You are on page 1of 14

a.

Pengertian dan Pembagian Fitokimia

Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organic yang

dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis,

perubahan dan metabolism, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari

senyawa organic. Fitokimiaatau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas

adalah segala jenis zat kimia atau nutrienyang diturunkan dari sumber tumbuhan,

termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki

definisi yang lebih sempit.

Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan

pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki

efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi

pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang

diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka

bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolismenormal, dan ketiadaan zat-zat ini

tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka

waktu yang normal untuk defisiensi tersebut.

Skrining fitokimia bertujuan untuk menentukkan golongan metabolit

sekunder yang mempunyai aktivitas biologis yang ada dalam tumbuhan . Metode

yang digunakan dalam penapisan fitokimia harus selektif, sederhana, cepat serta

hanya memerlukan sedikit alat dan bahan.

Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala

jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk

sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi

yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa

yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh,

tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif
bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang

diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka

bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini

tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka

waktu yang normal untuk defisiensi tersebut.

Fitokimia berasal dari kata phytochemical . Phyto berarti tumbuhan atau

tanaman dan chemical sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang terdapat

pada tanaman. Senyawa fitokimia tidak termasuk kedalam zat gizi karena bukan

berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral maupun air. Jadi apakah

fitokimia itu? Setiap tumbuhan atau tanaman mengandung sejenis zat yang

disebut fito kimia, merupakan zat kimia alami yang terdapat di dalam tumbuhan

dan dapat memberikan rasa, aroma atau warna pada tumbuhan itu. Sampai saat

ini sudah sekitar 30.000 jenis fitokimia yang ditemukan dan sekitar 10.000

terkandung dalam makanan.

Pada tahun – tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah

berkembang menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri, berada di antara kimia

organic bahan alam dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan erat dengan

keduanya. Bidang perhatiaanya ialah aneka ragam senyawa organic yang dibentuk

dan ditimbun oleh tumbuhan yaotu mengenai struktur kimianya, biosintesisnya,

perubahan serta metabolismrnya, penyebarannya secara alamiah dan fungus

biologisnya.

Secara garis besar fitokimia diklasifikasikan menurut struktur kimianya

sebagai berikut :

1. Fitokimia karotenoid

Fitokimia karotenoid banyak terdapat pada sayur-sayuran berwarna

kuning-jingga seperti wortel, labu kuning, sayuran berwarna hijau seperti brokoli
dan buah-buahan berwarna merah dan kuning jingga seperti pepaya, mangga,

tomat, nenas semangka arbei dll. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa zat

karotenoid dapat mencegah kanker, sebagai anti oksidan dan dapat meningkatkan

system imun tubuh.

2. Fitokimia fitosterol

Fitokimia fitosterol banyak ditemukan pada biji-bijian dan hanya sekitar

5% dari fitosterol yang dapat diserap oleh usus dari makanan kiat. Penelitian

mengungkapkan fitosterol dapat menurunkan kolesterol dan anti kanker.

3. Fitokimia saponin

Fitokimia saponin banyak terdapat pada kacang-kacangan dan daun-daunan.

Penelitian mengungkapkan bahwa saponin dapat sebagai anti kanker, anti

mikroba, meningkatkan system imunitas, dan dapat menurunkan kolesterol.

4. Fitokimia glukosinolat

Fitokimia glukosinolat banyak terdapat pada sayur-sayuran seperti kol dan

brokoli. Jika sayuran dimasak dapat menurunkan kadar glukosinolat sebesar 30-

60%. Termasuk dalam glukosinolat ini meliputi fitokimia lain seperti

isothiosianat,thiosianat dan indol. Peneliti- an menunjukkan bahwa glukosinolat

dapat bersifat anti mikroba, anti kanker dan menurunkan kolesterol.

5. Fitokimia polifenol

Fitokimia polifenol banyak terdapat pada buah-buahan sayur-sayuran hijau

seperti salada dan pada gandum dll. Penelitian pada hewan dan manusia

menunjukkan polifenol dapat mengatur kadar gula darah, sebagai anti kanker,

antioksidan, anti mikroba, anti inflamasi. Termasuk polifenol adalah asam fenol

dan flavonoid.
6. Fitokimia inhibitor protease

Fitokimia inhibitor protease merupakan fitokimia yang banyak terdapat

pada biji-bijian dan sereal seperti padi-padian, gandum dsb, yang dapat

membantu kerja enzim dalam system pencernaan manusia. Dapat sebagai anti

oksidan , mencegah kanker dan mengatur kadar gula darah.

