You are on page 1of 22

ASKEP SECTION SAESAREA

Oleh

KELAS SANTA TERESA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO
BORROMEUS
2010
BAB I
1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka


dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan
janin dari dalam Rahim. Jenis – jenis operasi sectio caesarea Abdomen (sectio caesarea
abdominalis), Vagina (section caesarea vaginalis).
Indikasi Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin
akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal
yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan
normal ( Dystasia ). Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien dengan operasi
caesarea adalah Infeksi puerperal ( Nifas ), Perdarahan, Luka kandung kemih, emboli
paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi, dan Kemungkinan
rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.
Penatalaksanaan yang dilakukan berdasarkan pengkajian adalah distress janin,
kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio
plasenta dan plasenta previa.
Oleh karena itu, penulis membuat makalah yang berjudul “Sectio Caesarea”
sapaya dapat mengetahui lebih dalam lagi tentang penyebab, indikasi, komplikasi,
penatalaksanaan dan Asuhan Keperawatan pada pasien Sectio Caesarea yang
komprehensif yang bersifat standar operasional.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Agar Mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang Sectio caesarea.

2. Tujuan khusus

Mahasiswa mampu untuk:

a. Mengerti dan menyebutkan pengertian section caesarea

b. Mengetahui penyebab section saesarea

c. Menyebutkan indikasi dari section saesarea

d. Mengetahui komplikasi dari section sasarea

2
e. Mengetahui perawatan dan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
section saesarea.

C. Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka dalam
pengumpulan data dan konsultasi dengan dosen pembimbing.

D. Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun dengan sistematik sebagai berikut, cover / halaman judul, kata
pengantar, daftar isi, Bab I, berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II, yang berisi tinjauan teoretis
berdasarkan kasus yang telah ditentukan. Bab III, penutup, meliputi kesimpulan, dan
saran serta yang terakhir adalah daftar pustaka.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Sectio Caesaria

A. Pengertian Sectio Caesaria


Beberapa pengertian mengenai sectio caesaria :
o Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).

o Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).

Sesuai pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan, sectio caesaria adalah suatu
pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan
buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak
lahir dengan keadaan utuh dan sehat.

Indikasi sectio caesaria :


Pada ibu
 Disproporsi kepala panggul/CPD//FPD
 Disfungsi uterus
 Distosia jaringan lunak
 Plasenta previa
Pada anak
 Janin besar
 Gawat janin

 Letak lintang

Kontra indikasi sectio caesaria (Sarwono, 1991),pada umumnya sectio caesaria tidak
dilakukan pada :
 janin mati
 syok
 anemi berat sebelum diatasi

4
 kelainan kongenital berat (monster)

Sektio caesaria abdominalis


Tipe operasi sektio caesaria
 Sektio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri.
 Sektio caesaria ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen
bawah rahim
 Sectio caesaria transperitonialis yang terdiri dari :
 Sektio caesaria ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan
demikian tidak membuka kavum abdominalis.
 Sektio Caesaria vaginalis

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig
2. Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
3. Sayatan huruf T (T-incision)
(Mochtar, Rustam, 1992)

Prognosis
Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang
oleh karena kemajuan yang pesat dalam tehnik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah,
indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.
Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh
tenaga – tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000.
Nasib janin yang ditolong secara sectio caesaria sangat tergantung dari keadaan janin
sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara – negara dengan pengawasan antenatal
yang baik dari fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4 – 7 %
(Mochtar Rustam, 1992).

Komplikasi
1. Pada Ibu
Infeksi puerperal
Perdarahan
Komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru, dan sebagainya jarang terjadi
2. Pada anak

5
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria
banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut
statistik di negara – negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian
perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4 dan 7 %. (Sarwono, 1999).

Pemeriksaan Diagnostik (Tucker, Susan Martin, 1998) :


 Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
 Pemantauan EKG
 JDL dengan diferensial
 Elektrolit
 Hemoglobin/Hematokrit
 Golongan dan pencocokan silang darah
 Urinalisis
 Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
 Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
 Ultrasound sesuai pesanan

Periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan pernafasan, ukur jumlah urin yang tertampung
dikantong urin, periksa/kultur jumlah perdarahan selama operasi.
Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas pada lembar laporan.
Catat lama operasi, jenis kelamin, nilai APGAR dan kondisi bayi saat lahir, lembar operasi
ditandatangani oleh operator.

