You are on page 1of 8

“Perjalanan Kebenaran”

Tokoh dan Pemeran

• Arby sebagai Sutan Mentari Ameh `baik


• Fauzi sebagai Sutan Batu Karang ‘ jahat/pengiri
• Awil sebagai Puti Rinai Sanjo ‘baik, bijaksana
• Putri sebagai Lenggogeni ‘kelihatan baik, sebenernya jahat
• Yuli sebagai Nining ‘disangka penipu, slalu tergesa2
• Mila sebagai Sri Lamunan ‘baik
• Ariza sebagai Prajurit ‘baik, setia

Cerita dan Dialog :


Narator:
“Kisah ini bersettingkan waktu sekitar 100 tahun silam di sebuah kerajaan terpencil bernama
Kerajaan Pararuguh. Saat itu Datuak Parpatiah nan duo batang meninggal dunia karena jatuh
dari kuda. Maka Puti Rinai Sanjo memutuskan untuk melantik raja berikutnya, dan beliau
memilih anak keduanya yaitu Sutan Mentari Ameh karena dia berkepribadian elok, bijaksana
dan dekat dengan rakyatnya. Sehingga sarung warisan kerajaan Pararuguh pun kini menjadi
miliknya. Sementara itu, Sutan Batu Karang merasa dirinya yang merupakan anak pertama
dan seharusnya menggantikan Ayahandanya, merasa diabaikan dan dipermalukan. Hatinya
yang penuh dengan rasa iri dan dengki tehadap adiknya, membuatnya bertekad untuk
mengalahkan sang adik dengan duel sarung. Sehingga terjadilah pertarungan sengit antara
Sutan Mentari Ameh dan Sutan Batu Karang di hutan belantara sebelah utara dari Kerajaan
Pararuguh. Seorang prajurit kerajaan (yang sangat patuh pada Puti Rinai Sanjo dan setia
kepada Sutan Mentari Ameh) menjaga Sutan Mentari Ameh agar tidak terluka, namun begitu
Sutan Batu Karang sangatlah kuat. Sutan Mentari Ameh betul-betul terdesak”

BABAK 1
*suara adu sarung yang berirama*
Sutan Mentari Ameh : Oi Oi,bang! Santailah dikit.. aku nyaris mati tau…
Sutan Batu Karang : Itulah yang kuharapkan!!
Sutan Mentari Ameh : haha, abang ini becanda aja deh..
Sutan Batu Karang : (bersiap menebaskan sarung) Kau akan tahu aku bercanda
atau tidak..
Sutan Mentari Ameh : ( memberi kode pada Prajurit)
( Prajurit melemparkan sesuatu yang ternyata adalah sarung warisan)
Sutan Batu Karang : Kau sungguh licik! Aku benci kamu.. Heaa… (maju)
Sutan Mentari Ameh : Aku bukan orang yang licik…!!! Hea…. (maju)
*suara adu sarung yang berirama lagi*
*Posisi Sutan Batu Karang akhirnya terhimpit*
Sutan Mentari Ameh : Menyerahlah! Sekarang akuilah, bahwa memang aku yang
pantas mewarisi sarung warisan ini!!
Sutan Batu Karang : Gag akan pernah!! Kamu hanya pecundang! Tanpa sarung itu
kamu tidak bisa berkutik sedikit pun!! (bangkit dan merebut
pedang warisan)
Prajurit : Gawat!! (mendekat ke tempat bertarungnya Sutan)
Sutan Batu Karang : Kau akan mati disinii..!!
Sutan Mentari Ameh : (menunduk dan menutup mata dengan pasrah)

(Terdengar suara tamparan sarung yang keras namun Sutan Mentari Ameh tidak merasakan
sakit apapun, dia membuka matanya dan terkejut melihat prajurit yang terbaring dengan
memar di lengannya)