7. Fitokimia monoterpen

Fitokimia monoterpen banyak terdapat pada pada tanaman beraroma

seperti mentol (peppermint), biji jintan, seledri, peterseli, rempah-rempah dan

sari jeruk. Berkhasiat mencegah kanker dan anti oksidan.

8. Fitokimia fitoestrogen

Fitokimia fitoestrogen banyak terdapat pada kedelai dan produk kedelei

seperti tempe, tahu dan susu kedelei. Memiliki aktifitas seperti hormon

estrogen. Senyawa aktif fitoestrogen terdiri dari isoflavonoid dan lignan.

Menurut para ahli isoflavonoid akan menempel pada sel tumor sehingga sel

kanker tidak mendapatkan zat gizi yang diperlukan. Bersifat sebagai anti kanker,

dan menurut penelitian, orang yang banyak mengkonsumsi tempe/kedelei lebih

rendah menderita kanker payudara dari pada orang yang mengkonsumsi daging.

Tempe banyak mengandung isoflavonoid,, genestein, fitosterol, isoflvonoid,

saponin, asam fitat dan inhibitotr protease. Khasiat lain dari isoflavonoid yang

menyerupai estrogen ini memperlambat berkurangnya massa tulang yang

berakibat terjadinya keropos tulang (osteoporosis) sehingga makanan tempe

sangat cocok untuk wanita menopause dan laki-laki berumur karena dapat

menurunkan kadar kolesterol total, dan meningkatkan kadar HDL kolesterol

(kolesterol baik).
9. Fitokimia sulfida

Fitokimia sulfida banyak terdapat pada bawang putih, bawang bombai,

bawang merah dan bawang daun. Senyawa fitokimia aktif pada bawang putih

adalah dialil sulfida (allicin). Menurut peneliti sulfida bekerja sebagai anti

kanker, anti oksidan, anti mikroba, meningkatkan daya tahan, anti radang,

mengatur tekanan darah dan menurunkan kolesterol.

10. Fitokimia asam fitat

Fitokimia asam fitat terdapat pada kacang polong, gandum. Berfungsi

sebagai anti oksidan yang dapat mengikat zat karsinogen dan mengatur kadar

gula darah.

11. Masih banyak sekali jenis fitokimia lain

b.Penggunaan Fitokimia

1. Umum

Sekarang prosedur fitokimia telah mempunyai peranan yang mapan dalam

semua cabang ilmu tumbuhan, walaupun sebelumnya tidaklah selalu demikian .

meskipun cara ini sudah jelas penting dalam semua telaah kimia dan biokimia,

penggunaannya dalam lingkungan biologi yang lebih ketat baru dalam dua

dasawarsa terakhir ini saja. Dalam disiplin ilmu yang tampaknya jauh dari

laboratorium kimiapun, seperti sistematika, fitogeografi, ekologi dan

poleobotani, cara fitokimia telah menjadi penting untuk memecahkan jenis

masalah tertentu. Tidak dapat diragukan lagi, cara fitokimia ini akan makin

banyak digunakan dalam semua bidang tersebut di masa mendatang.


2. Fisiologi tumbuhan

Sumbangan utama telaah fitokimia kepada fisiologi tumbuhan yang tak

dapat diragukan lagi ialah pada penentuan struktur, asal-usul biosintesis, dan

ragam kerja hormon tumbuhan alam. Sebagai hasil kerjasama yang terus menerus

antara fisiologiwan dan fitokimiawan selama tahun-tahun belakangan ini sekarang

telah dikenal lima golongan pengatur tumbuh: auksin, sitokinin, absisin, giberclin,

dan etilena. Cara deteksi yang berbeda-beda pada KGC, KLT, dan KKt dibahas

kemudian sebagai berikut: auksin (h. 250), sitokinin (h. 257), absisin (h. 138), dan

giberelin (h. 145). Salah satu segi istimewa pada hormon golongan giberelin ialah