Buat instruksi perawatan yang meliputi :


Perawatan pasca operasi
1. Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi nadi dan nafas.
2. Jadwal pengukuran jumlah produksi urin
3. Berikan infus dengan jelas, singkat dan terinci bila dijumpai adanya
penyimpangan pada No. 1 dan 2.
Penatalaksanaan medis
 Cairan IV sesuai indikasi.
 Anestesia; regional atau general
 Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria.
 Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi.
 Pemberian oksitosin sesuai indikasi.
 Tanda vital per protokol ruangan pemulihan

6
 Persiapan kulit pembedahan abdomen
 Persetujuan ditandatangani.
 Pemasangan kateter foley

B. Adaptasi psikososial postpartum

Penekanan Reva Rubin dalam teorinya adalah pencapaian peran ibu. Untuk mencapai peran
tersebut seorang wanita membutuhkan proses belajar melalui serangkaian aktivitas berupa
latihan-latihan dan adalam peran ini diharapkan seorang wanita mampu mengidentifikasi peran
sebagai seorang ibu.

Konsep dasar

• Peride post partum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan lebih
menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat saat melahirkan
• Faktor yang mempengaruhi :
o Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
o Hubungan pengalaman saat melahirkan terhadap harapan
o Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu
o Pengaruh budaya
o Periode diuraikan rubin dalam 3 fase, taking in, taking hold dan letting go

Periode taking-in
• Terjadi pada 1-2 hari post partum, umumnya ibu pasif dan ketergantungan,
perhatiannya tertuju pada diri sendiri
• Ia mungkin akan mengulang-ulang pengalamannya waktu melahirkan
• Kebutuhan akan istirahat sangat penting, pusing, iritabel
• Peningkatan kebutuhan nutrisi

Periode taking-hold
• Berlangsung 2-4 hari post partum, ibu menjadi lebih perhatian pada kemampuannya
menjadi orang tua
• Berkonsenterasi terhadap pengontrolan fungsi tubuhnya, seperti BAK, BAB,
kekuatan dan ketahanan fisiknya
• Ibu berusaha keras untuk merawat bayinya sendiri, agak sensitif, cenderung
menerima nasihat bidan karena terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang
bersifat pribadi

7
Periode letting go
• Biasanay terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap
waktu dan perhatian yang diberikan keluarga
• Beradaptasi dengan kebutuhan bayinya, menyebabkan berkurangnya hak ibu dan
kebebasan hubungan sosial
• Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.

Depresi post partum


• Banyak ibu mengalami perasaan “let-down” setelah melahirkan, sehubungan dengan
seriusnya pengalaman melahirkan dan keraguan akan kemampuan untuk mengatasi
masalah secara efektif dalam membesarkan anak
• Umumnya depresi sedang dan dapat diatasi 2 pekan kemudian
• Jarang menjadi patologis sampai psikosis post partum

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Pelaksanaan asuhan keperawatan masa nifas pada post operasi sectio caesaria melalui
pendekatan proses keperawatan dengan melaksanakan :

Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust,
abrupsio plasenta dan plasenta previa. (Tucker, Susan Martin, 1998)

Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan post operasi sectio
caesaria ada 6 (Tucker, Susan Martin, 1998) yaitu ;

1. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur dan
perawatan sebelum melahirkan sesar.
2. Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.
3. Kerusakan perfusi jaringan kardiopulmoner dan perifer yang berhubungan dengan
interupsi aliran sekunder terhadap imobilitas pasca operasi.
4. Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang
berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.

8
5. Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.
6. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan
melahirkan caesar.

Perencanaan
DK I : KURANG PENGETAHUAN b.d kurang informasi tentang prosedur dan perawatan
sebelum melahirkan sesar.
Kemungkinan dibuktikan oleh: Mengungkapkan masalah/ kesalahan konsep, keragu-raguan
dalam atau ketidakadekuatan melakukan aktivitas-aktivitas, ketidaktepatan perilaku (mis:apatis)

HASIL YANG DIHARAPKAN KLIEN AKAN: Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan


fisiologis, kebutuhan-kebutuhan individu, hasil yang diharapkan.
Melakukan aktivitas-aktivitas/ prosedur yang perlu dengan benar dan penjelasan alasan untuk
tindakan.

