You are on page 1of 18

ASKEP KLIEN DENGAN GANGGUAN KELENJAR

PARATIROID

Oleh

KELAS SANTA TERESA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
2010
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN KELENJAR
PARATIROID

A. HIPERPARATIROID
Hiperparatiroid didefenisikan sebagai hiperfungsi kelenjar paratiroid yang
mengakibadkan penigkatan kadar PTH dalam darah yang bersirkulasi dan fosfat.

PATOFISIOLAGI
Hiperparatiroidisme dapat bersifat primer atau skunder ,dimana kasus biasanya
berhubungan dengan gagal ginjal kronis. Pada 80% hiperparatiroidisme primer
disebabkan oleh adenomaparatiroid jinak 18% kasus diakibadkan hiperplasia keljar
paratiroid:dan 2% kasus disebapkan oleh karsinoma paratiroid. Adenoma atau
karsinoma paratiroid ditandai oleh pembesaran satu kelenjar ,dengan kelenjar lainya
tetap normal.
Hiperlasia paratiroid sekunder dapat dibedakan dengan hiperplasia primer , karna
kempat kelenjar membesar secara simetris. Perbesaran kelenjar paratiroid dn
hiperfungsinya adalah mekanisme kompensasi yang dicetuskan oleh retensi fosfat dan
hiperkalsemia yang berkaitan dengan penyakit ginjal kronis. Osteomalasia yang
disebapkan oleh hipovitaminosis D ,seperti pada reketsia ,dapat mengakibatkan
dampak yang sama.
Hiperparatiroidisme ditandai oleh kelebihan PTH dalam sirkulasi . PTH terutama
bekerja pada tulang dan ginjal . dalam ginjal. Dalam tulang , PTH meningkatkan
resopsi tulang dan menigkatkan kalsium dari lumen tubulus ginjal, dengan demikian
mmengurangi ekskresian kalsium dalam urine. PTH juga menigkatkan pembentukan
nbentuk vitamin D3 aktif dalam ginjal,yang selanjutnya memudahkan pengambilan
kalsium dari makanan dan usus. Sehingga hiperkalsemia dan hipofistfatemia
kompensatori adalah abnormalitas biokimia yang dideteksi melalui analisis darah.
Konsentrasi PTH serum juga menigkat.
Gejala klinis hiperparatiroidisme behibungan dengan penigkatan aktivitas PTH.
Tulang menunjukan tanda-tanda dekalsifikasi dan rentan terhadap fraktur.
Hiperkalsemia mengarah pada penumpukan garam kalsium dalam ginjal dan
pembentukan batu ginjal. Mungkin juga terdapat klasifikasi okular dan kulit.
Kelebihan kalsium menyebabkan letargi ,kelemahan otot, defeks konduksi pada
jantung.
Pengobatan pada hoperparatiroidisme promer mencakup bedah eksplorasi leher dan
reseksi kelenjar yang mengalami hiperfungsi atau tumor. Hiperparatiroidisme
sekunder dapat juga diatasi dengan tindakan bedah , namun pada tindakan yang sama
lebih penting u tuk memperbaiki kelainan metabolik yang menyebapkan hipersekresi
PTH. Tidak ada perlunya buru-buru melakukan oprasi paratiroid. Setelah plantasi
ginjal ,kelenjar akan kembali keukuran normal dan gangguan metabolik akan
menghilang. Jika plantasi tidak menormalkan keseimbangan kalsium dan fosfat ,maka
dokter akan menduga bahwa hiperfungsi paratiroid nampaknya trejadi secara
autonomus. Kasus demikian, seperti yang disebutkan hiperparatiroidisme tersier
,jarang terjadi.

