudut, dengan diameter 2-4 mm,
dan berwarna coklat sampai hitam. Bercak itu menjadi jaringan nekrosis yang mempunyai garis-garis
lingkaran sepusat. Jaringan nekrosis ini dikelilingi lingkaran yang berwarna kuning (sel klorosis). Bila
serangan mengganas, bercak akan membesar dan kemudian bersatu sehingga daun menjadi kuning, layu
dan mati. Bunga yang terinfeksi akan gugur. Buah muda atau masak yang terserang penyakit ini menjadi
busuk, berwarna hitam, dan cekung, serta meluas ke seluruh buah. Penyakit ini biasanya dimulai dari
pangkal buah (ujung tangkai) yang berwarna coklat tua dan cekung, bergaris tengah 5-20 mm dan tertutup
massa spora hitam seperti beledu.
Pengendalian: (1) menanam biji yang bebas penyakit atau biji terdesinfeksi; (2) tanaman yang
sakit segera dicabut dan dibakar; (3) bekas tanaman tomat, terung, kentang, dan tanaman yang termasuk
Solanase tidak boleh dipendam di areal pertanaman tomat, tapi harus dikumpulkan di tempat lain dan
dibakar; (4) melakukan rotasi tanaman; (5) penyiraman harus menggunakan air bersih yang tidak
tercemar penyakit; (6) drainase harus diatur dengan baik agar tanaman tidak tergenang air; (7) gulma di
areal pertanaman harus selalu dibersihkan; (8) pembibitan dan penanaman jangan terlalu rapat; (9)
disemprot dengan carbamat, zineb atau maneb.
5. Penyakit busuk daun
Penyebab: cendawan Phytophthora infestans (Mont.) de bary.
Gejala: daun tomat yang terserang berbercak coklat sam,pai hitam. Mula-mula pada ujung atau
sisi daun, hanya tampak beberapa milimeter, tetapi akhirnya meluas sampai ke seluruh daun dan tangkai
daun. Penyakit ini mulai menyerang pangkal buah, yang menimbulkan bercak berair yang berwarna hijau
kelabu sampai coklat.
Pengendalian: (1) tanaman yang telah terserang segera dicabut dan dibakar; (2) tanaman yang
sakit tidak boleh dipendam di areal pertanaman tomat; (3) menanam varoetas tomat yang resisten; (4)
melakukan rotasi tanaman; (5) tanah yang telah dicangkul dibiarkan beberapa waktu agar terkena sinar
matahari; (6) disemprot dengan fungisida, misalnya Dithane M-45, Difolatan, zineb, propineb, atau
maneb.
6. Penyakit busuk buah Rhizoctonia
Penyebab: cendawan Thanatephorus cucumeris (Frank) Donk.
Gejala: muncul bercak cekung kecil berwarna coklat. Bercak ini membesar dan timbul lingkaran-
lingkaran sepusat. Warna bercak menjadi coklat tua dan bagian tengahnya sering kali retak.
Pengendalian: (1) air pengairan harus bersih dan bebas penyakit; (2) penanaman jangan terlalu
dalam; (3) diberi lanjaran supaya buah tomat tidak menyentuh tanah; (4) diberi mulsa plastik transparan;
(5) menanam varietas tomat yang resisten; (6) melakukan rotasi tanaman; (7) gulma dan sisa-sisa tanaman
sakit harus dibersihkan dan dibakar; (8) disemprot dengan fungisida yang mempunyai bahan aktif
chlorothalonil dengan interval 7-8 hari sekali untuk menanggulangi timbulnya penyakit busuk buah.
7. Busuk buah antraknosa
Penyebab: cendawan Colletotrichum coccodes (Wallr.) Hughes. Penyakit ini dapat menyerang
buah, batang dan akar tanaman tomat.
Gejala: buah tomat tampak ada bercak kecil berair, bulat dan cekung yang makin membesar,
berwarna coklat, kelihatan ada lingkaran-lingkaran sepusat, dan kemudian menjadi hitam. Pada pangkal
buah kelihatan ada bercak ungu yang terletak dekat tangkai. Bila serangan terjadi pada akar dan batang,
warna jaringan cortex akan menjadi coklat dan daun menjadi layu.
Pengendalian: (1) sisa tanaman sakit tidak boleh dipendam dalam tanah; (2) melakukan rotasi
tanaman selama 1-2 tahun; (3) diberi mulsa dan lanjaran agar buah tidak menyentuh tanah; (4) menanam
tanaman tomat yang resisten; (5) disemprot dengan fungisida yang mempunyai bahan aktif kaptafol.