TINDAKAN/ INTERVENSI RASIONAL


Mandiri
Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar. Periode pascapartum dapat menjadi
Bantu klien/ pasangan dalam mengidentifikasi pengalaman positif bila kesempatan
kebutuhan-kebutuhan penyuluhan diberikan untuk membantu
mengembangkan pertumbuhan ibu, maturasi,
dan kompetensi. Namun, klien membutuhkan
waktu untuk bergerak dari fase “mengambil”
sampai fase “menahan”, yang penerimaan dan
kesiapannya ditingkatkan dan ia secara emosi
dan fisik siap untuk mempelajari informasi baru
untuk memudahkan penguasaan peran
barunya. Pada hari kedua atau ketiga
pascapartum, klien biasanya dapat menerima
penyuluhan.

Berikan rencana penyuluhan tertulis dengan Membantu menjamin kelengkapan informasi


menggunakan format yang distandardisasi yang diterima orangtua dari anggota staf dan
atau ceklis. Dokumentasikan informasi yang menurunkan konfusi klien yang disebabkan
diberikan dan respon klien. oleh diseminasi nasehat atau informasi yang
menimbulkan konflik.

Kaji keadaan fisik klien. Rencanakan sesi Ketidaknyamanan berkenaan dengan insisi
kelompok atau individu setelah pemberian atau nyeri penyerta, atau ketidaknyamanan
obat-obatan atau bila klien merasa nyaman usus/ kandung kemih, biasanya berkurang
dan istirahat. beratnya pada hari ketiga pasca operasi,
memungkinkan klien berkonsentrasi lebih
penuh dan lebih menerima penyuluhan.

Perhatikan status psikologis dan respon Ansietas yang berhubungan dengan


terhadap kelahiran sesaria serta peran menjadi kemampuan untuk merawat diri sendiri dan
ibu. (rujuk pada DK: Harga diri, rendah anaknya, kekecewaan pada pengalaman
situasional) kelahiran, atau masalah-masalah berkenaan
dengan perpisahannya dari anak dapat

9
mempunyai dampak negative pada
kemampuan belajar dan kesiapan klien.

Berikan informasi yang berhubungan dengan Membantu klien mengenali perubahan normal
perubahan fisiologis dan psikologis yang dari respon-respon abnormal yang mungkin
normal berkenaan dengan kelahiran sesaria memerlukan tindakan. Status emosional klien
dan kebutuhan-kebutuhan berkenaan dengan mungkin kadang-kadang labil pada waktu ini
periode pascapartum. dan sering dipengaruhi oleh kesejahteraan
fisik. Antisipasi perubahan ini dapat
menurunkan stress berkenaan dengan transisi
periode ini yang memerlukan pembelajaran
peran baru dan pelaksanaan tanggung jawab
baru.

Tinjau ulang kebutuhan-kebutuhan perawatan Memudahkan otonomi, membantu mencegah


diri (mis, perawatan perineal, perawatan insisi, infeksi, meminimalkan pemulihan. Dengan
hygiene, berkemih). Anjurkan partisipasi membalik pada sisinya, dengan menggunakan
perawatan diri bila klien mampu. lengan untuk mengangkat dirinya pada posisi
Demonstrasikan metoda turun dari tempat tidur duduk, mendorong dengan tangannya untuk
tanpa penggunaan penghalang pada tempat mengangkat bokong dari tempat tidur untuk
tidur. posisi berdiri, klien dapat mengurangi stress
pada insisi.

Diskusikan program latihan yang tepet, sesuai Program latihan progresif biasanya dapat
kebutuhan. dimulai bila ketidaknyamanan abdomen telah
berkurang ( pada kira kira 3-4 minggu
pascapartum). Membantu tonus otot-otot,
meningkatkan sirkulasi, menghasilkan
gambaran keseimbangan tubuh, dan
meningkatkan perasaan kesejahteraan umum.
Klien harus dianjurkan untuk tidak mengankat
objel lebih berat dari bayi selama kira-kira 2
minggu, dan membungkuk pada lutut bila
mengangkat bayi.

Identifikasi tanda/ gejala yang memerlukan Evaluasi segera dan intervensi dapat
perhatian dari pemberi layanan kesehatan mencegah/ membatasi perkembangan
(mis, demam,disuria, peningkatan jumlah aliran komplikasi (mis, hemoragi, infeksi, pelambatan
lokhia, atau kembalinya eksudat lokhia ke pemulihan)
merah terang, atau pemisahan garis jahitan)

Demonstrasikan teknik teknik perawatan bayi. Membantu orang tua dalam penguasaan tugas-
Observasi demonstrasi ulang oleh klien/ tugas baru.
pasangan.