Sutan Mentari Ameh : Prajurit!! (memeluk Prajurit yang hampir jatuh ke badannya)
Tidak!! Tidak! Apa-apaan kamu!? Ini sudah keterlaluan!! Kau
terlalu dipenuhi oleh kedengkian... Puti pasti akan
menghukummu! (berteriak dengan suara parau)
Sutan Batu Karang : Bukan salahku!!! Ini sama sekali tidak.. aku.. (takut, lalu dia
kabur dengan menbawa sarung warisan)
Sutan Mentari Ameh : Bertahan,prajurit.. kumohon bertahanlah..
Prajurit : A.. Aku tidak apa-apa, tuan.. (merintih) Lebih baik, anda
segera menghubungi Puti.. Beliau pasti tahu cara untuk
menyembuhkan memar ini..
Sutan Mentari Ameh : O, Ok.. (merogoh handphone si sakunya) Hello, Maam?

(Di seberang sana Puti Rinai Sanjo sedang duduk santai dikejutkan oleh dering handphone
pribadinya, ia segera menjawab.)

Puti Rinai Sanjo : Ya, Ananda Mentari Ameh, Da pa?


Sutan Mentari Ameh : (menceritakan yang terjadi)
Puti Rinai Sanjo : Tidak mungkin!! Sungguh prajurit yang malang..
(mengusap mata yang tidak mengeluarkan airmata sedikitpun)
Batu Karang sangat kejam! Pedang warisan tidak
seharusnya berada di tangannya..Tapi sebelum itu, kau
harus menyembuhkan Prajurit.Kamu harus pegi ke Pustaka
Paguh, disana ada buku berjudul “Cara menyembuhkan Luka
pada Prajurit akibat tusukan pedang warisan, karangan
Arby wijaya”
Sutan Mentari Ameh : Baik,
Puti Rinai Sanjo : Dan yang akan menemani perjalanannmu adalah dua
warga kerajaan yang tidak biasa, mereka sangat membantu
untuk kesembuhan prajurit dan nama mereka adalah..(suara
tidak jelas) karena itu, hati-hatilah terhadap yang palsu..
(telepon benang diputus)
Sutan Mentari Ameh : Maam!? Hello? Suaramu tidak jelas..
Prajurit : Da Pa?
Sutan Mentari Ameh : Teleponnya putus, petunjuk Puti jadi tidak jelas..
sungguh aneh
(Sutan Mentari Ameh membantu Prajurit untuk berdiri, keduanya pun pergi menembus hutan
belantara)

BABAK 2
Narator:
“Di Istana, Puti Rinai Sanjo keheranan dengan masalah yang dialami telepon genggamnya. Ia
segera ke kamarnya,namun saat Ia masuk ke kamarnya, tampak Sutan Batu Karang membawa
sarung warisan dan benang-benang telepon yang kusut di tangannya”

Puti Rinai Sanjo : Betapa kejinya dirimu!! (mendekat hendak menampar Sutan Batu)
Sutan Batu Karang : Jangan sentuh aku! (mengancam dengan sarung warisannya)
(Puti Rinai Sanjo shock dengan sikap Sutan Batu yang tidak tahu diri)
Puti Rinai Sanjo : Jangan macam-macam dengan sarung legenda itu!! Kau hanya
membuatnya semakin kotor, anak tidak tahu diri!
Sutan Batu Karang : Aku gag peduli,tuh! Sekarang katakan saja padaku!
Bagaimana caranya menggunakan kekuatan magis yang
terkandung dalam pedang ini!!
Puti Rinai Sanjo : Berani sekali kamu menanyakan hal itu sementara kau sudah
melukai makhluk tidak bersalah dengan pedang legenda itu!!
Aku tidak akan pernah mengatakannya padamu! Karena kau
pasti akan menampar wajah adikmu yang dapat
membangkitkan kekuatan magis sarung itu!!! (Ucap Puti
menggebu-gebu, hingga ia tidak sadar bahwa rahasianya telah ia
ucapkan sendiri)
Sutan Batu Karang : haha..Aku bersyukur mempunyai Ibu bodoh sepertimu..
HAHAHA (kabur)
Puti Rinai Sanjo : Tunggu!!! Tunggu kau anak durhakaa... (geram)

