Professional Documents
Culture Documents
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, kepada-Nya kami memuji dan mohon pertolongan
serta ampunan dan kepada-Nya pula kami mohon perlindungan. Alhamdulillah, atas rahmat dan inayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mandiri mata kuliah dasar budidaya tanaman dengan judul
“Budidaya Tanaman Tomat”. Proses penulisan tugas ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pohak yang telah banyak membantu dan mendukung terselesaikannya tugas ini terutama kepada
dosen mata kulian Dasar Budidaya Tanaman.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan
memperluas pengetahuan kepada masyarakat serta semua disiplin ilmu lainnya, Amin.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Kebanyakan varietas tomat hanya cocok ditanam di dataran tinggi, tetapi oleh Badan Penelitian
dan Pengambangan Pertanian telah dilepas varietas tomat untuk dataran rendah, yaitu Ratna, Berlian,
Mutiara serta beberapa varietas lainnya (Purwati dan Asga, 1990). Namun seringkali terjadi penanaman
tomat tanpa memperhatikan kualitasnya, sehingga hasil dan kualitas buahnya sangat rendah. Oleh karena
itu untuk memenuhi kebutuhan tomat yang semakin tinggi maka penelitian perlu diarahkan untuk
meningkatkan hasil dan kualitas buah tomat dengan menanam varietas-varietas unggul.
Kemampuan tomat untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung pada interaksi antara
pertumbuhan tanaman dan kondisi lingkungannya. Faktor lain yang menyebabkan produksi tomat rendah
adalah penggunaan pupuk yang belum optimal sertta pola tanam yang belum tepat. Upaya untuk
menanggulangi kendala tersebut adalah dengan perbaikan teknik budidaya. Salah satu teknik budidaya
tanaman yang diharapkan dapat meningkatkan hasil dan kualitas tomat adalah hidroponik. Menurut
Sundstrom (1982) dengan sistem hidroponik dapat diatur kondisi lingkungannya seperti suhu,
kelembaban relatif dan intensitas cahaya, bahkan faktor curah hujan dapat dihilangkan sama sekali dan
serangan hama penyakit dapat diperkecil.
Tulisan ini sebatas mengkaji mengenai deskripsi budidaya tomat hidroponik, mulai dari
pengenalan, pembudidayaan hingga pemasaran.
BAB 2
Buah tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi
dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasilnya dan kualitas
buahnya. Apabila dilihat dari rata- rata produksinya, ternyata tomat di Indonesia masih rendah, yaitu 6,3
ton/ha jika dibandingkan dengan negara-negara Taiwan, Saudi Arabia dan India yang berturut-turut 21
ton/ha, 13,4 ton/ha dan 9,5 ton/ha. Rendahnya produksi tomat di Indonesia kemungkinan disebabkan
varietas yang ditanam tidak cocok, kultur teknis yang kurang baik atau pemberantasan hama atau
penyakit yang kurang efisien.
Sejak manusia mengenal pertanian, tanah merupakan media tanam yang paling umum digunakan
dalam bercocok tanam. Seiring dengan perkembangan jaman dan dipacu oleh keterbatasan lahan yang
dimiliki seperti tanah yang sempit atau tanah yang tidak subur, orang mulai bercocok tanam dengan
menggunakan media tanam bukan tanah, seperti air, pasir dan lain-lain.
Hidroponik merupakan salah satu alternatif cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah
sebagai media tanamnya. Hidroponik berasal dari kata Hydro (air) dan Ponics (pengerjaaan), sehingga
hidroponik bisa diartikan bercocok tanam dengan media tanam air. Pada awalnya orang mulai
menggunakan air sebagai media tanam mencontoh tanaman air seperti kangkung, sehingga kita mengenal
tanaman hias yang ditanam dalam vas bunga atau botol berisi air. Pada perkembangan selanjutnya orang
mulai mencoba media tanam yang lain, kemudian membandingkan keuntungan dan kerugiannya,
sehingga selain media tanam air (kultur air) dipakai juga media pasir (kultur pasir) dan bahan porus
(kultur agregat) seperti kerikil, pecahan genteng, pecahan batu bata, serbuk kayu, arang sekam dan lain-
lain.
BAB 3
Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 750 mm-1.250 mm/tahun.
Keadaan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah bagi tanaman, terutama di daerah yang tidak
terdapat irigasi teknis. Curah hujan yang tinggi (banyak hujan) juga dapat menghambat persarian.
Kekurangan sinar matahari menyebabkan tanaman tomat mudah terserang penyakit, baik parasit
maupun non parasit. Sinar matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten
(provitamin A) yang lebih tinggi. Penyerapan unsur hara yang maksimal oleh tanaman tomat akan dicapai
apabila pencahayaan selama 12-14 jam/hari, sedangkan intensitas cahaya yang dikehendaki adalah 0,25
mj/m2 per jam.
3.3. Angin
Angin yang besar terutama pada musim kemarau tidak dikehendaki oleh tanaman, karena
penguapan akan cepat dan tanahpun akan cepat kering, tanaman rebah / patah serta bungab
berguguran, sehingga akan mengurangi hasil produksi yang diharapkan.
3.4. Suhu
Suhu udara rata-rata harian yang optimal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah suhu siang
hari 18-29 derajat C dan pada malam hari 10-20 derajat C. Untuk negara yang mempunyai empat musim
digunakan heater (pemanas) untuk mengatur udara ketika musim dingin (Gambar samping), udara panas
dari heater disalurkan ke dalam green house melalui saluran fleksibel warna putih.
Kelembaban relatif yang tinggi sekitar 25% akan merangsang pertumbuhan untuk tanaman tomat
yang masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak.
Tetapi, kelembaban relatif yang tinggi juga merangsang mikro organisme pengganggu tanaman.
BAB 4
Bagian luar batang tumbuhan berbentuk persegi empat hingga bulat, berbatang lunak tetapi cukup
kuat, berbulu atau berambut halus, dan bercabang lebat. Batang tanaman pada saat muda berwarna hijau
dan mudah patah, tapi setelah tua menjadi keras, dan hampir berkayu.
