Professional Documents
Culture Documents
NPM : 0906518826
Fakultas : Teknik
Universitas Indonesia
Depok
Calori Work
I. Tujuan Praktikum
Menghitung nilai kapasitas kalor suatu kawat konduktor
II. Peralatan
1. Sumber tegangan yang dapat divariasikan
2. Kawat konduktor (bernassa 2 gram)
3. Termometer
4. Voltmeter dan Ampermeter
5. Adjuatable power supply
6. Camcorder
7. Unit PC beserta DAQ dan perangkat pengendali otomatis
A. Energi Listrik
Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Maka, energi listrik dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk melakukan atau menghasilkan usaha listrik (kemampuan yang
diperlukan untuk memindahkan muatan dari satu titik ke titik yang lain). Energi listrik
dilambangkan dengan W. Perumusan yang digunakan untuk menentukan besar energi
listrik adalah :
W = Q.V...........( Q = I . t ) Joule
W=V.I.t
keterangan :
W = Energi listrik ( Joule)
Q = Muatan listrik ( Coulomb)
t = Waktu ( s )
Apabila persamaan tersebut dihubungkan dengan hukum Ohm ( V = I.R) maka persamaan
diatas akan berbentuk :
W=I.R.I.t
Satuan energi listrik lain yang sering digunakan adalah kalori, dimana 1 kalori setara
dengan 0,24 Joule.
Energi listrik dapat berubah menjadi berbagai bentuk energi lainnya. Energi listrik
menjadi energi kalor, alat yang digunakan yaitu setrika listrik, kompor listrik, microwave,
dan sebagainya. Energi listrik menjadi energi cahaya, alat yang digunakan, yaitu lampu
pijar, lampu neon, dan sebagainya. Energi listrik menjadi energi gerak, alat yang digunakan
yaitu kipas angin, penghisap debu, dan sebagainya.
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum
untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur
suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat
besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit.
Dari hasil percobaan, besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda (zat) akan
bergantung pada 3 faktor, yaitu :
1. massa zat
2. jenis zat (kalor jenis)
3. perubahan suhu
Q = m.c. T...........( Ti – T0 )
Dimana :
Pada pembelajaran kalor terdapat dua kosep yang hampir sama, tetapi berbeda, yaitu
kapasitas kalor (H) dan kalor jenis (c). Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang
dibutuhkan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat celcius.
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg zat
sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar kalor jenis adalah
kalorimeter.
Gambar 1. Grafik perubahan wujud pada es yang dipanaskan sampai menjadi uap.
Pada Q1 es mendapat kalor dan digunakan menaikkan suhu es, setelah suhu sampai
pada 0 oC kalor yang diterima digunakan untuk melebur (Q2), setelah semua menjadi air
barulah terjadi kenaikan suhu air (Q3), setelah suhunya mencapai suhu 100 oC maka kalor
yang diterima digunakan untuk berubah wujud menjadi uap (Q4), kemudian setelah
berubah menjadi uap semua maka akan kembali terjadi kenaikan suhu kembali (Q5).
Hubungan antara Energi Listrik dengan Energi Kalor
Seperti yang dikatakan dalam hukum kekekalan energi, “energi tak dapat
dimusnahkan atau dihilangkan, energi hanya dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk
lainnya.” Energi listrik dapat diubah menjadi energi kalor dan juga sebaliknya. Di bawah ini
adalah hubungan antara energi listrik dengan energi kalor.
W=Q
V.I.t=m.c.
I.R.I.t=m.c.
Keterangan:
V = Tegangan (Volt)
R = Hambatan (ohm)
m = Massa (kg)
= Perubahan Suhu ( oC )
Pada praktikum ini, diterapkan hukum kekekalan energi, yaitu dengan mengkonversikan
energi listrik menjadi energi kalor. Energi listrik dihasilkan oleh suatu catu daya pada suatu
konduktor yang mempunyai resistansi dinyatakan dengan persamaan :
W = V .I . t ….. (1)
Dimana :
Energi kalor yang dihasilkan oleh kawat konduktor dinyatakan dalam bentuk kenaikan
temperatur. Jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu zat dinyatakan dengan
persamaan :
Q = m . c . ∆T ..….(2)
Dimana :
Sebuah kawat dililitkan pada sebuah sensor temperatur. Kawat tersebut akan
dialiri arus listrik sehingga mendisipasikan energi kalor. Perubahan temperatur yang
terjadi akan diamati oleh sensor kemudian dicatat oleh sistem instrumentasi. Tegangan
yang diberikan ke kawat dapat dirubah sehingga perbuahan temperatur dapat bervariasi
sesuai dengan tegangan yang diberikan.
Dibawah ini adalah tabel nilai kapasitas kalor dari beberapa benda.
