Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
KELOMPOK I
KRISYE L111 07
ILHAM ANTARIKSA L111 07
MARFU’A L111 08 001
RABUANAH HASANUDDIN L111 08 005
HERMANSYAH PRASYAD L111 08 101
SITI SYAMSINAR L111 08 251
HARYANTO KADIR L111 08 252
MUSRIADI L111 08 254
AHMAD FAIZAL RUSLAN L111 08 255
ANDRI PURNAMA PUTRA L111 08 256
JANUAR TRIADI L111 08 257
B. Tujuan
1. Memperbaiki Daerah Lahan Alas (up-land) Upaya yang dapat dilakukan dalam
Mengurangi dampak kerusakan pada ekosistem perairan wilayah estuaria yaitu
dengan menata kembali sistem pengelolaan daerah atas. Khususnya
penggunaan lahan pada wiIayah daratan yang memiliki sungai. Jeleknya
pengelolaan lahan atas sudah dapat dlpastikan akan merusak ekosistem yang
ada di perairan pantai. Oleh karena itu, pembangunan lahan atas harus
memperhitungkan dan mempertimbangkan penggunaan lahan yang ada di
wilayah pesisir. Jika penggunaan lahan wilayah pesisir sebagai lahan perikanan
tangkap, budidaya atau konservasi maka penggunaan lahan atas harus bersifat
konservatif. Perairan pesisir yang penggunaan lahannya sebagai lahan
budldaya yang memerlukan kualitas perairan yang baik maka penggunaan lahan
atas tidak diperkenankan adanya industri yang memproduksi bahan yang dapat
menimbulkan pencemaran atau limbah. Limbah sebelum dibuang ke sungai
harus melalui pengolahan terlebih dahulu sesuai dengan baku mutu yang telah
ditetapkan.
2. Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Secara Optimal Wilayah Estuaria yang
berfungsi sebagai penyedia habitat sejumlah spesies untuk berlindung dan
mencari makan serta tempat reproduksi dan tumbuh, oleh karenanya di
dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan khususnya di wilayah estuaria
diperlukan tindakan-tindakan yang bijaksana yang berorientasi pemantaatan
secara optimal dan lestari. Pola pemanfatan sebaiknya memperhatikan daya
dukung lingkungan (carrying capacity).
3. Konservasi Hutan Mangrove Perlindungan hutan mangrove pada wilayah
estuaria sangat penting, karena selain mempunyai fungsi ekologis juga
ekonomis. Secara ekologis hutan mangrove adalah sebagai penghasil
sejumlah besar detritus dari serasah, daerah asuhan (nursery ground),
mencari makan (feeding ground) dan sebagai tempat pemijahan (spawning
ground). Secara fisik, hutan mangrove dapat berperan sebagai filter sedimen
yang berasal dari daratan melalui system perakarannya dan mampu
meredam terpaan angin badai. Secara ekonomis, dalam konservasi hutan
mangrove juga akan diperoleh nilai ekonomis sangat tinggi. Nilai ekonomi
total rata-rata sekitar Rp37,4 jutalha/tahun yang meliputi manfaat langsung
(kayu mangrove), manfaat tidak langsung (serasah daun, kepiting bakau,
nener bandeng ikan tangkap dan ikan umpan), option value dan existence
value (SUPRIYADI & WOUTHUVZEN, in Press dalam Supriadi 2001).
Upaya konservasi tersebut juga mempunyai nilai dampak positip terhadap
sosial-ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah estuaria,
yaitu mampu memberikan beberapa altematit jenis mata pencaharian dan
pendapatan.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA