You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM

METABOLISME TUMBUHAN

ANALISIS KANDUNGAN KLOROFIL PADA DAUN

Oleh:
RUTH MADUMA D. SIANTURI
P051090071

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


SPS INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PROGRAM MULTI DISIPLIN
MAYOR BIOTEKNOLOGI
BOGOR
2010
I. PENDAHULUAN

A. Dasar Teori

Daun memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: 1) sebagai tempat terjadinya


proses fotosintesis, 2) di daun terdapat stomata yang berfungsi sebagai organ
respirasi, 3) tempat terjadinya transpirasi (penguapan), 4) tempat terjadinya gutasi,
5) sebagai alat perkembangbiakan vegetatif (Abdulrahman 2006). Pada umumnya
daun berwarna hijau. Warna hijau daun itu disebabkan oleh kandungan kloroplas
di dalam sel-sel daun. Di dalam kloroplas terdapat klorofil (Cristy et al. 2010).
Kloroplas merupakan plastida yang mengandung pigmen hijau daun yang disebut
klorofil (Kimball 1992).
Klorofil adalah pigmen hijau fotosintetis yang terdapat dalam tanaman,
Algae dan Cynobacteria. nama "chlorophyll" berasal dari bahasa Yunani kuno :
choloros = green (hijau), and phyllon= leaf (daun). Fungsi krolofil pada tanaman
adalah menyerap energi dari sinar matahari untuk digunakan dalam proses
fotosintetis yaitu suatu proses biokimia dimana tanaman mensintesis karbohidrat
(gula menjadi pati), dari gas karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar
matahari. (Subandi, 2008).
Klorofil atau pigmen utama tumbuhan banyak dimanfaatkan sebagai food
suplement yang dimanfaatkan untuk membantu mengoptimalkan fungsi
metabolik, sistem imunitas, detoksifikasi, meredakan radang (inflamatorik) dan
menyeimbangkan sistem hormonal (Limantara, 2007). Klorofil juga merangsang
pembentukan darah karena menyediakan bahan dasar dari pembentuk
haemoglobin (Anonim, 2008). Peran ini disebabkan karena struktur klorofil yang
menyerupai hemoglobin darah dengan perbedaan pada atom penyusun inti dari
cincin porfirinnya (gambar 1.). Salah satu suplemen makanan yang telah
dikonsumsi adalah liquid chlorophyll atau chlorophyillin yang berbahan dasar dari
ekstrak klorofil daun alfalfa (Medicago sativa L.). Suplemen tersebut telah banyak
diperdagangkan sebagai suplemen siap saji. Selain berbahan dasar tanaman
alfalfa, suplemen siap saji berbahan dasar klorofil juga sudah diproduksi dari alga
contohnya Spirulina sejenis alga biru hijau, dan Chlorella sejenis alga hijau
(Anonim, 2008).

