Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
Dijadikannya BPR sebagai lembaga keuangan penopang permodalan
UKM, maka untuk mengetahui sejauh mana peranan BPR dalam pengembangan
UKM tersebut, penulis mengambil judul :
s
”ANALISIS PERANAN MICROFINANCE (BPR) SEBUAH SOLUSI
STRATEGIS MEMPERKUAT CAPACITY BUILDING UKM DALAM
MENGHADAPI ANCAMAN KRISIS GLOBAL”
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai analisis peranan lembaga
microfinance BPR terhadap pengemabangan sector Usaha kecil dan
menengah, selain itu untuk mengimplementasikan ilmu ekonomi dalam
menganalisis kegiatan-kegiatan usaha kecil dan menengah yang ada di
massyarakat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam
bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Status BPR diberikan
kepada Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih
Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD),
Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga
Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD), dan/atau
lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu.
3
2. 1. 4 Posisi Strategis BPR
Disadari bahwa selama ini sebagian besar pengusaha mikro dan kecil, serta
masyarakat di daerah pedesaan belum mendapatkan pelayanan jasa keuangan
perbankan baik dari aspek pembiayaan maupun penyimpanan dana. Adapun
lembaga keuangan yang tepat dan strategis untuk melayani kebutuhan masyarakat
tersebut adalah BPR dengan pertimbangan:
• BPR merupakan lembaga keuangan yang diatur dan diawasi secara ketat
oleh Bank Indonesia.
4
2.2.2 Kriteria UKM menurut UU No. 20 Tahun 2008
Tidak mudah memang memberikan batasan pengusaha kecil dan menengah
yang dapat diterima oleh semua pihak. Tapi untunglah saat ini sudah ada Undang
Undang RI Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Kecil dan Menengah.
Didalam UU No. 20/2008 tersebut pengertian UKM tergambar dari kriteria UKM,
yang dibedakan berdasarkan, pertama: kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan
bangunan), kedua: hasil penjualan tahunan. Secara ringkas kriteria usaha kecil dan
menengah adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Kriteria Usaha Kecil, dan Menengah
Menurut data Departemen Koperasi tahun 2005, jumlah Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) di Indonesia saat ini sebanyak 42,4 juta unit usaha, menyerap
79 juta tenaga kerja, dan menyumbang hampir 57% PDB nasional (BPS 2003).
Dari jumlah tersebut 99,9 % merupakan usaha kecil. Jadi hanya 0,1 % yang
merupakan usaha menengah. Ini menunjukkan betapa banyaknya pengusaha
mikro dan kecil yang harus diberdayakan. Apabila setiap unit usaha kecil mampu
difasilitasi dan diberdayakan untuk menciptakan 1 (satu) orang kesempatan kerja
atau kesempatan usaha tambahan baru, maka akan tercipta 40 juta kesempatan
kerja baru. Ini artinya, jika kita mampu memberdayakan UKM tersebut, berarti
upaya pemberantasan kemiskinan akan berhasil secara signifikan.
5
BAB III
METODE PENULISAN
Karya tulis ini memfokuskan pembahasan pada analisis peranan BPR (Bank
Pengkreditan Rakyat) sebagai solusi strategis memperkuat capacity building
UKM dalam menghadapi krisis. Sesuai dengan rumusan masalah, penulisan karya
tulis ini menggunakan metode Analisis regresi dan analisis SWOT.
Jenis data yang digunakan dalam karya tulis ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain. Data sekunder yang
digunakan diperoleh dari berbagai sumber antara lain Website BI, Website
depkop, UU RI NO 20 Tahun 2008, Keputusan Menteri Keuangan No
40/KMK.06/2003, UU No.10/1998, Kementrian Negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah RI selain itu juga bersumber dari studi kepustakaan.
6
3.4. Metode Analisis Data
7
4. Ancaman (Threats), Adalah situasi yang tidak menguntungkan bagi
organisasi.
TABEL 2
KRITERIA ANALISIS SWAOT
Turn around
Kuadran IV Kuadran II
Gambar 1
Diagram Analisis SWOT
8
Berbagai Peluang
III I
Berbagai Ancaman
9
Lembaga keuangan adalah lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat
(pihak surplus) dan kembali disalurkan kepada masyarakat (pihak defisit) dalam
rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga keuangan terbagi atas
dua, yaitu Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Non-Bank. Salah
satu yang termasuk ke dalam Lembaga Keuangan Bank adalah Bank Perkreditan
Rakyat (BPR). Sasaran utama dari BPR adalah memenuhi kebutuhan petani,
peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan dalam
bentuk pemberian kredit. Sebab sasaran ini, belum dapat terjangkau oleh bank
umum. Salah satu jenis usaha yang menjadi pembiayaan utama BPR adalah sektor
UKM. Di Indonesia, UKM merupakan sektor penopang perekonomian dalam
kondisi krisis. Oleh sebab itu, diharapkan melalui peranan BPR, capacity building
dari UKM dapat berkembang dan siap untuk menghadapi ancaman krisis.