B. PENATALAKSANAAN KLIEN DENGAN HIPERPARATIRIODISME

I. PENGKAJIAN
Tidak tedapat manifestasi yang jelas tentang hiperparatiroidisme hiperkalsemia
resultan. Klien mungkin menujukan perubahan psikologis , seperti latergi,
mengantuk , penurunan memory, labilitas emosional , semua menivestasi yang
tampak pada hiperkalsemia.
1. Riwayat kesehatan klien .
2. Riwayat kesehatan dalam keluarga.
3. Keluhan utama antara lain:
 Sakit kepala ,kelemahan , latargi, dan kelelahan otot.
 Gangguan pencernaan seperti mual,muntah ,anorexia, opstipasi, dan
nyeri lambung yang akan disertai penurunan berat badan.
 Depresi.
 Nyeri tulang dan sendi.
4. Riwayat trauma / fraktur tulang.
5. Riwayat radiasi daerah leher dan kepala.
6. Pemeriksaan fisik yang mencakup:
 Observasi dan palpasi adanya devormitas tulang.
 Amati wana kulit , apakah tampak pucat.
 Perubahan tingkat kesadaran.
7. Bila kadar kalsium tetap tinggi ,maka akan tanpak tanda psikosis organic
seperti binggung bahkan koma dan bila tidak di tangani kematian akan
mengancam.
8. Pemeriksaan diaknostik termasuk:
 Pemeriksaan laboratorium: dilakukan untuk mengetahui kadar
kalsium dalam plasma yang merupakan pemeriksaan terpenting
dalam menentukan pemeriksaan terpenting dalam menegakan
kondisi hiperparatiroidisme. Hasil pemeriksaan laboratorium pada
hiperparatiroidisme primer akan ditemukan penigkatan kadar
kalsium serum,kadar kalsium posfat anorganik menurun semetara
kadar kalsium dan fosfat urin meningkat.
 Pemeriksaan radiologi: akan tanpak penipisan tulang dan terbentuk
kista dan trabekula pada tulang.
II. DIOAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan
hiperparatiroidisme antara lain:
 Resiko terhadap cidera yang berhubungan dengan demineralisasi
tulang yang mengakibatkan fraktur patologi.
 Perubahan elimainasi urine yang berhubungan dengan keterlibatan
ginjal sekunder terhadap hiperkalsemia dan hiperfostfatemia .
 Perubahan nutrisi yang berhubungan dengan anoreksia dan mual.
 Konstipasi yang berhubungan dengan efek merugikan dari
hiperkalsemia pada saluran gastrointestinal.

III. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Resiko terhadap cidera yang berhubungan dengan demineralisasi tulang yang
mengakibatkan fraktur patologi.
Turjuan :
Klien tidak akan menderita cedera ,seperti yang akan ditunjukkan oleh tidak
terdapatnya fraktur patologis.

Intervensi keperawatan:

1. Lindungi klien dari kecelakaan jatuh, karena klien rentang mengalami


fraktur patologis, bahkan oleh benturan ringan sekalipun. Bila klien
mengalami penurunan kesedaran pasanglah tirali tempat tidurnya.
2. Hindarkan klien dari posisi yang menetap, ubah posisi klien dengan
hati-hati.
3. Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari selama terjadi kelemahan
fisik.
4. Atur aktivtas yang tidak melelahkan klien.
5. Ajarkan cara melindungi diri dari trauma fisik seperti mengubah posisi
tubuh , dan cara berjalan serta menghindari perubahan posisi yang tiba-
tiba.
6. Ajarkan klien cara mengunakan alat bantu berjalan bila dibutuhkan.
Anjurkan klien agar berjalan secara perlahan-lahan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan keterlibatan ginjal
sekunder terhadap hiperkalsemia dan hiperfosfatemia.
TUJUAN:
Klien akan kembali pada haluaran urine normal ,seperti yang ditunjukkan oleh
tidak terbentuknya batu atau haluaran urine 30-60 ml/jam.
Intervensi keperawatan:

INTERVENSI KEPERAWATAN:
1. Perbanyak asupan klien sampai 2500 ml- cairan per hari. Dehidrasi
merupakan hal yang berbahaya bagi klien dengan hiperparatiroidisme
karena akan menigkatkan kadar kalsium serum dan memudahkan
terbentuknya batu ginjal.
2. Berikan sari buah canbery atau prune untuk membantu agar urine lebih
bersifat asam. Keasaman urine yang tinggi membantu mencegah
pembentukan batu ginjal ,karena kalsium lebih mudah larut dalam urine
yang asam ketimbang urine yang basa.
DIAKNOSA KEPERAWATAN:
Perubahan nutrisi yang berhubungan dengan anoreksia dan mual

Tujuan :
Klien akan mendapatkan masukan makanan yang mencukupi , seperti
yang di buktikan oleh tidak adanya mual dan kembali pada atau dapat
mempertahankan berat badan ideal.