Tabel 3
Hubungan Waktu dengan Perubahan Temperatur pada saat Tegangan 0.65 V
Tabel 5
Maka nilai c (kalor jenis kawat) dapat diketahui setelah kita mendapatkan nilai a
(gradient). Nilai a dan b dapat didapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
( )( )
……………….(3)
( )
( )( )
…..…...(4)
( )
√ ( )
…………………(5)
( ) ( ) ( )
= √( )* ( )
+…..(6)
Perhitungan pada Tegangan 0 V
Tabel 6
Dengan memasukkan nilai-nilai ini ke dalam persamaan (3), (4), (5), dan (6), kita
mendapatkan nilai-nilai:
Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebuah grafik yang mnunjukan hubungan
Grafik Hubungan antara waktu dan
perubahan temperatur saat V0
0.25
0.2
y = -0.001x + 0.2067 R² = 0.0842
0.15
∆T (oC)
0.1 Series1
0
0 10 20 30 40
t (sekon)
Pada saat tegangan 0 V, nilai kalor jenis dan kapasitas kalor dari kawat tidak dapat
ditentukan.
Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebuah grafik yang menunjukan hubungan
antara t dan ΔT, yaitu sebagai berikut
0.8
0.6 Series1
0.4 Linear (Series1)
0.2
0
0 10 20 30 40
t (sekon)
Setelah mengetahui nilai m maka dapat dihitung nilai kalor jenis dari kawat (c) dengan
persamaan berikut.
( )
Dengan mengetahui nilai kalor jenis dari kawat, maka nilai kalor jenis kawat pun dapat
diketahui dengan rumus :
Tabel 8
Tabel Pengolahan Data pada Tegangan 1.55 V
Dengan memasukkan nilai-nilai ini ke dalam persamaan (3), (4), (5), dan (6), kita
mendapatkan nilai-nilai:
4
3 Series1
2 Linear (Series1)
1
0
0 10 20 30 40
t (sekon)
Setelah mengetahui nilai m maka dapat dihitung nilai kalor jenis dari kawat (c) dengan
persamaan berikut.
( )
Dengan mengetahui nilai kalor jenis dari kawat, maka nilai kalor jenis kawat pun dapat
diketahui dengan rumus :
Perhitungan pada tegangan 1.04 V
Tabel 9
Tabel Pengolahan Data pada Tegangan 1.04 V
1 3 1 9 1 3
2 6 1.2 36 1.44 7.2
3 9 1.6 81 2.56 14.4
4 12 1.9 144 3.61 22.8
5 15 2.4 225 5.76 36
6 18 2.7 324 7.29 48.6
7 21 3.1 441 9.61 65.1
8 24 3.4 576 11.56 81.6
9 27 3.6 729 12.96 97.2
10 30 3.9 900 15.21 117
∑ 165 24.8 3465 71 492.9
Dengan memasukkan nilai-nilai ini ke dalam persamaan (3), (4), (5), dan (6), kita
mendapatkan nilai-nilai:
Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebuah grafik yang menunjukan hubungan
antara t dan ΔT, yaitu sebagai berikut
Grafik hubungan antara waktu dan
temperatur saat V3
4.5
4 y = 0.1127x + 0.62 R² = 0.9936
3.5
3
∆T (oC)
2.5
2
Series1
1.5
1 Linear (Series1)
0.5
0
0 10 20 30 40
t (sekon)
Setelah mengetahui nilai m maka dapat dihitung nilai kalor jenis dari kawat (c) dengan
persamaan berikut.
( )
Dengan mengetahui nilai kalor jenis dari kawat, maka nilai kalor jenis kawat pun dapat
diketahui dengan rumus :
Menentukan Jenis Kawat Konduktor Berdasarkan Nilai c
= 0,19264 ( )
Berdasarkan nilai kalor jenis yang didapat, praktikan menyimpulkan bahwa kawat
konduktor yang dipakai adalah jenis perak karena nilai kalor jenisnya mendekati perak
(0,233 J/g Co). Data bisa dilihat pada table 1 pada subbab Prinsip Dasar.
VI. Analisis
a) Analisis Percobaan
Percobaan bertujuan untuk mengetahui besar dari nilai kapasitas kalor dari
kawat konduktor. Besaran ini didapatkan dengan mengkonversikan energi listrik
menjadi energi panas. Pada awal melakukan percobaan, praktikan terlebih dahulu
diharuskan untuk mengaktifkan web cam yang akan memantau nilai dari
perubahan arus listrik dan temperatur. Percobaan r-lab mengenai calori work
dilakukan dengan memberikan tegangan yang berbeda pada alat laboratorium
fisika dengan mengklik tombol power supply sehingga tegangan langsung diberikan
secara otomatis, hal ini dilakukan agar diperoleh data yang bervariasi sehingga
hasil perhitungan menjadi lebih akurat.
Diketahui bahwa kawat konduktor tersebut memiliki massa 2 gr, dimana
dalam perhitungan dikonversi menjadi satuan SI, yaitu menjadi 2.10-3 kg.
