You are on page 1of 92

PENERAAN UKURAN ENERGI

LISTRIK

BAHAN MICRO TEACHING


1. Rancang Bangun
2. Rencana Pembelajaran
3. Bahan Ajar
4. Copy Slide/OHT

VERA FIRMANSYAH, M.Si

DIKLAT CALON WIDYAISWARA


PUSAT DIKLAT KEHUTANAN
BEKERJASAMA DENGAN
DIREKTORAT PEMBINAAN WIDYAISWARA LAN-RI
2008
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT bahwasanya bahan ajar ini telah

dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Bahan ajar Peneraan Ukuran Energi

Listrik (Meter kWh) ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri

Perdagangan R.I nomor 279/M-DAG/PER/2/2008 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kemetrologian. Bahan ajar ini

dipersiapkan untuk melengkapi syarat mengikuti seleksi Calon

Widyaiswara di Lembaga Administrasi Negara.

Bahan ajar terdiri dari penjelasan teori yang dibagi dalam enam

bab, meliputi : Pendahuluan; Energi Listrik; Meter kWh; Pengujian meter

kWh; Praktikum Meter kWh dan Penutup.

Dengan bahan ajar ini diharapkan dapat membantu widyaiswara

yang mempunyai spesifikasi di bidang peneraan ukuran energi listrik

dalam menbagi ilmunya kepada peserta diklat. Bahan ajar ini tidak

menutup kemungkinan untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat, tuntutan jaman, dan kebijakan pemerintah karena bahan ajar

ini masih jauh dari sempurna.

Mudah-mudahan Allah SWT meridhoi segala apa yang telah kita

lakukan. Amin.

Bandung, Desember 2008


Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Daftar Gambar v

Daftar Tabel vii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Deskripsi Singkat 1

C. Manfaat Modul Bagi Peserta 2

D. Tujuan Pembelajaran 2

1. Kompetensi Dasar 2

2. Indikator Keberhasilan 2

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok 3

F. Petunjuk Belajar 4

BAB II ENERGI LISTRIK 5

A. Daya dan Energi Listrik 5

B. Teori Pengukuran Energi Listrik 8

C. Jaringan Meter Listrik 10

D. Rangkuman 13

E. Latihan 14

BAB III METER kWh 15

ii
A. Ketentuan Umum Syarat-syarat Teknik Khusus Meter

kWh 15

B. Elemen Meter kWh 18

C. Klasifikasi Meter kWh 24

D. Rangkuman 29

E. Latihan 30

BAB IV PENGUJIAN METER kWh 31

A. Metoda Perbandingan Energi 31

B. Metoda Watt Meter dan Stopwatch 33

C. Pengujian Ijin Tipe Meter kWh 37

D. Rangkuman 51

E. Latihan 51

BAB V PRAKTIKUM METER kWh 53

A. Praktikum Meter kWh Metoda Perbandingan Pulsa 53

B. Praktikum Meter kWh Metoda Meter Pilot 58

C. Praktikum Meter kWh Secara Otomatis 64

D. Praktikum Meter kWh Menggunakan Metrotec 71

BAB VI PENUTUP 78

A. Kesimpulan 78

B. Implikasi 79

C. Tindak Lanjut 80

DAFTAR PUSTAKA 81

LAMPIRAN 1 82

iii
BIODATA PENULIS 83

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Vektor Hubungan Daya Reaktif, Daya Aktif, dan

Daya Apparent 6

Gambar 2.2. Vektor Hubungan Daya Reaktif(Lagging) , Daya

Aktif, dan Daya Apparent 6

Gambar 2.3. Vektor Hubungan Daya Reaktif(Leading) , Daya

Aktif, dan Daya Apparent 6

Gambar 2.4. Vektor Hubungan Daya Reaktif, Daya Aktif, dan

Daya Apparent yang dikalikan dengan konstanta

waktu 7

Gambar 2.5. kWh METER / KVArh METER 3 FASA 4 KAWAT

dengan 3 pasang elemen , yaitu 3 kumparan

tegangan dan 3 kumparan arus 8

Gambar 2.6. Diagram kawat 3 kumparan tegangan dan 3

kumparan arus 9

Gambar 2.7. Diagram vektor kWh 3 fasa 4 kawat 3 pasang

elemen 10

Gambar 2.8. Diagram vektor kVArh 3 fasa 4 kawat 3 pasang

elemen 10

Gambar 2.9. Skema Diagram 1 phasa 2 kawat 11

Gambar 2.10. Skema Diagram 1 phasa 3 kawat 11

v
Gambar 2.11. Transformator Sekunder Diisolasi dari Jarigan

Primernya 12

Gambar 2.12. Skema Diagram 3 phasa 4 kawat 3 elemen 12

Gambar 2.13. Skema Diagram 3 phasa 4 kawat 2,5 elemen 13

Gambar 2.14. Skema Diagram 3 phasa 3 kawat tipe bintang 13

Gambar 3.1. Gambar dan Skema Elemen Meter kWh 19

Gambar 3.2. Kumparan Arus 20

Gambar 3.3. Kumparan Tegangan Tegangan 20

Gambar 3.4. Elemen Putar 21

Gambar 3.5. Elemen Pengerem 22

Gambar 3.6. Elemen Penghitung 22

Gambar 3.7. Elemen Penghitung dengan Desimal 23

Gambar 3.8. Elemen Penghitung tanpa Desimal 23

Gambar 3.9. Terminal Arus dan Tegangan 23

Gambar 3.10. Peralatan Kompensasi dan Penyetel 24

Gambar 5.1. Tampilan Aplikasi Praktikum Meter kWh Otomatis 67

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Pengujian Gerak Mula 38

Tabel 4.2. Pengujian Kebenaran Meter Fasa Tunggal 39

Tabel 4.3. Pengujian Kebenaran Meter Fasa Banyak 39

Tabel 4.4. Variasi Penunjukkan Akibat Beda Besaran 42

Tabel 4.5. Batas Koefisien Suhu Rata-rata 42

Tabel 4.6. Variasi Kesalahan Akibat Arus Lebih Sesaat 43

Tabel 4.7. Variasi Kesalahan Akibat Pemanasan Sendiri 43

Tabel 4.8. Batas Suhu dan Frekuensi Referensi 44

Tabel 4.9. Batas Suhu dan Frekuensi Referensi untuk arus dasar

kurang dari 30 A 44

Tabel 4.10. Batas Kenaikan Suhu 45

Tabel 4.11. Titik-titik Pengujian Tegangan 48

Tabel 4.12. Kemampuan Minimum Penyetelan Kecepatan Putaran

Rotor 50

Tabel 5.1. Tabel Isian 56

Tabel 5.2. Batas Kesalahan Yang Diijinkan Untuk Meter kWh 1

Phasa Metoda Meter Pilot 57

Tabel 5.3. % Id (Arus Dasar) Untuk Masing-masing Kelas Mete

kWh 62

vii
Tabel 5.4. Batas Kesalahan yang Diijinkan untuk Meter kWh Kelas

2 65

Tabel 5.5. Batas Kesalahan yang Diijinkan untuk Meter kWh Kelas

0,5; 1; dan 2 73

Tabel 5.6. Arus Dasar untuk Meter kWh Kelas 0,5; 1; dan 2 76

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

nomor 279/M-DAG/PER/2/2008 tentang penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan kemetrologian bahwa perkembangan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang bergerak dengan cepat

menyebabkan peningkatan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan

teknologi baik secara kuantitas maupun kualitas serta munculnya

jenis Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP)

yang memiliki berbagai tingkat kesulitan. Sehingga untuk

mengantisipasi perkembangan dan peningkatan IPTEK dan UTTP

sebagaimana dimaksud di atas menuntut adanya Sumber Daya

Manusia (SDM) Metrologi yang memiliki kompetensi di bidang

kemetrologian yang hanya dapat diperoleh melalui pendidikan dan

pelatihan kemetrologian.

B. Deskripri Singkat

Mata Diklat ini membahas tentang Peneraan Ukuran Energi Listrik

yang meliputi : konsep energi listrik, meter kWh, metoda pengujian

meter kWh, dan praktikum meter kWh.

1
C. Manfaat Modul Bagi Peserta

Modul ini sebagai salah satu pedoman peserta dalam membantu

proses pembelajaran pada Diklat Fungsional Penera Tingkat

Lanjutan dan Diklat Fungsional Penera. Melalui modul ini, peserta

diharapkan dapat memahami landasan ilmiah energi listrik,

mejelaskan elemen termasuk klasifikasinya meter kWh, dan yang

terakhir dapat melakukan proses pengujiannya. Hubungan antara

modul ini dengan bidang kemetrologian yaitu karena meter kWh

merupakan salah satu alat ukur yang wajib dilakukan peneraan.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu

menjelaskan meter kWh, yang dimulai dari elemen meter kWh,

klasifikasi meter kWh.

2. Indikator Keberhasilan

Secara lebih spesifik kemampuan yang harus dimiliki di akhir

pelajaran adalah sebagai berikut :

a. Menjelaskan konsep energi listrik

b. Menjelaskan syarat-syarat, elemen, dan klasifikasi meter

kWh

c. Menjelaskan pengujian-pengujian meter kWh

2
d. Mempraktekkan pengujian meter kWh

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

1. Materi Pokok

a. Energi Listrik

b. Meter kWh

c. Pengujian Meter kWh

d. Praktikum Meter kWh

2. Sub Materi Pokok

a.1. Daya dan energi listrik

a.2. Teori pengukuran energy listrik

a.3. Jaringan meter listrik

b.1. Syarat-syarat teknik khusus meter kWh

b.2. Elemen meter kWh

b.3. Klasifikasi meter kWh

c.1. Metoda perbandingan energi

c.2. Metoda Watt meter dan stopwatch

c.3. Pengujian ijin tipe meter kWh

d.1. Praktikum Meter kWh Metoda Perbandingan Pulsa

d.2. Praktikum Meter kWh Metoda Meter Pilot

d.3. Praktikum Meter kWh Secara Otomatis

d.4. Praktikum Meter kWh Menggunakan Metrotec

3
F. Petunjuk Belajar

Modul ini digunakan bagi peserta diklat dengan kualifikasi lulusan

Sekolah Menegah Atas (SMA) atau yang sederajat dan telah

mengikuti Diklat Penera Tingkat dasar pada Diklat Fungsional

Penera Tingkat Lanjutan. Sedangkan pada Diklat Penera kualifikasi

lulusan yang dibutuhkan adalah tingkat sarjana (S1).

Untuk membantu peserta diklat dalam proses pembelajaran,

disediakan latihan soal-soal yang berhubungan dengan kebutuhan

pada mata diklat selanjutnya atau yang lebih tinggi.

4
BAB II

ENERGI LISTRIK

Indikator Keberhasilan :
Peserta diharapkan mampu menjelaskan daya dan energi listrik.
Peserta diharapkan mampu menjelaskan teori pengukuran energi listrik.
Peserta diharapkan mampu menjelaskan jaringan meter listrik

A. Daya dan Energi Listrik

Sebelum kita berbicara pada energy listrik yang merupakan

besaran turunan dari Daya listrik, maka Daya adalah besaran dasar

yang perlu kita ketahui

DAYA = TEGANGAN X ARUS


ENERGI = DAYA X WAKTU

Daya listrik terbagi atas :

1. Daya Aktif (Daya Nyata)

WATT = P

2. Daya Reaktif (Daya Induktif dan Kapasitif)

VAR = Q

3. Daya Apparent (Perkalian Secara Vektor ntara Daya Aktif dan

Daya Reaktif)

VA = S

5
Perhatikan gambar di bawah ini, yaitu gambar segitiga daya dari

vektor besaran daya yang berpengaruh terhadap suatu beban listrik

Gambar 2.1. Vektor Hubungan Daya Reaktif, Daya Aktif, dan Daya Apparent

Gambar 2.2. Vektor Hubungan Daya Reaktif(Lagging) , Daya Aktif, dan Daya

Apparent

Gambar 2.3. Vektor Hubungan Daya Reaktif(Leading) , Daya Aktif, dan Daya

Apparent

6
Karena Energy Listrik merupakan perkalian antara Daya dan waktu,

maka Vektor Daya listrik juga dapat dianggap vector Energy listrik

dimana waktu merupakan konstanta

Gambar 2.4. Vektor Hubungan Daya Reaktif, Daya Aktif, dan Daya Apparent yang

dikalikan dengan konstanta waktu

Maka dari gambar diatas dijelaskan bahwa kWh meter ; kVarh meter

dan kVA meter adalah alat ukur yang dapat mengukur energy listrik.

Pada umumnya kWh meter adalah alat ukur yang paling banyak

digunakan untuk keperluan transaksi jual beli energy listrik. Untuk

pembahasan selanjutnya kita fokuskan pada alat ukur kWh meter.

Besaran yang berpengaruh pada pengukuran kWh Meter arus bolak-

balik :

Arus

Tegangan

Faktor Daya ( COS / SIN )

7
COS adalah faktor daya pada kWh meter dan SIN adalah factor

daya pada kVarh meter.

B. Teori Pengukuran Energi Listrik

Gambar dibawah menyatakan diagram pengawatan kWh meter satu

Phasa dua kawat yang banyak dijumpai di Rumah tangga, yang

terdiri dari satu elemen tegangan(Kumparan Tegangan) dan satu

elemen Arus. Garis tebal menyatakan alur (flow) dari beban (Arus)

dan melewati kumparan Arus. Garis lebih tipis merupakan kawat

yang menuju kumparan tegangan.

Daya (P) yang terukur oleh meter kWh adalah perkalian antara

tegangan (U), Arus(I), dan Faktor Daya (COS )

P = U x I x COS

Gambar 2.5. kWh METER / KVArh METER 3 FASA 4 KAWAT dengan 3 pasang

elemen , yaitu 3 kumparan tegangan dan 3 kumparan arus

8
Gambar 2.6. Diagram kawat 3 kumparan tegangan dan 3 kumparan arus

Daya yang terbaca pada kWh meter :

P = ( IR1 x U R1-0 x Cos R1 ) + ( IS2 x U s2-0 x Cos S2 ) + ( IT3 x U T3-0 x

Cos T3 )

Untuk beban – beban yang simetris dan sama besar maka

persamaan menjadi ;

P=3xIxU x Cos

Daya Reaktif yang terbaca oleh kVArh meter :

Q = ( IR1 x U S2-T3 x Cos ( 90 - ) ) + ( IS2 x U T3-R1 x Cos ( 90 - )) + (

IT3 x U R1 –S2 x Cos (90- ))

Untuk beban yang sama besar maka persamaan menjadi

9
Q=IxU x 3 x Sin atau Q = 3 x I x U x Sin

Gambar 2.7. Diagram vektor kWh 3 fasa 4 kawat 3 pasang elemen

Gambar 2.8. Diagram vektor kVArh 3 fasa 4 kawat 3 pasang elemen

C. Jaringan Meter Listrik

Jaringan meter listrik ini menunjukkan skema pemasangan jenis-

jenis meter kWh yang dipasang baik di perumahan, institusi, ataupun

tempat yang memerlukan perlakuan khusus dalam pemasangannya.

1 phasa (phasa tunggal) disuplai dengan cara :

1. 1 phasa 2 kawat

10
Gambar 2.9. Skema Diagram 1 phasa 2 kawat

Pelayanan 1 phasa 2 kawat biasanya disuplai dari

transformator. Listrik 1 phasa disuplai oleh salah satu dari

jaringan 3 phasa (dapat dilihat dari warna hitam, biru, dan

merah).

2. 1 phasa 3 kawat

Gambar 2.10. Skema Diagram 1 phasa 3 kawat

Biasanya skema 1 phasa 3 kawat ini digunakan di Amerika

Utara. Pada gambar di atas dapat dilihat transformator

sekunder diisolasi dari jarigan primernya, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada gambar di bawah ini

11
Gambar 2.11. Transformator Sekunder Diisolasi dari Jarigan Primernya

3. 3 phasa 4 kawat 3 elemen

Layanan 3 phasa 4 kawat adalah metode yang biasa digunakan

untuk suplai listrik phasa banyak dalam perdagangan dan

konsumen industri.

Gambar 2.12. Skema Diagram 3 phasa 4 kawat 3 elemen

4. 3 phasa 4 kawat 2,5 elemen

Jika tegangan tidak seimbang, menyebabkan pengukurannya

tidak akurat,. Sehingga pemasangan jaringan yang seperti ini

tidak dapat direkomendasikan.

12
Gambar 2.13. Skema Diagram 3 phasa 4 kawat 2,5 elemen

5. 3 phasa 3 kawat tipe bintang

Penggunaan jaringan 3 phasa 3 kawat umumnya digunakan

untuk jaringan transmisi tegangan tinggi dimana netralnya

sebagai ground.

Gambar 2.14. Skema Diagram 3 phasa 3 kawat tipe bintang

D. Rangkuman

Besaran-besaran yang berpengaruh pada pengukuran meter kWh

adalah arus, tegangan, dan faktor daya. Pada skema pemasangan

jaringan listrik ada dimana salah satu jenis metoda yang tidak

direkomendasikan yaitu metoda 3 phasa 4 kawat 2,5 elemen.

13
E. Latihan

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar !

1. Sebutkan jenis-jenis daya dan tuliskan rumus masing-

masingnya !

2. Sebutkan besaran-besaran yang berpengaruh pada

pengukuran meter kWh !

3. Gambarkan skema pemasangan jaringan listrik dengan metoda

3 phasa 4 kawat 2,5 elemen dan analisa kenapa metoda

pemasangannya tidak direkomendasikan !

14
BAB III

METER kWh

Indikator Keberhasilan :
Peserta diharapkan mampu menjelaskan ketentuan umum syarat-syarat teknis
khusus meter kWh.
Peserta diharapkan mampu menjelaskan elemen meter kWh.
Peserta diharapkan mampu menjelaskan klasifikasi meter kWh.

Meter kWh adalah alat ukur integrasi yang digunakan untuk mengukur

besarnya energi aktif dalam satuan kilowatthour. Sedangkan yang

dimaksud dengan alat ukur integrasi adalah alat yang mengintegrasikan

dan mengukur arus, daya reaktif, dan sejenisnya yang diberikan kepada

suatu beban untuk suatu jangka waktu tertentu.

A. Ketentuan Umum Syarat-syarat Teknik Khusus Meter kWh

Pada sub Bab ini hanya menyangkut ketentuan umum dari

Keputusan Direktorat Metrologi No. 923/Dirmet-1/III/1997 tentang

Syarat-syarat Teknik Khusus Meter kWh. Ketentuan umum tersebut

meliputi :

1. Meter kWh dinamis yang selanjutnya disebut dengan meter

adalah alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur energi

listrik arus bolak balik, dengan cara mengintegrasikan daya

aktif dalam suatu selang waktu dengan satuan kilowatt-jam,

15
kWh dari jenis elektro mekanis dengan cara kerja prinsip

induksi dan atau elektronis

2. Meter induksi adalah meter yang dialiri arus pada kumparan

tetap yang berinteraksi dengan arus yang diinduksikan pada

suatu elemen penghantar yang menimbulkan gerakan pada

elemen tersebut

3. Meter Kelas 0,5 adalah meter yang mempunyai tingkat

ketelitian 0,5% dari energi yang diukur pada kondisi acuan dan

daerah ukur tertentu

4. Meter Kelas 1 adalah meter yang mempunyai tingkat ketelitian

1% dari energi yang diukur pada kondisi acuan dan daerah

ukur tertentu

5. Meter Kelas 2 adalah meter yang mempunyai tingkat ketelitian

2% dari energi yang diukur pada kondisi acuan dan daerah

ukur tertentu

6. Meter tarif ganda adalah meter yang dilengkapi dengan

beberapa alat hitung/register yang masing-masing beroperasi

pada selang waktu tertentu berdasarkan tarif yang berbeda

7. Rotor meter yang selanjutnya disebut rotor adalah elemen

meter yang bergerak yang merupakan tempat berinteraksinya

fluksi magnetik dari belitan tetap dengan fluksi magnetik dari

16
elemen rem dan yang mengoperasikan alat hitung/register

termasuk alat pembangkit pulsa bila ada

8. Alat hitung/register adalah bagian dari meter yang menunjukan

nilai energi terukur

9. Tutup meter adalah penutup bagian muka meter yang dibuat

dari bahan seluruhnya tembus pandang atau bahan yang tidak

tembus pandang yang dilengkapi jendela untuk melihat putaran

rotor dan pembacaan alat hitung/register

10. Arus dasar, Idasar adalah nilai arus yang dijadikan dasar untuk

menetapkan unjuk kerjanya

11. Arus maksimum, Imaks adalah nilai arus tertinggi yang diizinkan

mengalir secara terus menerus yang masih memenuhi syarat

kesalahan maksimum

12. Tegangan acuan adalah nilai tegangan yang dijadikan dasar

untuk menetapkan unjuk kerja meter

13. Frekuensi acuan adalah nilai frekuensi yang dijadikan dasar

untuk menetapkan unjuk kerja meter

14. Konstanta meter adalah konstanta yang menyatakan hubungan

anatara energi yang ditunjukan oleh alat hitung/register dan

jumlah putaran rotor/jumlah pulsa

15. Suhu acuan adalah suhu sekitar yang ditentukan untuk kondisi

acuan

17
16. Kedudukan vertikal meter adalah kedudukan meter yang

sumbu rotornya dalam keadaan vertikal

17. Kondisi acuan adalah nilai kondisi tertentu yang digunakan

sebagai acuan untuk menentukan unjuk kerja meter

18. Persentase kesalahan adalah kesalahan meter yang

dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

energi yang ditunjukka n meter - energi sebenarnya


x100%
energi sebenarnya

19. Energi sebenarnya adalah energi yang ditunjukkan oleh meter

standar

20. Gerak tanpa beban adalah gerakan rotor meter yang sama

sekali tidak dibebani arus

21. Gerak mula adalah gerakan rotor meter yang dibebani arus

sangat kecil.

