Professional Documents
Culture Documents
Suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan sama dengan tekanan luarnya (tekanan pada permukaan
cairan) disebut dengan titik didih. Jika tekanan uap sama dengan tekanan luar, maka gelembung
uap yang terbentuk dalam cairan dapat mendorong diri ke permukaan menuju fase gas. Di
permukaan air laut dengan tekanan 760 mmHg, air mendidih pada suhu 100°C. Bagaimana jika air
dididihkan di tempat paling tinggi seperti di puncak Everest? Apakah titik didihnya sama dengan air
yang dididihkan di daerah permukaan air laut? Tentunya tidak sama, di puncak Everest yang
merupakan tempat tertinggi di dunia, air mendidih pada suhu 71°C. Titik didih yang diukur pada
tekanan 760 mmHg disebut titik didih normal (titik didih pada 760 mmHg). Titik didih normal air
adalah 100°C.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa zat cair akan mendidih jika tekanan uap jenuh zat cair tersebut
sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Jika air murni dipanaskan pada tekanan 1 atm (760 mmHg),
maka air akan mendidih pada suhu 100°C. Jika pada suhu yang sama dilarutkan gula, maka tekanan uap
air akan turun. Jika semakin banyak gula yang dilarutkan, maka makin banyak penurunan tekanan uapnya.
Hal ini mengakibatkan larutan gula belum mendidih pada suhu 100°C. Agar larutan gula cepat mendidih,
diperlukan suhu yang cukup tinggi, sehingga tekanan uap jenuhnya sama dengan tekanan uap di
sekitarnya. Selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni disebut kenaikan titik didih
(ΔTb).
Kenaikan titik didih hanya tergantung pada jenis pelarut dan molaritas larutan, tidak tergantung pada jenis
zat terlarut. Untuk larutan encer, hubungan antara kenaikan titik didih dengan molaritas larutan dinyatakan
sebagai berikut :
ΔTb = m x Kb
Dengan
CONTOH :
1. Tentukan kenaikan titik didih larutan gula 0,2 molal. jika Kb air = 0,52 °C molal -1.
Jawab
ΔTb = m x Kb
= 0,104°C
Jadi, titik didih larutan gula tersebut adalah 0,104°C.
2. Berapa titik didih dari 3,6 glukosa dalam 250 gram benzena, jika titik didih benzena 80,1 oC dan Kb =
2,52 °C molal-1?
Jawab
ΔTb = m x Kb
ΔTb = m x Kb
= 0,2016°C
= 80,1°C + 0,2016°C
= 80,3016°C
http://smamuhwsb.freeoda.com/kenaikan_titik_didih_dan_penurunan_titik_beku.html
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat
terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat
terlarut).
Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut (Gambar 6.2), maka akan didapat
suatu larutan yang mengalami:
4. Tekanan osmosis
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu
sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit
terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion.
Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit
dan sifat koligatif larutan elektrolit.
Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan
uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan
penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau
fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapan berkurang.
Gambaran penurunan tekanan uap
Menurut Roult :
p = po . XB
keterangan:
P = Po (1 – XA)
P = Po – Po . XA
Po – P = Po . XA
Sehingga :
ΔP = po . XA
keterangan:
Hitunglah penurunan tekanan uap jenuh air, bila 45 gram glukosa (Mr = 180) dilarutkan
dalam 90 gram air ! Diketahui tekanan uap jenuh air murni pada 20oC adalah 18 mmHg.
Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik
didih pelarut murni. Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan:
ΔTb = m . Kb
keterangan:
(W menyatakan massa zat terlarut), maka kenaikan titik didih larutan dapat dinayatakan
sebagai:
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai :
Tb = (100 + ΔTb) oC
.
Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion adalah derajat
ionisasi. Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai :
Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan untuk
elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0 < α < 1). Atas dasar kemampuan ini,
maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam perumusan sifat koligatifnya.
Hasil eksperimen Roult menunjukan bahwa Kenaikan titik didih larutan akan semakin besar
apabila konsentrasi (molal) dari zat terlarut semakin besar. Titik didih larutan akan lebih
tinggi dari titik didih pelarut murni. Hal ini juga diikuti dengan penurunan titik beku pelarut
murni, atau titik beku larutan lebih kecil dibandingkan titik beku pelarutnya. Hasil
eksperimen ini disederhanakan dalam Gambar 11.4.
Gambar 11.4. Diagram tekanan dan suhu untuk titik didih dan titik beku dari pelarut dan
larutan
Tb = kb . m
Perubahan titik didih atau ΔTb merupakan selisih dari titik didih larutan dengan titik didih
pelarutnya, seperti persamaan : ΔTb = Tb – Tbº
Hal yang berpengaruh pada kenaikan titik didih adalah harga kb dari zat pelarut. Kenaikan
tidak dipengaruhi oleh jenis zat yang terlarut, tapi oleh jumlah partikel/mol terlarut
khususnya yang terkait dengan proses ionisasinya.
