Professional Documents
Culture Documents
A. Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah
merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 :
256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan
patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan
fisik dan informasi laboratorium.
B. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis
eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari
beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan
sebagainya.
Perdarahan hebat
Akut (mendadak)
Kecelakaan
Pembedahan
Persalinan
Pecah pembuluh darah
Penyakit Kronik (menahun)
Perdarahan hidung
Wasir (hemoroid)
Ulkus peptikum
Kanker atau polip di saluran pencernaan
Tumor ginjal atau kandung kemih
Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
Berkurangnya pembentukan sel darah merah
Kekurangan zat besi
Kekurangan vitamin B12
Kekurangan asam folat
Kekurangan vitamin C
Penyakit kronik
Meningkatnya penghancuran sel darah merah
Pembesaran limpa
Kerusakan mekanik pada sel darah merah
Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
Sferositosis herediter
Elliptositosis herediter
Kekurangan G6PD
Penyakit sel sabit
Penyakit hemoglobin C
Penyakit hemoglobin S-C
Penyakit hemoglobin E
Thalasemia (Burton, 1990).
C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi)
pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah
merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin
yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin
plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik
pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb)
dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke
seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang.
Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari
2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang
memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki
(Sjaifoellah, 1998).
D. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh
antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan
dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan
kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan
fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan
5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang
terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata
bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.
Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah,
1998).
E. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan
mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi
saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat
menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah,
anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah,
1998).
F. Pemeriksaan penunjang
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular
rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit
hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan
tipe khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel
darah merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe
anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan
perdarahan akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik
bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas
(AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI
(Doenges, 1999).
G. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti
ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.
MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri,
apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda
lain yang menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat
(DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis.
Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat
pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan:
pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin,
pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara
(DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi
kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut :
kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan
transfusi darah.
Tanda : depresi.
4) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran
urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk
sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas
mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya
(DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir
dengan sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan
buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis :
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa
getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi;
baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran
terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido
(pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
dan neurologist.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
C. Intervensi/Implementasi keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 1999) adalah :
1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : - menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai
laboratorium normal.
- tidak mengalami tanda mal nutrisi.
- Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat badan yang sesuai.
5) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
dan neurologist.
Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera
dermal.
6) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : - menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai
penyebab, factor pemberat.
D. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
ANEMIA
A. Konsep Dasar
1. Anatomi-Fisiologi
Darah merupakan bentuk jaringan ikat khusus, terdiri atas elemen pembentuk yaitu sel-sel darah,
trombosit dan plasma darah. Volume darah pada manusia dewasa sehat kurang lebih lima liter dan bila
dibandingkan darah meliputi sekitar 8% berat badan. Darah terdiri dari tiga sel utama yaitu sel darah
merah, sel darah putih, dan platelet. Setiap jenis sel darah menjalani beberapa tahap kematangan dan
diferensiasi yang kompleks ketika berkembang dari sel induk menjadi sel matur (matang). Pada orang
Sel darah merah merupakan sel yang berdiferensiasi jauh dan mempunyai fungsi transpor oksigen. Sel
darah putih adalah sel yang mengandung inti, melindungi tubuh dari invasi bakteri dan reaksi melawan
terhadap benda atau jaringan asing, sedangkan platelet berperan dalam pelepasan sel-sel koagulasi.
2. Pengertian
Secara umum anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan volume
pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Menurut Fenstermacher dan Hudson (1997),
anemia adalah berkurangnya secara signifikan massa sel darah merah sehingga kapasitas darah yang
Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut
oksigen ke jaringan sehingga tubuh akan mengalami hipoksia. Anemia bukan suatu penyakit atau
diagnosis melainkan merupakan pencerminan ke dalam suatu penyakit atau dasar perubahan
patofisilogis yang diuraikan oleh anamnese dan pemeriksaan fisik yang teliti serta didukung oleh
pemeriksaan laboratorium.
3. Etiologi
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan tersebut secara signifikan
akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Menurut Brunner dan Suddart
Anemia dapat diidentifikasikan menurut morfologi sel darah merah serta indeks-indeksnya dan menurut
etiologinya. Pada klasifikasi anemia menurut morfologi sel darah merah dan indeks-indeksnya terbagi menjadi :
Anemia normositik (ukuran sel darah merah normal), anemia mikrositik (ukuran sel darah merah kecil) dan
Anemia normokromik (warna hemoglobin normal), anemia hipokromik (kandungan dan warna hemoglobin
etiologinya secara garis besar adalah berdasarkan defek produksi sel darah merah (anemia hipoproliferatifa) dan
a. Anemia Hipoproliferatifa
Sel darah merah biasanya bertahan dalam jangka waktu yang normal, tetapi sumsum tulang tidak mampu
menghasilkan jumlah sel yang adekuat jadi jumlah retikulositnya menurun. Keadaan ini mungkin disebabkan
oleh kerusakan sumsum tulang akibat obat dan zat kimia atau mungkin karena kekurangan hemopoetin, besi,
Pada anemia aplastik, lemak menggantikan sumsum tulang, sehingga menyebabkan pengurangan sel darah
merah, sel darah putih dan platelet. Anemia aplastik sifatnya kongenital dan idiopatik.
menurun sampai 20 sampai 30 %. Anemia ini disebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah merah
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel
darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Apabila disertai dengan penurunan kadar besi dalam
serum atau saturasi transferin, anemia akan berbentuk hipokrom mikrositik. Kelainan ini meliputi arthritis
Anemia defisiensi besi adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat normal
dan merupakan sebab anemia tersering pada setiap negara. Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa rata-rata
mengandung 3 - 5 gram besi, tergantung pada jenis kelamin dan besar tubuhnya.
Penyebab tersering dari anemia defisiensi besi adalah perdarahan pada penyakit tertentu (misal : ulkus,
gastritis, tumor pada saluran pencernaan), malabsorbsi dan pada wanita premenopause (menorhagia). Menurut
Pagana dan Pagana (1995), pada anemia defisiensi besi, volume corpuscular rata-rata(Mean
acid (DNA).
Anemia megaloblastik karena defisiensi asam folat, biasa terjadi pada klien yang jarang makan sayur-
mayur, buah mentah, masukan makanan yang rendah vitamin, peminum alkohol atau penderita malnutrisi
kronis.
b. Anemia Hemolitika
Pada anemia ini, eritrosit memiliki rentang usia yang memendek. Sumsum tulang biasanya mampu
berkompensasi sebagian dengan memproduksi sel darah merah baru tiga kali atau lebih dibandingkan kecepatan
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul hemoglobin dan
disertai dengan serangan nyeri. Anemia sel sabit adalah kerusakan genetik dan merupakan anemia hemolitik
herediter resesif. Anemia sel sabit dikarenakan oklusi vaskuler dalam kapiler yang disebabkan oleh Red Blood
Cells
(hemolisis). Sel-sel yang berisi molekul hemoglobin yang tidak sempurna menjadi cacat, kaku dan berbentuk
bulan sabit ketika bersirkulasi melalui vena. Sel-sel tersebut macet di pembuluh darah kecil dan memperlambat
sirkulasi darah ke organ-organ tubuh. RBCs berbentuk bulan sabit hanya hidup selama 15-21 hari.
5. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan
atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik dan invasi tumor. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi). Pada destruksi, masalahnya dapat
diakibatkan karena defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau
akibat beberapa faktor di luar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama
dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki
aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
Anemia defisiensi besi disebabkan cacat pada sintesis hemoglobin atau dapat dikatakan kurang
pembebasan besi dari makrofag ke serum, sehingga kandungan besi dalam hemoglobin berkurang. Sedangkan
yang kita tahu sebagian besar besi dalam tubuh dikandung dalam hemoglobin yang beredar dan akan digunakan
kembali untuk sintesis hemoglobin setelah sel darah merah mati. Bila defisiensi besi berkembang, cadangan
retikulo- endotelial (haemosiderin dan ferritin) menjadi kosong sama sekali sebelum anemia terjadi.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai
kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya (apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl), hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal
dan ke dalam urin (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat
memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada klien dengan hemolisis
dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut.
Pada anemia, karena semua sistem organ dapat terlibat maka dapat menimbulkan manifestasi klinik yang
b. Durasi
c. Kebutuhan metabolisme klien bersangkutan
d. Adanya kelainan lain atau kecacatan
e. Komplikasi tertentu atau keadaan penyerta kondisi yang menyebabkan
anemia.
Karena jumlah sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit oksigen yang dikirimkan ke jaringan.
Kehilangan darah yang cepat sebanyak 30% dapat menyebabkan kolaps vaskuler pada individu yang
sama. Namun penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa gejala yang tampak atau ketidakmampuan
yang jelas secara bertahap biasanya dapat ditoleransi sampai 50%. Mekanisme kompensasi tubuh
bekerja melalui :
a. Peningkatan curah jantung dan pernapasan, karena itu menambah
pengiriman oksigen ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah.
b. Meningkatkan pelepasan oksigen dan hemoglobin.
c. Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela
jaringan.
d. Redistribusi aliran darah ke organ-organ vital.
Individu yang telah mengalami anemia selama waktu yang cukup lama dengan kadar hemoglobin
antara 9 –11 g/dl, hanya mengalami sedikit gejala atau tidak ada gejala sama sekali selain takikardi
ringan selama latihan. Takikardi menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat.
Dispnea pada latihan biasanya terjadi bila kadar hemoglobin dibawah 7,5 g/dl yang merupakan
manifestasi berkurangnya pengiriman oksigen. Kelemahan hanya terjadi bila kadar hemoglobin
dibawah 6 g/dl. Dispnea istirahat bila dibawah 3 g/dl dan gagal jantung hanya pada kadar sangat
rendah 2-2,5 g/dl, hal ini disebabkan karena otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat
Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Ini diakibatkan
berkurangnya volume darah, hemoglobin dan vasokontriksi untuk memperbesar pengiriman oksigen
ke organ-organ vital. Warna kuku, telapak tangan, memban mukosa mulut dan konjungtiva dapat
a. Penentuan klinis
1). Anamnese (karena defek produksi sel darah merah atau destruksi
sel darah merah).
2). Pemeriksaan fisik.
b. Pemeriksaan tambahan / laboratorium
Berbagai uji hematologis dilakukan untuk menentukan jenis dan penyebab anemia. Uji tersebut meliputi
kadar hemoglobin dan hematokrit, indeks sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar besi serum,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, kadar vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu
Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik untuk menentukan adanya penyakit akut atau kronis
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
a. Anemia aplastik
Penatalaksanaannya meliputi transplantasi sumsum tulang dan terapi
immunosupresifdengan antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan
melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila
diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet (Phipps, Cassmeyer, Sanas & Lehman,
1995).
Diatasi dengan mengobati penyebabnya dan mengganti zat besi secara farmakologis selama satu tahun.
Laki-laki membutuhkan 10 mg/hari, wanita yang menstruasi 15 mg/hari dan postmenaupouse membutuhkan 10
mg/hari.
c. Anemia megaloblastik
Untuk anemia megaloblastik yang disebabkan karena defisiensi vitamin B12 (anemia pernisiosa) dan
defisiensi asam folat diobati dengan pemberian vitamin B12 dan asam folat oral 1 mg/hari.
Pengobatannya mencakup pemberian antibiotik dan hidrasi dengan cepat dan dengan dosis yang besar.