9.3. Penyakit karena Bakteri


1. Penyakit layu (Lendir)
Penyebab: Pseudomonas solanacearum (E.F. Sm) E.F.Sm.
Gejala: tanaman yang diserang penyakit ini lebih cepat layu. Tanaman yang telah terinfeksi,
daunnya masih hijau tetapi kemudian tiba-tiba layu, terutama pucuk daun yang masih muda, dan daun
bagian bawah menguning. Tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil, daun menggulung ke bawah, dan
kadang-kadang terbentuk akar adventif sepanjang batang tomat. Tanaman yang terserang biasanya akan
roboh dan mati.
Pengendalian: (1) melakukan rotasi tanaman dan tidak boleh menanam jenis-jenis tanaman yang
termasuk famili Solanaceae; (2) gulma di areal pertanaman dibersihkan; (3) menanam varietas tomat yang
resisten; (4) tanaman disambung dengan batang bawah cepokak; (5) tanaman disemprot dengan
antibiotika; (6) tanaman yang sakit dicabut dan dibakar; (7) tanah yang telah dicangkul dibiarkan
beberapa waktu agar cukup terkena sinar matahari.
2. Kerak bakteri, bercak bakteri
Gejala: adanya bercak berair kecil pada daun dan batang; bercak berair ini akan mengering,
cekung dan berwarna coklat keabu-abuan garis tengah 1-5 mm; tanaman tomat yang terserang daun-
daunnya mengeriting ke bawah dan mengering; batang yang terluka menyerupai kerak panjang dan
berwarna keabu-abuan; daun yang terserang mengalami klorosis dan gugur; pada buah yang terserang
mula-mula kelihatan bercak berair, kemudian berubah menjadi bercak bergabus.
Pengendalian: (1)melakukan rotasi tanaman dengan tanaman yang berbeda famili; (2) menanam
biji dari tanaman tomat yang sehat; (3) menanam tanaman tomat yang resisten; (4) tanaman yang sakit
harus segera dicabut dan dibakar; (5) tanaman tomat yang mati tidak boleh dipendam dalam tanah; (6)
menyiram tanaman dengan air yang bersih dan bebas penyakit.
Selain penyakit-penyakit diatas ada penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus seperti penyakit
mosaik tomat, penyakit mosaik mentimun dan penyakit yang disebabkan oleh non-parasit (fisiologis)
seperti penyakit busuk ujung buah, penyakit luka terbakar matahari, penyakit retak, penyakit kantong dan
penyakit kelebihan dan kekurangan unsur hara. Penyakit yang menyerang tanaman tomat varietas
Artaloka adalah penyakit busuk daun.
BAB 10
PANEN PADA TOMAT HIDROPONIK

Pemetikan buah tomat dapat dilakukan pada tanaman yang telah berumur 60-100 hari setelah
tanam, tergantung pada varietasnya. Varietas tomat yang tergolong indeterminatre memiliki umur panen
lebih panjang, yaitu berkisar antara 70-100 hari setelah tanam baru bisa dipetik buahnya. Penentuan
waktu panen hanya berdasarkan umur panen tanaman sering kali kurang tepat karena banyak faktor
lingkungan yang mempengaruhinya seperti: keadaan iklim setempat dan tanah. Kriteria masak petik yang
optimal dapat dilihat dari warna kulit buah, ukuran buah, keadaan daun tanaman dan batang tanaman,
yakni sebagai berikut :
a) kulit buah berubah, dari warna hijau menjadi kekuning-kekuningan.
b) bagian tepi daun tua telah mengering.
c) batang tanaman menguning/mengering.
• Waktu Pemetikan
Waktu pemetikan (pagi, siang, sore) juga berpengaruh pada kualitas yang dipanen. Saat
pemetikan buah tomat yang baik adalah pada pagi atau sore hari dan keadaan cuaca cerah.
Pemetikan yang dilakukan pada siang hari dari segi teknis kurang menguntungkan karena pada
siang hari proses fotosintesis masih berlangsung sehingga mengurangi zat-zat gizi yang
terkandung. Disamping itu, keadaan cuaca yang panas di siang hari dapat meningkatkan
temperatur dalam buah tomat sehingga dapat mempercepat proses transpirasi (penguapan air)
dalam buah. Keadaan ini dapat dapat menyebabkan daya simpan buah tomat menjadi lebih
pendek.
• Cara Panen
Cara memetik buah tomat cukup dilakukan dengan memuntir buah secara hati-hati hingga tangkai
buah terputus. Pemutiran buah harus dilakukan satu per satu dan dipilih buah yang sudah matang.
Selanjutnya, buah tomat yang sudah terpetik dapat langsung dimasukkan ke dalam keranjang
untuk dikumpulkan di tempat penampungan. Tempat penampungan hasil panen tomat hendaknya
dipersiapkan di tempat yang teduh atau dapat dibuatkan tenda di dalam kebun.
• Periode Panen
Pemetikan buah tomat tidak dapat dilakukan sampai 10 kali pemetikan karena masaknya buah
tomat tidak bersamaan waktunya. Pemetikan buah tomat dapat dilakukan setiap selang 2-3 hari
sekali sampai seluruh tomat habis terpetik.
BAB 11
PASCAPANEN PADA TOMAT HIDROPONIK