Gambar 1. Perbedaan Struktur Molekul Klorofil dan Hemoglobin

Klorofil merupakan pigmen hijau tumbuhan dan merupakan pigmen yang


paling penting dalam proses fotosintesis. Sekarang ini, klorofil dapat dibedakan
dalam 9 tipe : klorofil a, b, c, d, dan e. Bakteri klorofil a dan b, klorofil
chlorobium 650 dan 660. klorofil a biasanya untuk sinar hijau biru. Sementara
klorofil b untuk sinar kuning dan hijau. Klorofil lain (c, d, e) ditemukan hanya
pada alga dan dikombinasikan dengan klorofil a. bakteri klorofil a dan b dan
klorofil chlorobium ditemukan pada bakteri fotosintesin. (Devlin, 1975).
Klorofil pada tumbuhan ada dua macam, yaitu klorofil a dan klorofil b.
perbedaan kecil antara struktur kedua klorofil pada sel keduanya terikat pada
protein. Sedangkan perbedaan utama antar klorofil dan heme ialah karena adanya
atom magnesium (sebagai pengganti besi) di tengah cincin profirin, serta samping
hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai fitol. (Santoso, 2004). Kloroplas berasal
dari proplastid kecil (plastid yang belum dewasa, kecil dan hampir tak berwarna,
dengan sedikit atau tanpa membran dalam). Pada umumnya proplastid berasal
hanya dari sel telur yang tak terbuahi, sperma tak berperan disini. Proplastid
membelah pada saat embrio berkembang, dan berkembang menjadi kloroplas
ketika daun dan batang terbentuk. Kloroplas muda juga aktif membelah,
khususnya bila organ mengandung kloroplas terpajan pada cahaya. Jadi, tiap sel
daun dewasa sering mengandung beberapa ratus kloroplas. Sebagian besar
kloroplas mudah dilihat dengan mikroskop cahaya, tapi struktur rincinya hanya
bias dilihat dengan mikroskop elektron. (Salisbury dan Ross, 1995).
Struktur klorofil berbeda-beda dari struktur karotenoid, masing-masing
terdapat penataan selang-seling ikatan kovalen tunggal dan ganda. Pada klorofil,
sistem ikatan yang berseling mengitari cincin porfirin, sedangkan pada karotenoid
terdapat sepasang rantai hidrokarbon yang menghubungkan struktur cincin
terminal. Sifat inilah yang memungkinkan molekul-molekul menyerap cahaya
tampak demikian kuatnya, yakni bertindak sebagai pigmen. Sifat ini pulalah yang
memungkinkan molekul-molekul menyerap energi cahaya yang dapat digunakan
untuk melakukan fotosintesis. (Santoso, 2004). Klorofil akan memperlihatkan
fluoresensi, berwarna merah yang berarti warna larutan tersebut tidak hijau pada
cahaya yang diluruskan dan akan merah tua pada cahaya yang dipantulkan.
(Noggle dan Fritz, 1979).
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrofotometer dan fotometer akan menghasilkan sinar dari spektrum dengan
panjang gelombang energi secara relatif. Jika energi tersebut ditransmisikan maka
akan ditangkap oleh klorofil yang terlarut tersebut. Pada fotometer filter sinar dari
panjang gelombang yang diinginkan akan diperoleh dengan berbagai filter yang
punya spesifikasi melewati banyaknya panjang gelombang tertentu. (Noggle dan
Fritz, 1979).
Sejak tipe-tipe atom atau molekul yang sedikit berbeda pada tingkat
energinya, yang substansi menyerap cahaya dengan suatu karakteristik panjang
gelombang yang berbeda. Ini biasanya ditunjukkan selama penyerapan sinar pada tiap
gelombangnya. Sebagai contoh, klorofil a sangat kuat pada panjang gelombang 660
nm pada sinar merah dan paling rendah pada panjang gelombang 430 nm pada sinar
biru. Ketika gelombang itu berpindah maka sinar yang ada di sebelah kiri adalah sinar
hijau yang bisa kita lihat. (Guiltmond and Hopkins, 1983). Sel penutup memiliki
klorofil di dalam selnya sehingga dengan bantuan cahaya matahari akan sangat
berpengaruh buruk pada klorofil. Larutan klorofil yang dihadapkan pada sinar
kuat akan tampak berkurang hijaunya. Daun-daun yang terkena langsung
umumnya akan tampak kekuning-kuningan, salah satu cara untuk dapat
menentukan kadar klorofil adalah dengan metoda spektofotometri (Dwijiseputro,
1994).

B. Tujuan

Tujuan dari kegiatan praktikum kali ini ialah menganalisis kandungan


klorofil pada berbagai jenis daun, yaitu daun Coleus sp., daun Jarak Pagar,
daun Bayam Merah, daun Suji, daun Ilir.
II. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan pada kegiatan praktikum kali ini, antara lain adalah
1) mortar, 2) labu ukur, 3) kertas saring whatman No. 42, 4)spektrofotometer, 5)
corong, 6) timbangan analitik, dan 7) batang pengaduk.
Bahan yang digunakan ialah Aseton 80%, 5 jenis daun dewasa segar,
antara lain ialah daun jenis Coleus sp., daun Jarak Pagar, daun Bayam Merah,
daun Suji, dan daun Ilir.
III. METODE KERJA