BABAK 3
Narator:
“Di Hutan, tampak Seorang penjual bunga yang tampangnya baik hati. Saat melihat Sutan
Mentari Ameh yang memapah Prajurit, Ia segera menghampiri mereka”
Sri Lamunan : Dengan hormatku, Sutan Mentari Ameh. Sebenarnya, aku
mendapat telepati Puti Rinai Sanjo untuk menuntunmu ke
Pustaka Paguh (membungkuk sampai Sutan Mentari Ameh
menyuruhnya berdiri..)
St Mentari Ameh : Terima kasih, tapi aku harus memberi beberapa pertanyaan.
Puti memperingatkan bahwa akan ada penuntun jalan yang
palsu..
Sri Lamunan : Tidak keberatan
Prajurit: Bolehkah saya yang memberinya pertanyaan,tuan?
(Sutan Mentari Ameh mengangguk)
Prajurit : Berapa lama waktu yang diperlukan agar sampai ke Pustaka
Paguh?
Sri Lamunan : Hanya sebentar.
Prajurit : OK, dia asli,tuan.
(Sutan Mentari Ameh agak ragu sebentar, namun ia setuju. Mereka bertiga pun melanjutkan
perjalanan)

BABAK 4
Narator:
“Masih di hutan yang sama, Kali ini seorang pemungut kayu bakar datang mendatangi Sutan
Mentari Ameh dkk.”
Nining: Hayu Buruan ka Pustaka Paguh! Akan saya antar kalian semua ke pustaka
paguh~ (logat sunda)
Sri Lamunan : Tunggu! Siapa Kamu!! Aku belum pernah melihatmu di daerah
ini sebelumnya..
Nining: Saya? Ow,yeh. Nami abdi teh Nining, emang bukan dari daerah sini, tapi
saya mah dari Kerajaan Marapahit. Salam kenal dulu atuh nya..
(membungkuk)
Prajurit : Siapakah yang memerintahmu menuntun kami ke Pustaka
Paguh??
Nining: Gag ada sih.. tapi.. abdi mah tau... kalian teh butuh penuntun kan??
Sutan Mentari Ameh : (curiga) Apakah kau tahu kekuatan magis dari sarung
warisan?
Nining: Aduh, abdi mah bingung sekali dengan pertanyaan tuan eta mah. Buat apa
nanyain hal itu.. bukanna nun paling penting teh keselamatan
Prajurit eta??
(Sutan Mentari Ameh dan Sri Lamunan semakin curiga kepada
pemungut kayu bakar itu)
Prajurit : Kau benar. Tapi Sutan benar-benar menanyakan hal yang
sangat penting. Apakah kau tidak bisa menjawabnya??
Nining: Nya bisa atuh.. Sarung warisan adalah.. sarung legenda yang diwariskan
secara turun-menurun dari Datuk kepada Sutan-nya yang
paling pantas!
Sri Lamunan : Bagaimana kekuatan magis itu bisa muncul?
Nining: kekuatan magis?? Mana ada yang begitu?? Walaupun saya orang luar, saya
tahu betul tentang sarung warisan kerajaan Pararuh dan sama
sekali gag ada kekuatan magisna da.
(Prajurit berbisik pada Sutan Mentari Ameh)
Sutan Mentari Ameh : Maafkan saya, nining. Tapi aku tidak bisa membawamu
dalam perjalanan ini
Nining: Eh?? Kunaon??
Prajurit : Karena kau menipu kami!
Sri Lamunan : Kau palsu!
(Sutan dan yang lain hendak melangkah pergi, Nining segera mencegah dan menarik Sri
Lamunan)
Nining: Saya tidak menipu kalian.. saya teh benar-benar ingin menolong..
Sri Lamunan : Lepaskan! Jangan ikuti kami, kami benar2 tidak pnya waktu
untuk meladeni penipu seperti kamu!
Nining: Euleuh euleuh.. gimana sih datuk ni? Ragu pula saya jadinya! ( Berbalik
pergi dengan pasrah)