Secara umum, batang pada tanaman tomat memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Batang merupakan organ lintasan air dan mineral dari akar ke daun dan lintasan zat makanan
hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.
1) Determinate : pertumbuhan batang yang diakhiri dengan rangkaian bunga atau buah, periode
panen buah relatif pendek, dan habitus tanaman relatif rendah.
2) Indeterminate : pertumbuhan batang yang tidak diakhiri dengan rangkaian bunga atau buah,
periode panen buah relatif panjang, dan habitus tanaman umumnya tinggi.
4.3 Daun
Secara morfologi, pada umumnya daun memiliki bagian-bagian helaian daun (lamina) dan
tangkai daun (petiolus). Pada tangkai daun terdapat bagian yang menempel pada batang yang disebut
tangkai daun.
Daun majemuk pada tanaman tomat tumbuh berselang-seling atau tersusun mengelilingi batang
tanaman. Daun berbentuk oval, berwarna hijau, bagian tepi daun bergerigi. Daun tomat terdiri atas
helaian daun dan tangkai daun.
Pada dasarnya, anatomi daun serupa anatomi batang. Bila kita mengamati daun di bawah
nikroskop, akkan tampak bagian-bagian dari atas ke bawah yaitu epidermis, jaringan tiang (jaringan
palisade), jaringan bunga karang (jaringan spons), dan berkas pembuluh angkut daun.
Daun merupakan organ tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat fotosintesis, transpirasi, dan
sebagai alat pernapasan. Hasil fotosintesis berupa gula (glukosa) dan oksigen. Glukosa hasil-hasil
fotosintesis akan diangkut oleh pembuluh tapis dan diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan. Oksigen
dikeluarkan melalui stomata daun dan sebagian digunakan untuk respirasi sel-sel di daun.
Daun juga berperan penting dalam transpirasi. Transpirasi adalah peristiwa penguapan pada
tumbuhan. Transpirasi dapat pula melalui batang, tetapi umumnya berlangsung melalui daun. Melalui
transpirasi, air dari tumbuhan dalam bentuk uap air akan dikeluarkan melalui stomata ke udara. Adanya
transpirasi menyebabkan aliran air dan mineral dari akar, batang, dan tangkai daun terjadi secara terus-
menerus.
4.4 Bunga
4.5 Buah/Biji
Tanaman tomat memiliki bentuk buah yang bervariasi sesuai dengan varietasnya. Ada buah yang
berbentuk bulat, lonjong, dan oval (bulat telur). Ukuran buahnya juga sangat bervariasi, yang paling kecil
memiliki beerat sekitar 9 gram/buah dan yang paling besar sekitar 180 gram/buah.
.
BAB 5
Pada fase pertumbuhan vegetatif ini tanaman tomat sangat rentan terhadap penyakit layu
Fusarium, dimana sebagian besar tanaman tomat muda yang terinfeksi F. oxysporum mengalami
kematian dan jika dapat bertahan hidup dan tumbuh besar, tanaman tomat menghasilkan buah
yang kualitas dan kuantitas yang rendah bahkan tidak berbuah sama sekali.
Di alam, akar tanaman tomat dapat berasosiasi dengan endomikoriza MVA (Mikoriza
Vesikular Arbuskular) Glomus intraradices yang dapat melindungi tanaman tomat dari serangan
jamur F. oxysporum, dengan melindungi akar tanaman tomat(Caron .M et al., 1986). Kompetisi
komponen karbon antara mikoriza dan patogen dapat menyebabkan tekanan bagi patogen pada
tanaman yang bermikoriza. Akar tanaman tomat yang berasosiasi dengan mikoriza
mengakumulasi senyawa fenolik dan respon pertahanannya meningkat. (Cordier et al., 1998
dalam Fritz, 2005).
Fase pembungaan adalah salah satu fase kritis dari proses pertumbuhan tanaman cabai,
tomat dan apel oleh karena produksi buah sangat ditentukan oleh keberhasilan pembentukan
bunga dan pembuahan. Keluarnya kuncup bunga menandai pergantian pertumbuhan vegetatif ke
pertumbuha generatif dimana tanaman mulai membtnuk keturunan. Kuncup bunga yang baru
tumbuh merupakan jaringan yang lunak sehingga mudah mengalami gangguan dari luar seperti
apabila terjadi serangan hama dan penyakit.
Hama yang menyerang bunga dapat menyebabkan kerusakan bagian-bagian bunga atau
bahkan dapat menyebabkan bunga rontok. Apabila bunga yang tidak sempurna tersebut menjadi
buah maka bentuk buah menjadi tidak normal dan kualitasnya menurun. Kerontokan bunga akan
menurunkan produksi tanaman secara total. Oleh karena itu masalah ini harus dapat dicegah atau
dihindari sedapat mungkin ditekan agar tidak menjalar dan menimbulkan kerugian yang lebih
besar.
BAB 6
1. Maascross
Batangnya tinngi dan sedang, berdaun lebar dan berwarna hijau tua. Buahnya
bulat sedang. Warna buah muda hijau merata, daging buah agak lunak dan tebal. Kalau
sudah tua buahnya berwarna merah. Varietas ini agak peka terhadap busuk daun dan agak
tahan terhadap penyakit layu.
Varietas ini sangat cocok ditanam di dataran tinggi, terutama pada musim
kemarau. Hasilnya tinngi, sekitar 47 ton per hektar.
Varietas Geraldton Smooth Skin agak peka terhadap busuk daun dan penyakit
layu. Karenanya tanaman ini sangat cocok ditanam di dataran tinggi dengan produktivitas
tinggi, tiap hektarnya dapat mencapai 41 ton.
3. Supermarket (Apel Belgia)
Batangnya tinggi dan kuat. Berdaun lebar, warnanya hijau tua. Buahnya bulat
besar. Daging buah lunak dan tebal. Warna buah muda agak kehijauan dan sedikit
berlekuk. Warna buah kalau sudah tua merah tua.
Tanaman ini agak peka terhadap busuk daun dan agak tahan terhadap penyakit
layu. Baik ditanam di dataran tinggi, ditanam pada musim kemarau. Produksinya dapat
mencapai 53 ton per hektarnya.