11.1. Pengumpulan
Buah tomat yang sudah dipetik dan terkumpul harus segera dibersihkan dari segala kotoran yang
menempel dari permukaan kulitnya, baik berupa debu, percikan tanah, maupun sisa-sisa pestisida dan
pupuk daun yang disemprotkan pada saat pemeliharaan tanaman. Buah tomat dapat dicuci dengan zat
kimia pembersih kotoran dan residu pestisida, yaitu zat neutral cleaner brogdex dan britex wax. Dengan
pencucian buah menjadi bersih dari segala kotoran dan terlindung dari kuman-kuman penyakit, serta
dapat menurunkan temperatur dalam buah sehingga proses respirasi dalam buah dapat terhambat.
11.2. Penyortiran dan Penggolongan
Setelah buah tomat dibersihkan dari kotoran, maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah
penyortiran dan penggolongan. Penyortiran dilakukan dengan cara memisah-misahkan buah tomat yang
berukuran besar dan sehat dari buah-buah tomat yang berukuran kecil dan sehat, buah-buah tomat yang
berukuran besar atau kecil tetapi terdapt cacat atau tidak sehat.
11.3. Penyimpanan
Teknik penyimpanan untuk mempertahankan kesegaran buah tomat dalam waktu yang lama pada
prinsipnya adalah menekan sekecil mungkin terjadinya respirasi (pernafasan) dan transpirasi (penguapan)
sehingga menghambat terjadi enzymatis/biokimia yang terjadi dalam buah. Dengan demikian,
kematangan buah dapat tertunda sampai beberapa hari.
Cara atau teknik penyimpanan buah tomat yaitu :
a) Penyimpanan dalam ruangan bertemperatur rendah (48-50 derajat F) dengan mengatur suhu ruangan
(85-90%).
b) Penyimpanan dalam ruangan berventilasi tanpa pengatur suhu.
c) Penyimpanan dalam ruangan vakum (tanpa udara).
d) Penyimpanan dengan meredam kedalam air yang mengalir atau tidak mengalir.
e) Penyimpanan dengan timbunan es.
11.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan dan pengangkutan merupakan dua kegiatan yang berkaitan erat dalam usaha
melindungi buah tomat dari kerusakan mekanis (gesekan atau benturan selama pengangkutan). Oleh
karena itu, proses pengemasan dan pengangkutan harus dilakukan dengan baik dan hati-hati agar buah
tomat yang telah dipertahankan mutunya pada tahapan pembersihan, penyortiran dan penggolongan, dan
penyim-panan, masih tetap dapat dipertahankan pada tahapan pengemasan dan pengangkutan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengemasan adalah:

a) Alat pengemas harus bersih.

b) Alat pengemas sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat tetapi ringan.

c) Pengemasan buah tomat tidak boleh melebihi daya tampung alat kemas.

d) Hindarkan paku yang menonjol keluar atau papan yang tidak rata didalam alat pengemas.

e) Berilah pelindung pada dasar dan tepi alat pengemas dengan bahan pelindung dari bahan jerami yang
kering atau guntingan-guntingan kertas.

f) Alat kemas harus memiliki lubang-lubang ventilasi pada dindingnya.

g) Susunlah buah tomat serapi mungkin didalam alat pengemas sesuai dengan daya tampungnya.

h) Tutuplah peti pengemas dengan diikat atau dipaku agar kuat.