Untuk zat terlarut yang bersifat elektrolit persamaan untuk kenaikan titik didik harus
dikalikan dengan faktor ionisasi larutan, sehingga persamaannya menjadi :
dimana
Agar mudah dimengerti kita ambil perhitungan kenaikan titik didih untuk zat non-elektrolit
dan non elektrolit sebagai perbandingannya.
Sebuah larutan gula C6H12O6 dengan konsentrasi sebesar 0.1 molal, jika pelarutnya air
dengan harga kb = 0.52 °C/molal. Tentukan titik didih larutan tersebut.
C6H12O6 → C6H12O6
0.1 molal → 0.1 mola
ΔTb = kb . m
ΔTb = 0.52 . 0.1
ΔTb = 0.052oC
Diketahui titik didih air adalah 100°C, maka titik didih larutan adalah
ΔTb = Tb – Tb0
Tb = 100 + 0.052
Tb = 100.052
Sekarang coba kita bandingkan dengan zat yang dapat terionisasi : Sebuah larutan 0.1 molal
H2SO4, zat tersebut merupakan asam kuat dengan derajat ionisasi D = 1. jika pelarutnya air,
dan harga kb air= 0.52 °C/molal.
Tentukan titik didih larutan tersebut. Penyelesaian soal ini ditampilkan pada Bagan 11.5. di
sebelah
Cairan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan udara luar. Titik
didih cairan pada tekanan udara 760 mmHg disebut titik didih standar atau titik didih normal. Jadi
yang dimaksud dengan titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama
dengan tekanan udara luar (tekanan pada permukaan cairan).
Telah dijelaskan di depan bahwa tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarutnya.
Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut sehingga
kecepatan penguapan berkurang. Hubungan antara tekanan uap jenuh dan suhu air dalam
larutan berair ditunjukkan pada Gambar 1.4 berikut.
Garis mendidih air digambarkan oleh garis CD, sedangkan garis mendidih larutan digambarkan
oleh garis BG. Titik didih larutan dinyatakan dengan Tb1, dan titik didih pelarut dinyatakan
dengan Tb0. Larutan mendidih pada tekanan 1 atm. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa titik
didih larutan (titik G) lebih tinggi daripada titik didih air (titik D).
http://hersipa.wordpress.com/sifat-koligatif-larutanpenurunan-titik-beku-2/
Hukum Raoult
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Hukum Raoult adalah hukum yang dicetuskan oleh Francois M Raoult (1830-1901) untuk
mempelajari sifat-sifat tekanan uap larutan yang mengandung zat pelarut yang bersifat
nonvolatil, serta membahas mengenai aktivitas air.[1]
Daftar isi
[sembunyikan]
o 2.1 Referensi
Untuk larutan yang mengikuti hukum Raoult, interaksi antara molekul individual kedua
komponen sama dengan interaksi antara molekul dalam tiap komponen.[2] Larutan semacam
ini disebut larutan ideal[2] Tekanan total campuran gas adalah jumlah tekanan parsial masing-
masing komponen sesuai dengan hukum Raoult.[3]
Campuran ideal adalah sebuah campuran yang menaati hukum Raoult[2]. Sebenarnya tidak
ada campuran yang bisa dibilang ideal.[2] Tapi beberapa campuran larutan kondisinya benar-
benar mendekati keadaan yang ideal. Berikut ini adalah contohnya[4]:
Dalam campuran dua larutan yang dapat menguap, hukum Raoult juga dapat digunakan.[4]
Dalam sebuah larutan, beberapa molekul yang berenergi besar dapat menggunakan energinya
untuk mengalahkan daya tarik intermolekuler permukaan cairan dan melepaskan diri untuk
kemudian menjadi uap.[4] Semakin kecil daya intermolekuler, semakin banyak molekul yang
dapat melepaskan diri pada suhu tertentu.[4] Pada suhu tertentu, sebagian dari molekul-
molekul yang ada akan mempunyai energi yang cukup untuk melepaskan diri dari permukaan
larutan.[4]
Pada sebuah campuran ideal dari kedua larutan tersebut, kecenderungan dari dua macam
molekul di dalamnya untuk melepaskan diri tidak berubah.[4] Jadi, apabila proporsi dari tiap
jenis molekul yang melepaskan diri tetap sama maka hanya ada separuh dari tiap jenis
molekul yang dapat melepaskan diri dari campuran larutan pada suatu waktu tertentu.[4]
Apabila komposisi tersebut berubah, kecenderungan molekul untuk melepaskan diri juga
akan berubah.[4] Oleh karena itu, campuran yang disebut larutan ideal biasanya adalah
campuran dua jenis zat yang memiliki besar molekul yang hampir sama dan mempunyai daya
tarik Van der Waals yang sama.[4] Namun besar molekul keduanya tidak persis sama sehingga
walaupun campuran ini mendekati campuran ideal, tetap saja bukan merupakan campuran
ideal.[4]
Campuran ideal dari dua larutan akan mempunyai energi entalpi sebesar nol.[4] Jadi, apabila
suhu campuran naik atau turun pada saat keduanya dicampur berarti campuran tersebut bukan
campuran ideal.[4]
Tidak semua campuran bersifat ideal.[4] Campuran – campuran non ideal ini mengalami
penyimpangan/deviasi dari hukum Raoult.[4] Terdapat dua macam penyimpangan hukum
Raoult, yaitu:
a. Penyimpangan positif
Penyimpangan positif hukum Raoult terjadi apabila interaksi dalam masing–masing zat lebih