besarnya jumlah struktur yang di ketahui (lebih dari 60), dan rupanya semuanya

mempunyai jangka sifat pengatur tumbuh yang scrupa. Kcbutuhan akan cara yang

tepat untuk mendeteks;. dan membedakan giberelin yang satu dari yang lainnya

menghasilkan pengembangan gabungan KG-SM untuk analisis tersebut. Cara yang

lebih terinci terdapat dalam buku umum mengenai cara isolasi senyawa pengatur

tumbuh yang disunting oleh Hillman (1978). Persyaratan yang diperlukan untuk

analisis hormon yang teliti telah dibahas dengan kritis oleh Reeve dan Crozier

(1980). Suatu tinjauan ulang yang baik sekali mengenai cara terbaru, ter-masuk

'radioimmunoassay’ ialah tinjauan ulang Horgan (1981).

3. Patologi tumbuhan

Cara fitokimia penting bagi patologiwan, terutama untuk menentukan cirri

atau sifat kimia dari fitotoksin (hasil sintesis mikroba yang terbentuk dalam

tumbuhan tingkat tinggi bila tumbuhan tersebut diserang bacteria atau fungi)

dan fitoeleksin (hasil metabolism tumbuhan tingkat tinggi yang dibentuk sebagai

jawaban terhadap serangan mikroba). Bcrbagai jenis struktur kimia yang

berlainan terlibat dalam kedua hal tersebut. Fitotoksin yang paling dikenal ialah
likomarasmin dan asam fusarat, yaitu turunan asam amino yang merupakan

senyawa pelayu pada tomat. Toksin lain yang telah diisolasi ialah glikopep-tida,

naftokuinon, atau seskuiterpenoid (Durbin, 1981). Secara kimia beberapa

fitotoksin labil sehingga diperlukan tindakan pencegahan khusus selama isolasi

dan identifikasinya. Demikian pula fitoaleksin mempunyai struktur yang berbeda-

beda, bergantung pada sumber tumbuhan (Bailey dan Mansfield, 1982).

Fitoaleksin dapat berupa seskuiterpenoid (risitin dari Solanum tu-berosum),

isoflavonoid (pisatin dari Pisum sativum), asetilena (asam wieron dari Vicia faba),

atau senyawa fenol (orkinol dari Orchis militaris). Identifikasi isoflavonoid dan

asetilena clipaparkan berturut-turut dalam bab 2 dan bab 5, dan suatu prosedur

untuk mengimbas pembentukan fitoaleksin disajikan sebagai percobaan praktek.

Senyawa 'pra-infeksi' (kandungan sekunder alam), oleh beberapa

patologiwan tumbuhan, dianggap penting sebagai penyebab ketahan-an tumbuhan

terhadap penyakit. Senyawa yang diduga terlibat.di dalamnya ialah senyawa

fenol, seperti floridzin dalam apel dan tanin dalam frambus. Cara identifikasi

senyawa demikian dibahas secara terinci dalam bab 2.

4. Ekologi tumbuhan

Dua bidang penelitian ekologi yang mementingkan kandungan tum-buhan

sekunder ialah antaraksi tumbuhan-hewan dan antaraksi tum-buhan-tumbuhan.

Masalah analitik pada kedua bidang tersebut sulit karena jumlah bahan biologi

yang tersedia bagi fitokimiawan sangat terbatas. Misalnya, dalam mengikuti

nasib senyawa sekunder pada peristiwa pemakanan daun oleh serangga diperlukan

telaah berbagai organ serangga untuk memeriksa tempat penyimpanan senyawa

tersebut; telaah demikian itu sering kali rumit dan makan banyak waktu.

Senyawa yang sampai sekarang terutama diketahui terlibat dalam

antaraksi tumbuhan-hewan ialah alkaloid dan glikosida jantung, glikosida minyak


mostar, sianogen, steroid, atau terpena atsiri. Senyawa tumbuhan dapat berlaku

sebagai penarik atau penolak makan, mempunyai pengaruh hormon pada serangga,

atau memper-lengkapi serangga dengan mekanisme pcrluhanan yang berguna

terhadap hewan pemakan serangga (Harborne, 1982).