4. Money maker
Batangnya tinggi dan sedang. Berdaun tidak begitu lebar. Daunnya berwarna
hijau tua. Buahnya bulat sedang. Daging buah agak lunak dan tebal. Warna buah muda
hijau. Warna buah masak merah muda.
Tanaman ini agak tahan terhadap busuk daun dan penyakit layu. Baik ditanam di
dataran tinggi, ditanam pada musim kemarau. Hasil tiapp hektarnya tinggi, dapat
meb\ncapai 45 ton.
Varietas ini peka terhadap daun busuk, dan peka sekali terhadap penyakit layu
bakteri dan Fusarium. Tanaman ini baik ditanam di dataran tinggi. Hasilnya sedang, 24
ton per hektar.
6. VC – 11 - 1
Batangnya agak pendek, kecil, banyak cabang. Daunnya tidak begitu besar.
Warnanya hijau muda, buahnya bulat sampai sedang. Daging buah agak tebal dan keras.
Buah muda berwarna hijau muda, warna buah masak merah muda sampai merah tua.
Varietas ini tahan terhadap penyakit layu, tetapi peka terhadap busuk daun.
Tanaman ini baik ditanam di dataran rendah (heat tolerant) dan dapat ditanam di dataran
tinggi. Hasilnya sedang, 19 ton per hektarnya.
7. AV – 33
Varietas ini berbatang pendek, tidak begitu besar dan tidak banyak cabang.
Daunnya tidak begitu lebar, berwarna hijau muuda. Buahnya bulat, kecil sampai sedang,
daging buah tebal dan agak keras.
Baik sekali ditanam di dataran rendah (heat tolerant) dan dapat ditanam di
dataran tinggi. Varietas ini tahan terhadao penyakit layu, agak peka terhadap busuk daun.
Produksi per hektarnya 23 ton.
8. AV – 15
Batangnya pendek tidak begitu besar dan tidak banyak cabang. Daunnya tidak
begitu lebar, berwarna hijau. Buahnya bulat. Daging buah tebal dan agak keras. Buah
mudanya berwarna hijau, dan berwarna merah kalau sudah masak.
Varietas ini tahan terhadap penyakit layu dan peka terhadap busuk daun. AV – 15
jugga baik sekali ditanam di dataran rendah dan dapat ditanam di dataran tinggi. Hasilnya
per hektar adalah 23 ton.
9. Bonset
Batangnya tinggi dan ramping. Berdaun tidak begitu lebar dan berwarna hijau
muda. Buahnya bulat, sedang. Daging buah tebal dan padat. Warna buah muda putih,
sedang kalau sudah masak merah muda.
Varietas Bonset agak tahan terhadap busuk daun dan agak tahan terhadap
penyakit layu. Baik ditanam di daerahh pegunungan dan ditanam pada musim kemarau.
Hasilnya tinngi, sekitar 47 ton per hektar.
a. Lahan tanam terbaik adalah dataran tinggi 500 – 1.000 meter di atas permukaan
laut (dpl).
b. Sosok pohonnya mencapai 7 m.
c. Potensi produksi 10kg/pohon.
d. Bonot buah relatif besar sekitar 150 – 200 gr per buah.
e. Daging buahnya tebal dan kulit mengkilap.
f. Penampilan menarik dengan rasa masam, cocok sebagai tomat sayur.
g. Tahan terhadap serangan nematoda, dan layu bakteri.
12. Tornado 201
Tornado 201 adalah benih tomat unggul dengan tipe tumbuh intermediate.
Tanaman tomat yang dapat berproduksi maksimal bila ditanam di dataran tinggi (di atas
700 meter dpl). Perakarannya kuat dengan beberapa keunggulan lainnya sebagai berikut.
Tomat New Kingkong dari Taiwan ini mempunyai beberapa keunggulan penting
yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan, antara lain :
Tomat kada mirip tomat ‘Precious 375’. Tomat hibrida produksi “Known You
Seed: Taiwan yang populer dengan istilah ‘TW-375’. Kualitas buahnya pun tidak kalah
dengan tomat TW yang telah lama dikenal masyarakat kita.
Tomat kada termasuk tipe indeterminate dengan tinggi tanaman dapat mencapai
2,5 meter. Pertumbuhan batang tomat tipe ini biasanya tidak diakhiri dengan rangkai
bunga atau buah. Periode panen relatif panjang dan habitus tanamannya tinggi.
Tomat kada cocok ditanam didataran medium sampai dataran tinggi pada
ketinggian 500 – 1.500 meter dpl. Dalam budidayanya, tomat ini sangat responsif
(tanggap) terhadap teknologi penanaman yang lebih intensif. Misalnya dengan pemakaian
mulsa jerami, Mulsa Plastik Hitam Oerak (MKHP), turus tegak, pemupukam berimbang,
dan pola tanam yang serasi.
Berbagai keunggulan lainnya dari tomat kada ini yang layak menjadi
pertimbangan untuk mengembangkannya adalah :
Meskipun ukuran buahnya kecil, produksi tomat kuning ini relatif tinggi. Tomat
ini berbuah sangat lebat karena malai-malainya keluar hampir dari setiap ketiak daun.
Dalam satu malai terdapat 5 - 6 buah yang kedudukannya bergantian.
Buah muda warnanya hijau, berangsur menjadi kuning menjelang masak setelah
2 bulan. Pembuahannya yang serentak mengakibatkan pemanenan berlangsung singkat.
Hanya 2 atau 3 kali petik dengan selang waktu 2 hari sekali buah sudah habis. Tanaman
boleh dipelihara lebih lanjut, karena perbungaannya semi indeterminate, setengah mampu
menumbuhkan bunga lagi dari tunas susulan, sehingga bisa tumbuh lagi lebih lanjut.