B. Elemen Meter kWh

Pada dasarnya komponen meter kWh terdiri dari bagian-bagian

seperti pada gambar di bawah ini

18
Gambar 3.1. Gambar dan Skema Elemen Meter kWh

1. Elemen penggerak

Elemen ini terdiri dari kumparan arus dan kumparan tegangan.

Sifat-sifat kumparan arus :

Kumparan ini dihubungkan secara seri dengan beban

19
Jika pada kumparan ini dialiri arus (ada beban), maka

terbentuk medan magnit adanya medan magnit tersebut

akan menimbulkan fluks magnit

Gambar 3.2. Kumparan Arus

Sifat-sifat kumparan tegangan :

Kumparan ini dihubungkan secara paralel dengan beban

Kumparan ini berbentuk U. Pada kumparan ini juga terjadi

fluks magnit yang ditimbulkan karena adanya medan

magnit, jika diberi tegangan

Gambar 3.3. Kumparan Tegangan Tegangan

2. Elemen putar

20
Elemen putar ini berupa piringan yang bentuknya terdapat lekukan-

lekukan kecil dan terdapat lubang kecil. Adapun ciri-cirinya adalah :

Bagian ini berupa piringan yang dibuat dari bahan konduktor.

Pada bagian tengah piringan dipasangkan sebuah poros yang

ditumpu oleh dua buah bantalan.

Salah satu bantalannya dapat diatur.

Pada poros tersebut ditempatkan roda gigi

Gambar 3.4. Elemen Putar

3. Elemen pengerem

Elemen pengerem ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Elemen ini berupa magnit permanen yang berbentuk ladam

Penempatannya mengapit piringan (yang terbuat dari bahan

konduktor ) dan biasanya berseberangan dengan elemen

penggerak

21
Gambar 3.5. Elemen Pengerem

4. Elemen penghitung

Elemen penghitung ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Bagian merupakan seperangkat roda gigi yang disusun

sedemikian rupa dan dihubungkan dengan roda gigi yang

terdapat pada poros piringan

Pada bagian ini juga terdapat rol angka yang tersusun secara

berderet

Gambar 3.6. Elemen Penghitung

22
Gambar 3.7. Elemen Penghitung dengan Desimal

Gambar 3.8. Elemen Penghitung tanpa Desimal

5. Terminal

Terminal terdiri dari 2 bagian :

Terminal Arus

Terminal Tegangan

Gambar 3.9. Terminal Arus dan Tegangan

6. Peralatan kompensasi dan penyetel

Peralatan ini dibuat untuk menyetel kecepatan putar dari piringan

agar alat ukur tersebut mengukur energi listrik dengan benar. Alat

penyetel ini terdiri dari :

Alat Beban Maksimum (Magnet Permanen)

23
Penyetel Beban Rendah (Pergeseran Cincin Penghalang Flux)

Penyetel Beban Kosong (Membelokkan Flux atau Lobang pd

Piring)

Penyetel Kesetimbangan Beban

Penyetel Sudut Phasa (Tahanan Geser)

Gambar 3.10. Peralatan Kompensasi dan Penyetel

C. Klasifikasi Meter kWh

Pada umumnya meter kWh dapat diklasifikasikan berdasarkan :

1. Arus yang lewat

Meter kWh arus bolak-balik (meter kWh AC)

Meter kWh arus searah (meter kWh DC)

2. Prinsip dan sistem kerjanya

Meter kWh mekanik

kWh meter mekanik, energi listrik ditransformasikan

melalui putaran disk (piringan ) dengan menggunakan

sistim induksi elektromagenetik pada kumparan tegangan

24
dan kumparan arus dan akhirnya terbaca pada register

mekanik.

Meter kWh elektronik (digital)

kWh meter digital, mentransformasikan energy listrik

dengan menggunakan pulsa-pulsa digital melalui ADC

Analog to digital converter dan pulsa –pulsa digital

tersebut dianologikan menjadi tampilan Display elektronik.

Meter kWh semi elektronik

kWh semi elektronik , besaran energy listrik

ditransformasikan melalui sistim elektronik, dan diubah

menjadi pulsa digital . Pulsa digital tersebut

menggerakakn pointer dan register yang berupa roda gigi

mekanik. Sehingga pada kWh meter semi elektronik ini

tidak dijumpai piringan atau disk dan sebagai

penggantinya adalah pulsa digital yang tampilannya

berupa lampu LED yang menyatakan flashing pulsa dari

kWh meter tersebut.

3. Pemakaian Fasa

Meter fasa tunggal 2 kawat

Meter fasa tunggal 3 kawat

Meter fasa 3 – 3 kawat

Meter fasa 3 – 4 kawat

4. Pemakaian Transformator

25
Meter kWh pemasangan langsung (tanpa transformator)

Meter kWh pemasangan tak langsung (dengan

transformator)

Apabila kWh meter tiga fasa pemasangan langsung, maka

pembacaan pada register kWh meter adalah pembacaan

langsung dari jumlah energy listrik yang terpakai dan tercatat

oleh kWh meter tersebut.

5. Cara penyambungan kawat

Meter biasa, kawat disambungkan menggunakan baut

pada terminalnya

Mete colok, meter mempunyai terminal dibagian belakang

dengan tipe bayonet

6. Penunjukkan register

Meter kWh dengan redister terpasang

Meter dengan register terpisah dengan unitnya

Meter dengan register analog (jarum)

Meter dengan register digital mekanik

Meter dengan register digital elektronik

Meter dengan register ganda

7. Lokasi dan syarat pemasangan

Meter pasangan dalam

Meter pasangan luar

8. Jenis kotak

26
Meter biasa (dilengkapi terminal pembumian)

Meter berkotak isolasi dengan perlindungan kelas II

(biasanya tanpa terminal pembumian)

9. Sistem Pencatatan

Pencatatan langsung secara manual atau visual

Pencatatan langsung dengan remote kontrol

Pencatatan langsung dengan remote jarak jauh (sistem

SCADA)

Pencatatan ini dilakukan dengan menggunakan media

telekomunikasi jarak jauh seperti : telepon , radio komunikasi (

VHF ; UHF ; SHF – satellite ; dll) , kabel jaringan transmisi dan

distribusi PLN , kabel dengan serat optik. Pencatatan jarak jauh

ini biasanya dilakukan oleh kWh meter type elektronik atau kWh

meter digital dimana dalam konstruksinya terdapat output sinyal

dan fasilitas RS 232-Communication , sehingga data – data

pada kWh meter digital tersebut dapat dibaca ditempat lain dan

atau dibaca pada lokasi dimana kWh tersebut berada. Data –

data tersebut dapat di down load dan diprint kapan saja dan

dimanapun. Data – data down load dapat berupa :

- kWh; kVarh ; kVA yang diterima ( receive )

- kWh; kVarh ; kVA yang diserahkan ( demand )

- Pencatatan selama 1 jam ; 1 hari ; 1 bulan ; 1 tahun.

- Analysis gelombang harmonik

27
- Dan lain – lain.

Data – data yang dapat didown load secara jarak – jauh

memang teknologi canggih kWh meter, tetapi selain dapat

didown load , data – data tersebut bisa saja dapat dirubah,

maka proteksi program terhadap down – load data sangatlah

penting. Proteksi tersebut dapat berupa software program yang

memasukan password sebagai kata kunci pembuka program

atau juga Switch on-off down load data, silahkan mana yang

paling aman dalam mencegah penyimpangan manipulasi data,

sehingga prinsip kita dalam melindungi produsen dan

konsumen tetap terjaga.

10. Sistem pembayaran

Sistem pembayaran biasa

Sistem prabayar

11. Kelas ketelitian

Meter kelas 0,2 s

Meter kelas 0,5 s

Meter kelas 1

Meter kelas 2

Meter kelas 3

kWh meter klas 0.2 s dan 0.5 s ( statis ) biasanya adalah type

kWh meter digital static dimana Error (kesalahan) tetap selama

dalam pemakaiannya selalu pada kondisi acuan dan spesifkasi

28
dari kWh meter tersebut. kWh meter klas 1 bisa berupa kWh

meter digital atau kWh meter mekanik. kWh meter klas 2 dan

klas 3 biasanya adalah type mekanik. Prinsip pengujian kWh

meter juga berbeda tergantung dari klasnya. kWh meter klas

0.2 s dan 0.5 s tersendiri dan terpisah prinsip pengujiannya dari

kWh meter klas 1 ; 2 dan 3 . Perbedaan klas kWh meter

didasarkan atas batas – batas kesalahan maksimum yang

diijinkan (mpe) . Menurut ketentuan teknis yang berlaku ( OIML

Rekomendasi ; IEC ; SPLN ) maka batas kesalahan maksimum

yang diijinkan adalah : - kWh meter klas 0,2 ; 0,2 % pada

tegangan nominal , Arus nominal dan Cos =1

- kWh meter klas 0,5 ; 0,5 % pada tegangan nominal ,

Arus nominal dan Cos =1

- kWh meter klas 1 ; 1,0 % pada tegangan nominal , Arus

nominal dan Cos =1

- kWh meter klas 2 ; 2,0 % pada tegangan nominal , Arus

nominal dan Cos =1

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table kesalahan meter

kWh.

D. Rangkuman

Enam elemen meter kWh memiliki fungsi masing-masing yang saling

berhubungan satu sama lainnya. Sehingga, jika salah satu elemen

29
terjadi kerusakan maka akan menyebabkan pengukuran meter kWh

tersebut akan tidak semestinya. Pada elemen penggerak terdapat

kumparan arus yang terhubung seri dan kumparan tegangan yang

terhubunga secara paralel. Selain hal di atas, meter kWh juga dibagi

menjadi sebelas klasifikasi.

E. Latihan

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar !

1. Pada elemen putar, jelaskan kenapa piringan dibuat ada

lekukan-lekukan kecil ? jelaskan !

2. Pada elemen putar, jelaskan kenapa piringan terdapat satu

lubang kecil ? jelaskan !

3. Kenapa kumparan arus disusun seri sedangakan kumparan

paralel dihubungkan paralel? Jelaskan !

4. Sebutkan klasifikasi meter kWh berdasarkan sistem

pencatatannya !

5. Jelaskan dengan singkat meter kWh semielektronik !

30
BAB IV

PENGUJIAN METER kWh

Indikator Keberhasilan :
Peserta diharapkan mampu menjelaskan metoda perbandingan energi.
Peserta diharapkan mampu menjelaskan metoda Wattmeter dan stopwatch.
Peserta diharapkan mampu menjelaskan metoda pengujian ijin tipe meter kWh.