Itervensi keperawatan:
1. Berikan dorongan pada klien untuk mengkonsumsi diet rendah
kalsium untuk memperbaiki hiperkelsemia .
2. Jelaskan pada klien bahwa tidak mengkonsumsi susu dan
produk susu dapat menghilangkan sebagian manovestasi
gasrtointestinal yang tidak menyanagkan .
3. Bantu klien untuk mengembangkan diet yang mencakup tinggi
kalori tanpa produk yang mengandung susu.
4. Rujuk klien ke ahli gizi untuk membantu perencanaan diet klien.

C. Penatalaksanaan Bedah Hiperparatiroidisme


Pengobatan definitif hiperparatiroidisme primer adalah bedah pengangkatan
kelenjar atau pengangkatn kelenjar yang menyebabkan hipersekresi PTH.
Biasanya hanya kelenjar paratiroid yang sakit saja yang diangkat. Namun bila
keempat kelenjar mengalami hiperplasia, maka akan diangkat tiga dari
keempat kelenjar tersebut.
Komplikasi hiperparatiroidektomi serupa dengan yang terdapat pada
tiroidektomi dan jarang terjadi. Hipokalsemia merupakan komplikasi yang
secara potensial mengancam hidup mesti masih tersisa kelenjar paratiroid
yang lain karena edema dapat mengurangi fungsinya. Klien juga dapat
mengalami distres pernafasan yang berhubungan baik dengan hemoragi atau
kekambuhan kerusakan saraf laringeal.
Angka kesembuhan untuk hiperparatiroidisme primer setelah operasi
pengangkatan adalah 95%. Angka keberhasilan yang tinggi ini secara
langsung berkaitan dengan pengalaman ahli bedah dan eksplorasi menyeluruh
leher (Black-Matassarin, 1997)

D. Hipoparatiroidisme
Hipoparatiroidisme terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi
kelenjar paratiroid. Namun begitu, kondisi ini merupakan kondisi yang langka
yang umumnya terjadi setelah pengangkatan keempat kelenjar secara tidak
sengaja pada operasi tumor leher. Penyebab kongenital, genetik atau
autoimun dari hipoparatiroidisme sangat jarang.
Gejala klinis hipoparatiroidisme mencerminkan gangguan metabolik
yang disebabkan oleh defisiensi PTH. Defisiensi yang terpenting diantaranya
adalah hipokalsemia, yang mengakibatkan perubahan eksitabilitas
neuromuskular dan kontraksi muskular. Otot skeletal cenderung untuk
menjadi spastis (tetani hipokalsemil). Kerja jantung menjadi tidal teratur, dan
pada kasus-kasus yang berat, dapat terjadi henti jnatung. Aktifitas saraf juga
mengalami perubahan, terjadi fluktuasi antara hipereksitabilitas dan depresi.
Semua gejala dapat dihilangkan denagn pemberian terapi hormon
substitusional manggunakan PTH sintesis.
E. Penatalaksanaan Klien dengan Hipoparatiroidisme
I. Pengkajian