Antaraksi tumbuhan-tumbuhan melibatkan senyawa alelopati, yaitu

senyawa yang dikeluarkan oleh suatu tumbuhan dari akar atuu daun-nya untuk

mencegah tumbuhnya jenis tumbuhan lain di sekitarnya. senyawa tersebut

berupa terpena atsiri (misalnya sineol) atau asam fenolat sederhana, bergantung

pada tempat tumbuhnya, apakah di daerah beriklim semitropik atau sedang.

Telaah fitokimia alelopati mungkin sulit karena memerlukan penentuan senyawa

pada ekstrak daun utuh, pelepasan senyawa dari daun, dan juga cuplikan tanah.

Kemungkinan perubahan senyawa aktif dengan cepat dalam tanah juga

menyulitkan telaah dalam bidang ini.

Segi terapan penelitian antaraksi tumbuhan-hewan antara lain

pengendalian gangguan serangga terhadap tumbuhan pertanian dengan pestisida

alam atau buatan. Telaah fitokimia mungkin diperlukan untuk melacak nasib

pestisida tersebut di lingkungannya. Perkembangan terakhir mengenai hal ini

telah ditinjau ulang oleh Huston dan Roberts (1983).

5. Paleobotani

Fitokimia baru belakangan ini saja digunakan untuk menelaah tum-buhan

fosil, namun tak dapat disangsikan lagi bahwa peranannya akan meningkat,

misalnya dalam menguji berbagai hipotesis mengenai asal-usul awal tumbuhan

darat. Beberapa hasil fitokimia yang telah dicapai sekarang antara lain

identifikasi pigmen klorofil yang telah terurai sebagian dalam endapan lignit yang

berumur 50 juta tahun, identifikasi karbohidral dalam tumbuhan zaman

palcozoikum yang berumur 250—400 juta tahun, dan idendfikasi hidrokarbon


dalam Equisetum yang hidup pada zaman triasikum, berumur 200 juta tahun

(Chaloner dan Allen, 1970). Eahan dinding tepung sari (polenin) dari tumbuhan

fosil telah ditelaah juga dengan berhasil (Shaw, 1970), dan pada penguraian

menghasilkan asam lemak dan asam fenolat yang dapat dikenali. Idcntifikasi

terpena dalam damar fosil dan batu ambar fosil telah menghasilkan juga data

baru yang sangat menarik perhatian dari segi filogenetik (Thomas, 1970). Peng-

gunaan cara fitokimia pada paleobotani telah ditinjau ulang baru-baru ini olch

Niklas (1980).

6. Genetika tumbuhan

Pada masa lampau sumbangan fitokimia kepada genetika tumbuhan tinggi

ialah sebagai sarana untuk mengidentifikasi antosianin, flavon, dan pigmen

karotenoid yang terdapat dalam genotipe warna yang berbeda pada tumbuhan

kebun. Hasilnya telah menunjukkan bahwa pengaruh biokimia gen ini mempunyai

dasar yang sederhana dan telah menunjukkan kemungkinan alur pembuatan

pigmen dalam organisme tersebut (Alston, 1964). Senyawa keturunan lainnya

dalam tumbuhan (alkaloid, terpena, dan sebagainya) telah berhasil di-petakan

juga dengan telaah fitokimia.

Sumbangan fitokimia yang lebih haru kepada genetika ialah identi-fikasi

tumbuhan hibrida dan pencntuan asal-usul induknya dengan cara kimia. Fitokimia

pun telah mendapat pengakuan yang meningkat sebagai sarana yang berguna,

bersama-sama dengan sitologi, pada analisis variasi genetika dalam populasi

tumbuhan (bandingkan Har-borne dan Turner, 1984).

7. Sistematika tumbuhan

Salah satu bidang yang paling cepat berkembang dalam fitokimia pada saat

ini ialah disiplin hibrida antara kimia dan taksonomi, yang di-kenal sebagai

sistematika biokimia atau kemotaksonomi. Pada dasar-nya, kemotaksonomi ialah


telaah kimia dalam kelompok tumbuhan yang terbatas, tcrutama mengenai

kandungan sekundemya, dan juga makromolekul serta penggunaan data yang

diperoleh untuk menggo-longkan tumbuhan (Harbornc dan Tunner, 1984).