A. Metoda Perbandingan Energi

Untuk menentukan kesalahan meter kWh pada saat mengukur suatu

jumlah energi tertentu, maka jumlah energi ini digunakan sebagai

ukuran (W) atau sebagai jumlah energi yang diukur. Jumlah energi

ini dapat dihitung berdasarkan nilai-nilai yang kita ukur. Ketika alat

ukur telah melakukan pengukuran secara lengkap, maka meter yang

diuji akan memberikan hasil (yang dipantau oleh standar) yang

dinyatakan sebagai nilai energi yang sebenarnya (Ws).

E = Jumlah Energi – Nilai energi sebenarnya

E = W - Ws

Metoda pengujian perbandingan energi ini banyak dilakukan dengan

cara :

1. Metoda Putaran Piringan

Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan memasukkan

jumlah putaran piringan sebagai pengendali standar meter

31
kWh. Kesalahan meter kWh ditentukan dengan menggunakan

rumus :

= 100%

dimana :

Nm = Jumlah putaran piringan meter yang diuji

Ns = Jumlah putaran piringan meter standar

dalam praktek kesalahan meter kWh diketahui dari simpangan

piringannya

( )
= 100%
/

2. Metoda Pulsa Energi

Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan memasukkan

jumlah putaran piringan sebagai pengendali standar meter

kWh. Kesalahan meter kWh ditentukan dengan menggunakan

rumus :

1
= 100%
1

dimana :

= =

n1 = pembacaan standar (pulsa)

N = Jumlah putaran piringan ( putaran)

k = konstanta meter kWh (kWh/putaran)

K = konstanta standar (kWh/pulsa)

32
3. Metoda Sinkron (meter pilot)

Metode ini sama dengan metode putaran piringan

Metode ini dilakukan dengan membandingkan putaran

meter yang diuji dengan putaran meter pilot.

Meter pilot diambil dari salah satu meter dari kelompok

meter kWh yang akan diuji dan telah mendapatkan

perlakuan khusus.

Putaran piringan meter pilot ini dipantau oleh “scanning

head” dan jumlah putarannya digunakan untuk

mengendalikan pengujian.

Pengujian meter kWh dengan metode sinkron dapat

digunakan untuk melakukan pengujian meter dalam

jumlah banyak sekaligus sesuai dengan kapasitas rak

pengujian.

Kesalahan meter kWh metode sinkron ( meter pilot ) dihitung

berdasarkan simpangan putaran piringan dibandingkan dengan

jumlah putaran piringan meter pilot.

= 100%

B. Metoda Wattmeter dan Stopwatch

Metoda ini menggunakan Watt meter standar dan standar waktu

(stopwatch), degan kesalahan dapat dihitung dengan tumus di

bawah ini :

33
= 100%

dimana :

Tm = Waktu meter yang diuji (dihitung dengan formula)

Ts = Waktu meter standar (penunjukkan stopwatch)

Perhitungan waktu meter yang diuji

1. Meter kWh 1 Phasa

Pada meter kWh 1 phasa dapat dihitung dengan menggunakan

rumus :

3600 1000
=

3600 1000
=

dimana :

T = Waktu dasar meter (detik)

N = Jumlah putaran meter kWh

k = Konstanta meter kWh (putaran/meter kWh)

V = Tegangan pada meter kWh (Volt)

I = Arus yang mengalir pada sirkuit arus (ampere)

= beda sudut phasa antara tegangan dan arus

P = Daya aktif (Watt)

3600 = 1 jam menjadi 3600 detik

1000 = 1 kW menjadi 1000 Watt

2. Meter kWh 3 Phasa 3 Kawat

34
Pada meter kWh 3 phasa 3 kawat dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :

3600 1000
=
3

3600 1000
=
3

(beban dianggap seimbang)

dimana :

T = Waktu dasar meter (detik)

N = Jumlah putaran meter kWh

k = Konstanta meter kWh primer atau sekunder

(putaran/meter kWh)

V = Tegangan antara phasa-phasa sisi primer atau

sekunder meter kWh (Volt)

I = Arus yang mengalir pada sirkuit arus (ampere)

= Beda sudut phasa antara tegangan dan arus

P = Daya aktif (Watt)

3600 = 1 jam menjadi 3600 detik

1000 = 1 kW menjadi 1000 Watt

3. Meter kWh 3 Phasa 4 Kawat

Pada meter kWh 3 phasa 4 kawat dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :

3600 1000
=
3

35
3600 1000
=
3

(beban dianggap seimbang)

dimana :

T = Waktu dasar meter (detik)

N = Jumlah putaran meter kWh

k = Konstanta meter kWh primer atau sekunder

(putaran/meter kWh)

V = Tegangan antara phasa dan netral sisi primer atau

sekunder meter kWh (Volt)

I = Arus yang mengalir pada sirkuit arus (ampere)

= beda sudut phasa antara tegangan dan arus

P = Daya aktif (Watt)

3600 = 1 jam menjadi 3600 detik

1000 = 1 kW menjadi 1000 Watt

Dalam perhitungan waktu Tm di atas, penggunaan k, V, dan I

harus dari sisi yang sama yakni sisi primer atau sisi sekunder.

Penggunaan sisi primer atau sekunder hanya berlaku untuk

meter kWh yang tersambung melalui transformator dan perlu

diketahui juga rasio transformatornya.

Dalam menggunakan metoda ini diperlukan kondisi tegangan

harus stabil (pada umumnya menggunakan stabilizer

tegangan).

36
C. Pengujian Ijin Tipe Meter kWh

Pengujian ijin tipe ini bertujuan untuk memberikan persetujuan atau

menginjikan sebuah produk meter kWh beredar di masyarakat atau

perusahaan-perusahaan yang menggunakan meter kWh khusus,

dalam hal ini PT. Perusahaan Listrik Negara sebagai

pengguna/penyalur dari produsen meter kWh. Adapun kondisi

pemeriksaan dan pengujian harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:

Kotak meter harus selalu tertutup, kecuali untuk memeriksa

kualitas mekanis tertentu. Peneraan di bengkel konstruksi

dapat dilakukan dengan kotak terbuka, dalam hal telah

diketahui bahwa pengaruh tutup terhadap penunjukan meter

diabaikan.

Sebelum dilakukan pemeriksaan dan pengujian, meter harus

dibebani selama paling sedikit setengah jam dengan tegangan

acuan dan arus sebesar 0,1 Id, serta faktor daya sama dengan

satu.

Pembebanan tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan

pemanasan dari sirkit tegangan dan untuk mengetahui apakah

rotor dapat berputar secara bebas.

Adapun jenis pengujiannya itu sendiri meliputi :

1. Pengujian gerak tanpa beban

37
Dengan tanpa arus pada sirkuit arus, piringan meter tidak boleh

membuat satu putaran penuh pada tegangan antara 80%

sampai dengan 110% dari tegangan referensi.

2. Pengujian gerak mula

Meter dibebani dengan tegangan referensi dan dilewati arus

sesuai dengan tabel berikut, rotornya harus dapat bergerak

lebih dari satu putaran.

Batas Variasi Kesalahan (%)


Faktor
Meter untuk meter kelas :
Daya
0,5 1 2

Meter tarif tunggal 1 0,3 0,4 0,5

tanpa alat pemakaian

putaran balik

Meter lainnya 1 0,4 0,4 0,5

Tabel 4.1. Pengujian Gerak Mula

3. Pengujian kebenaran

Pengujian Kebenaran untuk meter fasa tunggal dan fasa

banyak yang mempunyai beban fasa banyak yang seimbang:

Kesalahan maksimum yang


Faktor
Nilai Arus diizinkan untuk meter kelas :
Daya
0,5 1 2

0,05 I b 1 ± 1,0 ± 1,5 ± 2,5

0,1 I b s/d I Maks 1 ± 0,5 ± 1,0 ± 2,0

38
0,1 I b 0,5 ( ind ) ± 1,3 ± 1,5 ± 2,5

0,8 ( kap ) ± 1,3 ± 1,5 -

Jika diminta oleh 0,25 ( ind ) ± 2,5 ± 3,5 -

pemakai
0,5 ( kap ) ± 1,5 ± 2,5 -
0,2 I b s/d I b

Tabel 4.2. Pengujian Kebenaran Meter Fasa Tunggal

Pengujian Kebenaran untuk meter fasa banyak dengan

dibebani satu fasa yang mempunyai tegangan fasa banyak

yang seimbang:

Kesalahan maksimum yang


Faktor
Nilai Arus diizinkan untuk meter kelas :
Daya
0,5 1 2

0,2 I b s/d I b 1 ± 1,5 ± 2,0 ± 3,0

I b s/d I maks 1 - - ± 4,0

Ib 0,5 ( ind ) ± 1,5 ± 2,0 ± 3,0

0,5 I b 0,5 ( ind ) ± 1,5 ± 2,0 -

Tabel 4.3. Pengujian Kebenaran Meter Fasa Banyak

4. Pengujian konstanta

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai konstanta meter

dan nilai konstanta meter sebagaimana dimaksud pada ayat 1

Pasal ini, harus sesuai dengan nilai konstanta yang tercantum

pada pelat spesifikasi.

5. Pengujian akibat beda besaran yang mempengaruhi

39
Pengujian variasi penunjukan yang disebabkan oleh beda

besaran yang mempengaruhi adalah sesuai dengan tabel

berikut :

Besaran Nilai arus Nilai maksimum dari

yang yang koefisien suhu rata-

berpengar diseimbangka rata % /oC untuk

uh dan n untuk meter Faktor meter kelas :


No
selisih fasa banyak Daya

dengan kecuali ada


0,5 1 2
nilai indikasi yang

acuan berlawanan

1 0,1 I b s/d I
1 0,03 0,05 0,1
maks
Suhu 1)

0,2 Ib s/d I 0,5


0,05 0,07 0,15
maks (ind)

2 Posisi 0,05 Ib 1 1,5 2,0 3,0

miring

dengan

arah
I b dan I maks 1 0,3 0,4 0,5
sembaran

3 Selisih 0,1 I b 1 0,8 1,0 1,5

tegangan
0,5 I maks 1 0,5 0,7 1,0
± 10%
0,5 Imaks 0,5 0,7 1,0 1,5

40
(ind)

4 Selisih 0,1 I b 1 0,7 1,0 1,5

frekuensi ±

5% 0,5 I maks 1 0,6 0,8 1,3

5 Induksi

magnetik
Ib 1 1,5 2,0 3,0
dari luar

0,5 mT 2)

6 Bentuk

gelomban

g 10 %

dari
Ib 1 0,5 0,6 0,8
harmonis

ke III pada

arus

3)

7 Pembalika 0,5 I b s/d I maks 1 1,5 1,5 1,5

n urutan

fasa 0,5 I b
( meter
( muatan fasa 1 2,0 2,0 2,0
fasa
tunggal )
banyak )

8 Medan
0,05 I b 1 0,3 0,5 1,0
magnet

41
dari alat

pelengkap

4)

9 Gaya 0,05 I b 1 0,8 1,5 2,0

mekanis

dari alat

penghitun

g 5)