Metode kerja yang dilakukan dalam analisis kandungan klorofil pada


praktikum kali ini ialah sebagai berikut.
1. Daun segar yang telah disediakan dipotong kecil, dipotong dan diambil
tanpa tulang daun secara komposit sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke
dalam mortar.
2. Potongan daun tersebut dihancurkan menggunakan mortar sampai halus.
3. Aseton 80% ditambahkan secukupnya hingga jeringan menjadi homogen,
lalu diaduk.
4. Supernatan dari dalam mortar dipindahkan ke dalam labu ukur
menggunakan corong yang telah dilapisi kertas saring.
5. Aseton 80% kembali ditambahkan pada sisa jaringan dalam lumping dan
prosedur ekstraksi di atas diulangi sampai mencapai volume 100 ml.
6. Unttuk pengenceran ekstrak klorofil dalam labu ukur diambil sebanyak 5
ml dan dipindahkan ke labu ukur yang baru berukuran 50 ml dan
ditambahkan aseton 80% sampai volume mencapai 50 ml.
7. Ekstrak klorofil yang telah diencerkan tersebut diukur absorbannya
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 645, 652, dan
663 nm.
8. Hasil pengukuran menggunakan spektrofotometer dimasukkan ke dalam
rumus sebagai berikut.
KIa = (0,0127 λ663 – 0,00269 λ645)
KIb = (0,0229 λ645 – 0,00468 λ663)
Ktotal = KIa + KIb
C = 0,0202 D645 + 0,00802 D663 (g/L) dengan memasukkan faktor
pengenceran maka diperoleh jumlah klorofil per bobot daun segar contoh.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengukuran kandungan klorofil pada beberapa daun diantaranya


ialah: daun Coleus sp., daun Jarak Pagar, daun Bayam Merah, daun Suji, dan daun
Ilir yang diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang yang
berbeda-beda yaitu 645, 652, dan 663 nano meter dijelaskan pada tabel 1 di bawah
ini.

Tabel 1. Hasil spektrofotometer ekstrak klorofil


Panjang Gelombang (nm)
Nama Daun Visualisasi
645 652 663
Coleus sp. Kuning bercak hijau 0.019 0.030 0.050
Jarak pagar Hijau 0.073 0.105 0.192
Bayam Merah Merah marun 0.059 0.068 0.088
Suji Hijau 0.130 0.187 0.312
Ilir Merah, ungu marun 0.083 0.116 0.190
Coleus sp. Kuning bercak hijau 0.038 0.055 0.095

Makin besar panjang gelombang yang digunakan pada pengukuran


spektofotometer menunjukkan semakin besarnya angka kandungan klorofil hasil
ekstraksi karena pada panjang gelombang 645 dan 663 nano meter menunjukkan
puncak dari absorbansinya.
Klorofil a, klorofil b, total klorofil dan jumlah klorofil perbobot daun segar
dapat dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari pengukuran ekstrak klorofil
menggunakan spektrofotometer (tabel 2) tersebut dimasukkan ke dalam rumus
sebagai berikut:
KIa = (0,0127 λ663 – 0,00269 λ645)
KIb = (0,0229 λ645 – 0,00468 λ663)
Ktotal = KIa + KIb
Untuk jumlah klorofil perbobot daun segar:
1
C = (0,0202 λ645) + (0,00802 λ663) x FP x (mg klorofil/g bobot segar
bobot daun
contoh)
50 100
FP = x
1000 50

Tabel 2. Jumlah klorofil a, klorofil b, total klorofil dan jumlah klorofil perbobot
daun segar
Nama Daun Klorofil a Klorofil b Total klorofil Bobot klorofil perbobot
(g/L) (g/L) (g/L) daun segar (mg/g)
Coleus 0.000584 0.000201 0.000785 0.03924

Jarak Pagar 0.002242 0.000773 0.003015 0.150722

Bayam Merah 0.000959 0.000939 0.001898 0.094878

Suji 0.003613 0.001517 0.00513 0.256412

Ilir 0.00219 0.001012 0.003201 0.16002

Coleus 0.001104 0.000426 0.00153 0.076475

Hasil pengukuran terhadap kandungan klorofil menunjukkan bahwa semua


sampel tanaman yang diuji memiliki kandungan klorofil yang cukup tinggi juga
dapat dilihat dari gambar 2 di bawah ini.
0.01

0.01

0 Klorofil a
Klorofil b
0 Klorofil
total
0

Gambar 2. Grafik Klorofil a, klorofil b, dan total klorofil.

Kandungan klorofil a lebih besar dari kandungan klorofil b dari tiap-tiap


daun, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam absorbsi cahaya, dan
juga peranan klorofil a dalam menangkap radiasi cahaya matahari berperan
sebagai pusat reaksi sedangkan peran klorofil b sebagai antena. Oleh sebab itu
dalam absorbsi cahaya klorofil b dibutuhkan lebih sedikit. Klorofil a menyerap
cahaya dengan rentang panjang gelombang yang lebih pajang dibandingkan
dengan klorofil b (Anggarani 2005) pembentukan klorofil a dipengaruhi oleh
adanya cahaya yang mereduksi protoklorofilida menjadi klorofil a, yang
kemudian dioksidasi mejadi klorofil b. Terbentuknya klorofil b yang lebih banyak
pada keadaan ternaungi diduga karena adanya ketidakseimbangan pembentukan
klorofil a akibat pengurangan intensitas radiasi. Sementara konversi menjadi
klorofil b relatif tidak dipengaruhi oleh intensitas secara langsung (Lawlor 1987),
Struktur dasar klorofil a dan b adalah seperti porfirin, terdiri dari empat cincin
pirol dengan atom Mg di tengahnya. Rumus empiris klorofil a C 55H72O5N4Mg dan
klorofil b adalah C55H70O6N4Mg. Perbedaan kedua rumus tersebut terletak pada
cincin ketiga, dimana pada posisi tersebut klorofil a memiliki satu gugus metil (-
CH3) sedangkan klorofil b memiliki gugus aldehid (-CHO). Pada kebanyakan
tumbuhan tinggi dan ganggang hijau, klorofil a dan b terdapat dalam
perbandingan 3:1.
Total klorofil tiap daun berbeda-beda, urutan klorofil total dari yang
rendah sampai yang tertinggi ialah daun Coleus Sp, Bayam merah, Jarak pagar,
Ilir, dan Suji dengan kandungan masing-masing 7,85x10-4 dan 1,53x10-3 g/L;
1,898x10-3 g/L; 3,015x10-3 g/L; 3,201x10-3 g/L; dan 5,13x10-3 g/L. Perbedaan total
klorofil tiap daun berbanding lurus dengan bobot klorofil perbobot daun segar
dapat dilihat pada gambar 3.

Bobot Klorofil perbobot daun segar


0.3
0.25
0.2
0.15
bobot klorofil perbobot
0.1 daun segar
0.05
0
s r ah ji Ili
r
s2
leu ga er Su
C o P a
M el u
k o
ra m C
Ja aya
B

Gambar 3. Bobot klorofil perbobot daun segar.

Daun Coleus sp. memiliki bobot klorofil terendah yaitu sebesar 0,03924
dan 0,076475 mg klorofil/g bobot segar diikuti dengan daun Bayam merah
sebesar 0.094878 mg klorofil/g bobot segar, daun Jarak Pagar dengan bobot
klorofil sebanyak 0.150722 mg klorofil/g bobot segar, per 1 gram daun ilir
memiliki kandungan klorofil sebanyak 0,16002 mg klorofil/g bobot segar, dan
kadungan klorofil tertinggi adalah daun Suji yaitu 0,256412 mg klorofil/g bobot
segar. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain umur tanaman, umur
daun, morfologi daun serta faktor genetik. Biber (2007) menyatakan bahwa umur
daun dan tahapan fisiologis suatu tanaman merupakan faktor yang menentukan
kandungan klorofil. Tiap spesies dengan umur yang sama memiliki kandungan
kimia yang berlainan dengan jumlah genom yang berlainan pula. Hal ini
mengakibatkan metabolisme yang terjadi juga berlainan terkait dengan jumlah
substrat maupun enzim metabolismenya.
Sel penutup memiliki klorofil di dalam selnya sehingga dengan bantuan
cahaya matahari akan sangat berpengaruh buruk pada klorofil. Larutan klorofil
yang dihadapkan pada sinar kuat akan tampak berkurang hijaunya. Hal ini juga
dapat menjadi penyebab kandungan klorofil tiap daun berbeda-beda, sedangkan
perbedaan kandungan klorofil sesama Coleus sp. disebabkan oleh faktor
penggerusan dan penyaringan saat ekstraksi klorofil. Klorofil terdapat di dalam
sel supaya klorofil keluar dari dalam sel maka dilakukan penggerusan, oleh sebab
itu semakin halus hasil penggerusan maka akan semakin banyak dinding sel yang
hancur sehingga makin banyak klorofil yang keluar dari sel. Penyaringan harus
dilakukan secara hati-hati agar semua klorofil yang keluar dari sel dapat berpindah
ke dalam labu ukur bersama dengan ditetesinya aseton 80% tidak ada yang
tertinggal pada kertas saring ataupun pada ekstrak daun, indikasi berhasilnya
ekstraksi klorofil yaitu ampas gerusan daun akan berubah warna dari hijau
menjadi abu-abau atau coklat.
V. SIMPULAN