BAB 12
EKONOMI DAN PEMASARAN

12.1 Ekonomi

a. Perkembangan Produksi

Tanaman sayuran adalah tanaman sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi
dari bagian tanaman yang berupa daun, bunga, buah atau umbinya. Pada umumnya berumur kurang dari
satu tahun.

Salah satu komoditi hortikultura yang masih tetap dikonsumsi oleh masyarakat dan diharapkan
dapat menjadi andalan sebagai bahan baku industri serta untuk tujuan ekspor adalah tomat. Sampai tahun
1993 konsumsi tomat di Indonesia menurut hasil SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional) adalah
sebesar 0,0242 Kg/kapita/minggu dalam bentuk konsumsi sebagai sayuran dan 0,004 Kg/kap/minggu
dalam bentuk konsumsi sebagai buah. Sedangkan untuk ekspor tomat sampai tahun 1995 volumenya
adalah 2465 Ton.

Dengan dikeluarkannya kebijaksanaan-kebijaksanaan oleh pemerintah yang diantaranya bertujuan


memacu perkembangan produksi di sektor pertanian, maka pada tahun-tahun mendatang peningkatan
produksi tomat masih perlu terus dipacu dan tentunya diikuti pula oleh naiknya kualitas produksi
sehingga sekaligus dapat dijadikan

komoditas ekspor selain untuk memenuhi konsumsi dalam negeri.

b. Preferensi Konsumen

Yang dimaksud dengan konsumsi adalah konsumsi rumah tangga yang datanya diambil dari
Susenas (BPS), sedang rumah tangga khusus seperti asrama-asrama, yayasan-yayasan, panti-panti,
lembaga permasyarakatan dan lain-lain tidak terhitung.

Konsumsi Tomat dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Peningkatan ini terjadi baik pada
konsumsi nasional rumah tangga maupun konsumsi perkapita. Hal ini dimungkinkan karena makin
tingginya kesadaran masyarakat akan nilai gizi terhadap makanan yang dikonsumsi, dan untuk komoditi
tomat ini dapat dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk buah segar atau jus dan sebagai pelengkap
dalam sayuran seperti sup tomat.
Pertumbuhan rata-rata konsumsi nasional pertahun selama periode tahun 1992-1995 meningkat
dengan peningkatan rata-rata adalah 3,63 persen dan prakiraan tahun 1995-1997 juga meningkat dengan
rata-rata peningkatan pertahun sebesar 2,21 persen, sedang pertumbuhan rata-rata pertahun konsumsi
perkapita selama periode tahun 1992-1995 meningkat sebesar 2,36 persen dan prakiraan konsumsi
perkapita tomat pada tahun 1995-1997 meningkat sebesar 0,45 persen pertahunnya.

c. Prospek Tomat

Tomat termasuk komoditi yang cukup strategis, karena hampir semua masyarakat Indonesia
mengkonsumsinya. Disamping dikonsumsi sebagai buah dan sayur, tomat banyak digunakan sebagai
bahan baku industri untuk pembuatan saus dan sambal tomat.

Prospek tomat ini cukup baik karena disamping dikonsumsi sebagai bahan makanan, juga
banyak digunakan sebagai bahan baku industri, seperti saus dan sambal botol, karena itu perlu adanya
peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan dalam negeri dan untuk memenuhi permintaan luar
negeri sebagai ekspor.

Harga tomat di pasaran cukup cerah, karena selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke
tahun, dengan harga yang semakin meningkat tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan produksi tomat. Hal ini merupakan peluang bagi petani untuk memenuhi permintaan
tersebut dan untuk memenuhi ekspor yang terus meningkat. Peluang untuk meningkatkan produksi dan
kualitas tomat dapat dilakukan dengan kerjasama antar kontak-kontak tani dengan lembaga-lembaga
penelitian.