Tabel 4.4. Variasi Penunjukkan Akibat Beda Besaran

Koefisien suhu rata-rata yang digunakan tidak boleh melebihi

batas-batas sebagaimana tabel berikut :

o
Koefisien suhu rata-rata %/ C

meter kelas:
Nilai arus Faktor daya

0,5 1 2

0,1 Ib s/d Imaks 1 0,03 0,05 0,1

0,2 Ib s/d Imaks 0,5 (ind) 0,05 0,07 0,15

Tabel 4.5. Batas Koefisien Suhu Rata-rata

6. Pengujian pada kuat arus berlebihan yang berlangsung sesaat

Batas Variasi Kesalahan (%)


Besar Faktor
Meter kWh untuk meter kelas :
Arus Daya
0,5 1 2

Sambungan Ib 1 - 1,5 1,5

42
langsung

Sambungan
Ib 1 0,3 0,5 1,0
melalui trafo arus

Tabel 4.6. Variasi Kesalahan Akibat Arus Lebih Sesaat

7. Pengujian akibat dari pengaruh panas sendiri

Variasi kesalahan akibat pemanasan sendiri

Batas Variasi Kesalahan (%) untuk


Faktor
Besar Arus meter kelas :
Daya
0,5 1 2

1 0,5 0,7 1,0


I maks
0,5 (ind) 0,7 1,0 1,5

Tabel 4.7. Variasi Kesalahan Akibat Pemanasan Sendiri

8. Pengujian pelengkap

Pengujian pelengkap ini meliputi :

a. Pengujian daya yang hilang pada sirkuit tegangan dan

sirkuit arus. Daya yang hilang pada tiap sirkuit tegangan

pada tegangan referensi, suhu referensi dan frekuensi

referensi tidak boleh melebihi nilai-nilai pada tabel

berikut :

Kelas meter :
Meter kWh
0,5 dan 1 2

Meter fasa tunggal 3 W dan 12 VA 2 W dan 8 VA

43
Meter fasa banyak 3 W dan 12 VA 2 W dan 10 VA

Tabel 4.8. Batas Suhu dan Frekuensi Referensi

Daya yang diambil oleh masing-masing sirkuit arus pada

arus dasar khususnya arus dasar kurang dari 30 A,

frekuensi referensi dan suhu referensi tidak boleh melebihi

nilai pada tabel berikut :

Kelas meter :
Meter kWh
0,5 1 2

Meter fasa tunggal


6,0 VA 4,0 VA 2,5 VA
dan fasa banyak

Tabel 4.9. Batas Suhu dan Frekuensi Referensi untuk arus dasar

kurang dari 30 A

b. Pengujian suhu

Dalam kondisi normal, kumparan dan isolasi tidak

boleh mencapai suhu yang dapat mempengaruhi kerja

meter.

Dengan masing-masing sirkuit arus dibebani arus

maksimum dan dengan masing-masing sirkuit

tegangan diberi tegangan sebesar 1,2 kali tegangan

referensi, dengan suhu ruangan tidak melebihi 40oC,

kenaikan suhu masing-masing bagian tidak boleh

melebihi nilai pada tabel berikut :

Bagian Meter Kenaikan suhu oC

44
Kumparan 60

Bagian luar kotak 25

Tabel 4.10. Batas Kenaikan Suhu

c. Pengujian dielektrik

Kondisi umum pengujian dielektrik meliputi :

pengujian dilakukan pada kondisi pemakaian

selama pengujian pada isolasi tidak terdapat debu

atau kelembaban yang tidak normal

suhu lingkungan antara 15 oC - 25 oC

kelembaban relatif antara 45 % - 75 %

tekanan atmosfir antara 86 kPa – 106 kPa (860 mbar

– 1060 mbar).

Pengujian tegangan impuls harus memenuhi :

pengujian ini bertujuan untuk mengetahui

kemampuan meter menahan tegangan tinggi

tanpa mengalami kerusakan

generator yang digunakan sesuai dengan prosedur

IEC publikasi 60

bentuk gelombang distandarkan 1,2/50 dan nilai

puncaknya 6 kV. Tiap pengujian dilakukan sebanyak

10 kali pada polaritas yang sama

pengujian isolasi sirkuit dan isolasi antar sirkuit

pengujian isolasi sirkuit listrik relatif terhadap tanah

45
d. Pengujian tegangan AC

Pengujian tegangan AC meliputi :

tegangan yang diberikan saat pengujian sebaiknya

sinusoidal, mempunyai frekuensi 45 Hz sampai

dengan 65 Hz dan diberikan selama 1 menit.

Sumber daya harus mampu memberikan daya

minimal 500 VA.

selama pengujian relatif terhadap rangka (bagian A

pada tabel di bawah), sirkuit yang tidak diuji harus

dihubungkan ke rangka.

selama pengujian relatif terhadap tanah (bagian C

pada tabel di bawah), sirkuit tambahan dengan

tegangan referensi yang sama atau lebih kecil dari

40 V harus dihubungkan ke tanah.

Tegangan Uji Titik-titik Dilakukan Pengujian

r.m.s Tegangan :

46
2 kV ( untuk A. Pengujian yang dapat dilakukan

pengujian huruf dengan tutup meter dan tutup

a, b, c, d ) dan terminal terbuka,

500 V untuk Antara rangka dan :

pengujian huruf e a. setiap sirkuit arus, dalam

pemakaian normal terpisah dan

diisolasi dari sirkuit lainnya 1)

b. setiap sirkuit tegangan atau

sekumpulan sirkuit tegangan

yang mempunyai satu titik

netral (common point) dalam

pemakaian normal harus

terpisah dan diisolasi dari

sirkuit lainnya 1).

c. setiap sirkuit tambahan atau

sekumpulan sirkuit tambahan

yang mempunyai titik netral

(common point) dan tegangan

referensinya lebih besar dari 40

V.

d. setiap kumparan arus dan

tegangan dari satu elemen

penggerak yang sama, dalam

pemakaian normal

dihubungkan menjadi satu

tetapi terpisah dan diisolasi dari


2
sirkuit lainnya. )

47
e. setiap sirkuit tambahan yang

tegangan referensinya kurang

dari atau sama dengan 40 V

600 V atau 2 kali B. Pengujian dapat dilakukan

tegangan dengan penutup terminal terbuka

dilakukan pada tetapi dengan penutup kotak pada

kumparan tempatnya jika terbuat dari logam.

tegangan dalam Antara sirkuit arus dan sirkuit

kondisi referensi, tegangan, masing-masing elemen

jika tegangan ini gerak biasanya dihubungkan.

lebih besar dari Hubungan ini biasanya diputus

300 V untuk tujuan pengujian.

2 kV C. Pengujian dilakukan dengan tutup

kotak dan tutup terminal tertutup.

Antara semua sirkuit arus,

tegangan dan pelengkap yang

dihubungkan, tegangan

referensinya lebih besar dari 40 V

dan tanah

Tabel 4.11. Titik-titik Pengujian Tegangan

48
Penjelasan tabel di atas :

Pemutusan sambungan saja antara sirkuit

tegangan dan sirkuit arus biasanya tidak cukup

untuk menjamin isolasi yang baik dan tahan

terhadap pengujian tegangan 2 kV. Pengujian a

dan b pada umumnya digunakan pada meter-

meter yang dijalankan dari alat transformator

dan juga meter-meter khusus yang mempunyai

kumparan arus dan kumparan tegangan

terpisah.

Sirkuit yang diuji pada a dan b tidak diuji pada

pengujian d. Jika sirkuit tegangan meter fasa

banyak mempunyai titik netral, pada pemakaian

titik netral ini dipertahankan selama pengujian

dan dalam hal ini sirkuit elemen gaya gerak

dilakukan pengujian tunggal.

e. Pengujian alat penyetel

Pengujian alat penyetel dapat dilakukan dengan cara :

Pada umumnya alat penyetel terdapat pada tiap-tiap

meter dan pengujiannya dilakukan pada kondisi

referensi.

Nilai minimum kemampuan alat penyetel harus

sesuai dengan table berikut :

49
Kemampuan Minimum

Penyetelan Kecepatan
Alat Faktor
Nilai Arus putaran Rotor ( untuk meter
Penyetel Daya
kelas ) :

0,5 1 2

Elemen
0,5 I maks 1 ±2 ±2 ±4
pengerem

Beban
0,05 I b 1 ±2 ±2 ±4
Rendah

0,5
0,5 I b ±1 ±1 -
Sudut (ind)

Fasa 0,5
0,5 I maks - - ±1
(ind)

Tabel 4.12. Kemampuan Minimum Penyetelan Kecepatan Putaran

Rotor

Catatan :

Untuk meter fasa banyak, pemeriksaan dari daerah

penyetelan untuk muatan induktif harus dilakukan pada

tiap elemen penggerak dan harus ditentukan pada saat

sirkuit arus dan tiap elemen mengalir arus dasar yang

terlambat 60º dibelakang tegangannya pada terminal-

terminal dari elemen tersebut, semua sirkuit tegangan dari

elemen-elemen penggerak ( tegangan fasa banyak )

seimbang, dimana nilai r.m.s nya adalah sesuai dengan

50
referensi tegangan pada alat pengubah fasa sesuai

dengan diagram sambungan.

D. Rangkuman

Pada dasarnya pengujian meter kWh dilaksanakan sebelum meter

kWh digunakan/dipasarkan ke masyarakat sampe pada saat

penggunaannya tetap dilaksanakan pengujian agar tidak merugikan

pelanggan, dalam hal ini pelanggan yang dimaksud adalah

pelanggan dari PT. Perusahaan Listrik Negara.

Sebelum produsen meter kWh memasarkan produknya ke

masyarakan maka harus dilakukan adalah pengujian ijin tipe, dimana

pengujian ini dilakukan oleh Direktorat Metrologi Departemen

Perdagangan. Setelah menjapatkan ijin tipe, maka selama

penggunaanya tetap dilakukan pengujian untuk menjaga

keakuratannya (prosesnya bisa disebut menera). Pengujian yang

dilakukan dengan cara metoda perbandingan energi dan metoda

Watt meter dan stopwatch. Kedua metoda ini dilakukan bersamaan

dan atau dapat dilakukan dengan salah satu metoda saja.

E. Latihan

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar :

51
1. Sebutkan jenis-jenis pengujian yang menggunakan metoda

perbandingan energi !

2. Sebutkan langkah-langkah pengujian dengan meter pilot

menurut kata-kata sendiri !

3. Pada pengujian metoda Watt meter dan stopwatch, tuliskan

rumus waktu dasar meter kWh untuk 3 phasa 3 kawat dan 3

phasa 4 kawat. Analisa perbedaan kedua rumus tersebut !

52
BAB V

PRAKTIKUM METER kWh

Indikator Keberhasilan :
Peserta mampu mempraktekkan meter kWh metoda perbandingan pulsa
Peserta mampu mempraktekkan meter kWh metoda meter pilot
Peserta mampu mempraktekkan meter kWh secara otomatis
Peserta mampu mempraktekkan meter kWh menggunakan Metrotec

A. Praktikum Meter kWh Metoda Perbandingan Pulsa

1. Tujuan

Untuk menentukan kesalahan penunjukan Meter kWh dengan

cara membandingkan terhadap standar ukurnya yang mampu

telusur ke standar Nasional/Internasional dan memenuhi

persyaratan sebagai alat ukur Metrologi Legal.

2. Peralatan yang digunakan

Peralatan yang digunakan dalam pengujian Meter kWh ini

adalah :

a) Instalasi uji Meter kWh 1 phasa yang dilengkapi dengan :

Alat pengatur tegangan

Alat pengatur arus

Alat pengatur factor daya

Alat pengatur sudut phasa.

Alat pencatat putaran piringan meter kWh.

b) Bangku / rak Meter kWh berikut kabel penghubung.

53
3. Notasi

Notasi yang digunakan dalam prosedur ini adalah :

V = Satuan tegangan ( volt )

A = Satuan arus ( ampere )

Cos = Faktor daya

kWh = Satuan Energi aktif ( kilo watt hour )

E = Kesalahan penunjukan Meter kWh ( % )

no = jumlah pulsa meter kWh menurut hitungan

n1 = pembacaan pulsa standar

N = jumlah putaran meter kWh yang diuji

k = nilai konstanta meter kWh. ( mWh / putaran )

K = nilai konstanta standar.

4. Persiapan Pengujian

a) Catat data teknis Meter kWh yang diuji dalam cerapan

pengujian

b) Standar yang digunakan sudah terkalibrasi yang tertelusur

ke standar Nasional/Internasional

c) Teliti arus dasar dan arus maksimum, tegangan referensi,

konstanta putar dan kelas dari meter kWh yang akan diuji.

d) Hubungkan meter kWh yang diuji pada bangku uji

menggunakan kabel-kabel yang tersedia.

e) Lepaskan hubungan antara kumparan arus dan kumparan

tegangan dari meter kWh.

54
f) Hubungan arus secara seri dan tegangan secara parallel.

g) Setelah butir a). s/d f). dilakukan hidupkan instalasi uji

dan lakukan penekan tombol sesuai dengan data meter

kWh sebagaimana butir a).

5. Pelaksanaan Pengujian

a) Setelah itu lakukan pemanasan awal dengan membebani :

tegangan referensi

arus dasar dan

factor daya = 1

selama 30 menit.

b) Sambil melakukan pemanasan awal lakukan pengecekan

konstanta putar Meter kWh dan cocokan dengan data

teknisnya.

c) Setelah pelaksanaan huruf a dan b, lakukan pengujian

gerak tanpa beban / pengujian beban kosong dengan

tegangan yang diberikan sebesar 110 % dari tegangan

referensi serta arus = 0 (tanpa beban). Pada pengujian ini

putaran piringan harus lebih kecil dari 1 putaran

d) Setelah pengujian butir 7.3 lakukan pengujian arus mula

dengan membebani

Tegangan acuan

Arus sebagaimana tabel berikut :

55
% Id untuk meter kWh

kelas

Meter tarif tunggal

Meter lainnya

Tabel 5.1. Tabel Isian

Faktor daya = 1

Jumlah putaran piringan harus lebih besar dari 1.

e) Atur posisi dan sensivitas ‘Scanning Head’

f) Setelah pengujian butir 7.4 lakukan pengujian kebenaran

dengan titik pengujian pada :

100 % Id, tegangan referensi dan faktor daya = 1

100 % Id, tegangan referensi dan faktor daya = 0,5

50 % Id, tegangan referensi dan faktor daya = 1

50 % Id, tegangan referensi dan faktor daya = 0,5

10 % Id, tegangan referensi dan faktor daya = 1

5 % Id, tegangan referensi dan faktor daya = 1

6. Perhitungan

a) Tentukan nilai pulsa meter kWh yang diuji (n0) :

56
b) Perhitungan kesalahan penunjukan meter kWh (E)

= 100%

Kesalahan penunjukan rata-rata (Er)

7. Batas Kesalahan Yang Diinginkan

Batas kesalahan yang diijinkan pada pengujian meter kWh 1

phasa metode meter pilot (pada kondisi referensi) adalah

sesuai dengan tabel dibawah ini :

Batas Kesalahan Yang

No Nilai Arus Faktor Daya Diizinkan ( % )

0,5 1 2

1. 0,05 Id 1 ±1,0 ±1,5 ±2,5

2. 0,5 Id 1 ±0,5 ±1,0 ±2,0

3. 0,5 Id 0,5 ±0,5 ±1,0 ±2,0

4. Id 1 ±0,5 ±1,0 ±2,0

5. Id 0,5 ±0,5 ±1,0 ±2,0

6. Imaks 1 ±0,5 ±1,0 ±2,0

Tabel 5.2. Batas Kesalahan Yang Diijinkan Untuk Meter kWh 1 Phasa

Metoda Meter Pilot

8. Pembubuhan Tanda Tera

a) 1 ( satu ) buah tanda Sah SP 6 bersebelahan dengan HP

pada salah satu baut penutup meter kWh.

57
b) 1 ( satu ) buah tanda jaminan JP 8 pada satu buah baud

yang lain pada penutup meter kWh.

Catatan :

Tutup terminal meter kWh tidak perlu disegel

B. Praktikum Meter kWh Metoda Meter Pilot

1. Tujuan

Untuk menentukan kesalahan penunjukan sekelompok Meter

kWh 1 phasa dengan cara membandingkan terhadap meter

pilot yang telah ditentukan kesalahannya dan mampu telusur ke

standar Nasional /Internasional dan memenuhi persyaratan

sebagai alat ukur Metrologi Legal.

2. Acuan

Standar acuan yang digunakan dalam petunjuk ini adalah :

a) Undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1981

tentang Metrologi Legal

b) Keputusan Sementara Direktur Metrologi Nomor Met –

4005/ 3548/ VIII/1991 Tentang Syarat-Syarat Teknis

Khusus Meter kWh.

c) Surat Direktur Metrologi Nomor Met 1036/449/1992

tanggal 20 Februari 1992 Tentang Pembubuhan Tanda

Tera pada Meter kWh.

3. Ruang Lingkup

58
Petunjuk ini digunakan sebagai petunjuk untuk menera Meter

kWh 1 phasa metode meter pilot dengan batas-batas :

a) Tegangan terminal kurang dari 600 volt.

b) Frekuensi antara 45 – 65 Hz.

c) Menggunakan alat hitung tunggal dan ganda.

d) Meter kWh dengan kelas 0,5 , kelas 1 dan kelas 2.

e) Jenis meter kWh 1 phasa yang diuji mempunyai data

teknis yang sama.

4. Peralatan Yang Digunakan

Peralatan yang digunakan dalam pengujian Meter kWh ini

adalah :

a) Instalasi uji Meter kWh 1yang dilengkapi dengan :

Alat pengatur tegangan

Alat pengatur arus

Alat pengatur factor daya

Alat pengatur sudut phasa.

Alat pencatat putaran piringan meter kWh.

b) Bangku/rak Meter kWh 1 phasa berikut kabel

penghubung.

c) Meter pilot jenis meter kWh 1 phasa yang berfungsi

sebagai standar dan sertifikatnya.

5. Notasi

Notasi yang digunakan dalam prosedur ini adalah :

59
V = Satuan tegangan (volt).

A = Satuan arus (ampere).

Cos = Faktor daya.

kWh = Satuan Energi aktif (kilo watt hour)

E = Kesalahan penunjukan Meter kWh 1 phasa

(%).

Er = Kesalahan rata

Si = Pembacaan simpangan tanda hitam masing-

masing meter kWh..

N = Jumlah putaran meter kWh yang diuji.

p = Jumlah skala pada piringan meter kWh.

6. Persiapan Pengujian

a) Catat data teknis Meter kWh yang diuji dalam cerapan

pengujian.

b) Meter pilot sebagai standar yang digunakan sudah

terkalibrasi yang tertelusur ke standar

Nasional/Internasional.

c) Teliti arus dasar dan arus maksimum, tegangan referensi,

konstanta putar dan kelas dari seluruh meter kWh yang

akan diuji dan harus sejenis dengan meter pilotnya.

d) Hubungkan meter kWh yang diuji pada bangku uji

menggunakan kabel-kabel yang tersedia secara seri.

60
e) Lepaskan hubungan antara kumparan arus dan kumparan

tegangan dari meter kWh.

f) Hubungan arus secara seri dan tegangan secara paralel.

g) Letakkan scanning head pada meter pilot.

7. Pelaksanaan Pengujian

a) Posisikan switch pada manual.

b) Hidupkan Test bench ( tekan switch pada posisi ON.

c) Atur posisi Current out

d) Atur posisi Voltage out.

e) Atur posisi factor daya ( cos phi ) = 1

f) Atur posisi arus pada step 1

g) Atur posisi arus dengan mengatur selector arus serta

membaca pada standar ( sebagai indicator ) pada posisi

Ib.

h) Secara bersamaan dengan butir 7.7 atur phase shifter

pada posisi faktor daya = 1

i) pilih posisi jumlah putaran piringan ( N ) sebesar :

10 putaran untuk bebal 100 % Ib dan p.f = 1

5 putaran untuk beban 100 % Ib dan p.f = 0,5

2 putaran untuk beban 10 % Ib dan p.f = 1

1 putaran untuk beban 5 % Ib dan p.f = 1

j) Setelah itu lakukan pemanasan awal dengan membebani :

tegangan referensi

61
arus dasar dan

factor daya = 1

selama 30 menit.

k) Sambil melakukan pemanasan awal lakukan pengecekan

konstanta putar untuk mencocokan dengan data

teknisnya.

l) Setelah itu, lakukan pengujian gerak tanpa

beban/pengujian beban kosong dengan tegangan yang

diberikan sebesar 110 % dari tegangan referensi serta

arus = 0 (tanpa beban). Pada pengujian ini putaran

piringan harus lebih kecil dari 1 putaran.

m) Setelah itu lakukan pengujian arus mula dengan

membebani

Tegangan acuan

Arus sebesar

% Id untuk meter kWh

kelas

0,5 1 2

Meter tarif tunggal 0,3 0,5 0,5

Meter lainnya 0,4 0,5 0,5

Tabel 5.3. % Id (Arus Dasar) Untuk Masing-masing Kelas Mete

kWh

Faktor daya = 1

Jumlah purtaran piringan harus lebih besar dari 1 putaran.

62
n) Atur posisi dan sensivitas ‘Scanning Head’ pada meter

pilot.

o) Posisikan black mark meter yang diuji pada posisi tepat

pada indeks

p) Tekan tombol start / run untuk mendapatkan posisi black

mark dari meter pilot.

q) Setelah itu lakukan pengujian kebenaran dengan titik

pengujian pada : ( sebanyak 3 kali )

100 % Id, tegangan referensi dan factor daya = 1

r) Setelah putaran meter kWh berhenti, catat penyimpangan

black mark dari masing2 meter kWh yang diuji.

s) Lanjutkan pengujian berikutnya untuk beban :

100 % Id, tegangan referensi dan factor daya = 0,5

10 % Id, tegangan referensi dan factor daya = 1

5 % Id, tegangan referensi dan factor daya = 1

t) Pengujian selesai.