Kaji dengan cermat klien yang berisiko untuk mengalami hipoparatiroidisme


akut, seperti pada klien pascatiroidektomi, terhadap terjadinya hipokalsemia.
Tanyakan klien tentang adanya manifestasi bekas atau semutan disekitar
mulut atau ujung jari kaki. Periksa juga terhadap temuan tanda Chvosteks
atau Trousseaus positif. Yang penting adalah mengkaji manifestasi disters
pernafasan sekunder terhadap laringopasme. Pada klien dengan
hipoparatiroidisme akut, perlu dikaji terhadap adanya tanda perubahan fisik
nyata seperti kulit dan rambut kering. Juga kaji terhadap sindrom seperti-
Parkinson atau adanya katarak. Pengkajian keperawatan lainnya mencakup:
1. Riwayat penyakit
 Sejak kapan klien menderita penyakit
 Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama
 Apakah klien pernah mengalami tindakan operasi khususnya
pengangkatan kelenjar paratiroid atau klenjar tiroid
 Apakah ada riwayat penyinaran daerah leher
2. Keluhan utama meliputi:
 Kelainan bentuk tulang
 Perdarahan yang sulit berhenti
 Kejang-kajang, kesemutan dan lemah
3. Pemeriksaan fisik mencakup:
 Kelainan bentuk tulang
 Tetani
 Tanda Trousseaus dan Chovsteks
 Pernafasan berbunyi ( tridor )
 Rambut jarang dan tipis; pertumbuhan kuku buruk, deformitas
dan mudah patah; kulit kering dan kasar

4. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan kadar kalsium serum
 Pemeriksaan radiologi

II. Diagnosa keperawatan


Klien dengan hipoparatiroidisme rentan terhadap hipokalsemia, yang
dapat mengarah pada masalah kolaboratif Tetani otot yang
berhubungan dengan penurunan kadar kalsium serum. Dan karena
kondisi hipoparatiroidisme dapat menjadi kondisi yang kronis, klien
harus dapat melakukan perawatan diri, sehingga membuat diagnosa
keperawatn risiko terhadap infektif penatalaksanaan regimen
terapeutik (individual) yang berhubungan dengan regimen diet dan
medikasi menjadi penting untuk klien ini. Secara umum diagnosa
keperawatan utama pada klien ini adalah:
1. Masalah kolaboratif: tetani otot yang berhubungan dengan
penurunan kadar kalsium serum
2. Risiki terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik
(individual) yang berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang regimen dien dan medikasi.

III. Rencana Tindakan Keperawatan


Masalah kolaboratif:
Tetani otot yang berhubungan dengan penurunan kadar kalsium
serum
Tujuan:
Klien tidak akan menderita cedera, seperti yang dibuktikan oleh kadar
kalsium kembali ke batas normal, frekuensi pernafasan normal, dan
gas-gas darah dalam batas normal.
Intervensi keperawatan:
1. Saat merawat klien dengan hipoparatiroidisme hebat, selalu
waspadalah terhadap spasme laring dan obstruksi pernafasan.
Siapkan selalu set selang endotrakeal, laringoskop, dan
trakeostomisaan merawat klien dengan tetani akut.
2. Jika klien berisiko terhadap hipokalsemia mendadak, seperti
setelah tiroidektomi, selalu disiapkan cairan infus kalsium
karbonat di dekat tempat tidur klien untuk segera digunakan jika
diperlukan.
3. Jika selang infus harus dilepas, biasanya hanya diklem dulu untuk
beberapa waktu sehingga selalu tersedia akses vena yang cepat.
4. Jika tersedia biasanya klien diberikan sumber siap pakai kalsium
karbonat seperti Tums

Diagnosa keperawatan:

Risiko terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik


(individual) yang berhubungan dengan kurang pengetahuan regimen
diet dan medikasi.
Tujuan:

Klien akan mengerti tentang diet dan medikasinya, seperti yang


dibuktikan oleh pernyataan klien dan kemampuan klien untuk
mengikuti regimen diet dan terapi.