Umurnya bisa lebih dari satu tahun dan batangnya akan semakin tinggi sejalan dengan
bertambahnya umur.
a. Tahan ketahanan cuaca panas dan memiliki adaptasi yang luas dengan faktor-faktor
lingkungan lainnya.
b. Memiliki ketahanan terhadap penyakit tepung dan layu bakteri.
c. Bentuk buahnya bulat dan tergolong berukuran kecil dengan berat sekitar 25 gr per
buah.
d. Buahnya berwarna merah, tidak mudah retak, dan memiliki kulit agak tebal.
e. Daging buahnya mengandung kadar gula sekitar 6%.
f. Produktivitas atau hasilnya sekitar 300 buah per tanaman.
g. Buah tahan terhadap pengangkutan jauh.
Tanaman tumbuh subur dan kokoh. Malahan, pekebun sayuran sejak 1987 itu memetik tomat lebih cepat:
pada umur 75 hari pascatanam. Padahal, varietas itu biasanya panen pada umur 90 hari. Volume panen
perdana hanya 80 kg, kemudian meningkat menjadi 400 kg pada panen kedua. Produksi puncak saat
panen ke-7: 3,2 ton. Sedangkan panen ke-16 dan 17 mencapai 2,1 ton; panen ke-21, 1,3 ton. Setelah itu
produksi melorot hanya 300 kg hingga panen berakhir.
BAB 7
• Nutrisi yang dipakai adalah AB mix yang terdiri dari larutan nutrisi Stok A dan Stok B.
• Nutrisi dilarutkan di dalam container A dan container B.
• Larutan stok A mengandung: KNO3, Ca(NO3)2, NH4NO3, FeEDTA, sedangkan Larutan stok B
mengandung: KNO3, K2SO4, KH2PO4, MgSO4, MnSO4, CuSO4, ZnEDTA, H3BO3 dan NH4-
MoO4.
• Usahakan seluruh nutrisi teraduk secara merata pada masing-masing container.
• Keperluan nutrisi Tomat disajikan pada Tabel.
BAB 9
HAMA PENYAKIT TANAMAN
9.1 Hama
1. Ulat buah tomat (Heliothis armigera Hubner)
Ciri: panjang ulat ± 4 cm dan akan makin panjang pada temperatur rendah. Warna ulat bervariasi
dari hijau, hijau kekuning-kuningan, hijau kecoklat-coklatan, kecoklat-coklatan sampai hitam. Pada
badan ulat bagian samping ada garis bergelombang memanjang, berwarna lebih muda. Pada
tubuhnya kelihatan banyak kutil dan berbulu. Telur berbentuk bulat berwarna kekuning-kuningan
mengkilap dan sesudah 2-4 hari berubah warna menjadi coklat. Panjang sayap ngengat bila
dibentangkan ± 4 cm dan panjang badan antara 1,5-2,0 cm. Sayap bagian muka berwarna coklat dan
sayap belakang berwarna putih dengan tepi coklat.
Gejala: ulat ini menyerang daun, bunga dan buah tomat. Ulat ini sering membuat lobang pada
buah tomat secara berpindah-pindah. Buah yang dilubangi pada umumnya terkena infeksi sehingga
buah menjadi busuk lunak.
Pengendalian: (1) ngengat tertarik pada cahaya ultraviolet sehingga dengan sinar tersebut
diadakan perangkap; (2) telur dan ulat adapat dikumpulkan dan dibakar atau dimatikan; (3) ditepi
kebun ditanam jagung untuk mengurangi serangan pada tanaman tomat; (4) tanaman liar disekitar
areal pertanaman tomat dibersihkan; (5) disemprot dengan insektisida misalnya Diazinon dan
Cymbush.
2. Kutu daun apish hijau
Kutu ini termasuk famili Aphididae dari ordo Hemiptera yang sering disebut aphis tomat, aphis
tembakau atau aphis kentang. Kutu hijau ini menjadi vektor (penyalur) virus sehingga tomat dapat
terserang penyakit virus.
Ciri: kutu ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. Panjang kutu yang bersayap antara 2-
2,5 mm, kepala dan dadanya berwarna coklat sampai hitam dan perutnya hijau kekuning-kuningan.
Ukuran antena sepanjang badannya. Panjang kutu yang tidak bersayap antara 1,8-2,3 mm berwarna
hijau kekuning-kuningan.
Gejala: daun tomat yang diserang bentuknya jelek, keriting, kerdil, melengkung ke bawah,
menyempit seperti pita, klorosis, mosaik dan daun menjadi rapuh.
Pengendalian: (1) penggunaan mulsa kertas dapat mengusir kutu karena memantulkan sinar
matahari; (2) tanaman liar maupun gulma di sekitar areal tanaman tomat harus dibersihakn krena
dapat menjadi tempat berlindung kutu; (3) pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan cara
dipijit sehingga kutu aphis tersebut mati; (4) pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan
penyemprotan insektisida.
3. Lalat putih (kutu kabut, kutu kepul)
Kutu ini termasuk famili Aleyrodidae dari ordo Hemiptera. Kutu ini bila terganggu akan
berhamburan seperti kabut atau kepul putih.
Ciri: Panjang kutu putih dewasa hanya ± 1 mm berwarna putih kekuning-kuningan, tertutup
tepung seperti lilin putih, memiliki 2 pasang sayap berwarna putih dengan bentangan ± 2 mm, dan
bermata merah. Lalat putih betina berukuran lebih besar daripada lalat jantan. Telur berbentuk elips
sepanjang antara 0,2-0,3 mm. Panjang pulpa ± 0,7 mm, berbentuk oval serta datar dan badannya
seperti sisik pada daun.
Gejala: tanaman tomat yang terserang seperti diselimuti tepung putih yang bila dipegang akan
berterbangan. Serangan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat/kerdil, daun mengecil, dan
menggulung ke atas.
Pengendalian: (1) digunakan musuh alami hama, misalnya beberapa jenis tabuhan yang
merupakan parasit lalat putih dan beberapa jenis lembing guna memakan telur lalat putih; (2) gulma
di sekitar tanaman tomat harus dibersihkan supaya tidak menjadi inang lalat putih; (3) tanaman tomat
terserang virus harus segera dicabut dan dibakar; (4) pertanaman tomat dapat diberi mulsa jerami
atau mulsa plastik kuning; (5) disemprot dengan Diazinon, Malathion, Azinpos-methyl dan lain-lain.