kuat daripada interaksi dalam campuran zat ( A – A, B – B > A – B).[5] Penyimpangan ini
menghasilkan entalpi campuran (ΔHmix) positif (endotermik) dan mengakibatkan terjadinya
penambahan volume campuran (ΔVmix > 0).[5] Contoh penyimpangan positif terjadi pada
campuran etanol dan n–hekasana.[5]
b. Penyimpangan negatif
Penyimpangan negatif hukum Raoult terjadi apabila interaksi dalam campuran zat lebih kuat
daripada interaksi dalam masing–masing zat ( A – B > A – A, B – B).[5] Penyimpangan ini
menghasilkan entalpi campuran (ΔHmix) negatif (eksotermik) dan mengakibatkan terjadinya
pengurangan volume campuran (ΔVmix < 0).[5] Contoh penyimpangan negatif terjadi pada
campuran aseton dan air.[5]
Bunyi hukum Raoult tentang aktifitas air adalah[5]: "Aktivitas air berbanding lurus dengan
jumlah molekul di dalam pelarut dan berbanding terbalik dengan molekul di dalam larutan"
Dimana:
← 0.90 : bakteri
← 0.88 : ragi
← 0.80 : kapang
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Raoult
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi
hanya bergantung pada konsentrasi pertikel zat terlarutnya[1]. Sifat koligatif larutan terdiri dari
dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit[1].
Daftar Isi:
1. Molalitas dan Fraksi Mol
2. Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit
3. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
4. Lihat Pula
5. Referensi
6. Pranala Luar
Dalam larutan, terdapat beberapa sifat zat yang hanya ditentukan oleh banyaknya partikel zat
terlarut[2]. Oleh karena sifat koligatif larutan ditentukan oleh banyaknya partikel zat terlarut,
maka perlu diketahui tentang konsentrasi larutan[2].
Larutan garam
1. 1. Molalitas (m)
Molalitas (kemolalan) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg (1000 gram) pelarut[2].
Molalitas didefinisikan dengan persamaan berikut [2]:
Keterangan :
1. 2. Fraksi Mol
Fraksi mol merupakan satuan konsentrasi yang semua komponen larutannya dinyatakan
berdasarkan mol[2]. Fraksi mol komponen , dilambangkan dengan adalah jumlah mol
komponen dibagi dengan jumlah mol semua komponen dalam larutan[2]. Fraksi mol
adalah dan seterusnya[2]. Jumlah fraksi mol dari semua komponen adalah 1[2].
Persamaannya dapat ditulis[2]. Molalitas didefinisikan dengan persamaan berikut[2]:
Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung pada interaksi
antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada jumlah zat terlarut yang larut
pada suatu larutan[3]. Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,
penurunan titik beku, dan tekanan osmotik[3].
2. 1. Penurunan Tekanan Uap
Marie Francois Raoult (1830 - 1901) ilmuwan yang menyimpulkan tentang tekanan uap jenuh
larutan
Molekul - molekul zat cair yang meninggalkan permukaan menyebabkan adanya tekanan uap
zat cair[3]. Semakin mudah molekul - molekul zat cair berubah menjadi uap, makin tinggi pula
tekanan uapzat cair[3]. Apabila tekanan zat cair tersebut dilarutkan oleh zat terlarut yang tidak
menguap, maka partikel - partikel zat terlarut ini akan mengurangi penguapan molekul -
molekul zat cair[3]. Laut mati adalah contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap pelarut
oleh zat terlarut yang tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini terletak di
daerah gurun yang sangat panas dan kering, serta tidak berhubungan dengan laut bebas,
sehingga konsentrasi zat terlarutnya semakin tinggi[3]. Persamaan penurunan tekanan uap
dapat ditulis[3] :
P0 - P
P0 > P
Keterangan :
Pada tahun 1808, Marie Francois Raoult seorang kimiawan asal Perancis melakukan
percobaan mengenai tekanan uap jenuh larutan, sehingga ia menyimpulkan tekanan uap jenuh
larutan sama dengan fraksi mol pelarut dikalikan dengan tekanan uap jenuh pelarut murni[3].
Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis[3]. Kesimpulan ini dikenal dengan Hukum
Raoult dan dirumuskan dengan[3]. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis[3] :
P = P0 x Xp
= P0 x Xt
Keterangan :
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini, tekanan uap
zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya[4]. Hal ini menyebabkan terjadinya
penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1 atmosfer[4].
Dari hasil penelitian, ternyata titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut
murninya[4]. Hal ini disebabkan adanya partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan
menghalangi peristiwa penguapan partikel - partikel pelarut[4]. Oleh karena itu, penguapan
partikel - partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar[4]. Perbedaan titik didih
larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan titik didih yang dinyatakan dengan
( )[4]. Persamaannya dapat ditulis [4]:
Keterangan :