Intervensi keperawatan :

1. Penyuluhan kesehatan untuk klien dengan hipoparatiroidisme


kronis sangat penting karena klien akan membutuhkan medikasi
dan modifikasi diet sepanjang hidupnya.
2. Saat memberikan penyuluhan kesehatan tentang semua obat-obat
yang harus digunakan di rumah, pastikan klien mengetahui bahwa
semua bentuk vitamin D, kecuali dihidroksikolekalsiferol,
diasimilasi dengan lambat dalam tubuh. Oleh karenanya akan
membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk melihat
hasilnya.
3. Ajarkan klien tentang diet tinggi kalsium namun rendah fosfor.
Ingatkan klien untuk menyingkirkan keju dan produk susu dari
dietnya, karena makanan ini mengandung banyak fosfor.
4. Tekankan pentingnya perawatan medis sepanjang hidup bagi
klien hipoparatiroidisme kronis. Intruksikan klien untuk
memeriksakan kadar kalsium serum sedikitnya tiga kali setahun.
Kadar kalsium serum harus dipertahankan normal untuk
mencegah komplikasi. Jika terjadi hiperkalsemia atau
hipokalsemia, dokter harus menyesuaikanregimen terapeutik
untuk memperbaiki ketidakseimbangan.

2.Kebiasan hidup sehari-hari

a. pola makan

b.pola tidur( KLian menghabiskan banyak waktu untuk tidur)

c. pla aktivitas

3.tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita

4keluhan utama kjlien,mencakup gangguan pada berbagi system tubuh :


a. System pulmonary
b. System pencernaan
c. System krdiovarkular
d. System muskulosketal
e. System neurologic
f. System rproduksi
g. Metebolik emosi /psikologis
5. pemeriksaan fisik mencakup:
a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya dema sekitar
mata,wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar.lidah tampak
menebal dan gerak- gerik klien sangant lamban. Postur tubuh kecil dan pendek .kulit
kasar,tebal, dan bersisik,dingin dan pucat.
b. Nadi lambatr dan suhu tubuh menurun.
c. Pembasaran jantung.
d. Disritmia dan hipotensi.
e. Parastesia dan reflek tendon menurun
6. pengkjian pisikososial:klien sangat sulit membina hubungan sosial sdengan lingkungannya
, mengurng diri/bahkan mania.kluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas,dan ingin
tidur sepanjang hari.kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kellima komponen
konsep diri.

7.pemeriksaan penunjang mencakup: pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan


TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH
serum,sedangkan pada sekunder kadar TSH dapat menur atau normal.)

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diaknosa keperawatan utama yang dapat di jumpai pada klien dengan hipotiroidisme antara
lain:

1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan volume sekuncup


sebagai akibat dari bradikardi; arteriossklerosis arteri koronaria.
2. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan penurunan
tenaga/kelelahan;espansi paru yang menurun, obesitasn dan inaktivitas.
3. Gangauan proses piker yang berhubungan dengan edema jaringan serebral dan retensi
air.

III. RENCANA TINDAKAN KEPERAWTAN

Diagnosa Keperawatan:

Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan volume sekuncup akibat


bradikardi dan ateriosklerosis arterti koronaria

Tujuan:
Fungsi kardiovaskular tetap optimal yang ditandai dengan tekanan darah, irama jantng
dalam batas normal.

Intervensi Keperawatan

1. Pantau tekanan darah, denyut dan irama jantung setiap 2 jam untuk mengidentivikasi
kemungkinan terjadinya gangguan hemodinamik jantung seperti hipotensi, penurunan
haluaran urine dan perubahan status mental.
2. Anjurkan klien untuk memberitahukan perawat segera bila klien mengalami nyeri
dada, karena pada klien dengan hipotiroidisme kronik dapat berkembang
arterosklerosis arteri koronaria.
3. Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejala-gejala. Obat yang sering
digunakan adalah levotyroxine sodium (Synthroid, T4, dan Eltroxin). Observasi
dengan ketat adanya nyeri dada dan dispnoe. Pada dosis awal pemberian obat biasanya
dokter memberikan dosis minimal yang ditingkatkan secara bertahap setiap 2-3
minggu sampai ditemukan dosis yang tepat untuk pemeliharaan.
4. Ajarkan kepada klien dan keluarga cara penggunaan obat serta tanda-tanda yang harus
diwaspadai bila terjadi hipertiroidismr akibat penggunaan obat yang berlebihan.
Diagnosa Keperawatan:

Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan kelelahan, obesitas dan inaktivitas

Tujuan:

Klien dapat mempertahankan pola nafas yang efektif.