12.2 Pemasaran Tomat

a. Pasar Tomat Dalam Negeri

Kondisi pasar global yang terbuka dan berkembangnya blok - blok perdagangan dunia,
menyebabkan persaingan perdagangan komoditas pertanian termasuk tomat semakin tinggi. Peluang
Indonesia dalam era perdagangan dunia yang semakin bebas, memungkinkan pasar domestik akan
menjadi lebih terbuka bagi produk hortikultura (diantaranya tomat) ke luar negeri. Sebaliknya produk
hortikultura khususnya tomat Indonesia mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk berperan di
pasaran dunia. Kondisi ini dapat dilihat sebagai tantangan dan juga sekaligus sebagai peluang Indonesia.
Terbukanya pasar internasional bagi tomat Indonesia, semakin dikuasainya teknologi budidaya, serta
dukungan potensi alam yang sangat baik, pada kenyataannya masih belum dapat dimanfaatkan secara
optimal oleh Indonesia untuk dapat lebih berperan dalam pasar tomat segar dunia.
a. Ekspor - Impor Tanaman Tomat

Sektor pertanian telah ikut mendukung kehidupan ekonomi bangsa Indonesia melalui sub sektor
tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Sebagai penggerak
perekonomian, sektor pertanian perlu didukung pengembangannya agar sektor yang berbasis pada sumber
daya lokal terutama yang berorientasi ekspor memiliki peluang berkembang lebih besar. Indonesia
sebagai salah satu negara yang beriklim tropis mempunyai potensi dan kesempatan yang cukup besar
untuk memanfaatkan peluang usaha di bidang hortikultura, mengingat masih tersedia lahan yang luas dan
masih minimnya sentuhan teknologi. Pada sektor pertanian, hortikultura menempati posisi yang penting
sebagai produk yang berpotensi untuk dikembangkan karena bernilai komersial tinggi dan mempunyai
peran strategis dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Keragaman produk hortikultura di Indonesia juga
mulai meningkat. Banyak jenis dan varietas baru ditanam untuk memenuhi permintaan pasar akan
berbagai macam jenis produk hortikultura.

Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif, baik untuk mengisi
kebutuhan pasar domestik maupun internasional mengingat potensi permintaan pasarnya baik di dalam
maupun di luar negeri besar dan nilai ekonominya yang tinggi. Dengan kemajuan perekonomian,
pendidikan, peningkatan pemenuhan untuk kesehatan dan lingkungan menyebabkan permintaan produk
hortikultura semakin meningkat. Disamping itu kecocokan karakteristik lahan dan agroklimat serta
sebaran wilayah yang luas memungkinkan wilayah Indonesia digunakan untuk pengembangan
hortikultura. Salah satu produknya adalah tomat.

Perkembangan ekspor tomat tahun 2000 - 2004 menunjukkan nilai ekspor tomat segar Indonesia
mengalami peningkatan walaupun volumenya menurun. Hal ini dapat terlihat pada tahun 2002, nilai
ekspornya mencapai US$ 302.098 dengan volume 1.063.913 kg sedangkan pada tahun 2004 mencapai
US$ 317.687 dengan volume 715.571 kg. Dengan melihat kondisi saat ini, Indonesia berpeluang untuk
mengekspor tomat segar karena harga tomat segar di luar negeri yang lebih tinggi daripada harga di
dalam negeri dan juga meningkatnya permintaan akan tomat segar Indonesia dari luar negeri karena harga
tomat segar Indonesia di negara tujuan ekspor dapat bersaing dengan tomat negara lainnya.

b. Negara Penghasil Tomat

Pada tahun 1974, FAO melaporkan bahwa tanaman tomat berkembang pesat di beberapa negara
yang sedang berkembang, seperti Bangladesh, Kuba, Ghana, India, Nigeria, Filipina, Srilanka, Thailand,
dan Malaysia walaupun memang rata-rata produksinya bervariasi dan masih rendah. Pada periode tanhun
1973 – 1977, pusat penyebaran tanaman di negara subtropis, antara lain Lybia, Amerika Serikat, Italia,
dan Cina. Pada periode yang sama, pusat penyebaran tanaman di negara tropis, antara lain Brazilia, Saudi
Arabia, Sudan, Taiwan, dan Indonesia.

d. Suplai-Demand Tomat

Suplai tomat dari tahun ke tahun berfluktuasi tetapi cenderung meningkat, rata-rata peningkatan
pada periode tahun 1992-1995 adalah 7,18 persen. Dan proyeksi suplai tomat pada tahun 1995-1997
meningkat sebesar 4,46 persen.