Boleh jadi golongan senyawa yang paling bermanfaat untuk telaah yang

demikian itu ialah flavonoid. Telaah mengenai banyak senyawa lain (khususnya

alkaloid, asam ammo nonprotein, terpena, dan senynwa belerang) tclah

menghasilkan juga inlormasi baru yang berguna untuk taksonomi. Cara yang teliti

itu penting, baik pada penjaringan pendahuluan tumbuhan maupun pada analisis

komponennya yang lebih terinci. Analisis kimia urutan asam amino protein

tumbuhan juga telah dimanfaatkan sehubungan dengan masalah sis-Irmatika

pada tingkat penggolongan tumbuhan yang lebih tinggi. Telah diperoleh hasil

mengenai sitokrom C, plastosianin, dan fere-doksin; pengurutan asam nukleat

tumbuhan telah menghasilkan juga data yang penting untuk taksonomi (Jensen

dan Fairbrothers, 1983).

8. Bidang Kesehatan

Prof. Bernhard Watzl dari Institute of Nutritional Physiology (FRCN)

Karlshure, Jerman menyatakan bahwa fito-kimia terdiri dari karotenoid, fito-

sterol, saponin, glucosinlates, polifenol, protease inhibitors, monoterpen, dan

fito-estrogen sulfid.

Fito-kimia memberikan aroma khas, rasa dan warna tertentu bagi tanaman

dalam berintegrasi dengan lingkungan, dan salah satu yang menyebabkan manusia

memilihnya. Sebagai komponen bioaktif, fito-kimia memberi dampak faali,

metabolisme secara endogen dan eksogen melalui berbagai mekanisme reaksi

tubuh.

Fito-kimia mempunyai efek biologi yang efektif menghambat pertumbuhan

kanker, sebagai antioksidan, mempunyai ifat menghambat pertumbuhan mikroba,


menurunkan kolesterol darah, menurunkan kadar glukosa darah, bersifat

antibiotik, dan menimbulkan efek peningkatan kekebalan. Dari sekitar 30.000

fito-kimia yang sudah diketahui sekarang, sebanyak 5.000- 10.000 terdapat

dalam bahan pangan. Dan hampir 400.000 jenis tanaman mengandung fito-kimia.

Bagi mereka yang senang atau doyan buah-buahan, sayur-sayuran serta biji-

bijian, dalam seharinya sudah mengkonsumsi sekitar 1,5 gram fito-kimia. Bagi

vegetarian tentu lebih tinggi lagi. Warna yang menarik dari buah-buahan dan

sayuran berasal dari senyawa fito-kimia, juga aroma khas dari teh dan kopi

berasal dari senyawa fito-kimia .

♥ Bersifat Antikanker

Para ahli percaya bahwa sayur, buah dan biji-bijian dapat mencegah

timbulnya kanker dan menurunkan risiko terjadinya tumor. Setelah diteliti lebih

jauh ternyata komponen yang ada dalam bahan pangan nabati itu adalah vitamin,

mineral, serat dan fito-kimia.

Untuk itu salah satu pusat penelitian kanker di Amerika yaitu National

Cancer Institute dan European School of Oncology Task Force on Diet,

Nutrition and Cancer merekomendasikan untuk mengkonsumsi buah dan sayuran

yang cukup untuk mencegah terjadinya penyakit kanker. Fito-kimia sudah

terbukti dapat mencegah timbulnya kanker kolon, payudara dan usus dan

lambung. Isoflavon yang banyak terdapat pada kedelai, ginseng, buah dan sayur

dapat menurunkan risiko mendapatkan kanker payudara.

Senyawa fenolik kurkumin dari kunyit dan polifenol katekhin dari teh

bersifat protektif terhadap kanker lambung dan usus. Fito-estrogen selain

diduga dapat menunda menopause pada wanita, juga sangat ampuh dalam

mencegah kanker.
Tripsin inhibitor yang selama ini diduga dapat menurunkan penyerapan

protein, ternyata dapat mencegah timbulnya kanker. Bowman-Birk Inhibitor

(BBI) merupakan salah satu tripsin inhibitor yang terdapat dalam kedelai, dapat

mencegah terjadinya kanker kolon dan hati. Dilaporkan bahwa hanya BBI yang

dapat mencegah terjadinya kanker dan tidak untuk jenis inhibitor lainnya .