BABAK 5
Narator:
“Masih di hutan yang sama, kini Sutan bertemu dengan seseorang yang membawa-bawa
parfum di tangannya. Ia menghampiri Sutan Mentari ameh dengan senyum menawan.
Lenggogeni : Ini yang sudah kutunggu-tunggu! (membungkuk pada Sutan)
Perkenankan hamba memperkenalkan diri.. Nama saya
Lenggogeni, asli keturunan keluarga Raden Ningsih dari
Pararuguh. Aku diperintahkan Puti Rinai Sanjo untuk
menuntun anda ke Pustaka Paguh..
(Sutan Mentari Ameh memerintahkannya berdiri)
Sutan Mentari Ameh : Sudah tak ada waktu lagi. Kita pergi sekarang..
Lenggogeni : Siap!

BABAK 6
Narator:
“Akhirnya Sutan Mentari Ameh tiba di Pustaka Paguh. Ia memerintahkan Sri Lamunan dan
Lenggogeni menemukan buku “Cara Menyembuhkan memar pada Parajurit akibat tamparan
sarung warisan, karangan Arby wijaya”. Sementara itu memar Prajurit hampir infeksi, Sutan
menjaganya di luar Perpus sampai Sri Lamunan keluar dengan membawa buku itu.”
Sutan Mentari Ameh : biar aku yang membacanya.. (membuka halaman
pertama. Lalu membacanya dengan seksama –disuarakan- ) Untuk
mengobati luka prajurit akibat tebasab sarung warisan,
adalah dengan cara membuat ramuan khusus. Pertama,
Sediakan baskom atau wadah lalu ambillah cairan
kebenaran yang menetes dari tanaman bunga bougenvil
sekitar dua tetes.
Lenggogeni : Akan segera kucarikan..! (pergi dan kembali dalam 5 detik)
Sutan Mentari Ameh : Masukkan tetesan air itu lalu campur dengan air dari
danau yang tenang di belakang pustaka.
Sri Lamunan : Akan segera kucarikan..! (pergi dan kembali selama 5 detik)
Sutan Mentari Ameh : Masukkan bunga yang harum akan kejujuran yang bar
dipetik saat matahari sepenggalan
Sri Lamunan : Pakai saja bunga milik saya!! Ini benar-benar baru dipetik
saat matahari sepenggalan!!
Prajurit : Terimakasih, Sri.. (Sri Lamunan hanya tersenyum)
Sutan Mentari Ameh : Lalu yang terakhirAduklah dengan ranting/ kayu bakar
dari Hutan Kebijaksanaan... hng?? Emang ada yang punya??
(semuanya terdiam)
Sri Lamunan : Kalau kita bawa si pemungut kayu bakar tadi, pasti
langsung selesai ya..
Sutan Mentari Ameh : (menatap Lenggogeni) Puti berkata bahwa yang
menemani perjalanan kita akan sangat membantu
penyembuhan Prajurit. Tapi kau sama sekali tidak
berperan untuk ramuan ini..
(Lenggogeni tertawa terbahak-bahak)
Lenggogeni : Betapa kalian sangat bodoh! (menyemprot parfumnya ke arah
Sutan, Lenggogeni dan prajurit sehingga mereka jatuh pingsan)
Hellow,tuan! Aku berhasil menjalankan perintahmu!
Sutan Batu Karang : Bagus! (tiba-tiba datang) Dengan begini, aku akan
mendapatkan darah Sutan Mentari Ameh dan menjadi
Datuk yang menguasai Kerajaan Pararuguh ini sesuka
hatiku!!! HAHAHA..
Lenggogeni : Hidup Batu Karang! Hidup Sutan Batu Karang!
Sutan Batu Karang : (bersiap-siap menampar lengan Sutan dengan sarung warisan ke,
namun tiba-tiba dihentikan oleh Puti Rinai Sanjo yang datang
dengan Nining)