Yang dimaksud demand tomat disini adalah konsumsi nasional tomat ditambah dengan volume
ekspor dan tercecer (10,02 persen). Pertumbuhan demand tomat pada periode tahun 1992-1995 rata-rata
4,26 persen per tahun, sedangkan proyeksi pertumbuhan demand tomat tahun 1995-1997 rata-rata 2,73
persen pertahun.

Selisih antara suplai dan demand tomat cukup besar. Selisih ini merupakan stok yang ada di masyarakat,
dan kemungkinan juga merupakan tomat yang digunakan sebagai bahan baku pabrik saus tomat dan
sambal botol yang jumlahnya cukup besar tetapi tidak tercover datanya.
BAB 13

KESIMPULAN

Buah tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi
dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasilnya dan kualitas
buahnya. Kebanyakan varietas tomat hanya cocok ditanam di dataran tinggi, tetapi oleh Badan Penelitian
dan Pengambangan Pertanian telah dilepas varietas tomat untuk dataran rendah, yaitu Ratna, Berlian,
Mutiara serta beberapa varietas lainnya (Purwati dan Asga, 1990). Namun seringkali terjadi penanaman
tomat tanpa memperhatikan kualitasnya, sehingga hasil dan kualitas buahnya sangat rendah. Kemampuan
tomat untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung pada interaksi antara pertumbuhan tanaman dan
kondisi lingkungannya.

Hidroponik merupakan salah satu alternatif cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah
sebagai media tanamnya. Hidroponik berasal dari kata Hydro (air) dan Ponics (pengerjaaan), sehingga
hidroponik bisa diartikan bercocok tanam dengan media tanam air. Pada awalnya orang mulai
menggunakan air sebagai media tanam mencontoh tanaman air seperti kangkung, sehingga kita mengenal
tanaman hias yang ditanam dalam vas bunga atau botol berisi air. Pada perkembangan selanjutnya orang
mulai mencoba media tanam yang lain, kemudian membandingkan keuntungan dan kerugiannya,
sehingga selain media tanam air (kultur air) dipakai juga media pasir (kultur pasir) dan bahan porus
(kultur agregat) seperti kerikil, pecahan genteng, pecahan batu bata, serbuk kayu, arang sekam dan lain-
lain.

Tomat Kaya Vitamin C dan A, baik dalam bentuk segar maupun olahan, memiliki komposisi zat
gizi yang cukup lengkap dan baik. Buah tomat terdiri dari 5-10% berat kering tanpa air dan 1% kulit dan
biji. Jika buah tomat dikeringkan, sekitar 50% dari berat keringnya terdiri dari gula-gula pereduksi
(terutama glukosa dan fruktosa), sisanya asam-asam organik, mineral, pigmen, vitamin dan lipid.

Bentuk buah tomat bermacam-macam. Ada yang bulat, bulat pipih dan ada pula yang berbentuk
bola lampu. Buahnya tersusun dalam tandan-tandan. Keseluruhan buahnya berdaging dan banyak
mengandung air. Berdasarkan bentuk buahnya, tanaman tomat komersial dapat dibedakan beberapa tipe :
Tomat Biasa (Lycopersicum commune), Tomat Apel (Lycopersicum pyriforme), Tomat Kentang
(Lycopersicum grandifolium), dan Tomat Keriting (Lycopersicum validum).
Tomat dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan nutrisi. Salah satunya
adalah tindakan pemupukan secara berkala. Sehingga nutrisi yang diperoleh sedikit demi sedikit sesuai
dengan kondisi di alam. Unsur makro yaitu unsur yang diperlukan dalam jumlah besar yang meliputi: C,
H, O, N, S, P, K, Ca, Mg. Untuk unsur mikro yaitu unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit,
antara lain: Cu, Zn, Mo, Mn, V, Sc, B, Si, dst. Unsur makro dan unsur mikro dapat diambil dari udara
atau dari tanah, berupa gas atau air dan garam-garam yang terlarut di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Bambang. Tomat:budidaya dan analisis usaha


tani.Yogyakarta:Kanisius,1998.

Pracaya. Bertanam tomat. Yogyakarta : Kanisius,1998.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Budidaya Tanaman Tomat. Malang :


Balitsa,1997.

Adiyoga, W. 1996. Marjin tataniaga dan bagian petani untuk kentang, kubis dan tomat di Jawa
Barat dan Sumatera Utara. Jurnal Hortikultura 7(3): 840-851

You might also like