Intervensi keperawatan:

1. Amati dan catat irama serta kedalaman pernafasan


2. Auskultasi bunyi pernafasan dan catat dengan seksama.
3. Bila klien mengalami kesulitan pernafasan yang berat, kolaborasikan dengan dokter
kemungkinan penggunaan alat bantu untuk bernafas seperti ventilator.
4. Hindarkan penggunaan obat sedatif karena dapat menekan pusat pernafasan. Bila klien
menggunakan obat transqualizer dosis biasanya diturunkan karena klien sangat peka.
5. Bantu klien beraktivitas
6. Penuhi kebutuhan sehari-hari klien sesuai kebutuhan.

Diagnosa Keperawatan:

Gangguan proses berfikir yang berhubungan dengan edema jaringan otak dan retensi air

Tujuan:

Proses berfikir klien kembali ketingkat yang optimal.

Intervensi Keperawatan:

1. Observasi dan catat tanda gangguan proses berfikir yang berat seperti:
a. Letargi
b. Gangguan Memori
c. Tidak ada perhatian
d. Kesulitan berkomunikasi]
e. Mengantuk.
2. Orientasikan klien kembali dengan lingkungannya baik terhadap orang, tempat, waktu.
Biasanya gejala-gejala berkurang dalam waktu 2-3 minggu pengobatan sehingga
mengorientasikan kembali klien terhadap lingkungan nyata yang sangat diperlukan.
3. Beri dorongan pada keluarga agar dapat menerima perubahan perilaku klien dan
mengadaptasinya. Jelaskan pula bahwa dengan pengobatan yang teratur gejala-gejala
akan berkurang.

Penyuluhan Kesehatan:

Penyuluhan kesehatan sangat penting bagi klien dan keluarga. Berikanlah kepada mereka hal-
hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat di rumah dan perawatan klien pada
umumnya. Berikan penjelasan tentang:

1. Cara penggunaan obat, dosis dan waktunya. Tidak meminum obat bersama dengan
obat lain.
2. Tanda dan gejala bila kelebihan obat atau sebaliknya.
3. Menggunakan selimut tambahan pada waktu tidur, penggunaan baju hangat dan
pakaian yang tebal bila suhu udara dingin.s

Hal 68-71

D. Penatalaksanaan Klien Dengan Hipertropi Kelenjar Tiroid

I. Penatalaksaan Klien dengan Hipertropi Kelenjar Tiroid


1. Kaji riwayat penyakit :
- Sudah sejak kapan keluhan dirasakan klien
- Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama
2. Tempat tinggal sekarang dan masa pada balita
3. Usia dan jenis kelamin
4. Kebiasaan makan; bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya faktor
goitrogenik
5. Penggunaan obat-obatan
- Kaji jenis obat-obatan yang sedang digunakan dalam tiga bulan terakhir
- Sudah berapa lama digunakan
- Tujuan pemberian obat
6. Keluhan klien
- Sesak nafas, a[akah bertambah sesak bila beraktifitas
- Sulit menelan
- Leher bertambah besar
- Suara serak/ parau
- Merasa malu dengan bentuk leher yang besar dan tidak simetris
7. Pemeriksaan fisik
- Palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda, konsistensi dan simetris tidaknya,
apakah terasa nyeri pada saat dipalpasi
- Insoeksi bentuk leher, simetris tidaknya
- Auskultasi bruit pada arteri tyroidea
- Nilai kualitas suara
- Palpasi apakah terjadi devisiasi trachea
8. Pemeriksaan diagnostic
- Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum
- Pemeriksaan RAI
- Test TSH serum
9. Lakukan pengkajian lengkap dampak perubahan patologis diatas terhadap kemungkinan
adanya gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi, cairan dan elektrolitseta gangguan rasa
aman dan perubahan konsep diri seperti :
- Status pernafasan: grekuensi, pola dan teratur tidaknya, dan apakah klien
menggunakan otot pernafasan tambahan seperti retraksi sternal dan cuping hidung
- Warna kulit, apakah tampak pucat atau sianosis
- Suhu kulit khususnya daerah akral
- Keadaan umum/ kesadaran, apakah klien tampak gelisah ata tidak berdaya
- Berat badan dan tinggi badan
- Kadar hemoglobin
- Kelembaban kulit dan teksturnya
- Porsi makan yang dihabiskan
- Turgor
- Jumlah dan jenis cairan peroral yang dikonsumsi
- Kondisi mukosa mulut
- Kualitas suara
- Bagaimana ekspresi wajah, cara berkomunikasi dan gaya interaksi klien dengan orang
disekitarnya
- Bagaimana klien memandang dirinya sebagai seorang pribadi
II. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatn utama yang dijumpai pada klien dengan goiter non toksik antara lain :