♥ Sebagai Antioksidan

Stres oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan

antioksidan. Keadaan stress oksidatif sebetulnya dapat diinduksi oleh berbagai

faktor, antara lain adalah kurangnya antioksidan atau kelebihan produksi radikal

bebas. Radikal bebas sebetulnya diproduksi secara fisiologis oleh sel sebagai

konsekuensi logis pada reaksi biokimia dalam kehidupan aerobik .

Namun, jika radikal bebas berlebihan dan antioksidan seluler tetap

jumlahnya atau lebih sedikit, maka kelebihan radikal bebas ini tidak bisa

dinetralkan dan akan berakibat pada kerusakan sel itu sendiri. Kondisi stres

oksidatif yang berakibat pada kerusakan sel, dapat menyebabkan terjadinya

percepatan proses penuaan, dan bisa menimbulkan penyakit jantung, kanker dan

diabetes mellitus.

Fito-kimia yang bersifat antioksidan aktif adalah karotenoid, polifenol,

fito-estrogen, inhibitor-protease dan sulfida. Karotenoid seperti lycopene dan

canthaxanthin, adalah jenis antioksidan yang punya kemampuan tinggi dalam

memproteksi oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas. Sedangkan polifenol

dikenal sebagai antioksidan tanaman yang sangat superior. Polifenol dari anggur

merah dan flavanol quercentin adalah fito-kimia yang sukses mencegah oksidasi

LDL (low density lipoprotein) dan kolesterol, sehingga dapat mencegah timbulnya

penyakit kronis.

♥ Menurunkan Kolesterol .
Kolesterol rendah merupakan idaman setiap orang, karena kadar

kolesterol darah yang tinggi merupakan salah satu pencetus penyakit jantung.

Beberapa fito-kimia yang tercatat dapat menurunkan kadar kolesterol secara

nyata adalah saponin, fito-sterol, sulfida dan tokotrienol. Bahkan bukan hanya

kolesterol total yang dapat diturunkan, kadar lemak darah juga dapat diturunkan.

Fito-kimia menggunakan dua kunci dalam menurunkan kolesterol darah.

Pertama, senyawa fito-kimia saponin dan fito-sterol bisa menurunkan tingkat

absorpsi kolesterol dan meningkatkan ekskresi, sehingga secara langsung dapat

mengurangi kolesterol yang masuk ke dalam tubuh.

Fito-kimia tokotrienol dapat menghambat kerja enzim pada metabolisme

kolesterol hati. Sangat banyak literatur yang membuktikan fito-kimia bisa

menurunkan kolesterol secara efektif. Informasi terakhir melaporkan, fito-kimia

bisa menurunkan tekanan darah, kadar glukosa, dan menghambat proses

peradangan.

♥ Studi fitokimia dan biosintesis lignan, dengan fokus pada tumbuhan

obat Indonesia

Penggunaan tumbuh-tumbuhan, ekstrak dan senyawa kimia dari tumbuhan

serta turunannya, dalam pengobatan berbagai penyakit, makanan tabahan dan

bahan baku kosmetik telah berlangsung sejak lama dan terus berkembang sampai

sekarang. Banyak obat modern diturunkan dari tumbuhan yang pada awalnya

ditemukan melalui penggunaannya secara tradisional. Beberapa contoh

diantaranya: obat anti kanker (podophyllotoxin, vincristine, vinblastin, taxol),

anti malaria (quinine dan ertemisinin), obat penguat jantung (digoxin), dan obat

demam (aspirin). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menstimulasi

pengembangan tumbuhan obat sebagai sumber yang berguna untuk penemuan

obat.Metoda analitik modern, pendeketan bioteknologi, metabolomik, proteomik


dan genomik sekarang sudah diaplikasikan dalam penelitian tumbuhan obat dan

memberikan kontribusi yang besar dalam pengembangan tumbuhan obat.

Pendekatan ini sudah digunakan diseluruh dunia untuk mengatasi

permasaalahan yang sering muncul dalam pengembangan tumbuhan obat.

Permasaalah tersebut diantaranya rendahnya kandungan senyawa berkhasiat dari

tumbuhan obat dan standardisasinya.

You might also like