Puti Rinai Sanjo : Berhenti!! Tidak seharusnya kau melakukan itu!!
Nining: (menghampiri Prajurit dan Sri Lamunan) Oi.. bangun!!
Sutan Batu Karang : Jangan menghalangiku! (mengangkat Sutan Mentari Ameh dan
menawannya dengan sarung warisan) Atau dia akan mati! (Puti
Rinai Sanjo mundur sementara Sri Lamunan dan Prajurit sudah
terjaga)
Puti Rinai Sanjo : Sutan Batu.. Kau benar-benar tenggelam pada
kedengkian!
Sutan Batu Karang : Dan kaulah penyebabnya!
(Sri Lamunan dan Nining menyerang Sutan Batu dari belakang hingga terjatuh. Prince Sutan
Mentari terbangun, namun segera ditangkap Sutan Batu
Sutan Batu Karang : (menampar Wajah Sutan Mentari ameh dengan sarung)
Lenggogeni : Horray!!!
Puti Rinai Sanjo : TIDAK!!
Nining dll : Sutan Mentari Ameh!!
Sutan Mentari Ameh : Kau benar-benar brengsek, Bang!! (menjauh sambil meraba
pipinya yang memar)
Sutan Batu Karang : HAHAHA.. akhirnya!! Akhirnya aku melukai wajahmu
dengan sarung warisan ini..!! HAHA..
Prajurit : Tidak akan kubiarkan.. (berusaha bangkit sambil menggengam
lengannya yang masih perih, lalu membekuk Batu Karang denagn
mengunci lengannya ke belakang)
Sutan Mentari Ameh : Kau harus diberi pelajaran!! (membekuk Sutan Batu) Sri
Lamunan! Tangkap si penipu Lenggogeni!! (Lenggogeni segera
kabur, dikejar oleh Sri Lamunan) Nining, aku minta maaf
padamu sebelumnya, tapi kumohon tolonglah Prajurit
dengan kayu bakarmu untuk ramuannya (Sutan Batu berusaha
berontak, namun Sutan Mentari sangat kuat)
(Nining memberikan ramuan yang sudah jadi untuk Prajurit, sementara Puti Rinai Sanjo
mengawasi Sutan Batu)
Puti Rinai Sanjo : Kau harus dihukum,Sutan Batu. (Sutan Batu diam saja dibawa
oleh Puti)
Nining: Lihat! Prajurit sudah bangun!
Sutan Mentari Ameh : Alhamdulillah! Hy,Prajurit! Bagaimana perasaanmu?
Prajurit : Hebat! HAHA.. (berdiri) Bagaimana dengan sarung
warisan? ( Sutan Mentari Ameh mengambil pedang warisan
ditempatnya terlempar)
Sutan Mentari Ameh : Yah, kupikir ini hanya sarung biasa. Sekalipun benar-
benar ada keajaiban, mungkin bukan sekarang waktunya
untuk muncul..
Prajurit dan Nining : Benar juga.. (tertawa)
(Mereka bertiga pergi)

Narator :
“Demikianlah kisah Perjalanan Kebenaran ini berakhir. Kedengkian selalu menguasai diri
untuk kemudian mengubah pribadi kita ke arah yang merugikan. Kita pun kadang tidak selalu
bisa menilai seseorang hanya dari penampilan saja. Dan satu-satunya cara untuk menjadi
orang yang dapat dipercaya adalah dengan mempercayai orang dan melakukan yang terbaik
bagi orang-orang yang membutuhkan kita dan berarti bagi kita.”

NASKAH DRAMA
TUGAS BAHASA INDONESIA

JUDUL NASKAH DRAMA:


“ Perjalanan Kebenaran”

ANGGOTA KELOMPOK :

∂ AKMILLAH ILHAMI
∂ ARBI WIJAYA
∂ ARIZA RAHMA FITRA
∂ M. FAUZI
∂ PUTRI ASRIA
∂ WIDIA YULI SEVTIANI
∂ WILDA TRY WAHYUNI

XI IPA 3

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 BUKITTINGGI


TAHUN AJARAN 2009/2010

You might also like