Pemberian tambahan asam folat setiap hari diperlukan untuk mengisi kekurangan asam folat yang disebabkan
karena adanya hemolisis kronik. Transfusi hanya diperlukan selama terjadi krisis aplastik atau hemolitik.
Pendidikan dan bimbingan yang terus-menerus termasuk bimbingan genetik, penting dilakukan untuk
9. Komplikasi
Ada tiga komplikasi yang umum terjadi pada anemia yaitu gagal jantung, kejang dan parestesia (perasaan
B.Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan holistik problem solving yang memerlukan ilmu, teknik dan
keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien dan keluarga (Iyer et. Al., 1996).
Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang saling berhubungan yang terdiri dari pengkajian, perumusan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang sistematik dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status klien (Iyer et. al.,
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi yang sistimatis tentang klien termasuk kelemahan dan
kekuatan klien. Data dikumpulkan dari klien, keluarga, orang terdekat, grafik dan rekam medik. Metode
pengumpulan data yang utama adalah observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
b. Validasi data
c. Identifikasi pola atau divisi
Data yang terkumpul membentuk data dasar klien. Data dasar
selanjutnya akan digunakan untuk perbandingan nilai-nilai klien dan
standar untuk memastikan keefektifan pengobatan, asuhan keperawatan
dan pencapaian kriteria hasil.
Data dasar adalah data yang berisikan tentang:
a. Identitas klien secara umum meliputi nama, alamat, usia, pekerjaan,
suku dan tingkat pendidikan.
b. Riwayat kesehatan pada waktu yang lampau baik yang ada hubungannya dengan kondisi sakit klien saat ini
(anemia) maupun mengenai penyakit lain yang pernah diderita oleh klien dan bagaimana cara penanganannya.
d. Aspek psikologis, sosial dan spiritual klien berhubungan dengan keadaan sakitnya seperti tingkat kecemasan dan
e. Kebiasaan sehari-hari yang berisikan tentang kebiasaan klien dalam hal nutrisi, eliminasi, istirahat/tidur, personal
f. Hasil pemeriksaan fisik yang digambarkan secara sistematis dengan menggunakan metode inspeksi, palpasi,
Dasar data pengkajian klien anemia pada aktivitas dan istirahat ditemukan adanya takikardia/takipnea,
dispnea pada bekerja atau istirahat, kelemahan otot, penurunan kekuatan, postur lungkai, lesu, berjalan lambat
dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan. Pada sistem sirkulasi ditemukan adanya kulit pucat,
begitupula pada membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku, pengisian kapiler
melambat, hipotensi postural, rambut kering, kuku mudah patah. Pada sistem eliminasi ditemukan distensi
abdomen, ungkapan adanya hematemesis, melena, dan penurunan haluaran urine. Pada status nutrisi dan cairan
ditemukan adanya penurunan berat badan, anoreksia, mual, muntah. Pada sistem neurosensori ditemukan
ungkapan sakit kepala, pusing, ketidakmampuan berkonsentrasi, insomnia, kelemahan dan keseimbangan buruk.
Pada sistem pernapasan ditemukan napas pendek pada istirahat dan aktivitas, takipnea, dispnea.
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia yang berupa status
kesehatan atau risiko perubahan pola dari individu dimana perawat secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan anemia, menurut Marilynn E.
a. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna, ketidakmampuan
mencerna makanan/ absorpsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah normal.
Rencana tindakan yang disusun untuk Tn. A dengan Anemia Suspect Hemoroid Interna disesuaikan
dengan kondisi klien. Adapun rencana asuhan keperawatan menurut Marilynn E. Dongoes dalam Rencana
Intervensi
:
1). Ukur tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membran
mukosa, dasar kuku.
Rasional : Memberikan
informasi
tentang
asional : Dispnea, gemericik menunjukkan gagal jantung kanan karena regangan jantung lama/ peningkatan kompensasi curah
jantung.