Gambar 2.
10
Kerangka Pikir
LEMBAGA
KEUANGAN
LEMBAGA LEMBAGA
KEUANGAN KEUANGAN
BANK NON BANK
BPR (BANK
PENGKKREDIT
AN RAKYAT)
FAKTOR
FAKTOR EKSTERNAL
INTERNAL
CAPACITY
BUILDING
(UKM)
0
MENGHADAPI
KRISIS
BAB IV
11
PEMBAHASAN
Tabel 3.
12
Perkembangan Jumlah dan Kantor BPR dari Tahun 2005-2009
Tahun Jumlah
BPR Kantor
2005 2,009 3,106
2006 1,935 3,157
2007 1,817 2,458
2008 1,771 2,574
2009 1,768 2,605
Tabel 4
Kegiatan Usaha BPR Konvensional skala Nasional
Periode : Oktober 2008 - Maret 2009
13
2008 2009
Indikator
Oktober November Desember Januari Februari Maret
Sumber Dana
25,693,756,732 25,743,352,124 26,035,895,347 26,165,747,651 26,534,109,633 26,192,910,557
(Rp. Ribu)
Penanaman Dana
(Rp. Ribu)
30,699,619,979 30,902,730,777 31,281,583,149 31,392,713,225 31,847,546,886 31,381,756,827
- Kredit yg
25,635,646,517 25,746,130,637 25,415,259,877 25,403,567,426 25,887,537,910 25,336,066,167
diberikan
Jumlah Nasabah
(Rekening)
9,989,176 10,857,635 37,507,029 10,549,073 10,076,727 10,119,116
Fungsi intermediasi BPR juga relatif sudah mendekati optimal, terlihat pada
tabel 4, LDR secara nasional mencapai 80,91% pada tahun 2009. Terjadi
penurunan jika dibandingkan LDR 2008 yaitu sebesar 82,91%. Meskipun terjadi
penurunan pada LDR nya, tetapi NPL dari BPR mengalami penurunan sebesar
2%, artinya resiko kredit macet dari BPR menjadi semakin berkurang.
Tabel 5
Kinerja BPR Nasional
(Dalam Persen)
14
3.2 Perkembangan UKM di Indonesia
Sektor ekonomi UKM yang memiliki proporsi unit usaha terbesar adalah
sector (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan,
Hotel dan Restoran; (3) Industri Pengolahan; (4) Pengangkutan dan Komunikasi;
serta (5) Jasa-jasa dengan perkembangan masing-masing sector tercatat sebesar
52,48 persen, 28,12 persen, 6,49 persen, 5,54 persen dan 4,60 persen.
Gambar 3.
Proporsi Sektor Ekonomi UKM Berdasarkan
Jumlah Unit Usaha Tahun 2007
15
Dari tahun ke tahun, jumlah UKM di Indonesia terus meningkat. Dari
tabel 3, tampak bahwa sejak tahun 1999 hingga 2007 terjadi peningkatan jumlah
unit UKM, meskipun pada tahun 2007 terjadi penurunan jumlah unit Usaha Kecil
sebesar 2% dan untuk Usaha Menengah terjadi penurunan sebesar 6,23% pada
tahun 2001. Rata-rata pertumbuhan tahunan untuk Usaha Kecil lebih rendah
dibandingkan rata-rata pertumbuhan Usaha Menengah yaitu sebesar 3%,
sedangkan Usaha Menengah tumbuh sebesar 11,8%. Meningkatnya jumlah unit
UKM dari tahun ke tahun dapat dijadikan sebagai peluang yang dapat mengurangi
tingkat pengangguran dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ditambah lagi, UKM selalu dapat bertahan ditengah kondisi krisis. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu 1) Bahan baku yang digunakan oleh UKM
berasal dari dalam negeri, 2) Pangsa pasar UKM besar di pasar domestik.
Tabel 6.
TAHU GROWTH
KECIL MENENGAH UKM
N (%)
37,859,50
1999 9 52,214 37,911,723
38,669,35
2000 5 54,632 38,723,987 2,14
38,853,74
2001 1 51,227 38,904,968 0,47
2002 40,705,67 58,992 40,764,668 4,78
16
6
42,326,51
2003 9 61,986 42,388,505 3,98
43,641,09
2004 4 66,318 43,707,412 3,11
47,006,88
2005 9 95,855 47,102,744 7,77
48,822,92
2006 5 106,711 48,929,636 3,88
47,702,31
2007 0 120,253 49,840,489 1,86
(Sumber : Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI, Data Diolah)
17
4.3.1 Hasil Pengujian Regresi
18
Secara teori jumlah kredit berpengaruh positif terhadap perkembangan UKM.