4. Kutu daun thrips
Kutu daun thrips termasuk famili Thripidae dari ordo Thysanoptera.
Ciri: panjang thrips antara 1-1,2 mm, berwarna hitam, bergaris merah atau tidak bercak merah.
Nimfa (thrips muda) berwarna putih atau putih kekuningan, tidak bersayap dan kadang-kadang
berbercak merah. Thrips dewasa bersayap dan berambut berumbai-rumbai. Telur thrips berbentuk
seperti ginjal atau oval.
Gejala: Thrips mengisap cairan pada permukaan daun dimana daun yang telah diisap menjadi
berwarna putih seperti perak karena udara masuk ke dalamnya. Bila terjadi serangan hebat, daun
menjadi kering dan mati. Tanaman muda yang terserang akan layu dan mati.
Pengendalian: (1) tanaman yang kekurangan air lebih banyak diserang thrips. Untuk itu, tanaman
tomat harus disiram dengan air yang cukup; (2) gulma di areal tanaman tomat harus dibersihkan agar
tidak menjadi tempat berlindung thrips; (3) disemprot dengan insektisida, misalnya Diazinon,
Malathion dan Monocrotophos.
5. Lalat buah
Lalat ini termasuk famili Trypetidae (Tephritidae) dari ordo Diptera.
Ciri: mempunyai sayap transparan sepanjang 5-7 mm, panjang badan 6-8 mm. Perut berwarna
coklat muda dengan garis melintang berwarna coklat tua, dada berwarna coklat tua dengan bercak
kuning atau putih. Belatung muda berwarna putih, tetapi bila dewasa berwarna kekuning-kuningan.
Panjang belatung ± 1 cm. Belatung ini terletak di dalam daging buah. Telur lalat berukuran kecil-
kecil, panjangnya ± 1,2 mm, kedua ujungnya runcing, dan berwarna putih.
Gejala: buah tomat menjadi busuk karena terserang cendawan atau bakteri. Bila buah dibuka
akan kelihatan ada berenga berwarna putih. Berenga dewasa berwarna kekuning-kuningan dan bila
disentuh akan melenting sejauh ± 30 cm untuk menyelamatkan diri.
Pengendalian: (1) pada waktu mencangkul, tanah harus dibalik dan dibiarkan beberapa hari
sampai beberapa minggu agar terkena sinar matahari sehingga pupa lalat mati; (2) ditangkap dengan
menggunakan umpan yang dapat memikat lalat jantan; (3) buah yang terserang segera dipetik dan
dibakar; (4) gulma di daerah pertanaman tomat harus selalu dibersihkan.
6. Tungau bercak dua
Tungau ini termasuk famili Tetranychidae dari ordo Acarina, disebut tungau bercak dua karena pada
punggungnya terdapat bercak yang letaknya sedikit ke samping dan berwarna hitam. Tungau ini
memakan berbagai macam tanaman (kosmopolitan dan polyphag). Tungau ini terdapat dibalik
permukaan daun dengan sarang labah-labahnya. Tungau ini dapat menularkan virus. Serangannya
dapat terjadi pada musim kemarau.
Ciri: bentuk luar tungau berbentuk lonjong, berkaki delapan, panjang antara 0,3-0,4 mm dan
berwarna kuning pucat dengan bercak hitam pada kedua sisi samping punggung. Mulutnya dapat
untuk menusuk dan mengisap cairan tanaman. Telurnya berukuran kecil-kecil bergaris tengah ± 0,15
mm.
Gejala: daun dan tunas menguning, selanjutnya menjadi coklat dan kering.
Pengendalian: (1) bila banyak hujan populasinya akan berkurang; (2) gulma di areal pertanaman
tomat harus selalu dibersihkan; (3) menanam varietas tomat yang tahan tungau; (4) disemprot dengan
Akarisida misalnya, Omite, Kelthane, Bubur Kalifornia atau dihembus dengan tepung belerang.
7. Tungau merah
Tungau ini termasuk famili Tetranychidae dari ordo Acarina., disebut tungau merah/hama merah
karena daun tanaman yang diserangnya menjadi berwarna merah karat.
Ciri: tungau berkaki 8 dan besarnya 0,3-0,5 mm. Tungau betina berwarna merah tua atau merah
kecoklat-coklatan dengan beberapa bercak hitam. Kaki dan mulutnya kelihatan putih transparan.
Kepala menjadi satu dengan dada. Mulutnya dapat untuk menusuk dan mengisap cairan dari sel
tanaman. Selain itu mulut dapat juga menggigit dan menggergaji. Telurnya berukuran kecil, dengan
diameter 0,15 mm, dan berwarna kuning pucat atau sedikit kemerahan.
Gejala: daun menjadi bercak-bercak merah karat. Serangan sering terjadi pada musim kemarau.
Serangan yang hebat menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Dibalik daun tomat akan kelihatan
anyaman benang halus yang merupakan sarang tungau. Selanjutnya, daun menjadi kering karena
daun diisap cairannya.
Pengendalian: (1) gulma di areal pertanaman tomat harus dibersihakan agar tidak menjadi
tempat berlindung tungau; (2) menanam varietas tomat yang tahan tungau merah; (3) alami, tungau
akan dimangsa oleh predatornya, yaitu thrips predator dan kumbang macan; (4) populasi tungau akan
berkurang bila banyak turun hujan; (5) disemprot dengan akarisida, misalnya Omite, Kelthan, atau
dihembus dengan tepung belerang.
8. Nematoda bengkak akar
Ciri: bentuk nematoda bisul akar seperti cacing kecil sepanjang antara 200-1000 m. Untuk
mengamati hama ini harus digunakan mikroskop. Pada mulutnya terdapat stylet yang berbentuk
seperti jarum runcing, untuk menusuk dan menarik kembali cairan dalam mulut. Ukuran badan
nematoda betina sedikit lebih gemuk.
Gejala: akar tanaman membengkak memanjang atau bulat, akibatnya tanaman (akar) akan
mengalami kesulitan mengambil air dari tanah sehingga terjadi klorosis, yakni warna daun tidak
normal, pertumbuhan terhambat, layu, buah kecil serta sedikit dan cepat menjadi tua. Serangan
nematoda ini dapat mengurangi produksi sampai 50% atau lebih.