Intervensi
:
1). Kaji kemampuan klien untuk melakukan tugas normal, catat
laporan kelelahan, keletihan dan kesulitan menyelesaikan tugas.
Rasional : Mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan
2). Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas, catat respon terhadap aktivitas (misal:
peningkatan denyut jantung, tekanan darah, disritmia, pusing dan sebagainya). Rasional : Manifestasi
asional : Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan risiko cedera.
5). Berikan
bantuan
dalam
aktivitas/ambulasi
bila
perlu,
memungkinkan klien untuk melakukan sebanyak mungkin.
Rasional : Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila
klien melakukan sesuatu sendiri.
6). Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas
sampai
normal
dan
memperbaiki
turus
otot/stamina, tanpa kelemahan.
7). Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri
dada, napas pendek, kelemahan atau pusing terjadi.
Rasional : Regangan/stress kardiopulmonal berlebihan/ stress
dapat menimbulkan dekompensasi/ kegagalan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna, ketidakmampuan
mencerna makanan/ absorpsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah normal.
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
Intervensi
:
1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Rasional : Mengidentifikasi definisi, menduga kemungkinan
intervensi.
2) Observasi dan catat masukan makanan klien.
Rasional : Mengawasi masukan kalori atau kualitas
kekurangan konsumsi makanan.
3) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas
intervensi nutrisi.
4) Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering.
asional : Masukan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaste
5) Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah
makan
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral,
menurunkan pertumbuhan bakteri.
d. Risiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologis, gangguan
Tujuan
: Integritas kulit dapat dipertahankan
Kriteria hasil :
Intervensi
:
1). Kaji integritas kulit, catat perubahan turgor, gangguan warna,
hangat lokal, eritema, ekskoriasi.
asional : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan mobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi
dan rusak.
2). Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila klien
tidak bergerak atau di tempat tidur.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit,
membatasi
iskemia
jaringan/mempengaruhi
hipoksia selular.
3). Ajarkan agar permukaan kulit tetap bersih dan kering
asional : Area lembab terkontaminasi memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik.
1). Tidak ada gangguan usus 2). Peningkatan nafsu makan Intervensi
:
1). Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
Rasional : Membantu
mengidentifikasi
penyebab/faktor
pemberat dan intervensi yang tepat.
2). Auskultasi bising usus.
Rasional : Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan
menurun pada konstipasi.
3). Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada
makanan/cairan.
asional : Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam identifikasi defisiensi diit.
asional : Membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi dan membantu mempertahankan status hidrasi pada diare.
Intervensi
:
1). Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan
klien.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang.
2). Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional : Menurunkan risiko infeksi bakteri.
3). Dorong perubahan posisi atau ambulasi yang sering, latihan batuk
dan napas dalam.
asional : Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membatu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.
5). Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau
tanpa demam.
Rasional : Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan
evaluasi atau pengobatan.
6). Amati eritema/cairan luka.
Rasional : Indikator infeksi lokal.
7). Beri antibiotik oral selama indikasi.
Rasional : Antibiotik dapat menurunkan risiko infeksi.
g. Kurang pengerahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi prognosis
dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan
: Pemahaman proses penyakit, prosedur diasnogtik
dan rencana keperawatan meningkat.
Intervensi
:
1). Berikan informasi tentang anemia secara spesifik.
asional : Memberikan dasar pengetahuan sehingga klien dapat membuat pilihan yang tepat, menurunkan ansietas dan dapat
asional : Ansietas/takut tentang ketidaktahuan mening- katkan tingkat stress, yang selanjutnya mening- katkan beban jantung.
4). Diskusikan peningkatan kerentanan terhadap infeksi, tanda dan gejala yang memerlukan intervensi medis, misal:
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Iyer et. al.,
1996). Selama tahap implemetasi, perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan
diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil. Komponen tahap implementasi antara lain :
1). Mengkaji kemampuan klien untuk melakukan tugas normal. Mencatat laporan kelelahan, keletihan dan kesulitan
c. Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna,
ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
5). Memberikan dan membantu oral hygiene mulut yang baik sebelum
dan sesudah makan.
d. Diagnosa konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diit, perubahan proses pencernaan, efek
makanan/cairan.
e. Diagnosa risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologis,
f. Diagnosa risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan denagn penurunan hemoglobin, prosedur invasif, penyakit
1). Meningkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan
klien.
2). Mempertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur/perawatan
luka.
3). Mendorong perubahan posisi atau ambulasi yang sering, latihan
5). Mendiskusikan peningkatan kerentanan terhadap infeksi, tanda dan gejala yang memerlukan intervensi medis,
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual uintuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnosa keperawaatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai (Ignatanicius & Bayne,
1994).
Evaluasi harus dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari rencana dan tindakan keperawatan. Setiap
a. Diagnosa perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel. Rencana tindakan dikatakan berhasil bila mencapai kriteria hasil yang
telah ditetapkan yaitu tanda vital stabil, membran mukosa warna merah muda, pengisian kapiler baik.
b. Diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak-seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.
Rencana tindakan dikatakan berhasil bila mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu tanda- tanda vital
dalam batas normal, tak ada keluhan dalam beraktivitas dan peningkatan aktivitas secara bertahap.
c. Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna,
ketidakmampuan mencerna makanan/ absorpsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
normal. Rencana tindakan dikatakan berhasil bila mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu berat badan
gangguan mobilitas defisit nutrisi. Rencana tindakan dikatakan berhasil bila mencapai kriteria hasil yang telah
ditetapkan yaitu membran mukosa lembab, elastisitas kulit kembali dalam satu detik dan pengisian kapiler baik.
e. Diagnosa konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diit, perubahan proses pencernaan, efek
samping terapi obat. Rencana tindakan dikatakan berhasil bila mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan
f. Diagnosa risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin, prosedur invasif, penyakit kronis.
Rencana tindakan dikatakan berhasil bila mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu hemoglobin normal
(14 – 16 g%), luka bebas drainase, purulen atau eritema dan demam serta tanda-tanda vital normal.
g. Diagnosa kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan. Rencana
tindakan dikatakan berhasil bila mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu pemahaman tentang proses
Klien keluar dari siklus diagnosa keperawatan apabila kriteria hasil telah tercapai dan akan masuk kembali
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. (2001). Buku saku diagnosa keperawatan (edisi kedelapan). Jakarta :
EGC.
Doengoes, Marillyn E., Mary Frances Moorhouse., & Alice C. Geissler. (1999).
Rencana asuhan keperawatan (edisi ketiga). Jakarta : EGC.
Hoffbrand, A.V., J.E. Pettit., Mary Frances Moorhouse., & Alice C. Geissler.(1996)
Kapita selekta hematologi (edisi kedua). Jakarta : EGC.
Leeson, C. Rolland., Thomas s. Leeson., & Anthony A. Paparo. (1996) Buku ajar
histologi (edisi kelima). Jarta : EGC.
Mansjoer, Arif., Supiohaita., Wahyu Ika Wardhani., & Wiwiek Setiowulan. (2000).
Kapita selekta kedokteran 2 (edisi ketiga).Jakarta : Media Aesculapius.
Price, Sylvia. A., Lorraine M. Wilson. (1994) Patofisiologi konsep klinis proses-
proses penyakit 1 (edisi keempat). Jakarta : EGC.
Reeves, Charlene J., Gayle Roux., & Robin Lockhart. (2001). Keperawatan medikal
bedah (edisi pertama). Jakarta : Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C., Brenda G. Bare. (2001). Buku ajar keperawatan medikal
bedah Brunner-Suddart (edisi kedelapan). Jakarta : EGC.
Tjokronegoro., Hendar Utama. (2001). Buku ajar ilmu penyakit dalam 2 (edisi
ketiga). Jakarta : Balai penerbit FKUI
ss