Dari hasil pengolahan data, ditemukan bahwa variable kredit BU lebih signifikan
daripada variable kredit BPR dalam mempengaruhi perkembangan UKM. karena
fokus penelitian ini ditujukan pada lembaga keuangan mikro, dalam hal ini BPR .
kemudian untuk mengetahui faktor-faktor penyebab tidak signifikannya pengaruh
kredit BPR terhadap perkembangan UKM, maka penulis menggunakan metode
analisis SWOT.
Berbagai Peluang
Berbagai Ancaman
Kuadran I (Peluang) :
19
Terus bertambahnya jumlah UKM dari tahun ke tahun menjadi peluang
bagi BPR. Semakin banyak jumlah UKM maka semakin banyak sektor
yang menjadi subyek pembiayaan BPR, dan meningkatkan penghasilan
BPR yang pada akhirnya meningkatkan modal yang dimilki oleh BPR.
• Lingkage program
Dengan adanya lingkage program yaitu program bantuan pendanaan kredit
dari BU ke BPR, membantu BPR dalam memenuhi kebutuhan kredit
masyarakat. BPR tetap bisa memenuhi permintaan kredit dari masyarakat,
meskipun sewaktu-waktu kekeurangan cadangan kredit.
• Legalitas
Landasan Hukum BPR adalah UU No.7/1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan UU No.10/1998. Dalam UU tersebut
secara tegas disebutkan bahwa BPR sebagai satu jenis bank yang kegiatan
usahanya terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil dan
masyarakat di daerah pedesaan. Dalam pelaksanaan kegiatan usahanya
BPR dapat menjalankan usahanya secara konvensional atau berdasarkan
Prinsip Syariah.
20
mengucurkan kredit pinjaman skala besar misalnya untuk proyek-proyek
pembangunan, sehingga itu memerlukan administrasi yang rumit.
Tabel 8
SEBARAN BPR NASIONAL
21
Jumlah
No Provinsi PT PD KOP
BPR
1 Provinsi NAD 3 1 1 5
2 Provinsi Sumatera Utara 51 0 1 52
3 Provinsi Sumatera Barat 74 30 2 106
4 Provinsi Riau 20 5 0 25
5 Provinsi Jambi 7 1 0 8
6 Provinsi Sumatera Selatan 16 0 0 16
7 Provinsi Bengkulu 3 0 0 3
8 Provinsi Lampung 22 1 0 23
9 Provinsi Kep. Bangka Belitung 1 0 0 1
10 Provinsi Kep. Riau 19 3 0 22
11 Provinsi DKI Jaya 27 0 0 27
12 Provinsi Jawa Barat 244 160 2 406
13 Provinsi Jawa Tengah 207 64 3 274
14 Provinsi D.I Yogyakarta 49 5 0 54
15 Provinsi Jawa Timur 298 13 28 339
16 Provinsi Banten 67 6 0 73
17 Provinsi Bali 138 3 0 141
18 Provinsi Nusa Tenggara Barat 19 46 0 65
19 Provinsi Nusa Tenggara Timur 8 0 0 8
20 Provinsi Kalimantan Barat 15 1 0 16
21 Provinsi Kalimantan Tengah 2 0 0 2
22 Provinsi Kalimantan Selatan 4 20 0 24
23 Provinsi Kalimantan Timur 11 1 0 12
24 Provinsi Sulawesi Utara 17 0 0 17
25 Provinsi Sulawesi Tengah 7 0 0 7
26 Provinsi Sulawesi Selatan 19 2 1 22
27 Provinsi Sulawesi Tenggara 6 0 0 6
28 Provinsi Gorontalo 4 0 0 4
22
29 Provinsi Sulawesi Barat 1 0 0 1
30 Provinsi Maluku 2 0 0 2
31 Provinsi Maluku Utara 1 0 0 1
32 Provinsi Papua 6 0 0 6
Kuadran IV (Ancaman) :
• Banyaknya saingan
Berdasarkan UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan UU No.10/1998, dalam UU tersebut secara tegas disebutkan
bahwa BPR sebagai satu jenis bank yang kegiatan usahanya terutama
ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat di daerah
pedesaan. Namun, kenyataanya banyak pengusaha UKM saat ini yang
mengambil kerdit dari bank umum. Disamping karena tingkat bunga yang
lebih rendah, bank umum juga menawarkan fasilitas kredit yang lebih
inovatif, yang tentunya sangat membantu pengusaha UKM dalam
menjalankan usahanya.
23
mengikuti perkembangan teknologi. Seperti kita ketahui bersama bahawa
lembaga ekonomi yang ada di Indonesia umumnya lemah dalam teknologi,
mereka cenderung menggunakan teknologi yang sudah ada tanpa
keinginan untuk mengembangkan teknologi tersebut.
BAB V
KESIMPULAN
24
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
25
• Pemberian fasilitas pembinaan oleh pemerintah serta otoritas moneter
kepada BPR baik dalam segi pembinaan manajmenn maupun regulasi
yang daqpat mendorong kinerja BPR.
26