1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan penekanan kelenjar tiroid
terhadap trachea
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan yang
kurang akibat disfagia
3. Perubahan citra diri yang berhubungan dengan perubahan bentuk leher
4. Gangguan rasa aman: ansietas yang berhubungan dengan kurang informasi tentang
penyakit dan pengobatannya, atau persepsi yang salah tentang penyakit yang diderita

III. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa keperawatan

Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan penekanan kelenjar tiroid terhadap
trachea.

Tujuan:

Selama dalam perawatan, pola nafas klien efektif kembali (sambil menunggu tindakan
pembedahan bila diperlukan ) dengan kriteria sebagai berikut :

- Frekuensi pernafasan 16-20 x/menit dan pola teratur


- Akral hangat
- Kulit tidak pucat atau sianosis
- Keadaan klien tenang/ tidak gelisah

Intervensi Keperawatan

1. Batasi aktivitas, hindarkan aktivitas yang melelahkan


2. Posisi tidur setengah duduk dengan kepala ekstensi bila diperlukan
3. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti dexamethason (untuk mengurangi edema)
4. Bila dengan koservatif gejala tidak hilang, kolaborasi tindakan operatif
5. Bantu aktivitas klien ditempat tidur
6. Observasi keadaan klien secara teratur
7. Hindarkan klien dari kondisi-kondisi yang menuntut penggunaan oksigen lebih banyak
seperti ketegangan, lingkungan yang panas atau yang yerlalu dingin

Diagnosa Keperawatan:

Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan nutrien
kurang akibat disfagia

Tujuan:

Nutrisi klien dapat terpenuhi kembali dalam waktu 1-2 minggu dengan kriteria sebagai
berikut:

- Berat badan bertambah


- Hemoglobin: 12-14 gr% (wanita) dan 14-16 gr% (pria)
- Tekstur kulit baik

Intervensi keperawatan:

1. Berikan makanan lunak atau cair sesuai kondisi klien


2. Porsi makanan kecil tetapi sering
3. Beri makanan tambahan diantara jam makan
4. Timbang berat badan dua hari sekali
5. Kolaborasi pemberian ruborantia bila diperlukan
6. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan menjelag jam makan

Dioagnosa keperawatan:

Perubahan citra diri yang berhubungan dengan bentuk leher

Tujuan:

Setelah menjalani perawatan, klien memiliki gambaran diri yang positif kembali dengan
criteria:

- Klien menyenangi kembali tubuhnya


- Klien dapat melakukan upaya-upaya untuk mengurangi dampak negative penbesaran pada
leher
- Klien dapat melakukan aktivitas fisik dan sosial sehari-hari

Intervensi keperawatan:

1. Dorong klien mengungkapkan perasaan dan pikirannya tentang bentuk leher yang berubah
2. Diskusikan upaya-upaya yang dapat dilakukan klien untuk mengurangi perasaan malu
seperti menggunakan baju yang berkerah tertutup
3. Beri pujian bila klien dapat melakukan upaya-upaya positif untuk meningkatkan
penampilan diri
4. Jelaskan penyebab terjadinya perubahan bentuk leher dan jalan keluar yang dapat
dilakukan seperti tindakan operasi
5. Jalaskan pula setiap resiko yang perlu diantisipasi dari setiap tindakan yang dapat
dilakukan

You might also like