Pengendalian: (1) dilakukan rotasi tanaman dengan Tagetes patula atau Tagetes ercta yang
menghasilkan tiophen guna mematikan nematoda; (2) tanah dicangkul dan dibiarkan beberapa waktu
agar terkena sinar matahari; (3) tanah digenangi air yang cukup lama supaya nematoda mati; (4)
menggunakan bahan kimia Nematisida, misalnya Furadan, Curater, Petrofur, Indofuran, dan Temik;
(5) menanam varietas tomat yang resisten; (6) tanaman yang terserang harus segera dicabut dan
dibakar; (7) gulma di areal tamanan tomat dibersihkan; (8) diberi pupuk organik (pupuk kandang
atau kompos).
Pemetikan buah tomat dapat dilakukan pada tanaman yang telah berumur 60-100 hari setelah
tanam, tergantung pada varietasnya. Varietas tomat yang tergolong indeterminatre memiliki umur panen
lebih panjang, yaitu berkisar antara 70-100 hari setelah tanam baru bisa dipetik buahnya. Penentuan
waktu panen hanya berdasarkan umur panen tanaman sering kali kurang tepat karena banyak faktor
lingkungan yang mempengaruhinya seperti: keadaan iklim setempat dan tanah. Kriteria masak petik yang
optimal dapat dilihat dari warna kulit buah, ukuran buah, keadaan daun tanaman dan batang tanaman,
yakni sebagai berikut :
a) kulit buah berubah, dari warna hijau menjadi kekuning-kekuningan.
b) bagian tepi daun tua telah mengering.
c) batang tanaman menguning/mengering.
• Waktu Pemetikan
Waktu pemetikan (pagi, siang, sore) juga berpengaruh pada kualitas yang dipanen. Saat
pemetikan buah tomat yang baik adalah pada pagi atau sore hari dan keadaan cuaca cerah.
Pemetikan yang dilakukan pada siang hari dari segi teknis kurang menguntungkan karena pada
siang hari proses fotosintesis masih berlangsung sehingga mengurangi zat-zat gizi yang
terkandung. Disamping itu, keadaan cuaca yang panas di siang hari dapat meningkatkan
temperatur dalam buah tomat sehingga dapat mempercepat proses transpirasi (penguapan air)
dalam buah. Keadaan ini dapat dapat menyebabkan daya simpan buah tomat menjadi lebih
pendek.
• Cara Panen
Cara memetik buah tomat cukup dilakukan dengan memuntir buah secara hati-hati hingga tangkai
buah terputus. Pemutiran buah harus dilakukan satu per satu dan dipilih buah yang sudah matang.
Selanjutnya, buah tomat yang sudah terpetik dapat langsung dimasukkan ke dalam keranjang
untuk dikumpulkan di tempat penampungan. Tempat penampungan hasil panen tomat hendaknya
dipersiapkan di tempat yang teduh atau dapat dibuatkan tenda di dalam kebun.
• Periode Panen
Pemetikan buah tomat tidak dapat dilakukan sampai 10 kali pemetikan karena masaknya buah
tomat tidak bersamaan waktunya. Pemetikan buah tomat dapat dilakukan setiap selang 2-3 hari
sekali sampai seluruh tomat habis terpetik.
BAB 11
PASCAPANEN PADA TOMAT HIDROPONIK
11.1. Pengumpulan
Buah tomat yang sudah dipetik dan terkumpul harus segera dibersihkan dari segala kotoran yang
menempel dari permukaan kulitnya, baik berupa debu, percikan tanah, maupun sisa-sisa pestisida dan
pupuk daun yang disemprotkan pada saat pemeliharaan tanaman. Buah tomat dapat dicuci dengan zat
kimia pembersih kotoran dan residu pestisida, yaitu zat neutral cleaner brogdex dan britex wax. Dengan
pencucian buah menjadi bersih dari segala kotoran dan terlindung dari kuman-kuman penyakit, serta
dapat menurunkan temperatur dalam buah sehingga proses respirasi dalam buah dapat terhambat.
11.2. Penyortiran dan Penggolongan
Setelah buah tomat dibersihkan dari kotoran, maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah
penyortiran dan penggolongan. Penyortiran dilakukan dengan cara memisah-misahkan buah tomat yang
berukuran besar dan sehat dari buah-buah tomat yang berukuran kecil dan sehat, buah-buah tomat yang
berukuran besar atau kecil tetapi terdapt cacat atau tidak sehat.
11.3. Penyimpanan
Teknik penyimpanan untuk mempertahankan kesegaran buah tomat dalam waktu yang lama pada
prinsipnya adalah menekan sekecil mungkin terjadinya respirasi (pernafasan) dan transpirasi (penguapan)
sehingga menghambat terjadi enzymatis/biokimia yang terjadi dalam buah. Dengan demikian,
kematangan buah dapat tertunda sampai beberapa hari.
Cara atau teknik penyimpanan buah tomat yaitu :
a) Penyimpanan dalam ruangan bertemperatur rendah (48-50 derajat F) dengan mengatur suhu ruangan
(85-90%).
b) Penyimpanan dalam ruangan berventilasi tanpa pengatur suhu.
c) Penyimpanan dalam ruangan vakum (tanpa udara).
d) Penyimpanan dengan meredam kedalam air yang mengalir atau tidak mengalir.
e) Penyimpanan dengan timbunan es.
11.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan dan pengangkutan merupakan dua kegiatan yang berkaitan erat dalam usaha
melindungi buah tomat dari kerusakan mekanis (gesekan atau benturan selama pengangkutan). Oleh
karena itu, proses pengemasan dan pengangkutan harus dilakukan dengan baik dan hati-hati agar buah
tomat yang telah dipertahankan mutunya pada tahapan pembersihan, penyortiran dan penggolongan, dan
penyim-panan, masih tetap dapat dipertahankan pada tahapan pengemasan dan pengangkutan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengemasan adalah:
b) Alat pengemas sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat tetapi ringan.
c) Pengemasan buah tomat tidak boleh melebihi daya tampung alat kemas.
d) Hindarkan paku yang menonjol keluar atau papan yang tidak rata didalam alat pengemas.
e) Berilah pelindung pada dasar dan tepi alat pengemas dengan bahan pelindung dari bahan jerami yang
kering atau guntingan-guntingan kertas.
g) Susunlah buah tomat serapi mungkin didalam alat pengemas sesuai dengan daya tampungnya.