1. Total klorofil tiap daun berbeda-beda, urutan klorofil total dari yang
rendah sampai yang tertinggi ialah daun Coleus Sp, Bayam merah, Jarak
pagar, Ilir, dan Suji dengan kandungan masing-masing 7,85x10-4 dan
1,53x10-3 g/L; 1,898x10-3 g/L; 3,015x10-3 g/L; 3,201x10-3 g/L; dan
5,13x10-3 g/L.
2. Daun Coleus sp. memiliki bobot klorofil terendah yaitu sebesar 0,03924
dan 0,076475 mg klorofil/g bobot segar diikuti dengan daun Bayam merah
sebesar 0.094878 mg klorofil/g bobot segar, daun Jarak Pagar dengan
bobot klorofil sebanyak 0.150722 mg klorofil/g bobot segar, per 1 gram
daun ilir memiliki kandungan klorofil sebanyak 0,16002 mg klorofil/g
bobot segar, dan kadungan klorofil tertinggi adalah daun Suji yaitu
0,256412 mg klorofil/g bobot segar.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahman, D. 2006. http://books.google.co.id/books?id=rXGB-


E027RoC&pg=PT46&dq=klorofil+daun&hl=id&ei=ugwXTNetIISwrAed
7umqCg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=6&ved=0CDoQ6AE
wBQ#v=onepage&q=klorofil%20daun&f=false.
Anggarani, SD. 2005. Analisis Aspek Agronomi dan Fisiologi Kedelai (Glycine
max (L)Merr.) Pada Kondisi Cekaman Intensitas Cahaya Rendah.
[Skripsi]. IPB:Bogor. 59 hal
Anonim, 2008. Spirulina, kaya klorofil dan serat,
http://www.rmexpose.com/detail.php?id=7523&judul=%3Cfont
%20size=1%20color=red%3EHEALTH%20TODAY%3C/font%3E
%3Cbr%3E%20Spirulina,%20Kaya%20Klo rofil%20dan%20Serat.

Biber, P.D. 2007. Evaluating a Chlorophyll Content Meter on Three Coastal


Wetland Plant Species. Journal of Agricultural, Food and Environmental
Sciences. Volume 1, Issue 2.

Cristy, Evan, Gerry, dan Jodry. 2010. Struktur dan Fungsi Tumbuh-tumbuhan.
http://group6sdh.wordpress.com/2010/03/.
Devlin, Robert M. 1975. Plant Physiology Third Edition. New York : D. Van
Nostrand.
Dwijoseputro. 1994. Pengantar Fisiologi Tanaman. Jakarta : Gramedia
Dwijoseputro, D. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Jakarta : Gramedia.

Guttman, Burton S. Dan and John, W. Hopkins. 1983. Understanding Biology.


New York : Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
Kimball WJ. 1992. Jilid 1. Biologi. Tjitrosomo SS, Sugiri N, penerjemah. Jakarta:
Erlangga.Terjemahan dari : Biology.
Lawlor, D.W. 1987. Photosynthesis: Metabolism, Control, and Physiology. John
Wiley and Sons, Inc. New York. 262 pp.

Limantara L. 2007. Mengapa Kita Butuh Makanan Tambahan/Food Suplemen?.


http://pengobatan.wordpress.mengapa-kita-butuh-makanan-tambahan-
food- Suplemen

Noggle, Ray, R dan Fritzs, J. George. 1979. Introductor Plant Physiology. New
Delhi : Mall of India Private Ilmited.
Santoso. 2004. Fisiologi Tumbuhan. Bengkulu : Universitas Muhammadiyah
Bengkulu.
Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Bandung : ITB.
-------------------------------. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB.

Subandi, Aan. 2008. Metabolisme. http://metabolisme.blogspot.com/2007/09.

You might also like