8. Perhitungan

a) Tentukan nilai simpangan tanda hitam terhadap indeks

pada piringan masing-masing meter kWh yang diuji (Si).

b) Perhitungan kesalahan penunjukan meter kWh (E).

= 100%

c) Kesalahan penunjukan rata-rata (Er)

63
=
3
9. Pembubuhan Tanda Tera

a) 1 ( satu ) buah tanda Sah SP 6 bersebelahan dengan

tanda pribadi HP pada salah satu baut penutup meter

kWh.

b) 1 ( satu ) buah tanda jaminan JP 8 pada satu buah baud

yang lain pada penutup meter kWh.

Catatan :

Tutup terminal meter kWh tidak perlu disegel

Untuk mempermudahkan peserta dalam praktikum ini disediakan

cerapan yang ada di lampiran 1.

C. Praktikum Meter kWh Secara Otomatis

1. Tujuan

Menentukan kesalahan penunjukan meter kWh 1 phasa 2

kawat dengan membandingkan dengan standar dengan

perhitungan secara otomatis.

2. Peralatan Yang Digunakan.

Instalasi Uji Meter kWh yang menggunakan error calculator unit

( ECU ) Meter kWh yang diuji.

64
3. Batas Kesalahan Maksimum Yang Diizinkan ( sesuai dengan

SSTK ) Untuk meter 1 fase yang dilakukan tidak pada kondisi

acuan, sebagaimana tabel berikut :

Batas Kesalahan

Maksimum yang
No. Nilai arus Faktor daya
diizinkan

Meter Kelas 2

1 O,5 Id 1 3,5%

2 Id 1 2,5%

3 Id 0,5 (Ind) 3,0%

4 Imaks 1 2,5%

5 O,5 Id 1 2,5%

Tabel 5.4. Batas Kesalahan yang Diijinkan untuk Meter kWh Kelas 2

Catatan : tabel Batas kesalahan yang Diizinkan ini

diperuntukkan bagi meter kWh 1 phasa yang dilakukan di

ruangan yang tidak dikondisikan pada kondisi acuan.

4. Persiapan pengujian

a) Pasangkan meter kWh yang akan diuji pada bangku uji

yang telah tersedia.

65
b) Penyambungan kawat disesuaikan dengan jenis meter

kWh yang akan diuji. (yaitu meter kWh 1 phasa).

c) Urutan penyambungan pada terminal tsb. yaitu dengan

urutan sesuai nomor yang tertulis pada terminalnya serta

cara penyambungannya digambarkan di balik tutup

terminal. Urutannya ( dari kiri ke kanan ):

Arus masuk.

Tegangan ( phasa 1 )

Arus keluar.

Netral dari tegangan.

d) Pasangkan sensor pendeteksi putaran piringan pada

meter kWh.

e) Ketepatan pemasangan sensor ini dapat diketahui dari :

Jika posisi Sensor ( photo transistor ) belum sejajar

dengan tanda hitam ( black-mark ) pada piringan,

maka LED kuning pada electronic calculator error (

ECU ) tidak berkedip saat pengujian.

Jika posisi Sensor ( photo transistor ) belum pas dan

trimer ECU belum pas, maka LED kuning pada

electronic calculator error ( ECU ) menyala terus

menerus.

5. Persiapan Data masukan komputer.

66
a) Jalankan program WINKWH dengan cara klik short cut

WINKWH pada desktop Window, dan akan muncul

tampilan program kalibrasi meter.

b) Pada tampilan ini program kalibrasi ini , pilih perintah

selanjutnya dengan cara klik menu SYSTEM.

c) Pada menu system terdapat menu lebih lanjut yaitu untuk

perintah pengujian ( calibrate meter ) dan perintah keluar (

exit ) ini klik CALIBRATE METER atau dengan menekan

tombol F1 selanjutnya muncul tampilan sbb :

Gambar 5.1. Tampilan Aplikasi Praktikum Meter kWh Otomatis

67
d) Pada tampilan tersebut di atas, masukkan data meter

serta data lain yang diperlukan meliputi :

Tanggal pengujian

Nama perusahaan pemohon

Merek dan tipe meter kWh

Jumlah meter yang diuji

Nomor seri

Jenis meter kWh ( I phasa atau 3 phasa )

MPE (%) pada : Full Load, Ind Load, dan Low Load

(sesuaikan dengan kelas akurasi Meter kWh )

Konstanta meter kWh

Tegangan referensi

Arus dasar dan arus maksimum meter kWh

Kelas akurasi meter kWh

Temperatur .

Nama petugas

Waktu pengujian gerak mula ( starting time )

Waktu pengujian beban kosong ( Creeping time

pada no load test )

Interface port

Penanggung jawab pengujian

Dst.

68
e) Setelah data yang kita masukkan sudah lengkap, klik

SAVE SETUP,

f) Untuk memulai pengujian klik NEW TEST.

g) Kemudian klik FULL LOAD yang bertuliskan GO, ditandai

dengan kedipan led pada kolom Full Load.

6. Pelaksanaan Pengujian

a) Pastikan seluruh tombol pada posisi off.

b) Pastikan posisi selektor pada posisi minimum.

c) Hidupkan saklar utama ( main switch ).

d) Posisikan switch tegangan output pada posisi 1 phasa ( 1

e) Posisikan switch arus output pada posisi 1 phasa ( 1 )

f) Posisikan switch cos phi pada posisi cos phi = 1 (contoh

untuk beban penuh )

g) Posisikan step arus pada angka 1 ( step a )

h) Pilih menu setting arus pada meter standar pada posisi

100 Ampere.

i) System measurement 3 ph, 4 kawat

j) Energy pada posisi Wh dan automatic.

k) Dalam hal test bench dilengkai dengan pengatur

tegangan, atur penyetelan tegangan secara perlahan dari

posisi minimum ke posisi maksimum sampai didapatkan

nilai tegangan yang kita kehendaki sesuai dengan nilai full

69
load ( Vref ) dengan membaca penunjukan tegangan pada

meter standar ).

l) Atur penyetelan arus secara perlahan dari posisi minimum

ke posisi maksimum sampai didapatkan nilai arus yang

kita kehendaki sesuai dengan nilai ( contoh full load = 100

% Ib ) dengan membaca penunjukan arus pada meter

standar ).

m) Bersamaan dengan penyetelan arus, lakukan juga

penyetelan phasa shifter dari posisi minimum menuju

maksimum sampai diperoleh nilai cos phi yang sesuai (

contoh full load cos phi = 1 dengan membaca

penunjukan cos phi pada meter standar )

n) Pembacaan tegangan 1 phasa (Vr), arus 1 phasa (Ir) dan

nilai cos phi ( p.f.) dapat dilihat pada Meter standar.

o) Apabila nilai tegangan, arus dan cos phi sudah sesuai,

perhatikan nilai kesalahan penunjukannya ( Error % ) dari

meter kWh yang diuji pada electronic calculator error (

ECU ).

p) Perhatikan juga pada pencatatan komputernya.

q) Amati pembacaan tersebut sebanyak 3 kali untuk

menentukan ketidak tetapannya.

r) Selanjutnya data dapat disimpan data data base cara

dengan klik SAVE DATA.

70
s) Untk menampilkan layar report, klik menu pulldown

REPORT kemudian klik CALIBRATION RESULT atau

dengan menekan tombol F2 pada keyboard.

t) Pengujian selesai.

u) Kembalikan posisi penyetelan tegangan (jika ada)

penyetelan arus dan penyetelan phasa shifter pada posisi

minimum.

D. Praktikum Meter kWh Menggunakan Metrotec

1. Tujuan

Untuk menentukan kesalahan penunjukan Meter kWh 1 phasa

dengan cara membandingkan terhadap Meter kWh Standar

(Metrotec) yang telah ditentukan kesalahannya dan mampu

telusur ke standar Nasional /Internasional dan memenuhi

persyaratan sebagai alat ukur Metrologi Legal.

2. Acuan

Standar acuan yang digunakan adalah :

a) Undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1981

tentang Metrologi Legal.

b) Keputusan Sementara Direktur Metrologi Nomor Met –

4005/ 3548/ VIII/1991 Tentang Syarat-Syarat Teknis

Khusus Meter kWh.

71
c) Surat Direktur Metrologi Nomor Met 1036/449/1992

tanggal 20 Februari 1992 Tentang Pembubuhan Tanda

Tera pada Meter kWh.

3. Ruang Lingkup

a) Prosedur ini digunakan sebagai pedoman untuk menera

Meter kWh 1 phasa menggunakan Metrotec dengan

batas-batas :

Tegangan terminal 127 volt atau 220 volt.

Frekuensi antara 50 Hz.

Menggunakan alat hitung tunggal dan ganda

Meter kWh jenis dinamis..

Meter kWh dengan kelas 0,5 ; 1 ; 2.

b) Rentang ukur pengujian antara 5 Ampere sampai dengan

60 Ampere.

4. Sarana yang Digunakan

Peralatan yang digunakan dalam pengujian Meter kWh ini

adalah :

Portable Meter kWh Standar ( Metrotec )

Kabel-kabel penghubung.

Cerapan pengujian.

Petunjuk Penggunaan Metrotec

5. Notasi

Notasi yang digunakan dalam prosedur ini adalah :

72
V = Satuan tegangan ( volt ).

A = Satuan arus ( ampere ).

E = Kesalahan penunjukan Meter kWh 1 phasa ( % ).

Er = Kesalahan rata ( % ).

N1 = Jumlah putaran meter kWh yang diuji.

N2 = Pembacaan Metrotec ( pulsa )

C1 = Konstanta putar Meter kWh ( mWh/putaran )

C2 = Konstanta Metrotec ( mWh/pulse )

6. Batas Kesalahan yang Diijinkan

Batas kesalahan yang diijinkan pada pengujian dengan

metode ini adalah sesuai dengan table dibawah ini :

Batas Kesalahan
Nilai Arus Faktor
No.
Yang Diizinkan ( % )
Daya
0,5 1 2

1 0,05 Id 1 1,0 1,5 2,5

2 0,5 Id 1 0,5 1,0 2,0

3 Id 1 0,5 1,0 2,0

4 I maks 1 0,5 1,0 2,0

Tabel 5.5. Batas Kesalahan yang Diijinkan untuk Meter kWh Kelas 0,5; 1;

dan 2

7. Persiapan Pengujian

a) Catat data teknis Meter kWh yang diuji dalam cerapan

pengujian yaitu:

Pemilik :

73
Meter kWh :

Kelas :

Tipe :

No. seri :

Konstanta putar :

Tegangan :

Ib ( Imaks ) :

Frekuensi :

CT : Diisi jika menggunakan trafo

PT : arus

Diisi jika menggunakan trafo

tegangan

b) Meter kWh standar (Metrotec) yang digunakan sudah

terkalibrasi yang tertelusur ke standar Nasional /

Internasional.

c) Hubungkan meter kWh yang diuji dengan Meter kWh

Standar (Metrotec) menggunakan kabel-kabel yang

tersedia sesuai gambar yang tertera pada Metrotec (lihat

gambar di bawah).

d) Hubungan antara kumparan arus dan kumparan tegangan

dari meter kWh harus tetap tersambung.

e) Hubungkan titik-titik positif dan titik netral dengan jaringan

PLN.

74
f) Tentukan nilai arus sesuai dengan beban yang diinginkan

(umumnya pada 100 %Ib, 50 %Ib dan 10 %Ib atau 5

%Ib).

g) Setelah butir a). s/d f). dilakukan, hidupkan Metrotec

dengan cara memutar alat pengatur arus ke arah

berlawanan jarum jam

h) Setelah butir g) dilakukan maka akan terlihat salah satu

lampu indicator tegangan menyala secara otomatis

menempatkan tegangan jaringan yang terpasang yaitu :

Jika tegangannya 220 volt, maka indicator tegangan

220 volt yang menyala

Jika tegangannya 110 volt, maka indicator tegangan

127 volt yang menyala

8. Pelaksanaan Pengujian

a) Setelah itu lakukan pemanasan awal dengan membebani :

tegangan referensi

arus dasar dan

selama 30 menit.

b) Sambil melakukan pemanasan awal lakukan pengecekan

konstanta putar untuk mencocokan dengan data

teknisnya.

c) Setelah pelaksanaan butir a) dan b), lakukan pengujian

gerak tanpa beban/pengujian beban kosong dengan

75
tegangan yang diberikan sebesar 110 % dari tegangan

referensi serta arus = 0 (tanpa beban). Pada pengujian ini

putaran piringan harus kurang dari 1 putaran

d) Setelah pengujian butir 8.3 lakukan pengujian arus mula

dengan membebani :

Tegangan acuan

Arus sebesar :

% Id untuk Meter kWh klas :

0,5 1 2

Meter Tarif Tunggal 0,3 0,5 0,5

Meter Lainnya 0,4 0,5 0,5

Tabel 5.6. Arus Dasar untuk Meter kWh Kelas 0,5; 1; dan 2

Jumlah purtaran piringan harus lebih besar dari 1 putaran

e) Setelah pengujian butir d) lakukan pengujian kebenaran

dengan titik pengujian pada :

100 % Id, tegangan referensi dan factor daya = 1

dengan jumlah putaran piringan = 10

10 % Id, tegangan referensi dan factor daya = 1

dengan jumlah putaran piringan = 2

5 % Id, tegangan referensi dan factor daya = 1

dengan jumlah putaran piringan = 1

9. Perhitungan

76
a) Tentukan nilai simpangan tanda hitam terhadap indeks

pada piringan masing-masing meter kWh yang diuji. (Si)

b) Perhitungan kesalahan penunjukan meter kWh (E)

( 1 1) ( 2 2)
= 100%
2 2
c) Untuk memudahkan dalam penggunaan cerapan, formula

se-bagaimana butir 8 a) dapat diubah sebagai berikut

( 1 1)
2
= 2 100%
2
Dimana :

1 1
=
2
d) Kesalahan penunjukan rata-rata (Er)

=
3
10. Pembubuhan Tanda Tera

a) 1 ( satu ) buah tanda Sah SP 6 bersebelahan dengan

tanda pribadi HP pada salah satu baut penutup meter

kWh.

b) 1 ( satu ) buah tanda jaminan JP 8 pada satu buah baud

yang lain pada penutup meter kWh.

Catatan :

Tutup terminal meter kWh tidak perlu disegel

77
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemabahsan peneraan ukutan energi listrik ini terutama untuk alat

ukurnya berupa meter kWh. Sebelum memeasuki bahasan tentang

meter kWh, sebelumnya disediakan bab yang membahas tentang

energi listrik yang di dalamnya merupakan bahasan pengulangan

dari dasar elektronika.

Bahasan meter kWh meliputi ketentuan umum dari syarat-syarat

teknis khusus meter kWh yang dikeluarkan oleh Direktorat Metrologi

Departemen Perdaganan. Bahasan lainnya yaitu elemen dan

klasifikasi meter kWh tersebut. Meter kWh dibagi ke dalam 6 elemen

utama yang saling keterkaitan, keenam elemen tersebut adalah

elemen penggerak, elemen putar, elemen pengerem, elemen

penghitung, terminal, dan peralatan kompensasi dan penyetel.

Sedangkan pengklasifikasiannya didasarkan pada arus yang lewat;

prinsip dan sistem kerjanya; pemakaian phasa, pemakaian

transformator; cara penyambungan kawat; penunjukkan register;

lokasi dan syarat pemasangan; jenis kotak; sistem pencatatan;

sistem pembayaran; dan sistem pembayaran.

78
Pada bahasan pengujian ini dibagi menjadi tiga jenis pengujian,

yaitu: meotda perbandingan energi; metoda Watt meter dan

stopwatch; dan pengujian ijin tipe meter kWh. Khusus pengujian ijin

tipe, merupakan pengujian yang dilakukan terhadap meter kWh

sebelum meter kWh tersebut dipasarkan oleh produsen. Jika

pengujian ini telah dilewati maka produsen akan mendapatkan ijin

tipe dan diperkenankan untuk dipasarkan. Sedangkan kedua metoda

yang lainnya merupakan pengujian yang rutin dilakukan ketika meter

kWh telah dan sedang digunakan.

Bagian bab terakhir diisi oleh petunjuk praktikum meter kWh, yaitu:

Praktikum Meter kWh Metoda Perbandingan Pulsa, Praktikum Meter

kWh Metoda Meter Pilot, Praktikum Meter kWh Secara Otomatis,

dan Praktikum Meter kWh Menggunakan Metrotec.

B. Implikasi

Mengingat luasnya cakupan pembelajaran tentang peneraan ukuran

energi listrik (meter kWh), hal ini menuntut Widyaiswara untuk

mengembangkan pengetahuannya, menguasai materi pokoknya,

termasuk materi pokok diluar bahasan ini yang masih relevan.

Sebagai contohnya adalah penguasaan terhadap bagian dari

elektronika dasar dan fisika tentang rangkaian listrik dan

79
elektromagnetik karena bahasan ini merupakan salah satu faktor

yang dapat menentukan sukses atau tidaknya pembelajaran.

C. Tindak Lanjut

Penguasaan konsep dan pengetahuan tentang peneraan ukuran

energi listrik (meter kWh) tidak cukup, akan tetapi perlu dilakukan

praktik yang terus menerus. Adapun sebagai bahan tambahan dapat

dilakukan demonstrasi/praktikum yang khusus membahas tentang

meter kWh.

Pada era serba informasi ini tidak menutup kemungkinan

penguasaan materi dapat dilakukan melalui internet sebagai sumber

pengetahuan. Praktikum yang tersedia di internet pun cukup bagus

untuk mengilustrasikan hal-hal penting yang menyangkut konsep

kinematika dan dinamika, atau dengan kata lain simulasi melalui

website.

80
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Metrologi Legal No. 2/1981.

Keputusan Direktorat Metrologi No. 923/Dirmet-1/III/1997 tentang Syarat–

syarat Teknik Khusus Meter kWh.

Surat Direktur Metrologi Nomor Met 1036/449/1992 tanggal 20 Februari

1992 Tentang Pembubuhan Tanda Tera pada Meter kWh

Sutrisno, “ Elektronika Teori dan Penerapannya “, Penerbit ITB, Bandung,

1987.

81
LAMPIRAN 1

Laporan Praktikum Meter kWh Metoda Meter Pilot

Model :
CERAPAN PENGUJIAN BALAI DIKLAT METROLOGI
METER kWh
1 PHASA
Metode Meter Pilot
Pemilik :
Alamat :
Data Pengujian
Merek dan Buatan : Kelas :
Model / Tipe : : Frekuensi :
No. Seri : Berlaku sampai :
I dasar / Imaks : Ratio ( CT x PT ) :
Tegangan Nominal : Tanggal Pengujian :
Konstanta Putar :
Pemanasan Awal
Dibebani 100 % Id dan Tegangan Nominal serta Faktor Daya = 1 , selama 30 menit.
Pengujian Konstanta *)
Hitung perbandingan putaran antara piringan dan register (alat hitung )
Hasilnya harus sesuai dengan nilai konstanta yang tertera pada plat pengenal. . Sah/Batal *
Pengujian Tanpa Beban Arus ( Pengujian Beban Kosong )
Dibebani 110 % Tegangan Nominal, tanpa beban Arus dan Faktor Daya = 1
Putaran piringan harus kurang dari 1 putaran Sah/Batal *
Pengujian Arus Mula
Dibebani arus sesuai dengan 0,5 % Id, 100 % Tegangan nominal dan Factor Daya = 1
Putaran piringan harus lebih dari 1 putaran Sah/Batal *

Putaran Piringan
Putaran Tegang Arus Cos Kesalahan E rata2 BKD
an % Id Meter Meter penunjuka % %
(Volt) kWh Pilot n
(skala) (skala)
%
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=((5)- (8) (9)
(6))): (6)

100 1

100 0,5

10 1

5 1

Catatan :
*) Pengujian konstanta dapat digantikan dengan pengujian register dengan cara membandingkan penunjukan
register dan standar menggunakan periode waktu yang lama.

PETUGAS KETERANGAN
No Nama Kelompok

82
BIODATA

Nama lengkap Vera Firmansyah, lahir di Lebak


pada tanggal 26 Februari 1979. Sekolah Dasar
dan Sekolah Menegah Pertama diselesaikan di
Bayah, sedangkan Sekolah Menegah Umum
diselesaikan di Serang.

Pada tahun 1998 masuk ke Institut Teknologi


Bandung di Departemen Fisika dan lulus pada
tahun 2002 dengan bidang keahlian komputasi fisika bumi dan
menyandang predikat kumlaude. Sebelum bekerja di PT. Krakatau Steel
Group sebagai IT Engineer, sempat mengalami selama 6 (enam) bulan
menjadi koordinator asisten di Laboratorium Fisika Dasar ITB. Pada tahun
2004 melanjutkan sekolah ke Magister Sains (S2) di Departemen Fisika
ITB dengan bidang keahlian komputasi fisika bumi (pemodelan).

Pada tahun 2007 masuk ke Departemen Perdagangan R.I sebagai


Widyaiswara di Balai Diklat Metrologi Bandung. Selama menjadi Calon
Pegawai Negeri Sipil telah mengikuti beberapa diklat, diantaranya : Diklat
Fungsional Penera, Diklat Pra Jabatan, dan Diklat Calon Widyaiswara.
Selain mengikuti diklat telah memiliki sertifikat sebagai auditor ISO
9000:2001 dan sertifikat kalibrasi alat ukur.

Sekarang tinggal di alamat Jl. Kanayakan D52, RT 0006, RW 0008, Kel.


Dago, Kec. Coblong, Bandung, 40132.

83

You might also like