12.1 Ekonomi
a. Perkembangan Produksi
Tanaman sayuran adalah tanaman sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi
dari bagian tanaman yang berupa daun, bunga, buah atau umbinya. Pada umumnya berumur kurang dari
satu tahun.
Salah satu komoditi hortikultura yang masih tetap dikonsumsi oleh masyarakat dan diharapkan
dapat menjadi andalan sebagai bahan baku industri serta untuk tujuan ekspor adalah tomat. Sampai tahun
1993 konsumsi tomat di Indonesia menurut hasil SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional) adalah
sebesar 0,0242 Kg/kapita/minggu dalam bentuk konsumsi sebagai sayuran dan 0,004 Kg/kap/minggu
dalam bentuk konsumsi sebagai buah. Sedangkan untuk ekspor tomat sampai tahun 1995 volumenya
adalah 2465 Ton.
b. Preferensi Konsumen
Yang dimaksud dengan konsumsi adalah konsumsi rumah tangga yang datanya diambil dari
Susenas (BPS), sedang rumah tangga khusus seperti asrama-asrama, yayasan-yayasan, panti-panti,
lembaga permasyarakatan dan lain-lain tidak terhitung.
Konsumsi Tomat dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Peningkatan ini terjadi baik pada
konsumsi nasional rumah tangga maupun konsumsi perkapita. Hal ini dimungkinkan karena makin
tingginya kesadaran masyarakat akan nilai gizi terhadap makanan yang dikonsumsi, dan untuk komoditi
tomat ini dapat dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk buah segar atau jus dan sebagai pelengkap
dalam sayuran seperti sup tomat.
Pertumbuhan rata-rata konsumsi nasional pertahun selama periode tahun 1992-1995 meningkat
dengan peningkatan rata-rata adalah 3,63 persen dan prakiraan tahun 1995-1997 juga meningkat dengan
rata-rata peningkatan pertahun sebesar 2,21 persen, sedang pertumbuhan rata-rata pertahun konsumsi
perkapita selama periode tahun 1992-1995 meningkat sebesar 2,36 persen dan prakiraan konsumsi
perkapita tomat pada tahun 1995-1997 meningkat sebesar 0,45 persen pertahunnya.
c. Prospek Tomat
Tomat termasuk komoditi yang cukup strategis, karena hampir semua masyarakat Indonesia
mengkonsumsinya. Disamping dikonsumsi sebagai buah dan sayur, tomat banyak digunakan sebagai
bahan baku industri untuk pembuatan saus dan sambal tomat.
Prospek tomat ini cukup baik karena disamping dikonsumsi sebagai bahan makanan, juga
banyak digunakan sebagai bahan baku industri, seperti saus dan sambal botol, karena itu perlu adanya
peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan dalam negeri dan untuk memenuhi permintaan luar
negeri sebagai ekspor.
Harga tomat di pasaran cukup cerah, karena selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke
tahun, dengan harga yang semakin meningkat tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan produksi tomat. Hal ini merupakan peluang bagi petani untuk memenuhi permintaan
tersebut dan untuk memenuhi ekspor yang terus meningkat. Peluang untuk meningkatkan produksi dan
kualitas tomat dapat dilakukan dengan kerjasama antar kontak-kontak tani dengan lembaga-lembaga
penelitian.
Kondisi pasar global yang terbuka dan berkembangnya blok - blok perdagangan dunia,
menyebabkan persaingan perdagangan komoditas pertanian termasuk tomat semakin tinggi. Peluang
Indonesia dalam era perdagangan dunia yang semakin bebas, memungkinkan pasar domestik akan
menjadi lebih terbuka bagi produk hortikultura (diantaranya tomat) ke luar negeri. Sebaliknya produk
hortikultura khususnya tomat Indonesia mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk berperan di
pasaran dunia. Kondisi ini dapat dilihat sebagai tantangan dan juga sekaligus sebagai peluang Indonesia.
Terbukanya pasar internasional bagi tomat Indonesia, semakin dikuasainya teknologi budidaya, serta
dukungan potensi alam yang sangat baik, pada kenyataannya masih belum dapat dimanfaatkan secara
optimal oleh Indonesia untuk dapat lebih berperan dalam pasar tomat segar dunia.
a. Ekspor - Impor Tanaman Tomat
Sektor pertanian telah ikut mendukung kehidupan ekonomi bangsa Indonesia melalui sub sektor
tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Sebagai penggerak
perekonomian, sektor pertanian perlu didukung pengembangannya agar sektor yang berbasis pada sumber
daya lokal terutama yang berorientasi ekspor memiliki peluang berkembang lebih besar. Indonesia
sebagai salah satu negara yang beriklim tropis mempunyai potensi dan kesempatan yang cukup besar
untuk memanfaatkan peluang usaha di bidang hortikultura, mengingat masih tersedia lahan yang luas dan
masih minimnya sentuhan teknologi. Pada sektor pertanian, hortikultura menempati posisi yang penting
sebagai produk yang berpotensi untuk dikembangkan karena bernilai komersial tinggi dan mempunyai
peran strategis dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Keragaman produk hortikultura di Indonesia juga
mulai meningkat. Banyak jenis dan varietas baru ditanam untuk memenuhi permintaan pasar akan
berbagai macam jenis produk hortikultura.
Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif, baik untuk mengisi
kebutuhan pasar domestik maupun internasional mengingat potensi permintaan pasarnya baik di dalam
maupun di luar negeri besar dan nilai ekonominya yang tinggi. Dengan kemajuan perekonomian,
pendidikan, peningkatan pemenuhan untuk kesehatan dan lingkungan menyebabkan permintaan produk
hortikultura semakin meningkat. Disamping itu kecocokan karakteristik lahan dan agroklimat serta
sebaran wilayah yang luas memungkinkan wilayah Indonesia digunakan untuk pengembangan
hortikultura. Salah satu produknya adalah tomat.