Praktikan mengklik tombol ukur untuk mendapatkan data, berupa arus, tegangan,
dan suhu yang bervariasi setiap 3 detik (hingga 10 data). Percobaan dilakukan
hingga 4 kali percobaan, masing-masing untuk Vo ( voltase = 0 V), V1 ( voltase =
0,65 V), V2 (voltase = 1,55 V), dan V3 (voltase = 1,04 V). Dari percobaan pada Vo,
kita akan mendapatkan besar dari suhu awal (To) adalah 19,7oC, dimana akan
digunakan dalam perhitungan.
y= a x +b
∑ (∑ )(∑ )
a= ∑ (∑ )
∑ ∑ (∑ )(∑ )
b= ∑ (∑ )
Untuk mencari kapasitas kalor dan kalor jenis, praktikan menggunakan hukum
kekekalan energi, yaitu :
Kapasitas Kalor
W=Q
H=
Kalor Jenis
=Q
Nilai kemiringan garis atau gradien garis dan b (konstanta) digunakan untuk
memperoleh grafik pengamatan. Kapasitas kalor diperoleh dari kapasitas kalor rata-rata
dari ketiga tegangan. Setelah memasukkan data-data pengamatan ke dalam persamaan,
maka diperoleh kalor jenis zat sebesar 0,19264 J/goC. Kapasitas kalor dan kalor jenis
diperoleh dengan menghitung rata-rata kapasitas kalor dan kalor jenis pada masing-
masing tegangan, hal ini dilakukan agar data yang bervariasi tersebut dapat menghasilkan
nilai kapasitas kalor dan kalor jenis yang akurat. Untuk menentukan bahan kawat
konduktor yang digunakan dalam praktikum, praktikan menggunakan kalor jenis sebagai
pendekatan karena jika memakai kapasitas kalor, jenis bahan tidak menentu, bergantung
pada massa kawat itu sendiri. Oleh karena itu, nilai kalor jenis yang diperoleh dari data
pengamatan sebesar 0,19264 J/goC.
c) Analisis Kesalahan
Penyimpangan yang dilakukan praktikan sebesar 17.32 %. Hal ini disebabkan pada saat
praktikum berlangsung, alat praktikum memiliki sensitifitas yang tinggi sehingga
penurunan dan kenaikan temperatur saat pengamatan pun sangat cepat sehingga
praktikan memperoleh suhu yang hanya mendekati suhu awal saat percobaan
berlangsung, dapat pula disebabkan saat terjadi perubahan energi listrik menjadi energi
kalor, perubahan energi yang dilakukan tidak berubah sempurna, dan akses internet yang
tidak berjalan dengan baik dapat mempengaruhi perintah kepada sistem yang berada di
laboratoium.
Kesalahan dapat pula disebabkan pada saat perhitungan karena melakukan
pembulatan berulang kali sehingga hasil yang diperoleh mengalami penyimpangan dari
nilai literatur.
d) Analisis Grafik
Pada grafik hasil perhitungan berdasarkan pengamatan yang diperoleh praktikan
tidak sepenuhnya berbentuk garis lurus, sedangkan seharusnya grafik yang dihasilkan
adalah grafik garis lurus. Hal ini disebabkan karena kesalahan-kesalahan yang terjadi
saat praktikum berlangsung. Grafik hasil percobaan menggambarkan bahwa variabel x
diwakili oleh waktu (t) dikarenakan waktu memiliki interval yang tetap, sedangkan
variabel y yang diwakili oleh perubahan tidak memiliki interval yang tetap.
Untuk grafik pada saat V1, V2, dan V3 memiliki garis yang berbelok-belok, namun
pergeseran garis dari garis lurus hanya sedikit. Hal ini dikarenakan suhu yang
ditangkap oleh sistem cepat sekali berubah sehingga berpengaruh pada perubahan
suhu yang ditampilkan dalam grafik. Untuk grafik pada saat V0 digambarkan grafik
yang tidak lurus, hal ini pun disebabkan karena tingkat kesensitivan sistem saat
menangkap suhu yang berada di sekitar sistem baik. Dengan bentuk grafik yang tidak
lurus sempurna, maka terlihat pula penyimpangan yang dihasilkan dalam
pengamatan yang dilakukan praktikan.
VII. Kesimpulan
1. Energi listrik dapat dikonversi menjadi energy kalor.
2. Kapasitas kalor suatu kawat dapat dicari dengan suatu kerja kalor, yakni
pengkonversian energy tegangan ke temperature.
3. Kawat konduktor yang dipakai adalah jenis perak.
4. Kapasitas kalor bergantung pada besar tegangan, arus, massa bahan yang
digunakan, perubahan suhu, dan waktu.
VIII. Referensi
Giancoli, D.C.; Physics for Scientists & Engeeners, Third Edition, Prentice Hall, NJ,
2000.
Tipler, P.A., 1998, Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1(Terjemahan), Jakarta :
Penerbit Erlangga Jilid 1.