Perkembangan ekspor tomat tahun 2000 - 2004 menunjukkan nilai ekspor tomat segar Indonesia
mengalami peningkatan walaupun volumenya menurun. Hal ini dapat terlihat pada tahun 2002, nilai
ekspornya mencapai US$ 302.098 dengan volume 1.063.913 kg sedangkan pada tahun 2004 mencapai
US$ 317.687 dengan volume 715.571 kg. Dengan melihat kondisi saat ini, Indonesia berpeluang untuk
mengekspor tomat segar karena harga tomat segar di luar negeri yang lebih tinggi daripada harga di
dalam negeri dan juga meningkatnya permintaan akan tomat segar Indonesia dari luar negeri karena harga
tomat segar Indonesia di negara tujuan ekspor dapat bersaing dengan tomat negara lainnya.
Pada tahun 1974, FAO melaporkan bahwa tanaman tomat berkembang pesat di beberapa negara
yang sedang berkembang, seperti Bangladesh, Kuba, Ghana, India, Nigeria, Filipina, Srilanka, Thailand,
dan Malaysia walaupun memang rata-rata produksinya bervariasi dan masih rendah. Pada periode tanhun
1973 – 1977, pusat penyebaran tanaman di negara subtropis, antara lain Lybia, Amerika Serikat, Italia,
dan Cina. Pada periode yang sama, pusat penyebaran tanaman di negara tropis, antara lain Brazilia, Saudi
Arabia, Sudan, Taiwan, dan Indonesia.
d. Suplai-Demand Tomat
Suplai tomat dari tahun ke tahun berfluktuasi tetapi cenderung meningkat, rata-rata peningkatan
pada periode tahun 1992-1995 adalah 7,18 persen. Dan proyeksi suplai tomat pada tahun 1995-1997
meningkat sebesar 4,46 persen.
Yang dimaksud demand tomat disini adalah konsumsi nasional tomat ditambah dengan volume
ekspor dan tercecer (10,02 persen). Pertumbuhan demand tomat pada periode tahun 1992-1995 rata-rata
4,26 persen per tahun, sedangkan proyeksi pertumbuhan demand tomat tahun 1995-1997 rata-rata 2,73
persen pertahun.
Selisih antara suplai dan demand tomat cukup besar. Selisih ini merupakan stok yang ada di masyarakat,
dan kemungkinan juga merupakan tomat yang digunakan sebagai bahan baku pabrik saus tomat dan
sambal botol yang jumlahnya cukup besar tetapi tidak tercover datanya.
BAB 13
KESIMPULAN
Buah tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi
dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasilnya dan kualitas
buahnya. Kebanyakan varietas tomat hanya cocok ditanam di dataran tinggi, tetapi oleh Badan Penelitian
dan Pengambangan Pertanian telah dilepas varietas tomat untuk dataran rendah, yaitu Ratna, Berlian,
Mutiara serta beberapa varietas lainnya (Purwati dan Asga, 1990). Namun seringkali terjadi penanaman
tomat tanpa memperhatikan kualitasnya, sehingga hasil dan kualitas buahnya sangat rendah. Kemampuan
tomat untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung pada interaksi antara pertumbuhan tanaman dan
kondisi lingkungannya.
Hidroponik merupakan salah satu alternatif cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah
sebagai media tanamnya. Hidroponik berasal dari kata Hydro (air) dan Ponics (pengerjaaan), sehingga
hidroponik bisa diartikan bercocok tanam dengan media tanam air. Pada awalnya orang mulai
menggunakan air sebagai media tanam mencontoh tanaman air seperti kangkung, sehingga kita mengenal
tanaman hias yang ditanam dalam vas bunga atau botol berisi air. Pada perkembangan selanjutnya orang
mulai mencoba media tanam yang lain, kemudian membandingkan keuntungan dan kerugiannya,
sehingga selain media tanam air (kultur air) dipakai juga media pasir (kultur pasir) dan bahan porus
(kultur agregat) seperti kerikil, pecahan genteng, pecahan batu bata, serbuk kayu, arang sekam dan lain-
lain.
Tomat Kaya Vitamin C dan A, baik dalam bentuk segar maupun olahan, memiliki komposisi zat
gizi yang cukup lengkap dan baik. Buah tomat terdiri dari 5-10% berat kering tanpa air dan 1% kulit dan
biji. Jika buah tomat dikeringkan, sekitar 50% dari berat keringnya terdiri dari gula-gula pereduksi
(terutama glukosa dan fruktosa), sisanya asam-asam organik, mineral, pigmen, vitamin dan lipid.
Bentuk buah tomat bermacam-macam. Ada yang bulat, bulat pipih dan ada pula yang berbentuk
bola lampu. Buahnya tersusun dalam tandan-tandan. Keseluruhan buahnya berdaging dan banyak
mengandung air. Berdasarkan bentuk buahnya, tanaman tomat komersial dapat dibedakan beberapa tipe :
Tomat Biasa (Lycopersicum commune), Tomat Apel (Lycopersicum pyriforme), Tomat Kentang
(Lycopersicum grandifolium), dan Tomat Keriting (Lycopersicum validum).
Tomat dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan nutrisi. Salah satunya
adalah tindakan pemupukan secara berkala. Sehingga nutrisi yang diperoleh sedikit demi sedikit sesuai
dengan kondisi di alam. Unsur makro yaitu unsur yang diperlukan dalam jumlah besar yang meliputi: C,
H, O, N, S, P, K, Ca, Mg. Untuk unsur mikro yaitu unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit,
antara lain: Cu, Zn, Mo, Mn, V, Sc, B, Si, dst. Unsur makro dan unsur mikro dapat diambil dari udara
atau dari tanah, berupa gas atau air dan garam-garam yang terlarut di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adiyoga, W. 1996. Marjin tataniaga dan bagian petani untuk kentang, kubis dan tomat di Jawa
Barat dan Sumatera Utara. Jurnal Hortikultura 7(3): 840-851