Tinjau ulang informasi berkenaan dengan Meningkatkan kemandirian dan pengalaman


pilihan tepat untuk pemberi makanan bayi (mis, pemberian makan optimal. Bila memberikan
fisiologi menyusui, perubahan posisi, perawata makan melalui botol, penting untuk memberi
payudar dan putting, diet dan pengangkatan makan bayi secara bergantian pada kanan dan
bayi dari payudara; jenis-jenis formula/ kiri untuk meningkatkan perkembangan mata.
preparat dan posisi bayi selama menyusui dari Dehidrasi ringan atau trauma fisik atau emosi
botol) dapat memperlambat awitan laktasi untuk klien
yang telah menjalani kelahiran sesaria.

Diskusikan rencana-rencana untuk penatalaks- Klien yang telah menjalani kelahiran sesaria

10
anaan di rumah : Membantu pekerjaan rumah, memerlukan bantuan lebih banyak bila pertama
susunan fisik rumah, pengaturan tidur bayi. kali dirumah daripada klien yang mengalami
kelahiran pervagina. Tangga dan penggunaan
ayunan rendah atau keranjang dapat
menyebabkan kesulitan untuk klien pasca
operasi.

Berikan nomor hubungan telepon yang tepat. Memberikan kesiapan sumber-sumber untuk
Identifikasi sumber-sumber yang tersedia di menjawab pertanyaan. Meningkatkan
komunitas. kemandirian dan memberikan dukungan untuk
adaptasi terhadap perubahan-perubahan
multiple.

Diskusikan memulai hubungan koitus seksual Hubungan dapat dilakukan kembali sesegera
lagi dan rencana-rencana kontrasepsi. Berikan mungkin saat klien mulai merasa nyaman dan
informasi tentang metoda yang tersedia, pemulihan telah mengalami kemajuan,
termasuk keuntungan dan kerugian. umumnya 6 minggu pascapartum. Pasangan
mungkin perlu mengklarifikasi ketersediaan
metode-metode kontrasepsi dan kenyataan
bahwa kehamilan dapat terjadi bahkan pada
kunjungan 6 minggu.

Berikan atau kuatkan informasi yang Evaluasi pascapartum untuk klien yang telah
berhubungan dengan pemeriksan pasca menjalani kelahiran sesaria mungkin
partum lanjutan. dijadwalkan minggu ketiga daripada minggu
keenam karena peningkatan resiko infeksi dan
pelambatan pemulihan.

DK II: Infeksi, Risiko tinggi terhadap infeksi b.d. trauma jaringan/kulit rusak, penurunan Hb,
prosedur invasif dan/atau peningkatan pemajanan lingkungan,pecah ketuban lama, malnutrisi
Kriteria Hasil:
1. Klien dapat mendemonstrasikan teknik-teknik untuk menurunkan risiko-risiko dan/atau
meningkatkan penyembuhan
2. Klien dapat menunjukkan luka bebas dari drainase purulen dengan tanda-tanda awal
penyembuhan (mis., penyatuan tepi-tepi luka), uterus lunak/ tidak nyeri tekan, dengan
aliran dan karakter lokhia normal.
3. Klien akan bebas dari infeksi, tidak demam, tidak ada bunyi nafas adventisius, dan urine
jernih kuning pucat.

Tindakan Intervensi:
TINDAKAN /INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan Membantu mencegah atau membatasi
cermat dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut penyebaran infeksi.
perineal, dan linen terkontaminasi dengan tepat.
Diskusikan dengan klien pentingnya kelanjutan
tindakan-tindakan ini setelah pulang.

Tinjau ulang Hb/Ht pranatal;perhatikan adanya kondisi Anemia, diabetes, dan persalinan yang lama

11
yang mempredisposisiskan klien pada infeksi (khususnya pada pecah ketuban) sebelum
pascaoperasi. kelahiran sesaria meningkatkan risiko infeksi
dan pelambatan penyembuhan.

Kaji status nutrisi klien. Perhatikan penampilan rambut, Klien yang berat badannya 20% di bawah berat
kuku jari, kulit, dan sebagainya. Perhatikan berat badan normal, atau yang anemia atau malnutrisi, lebih
sebelum hamil dan penambahan berat badan prenatal rentan terhadap infeksi pascapartum dan dapat
memerlukan diet khusus.

Dorong masukan cairan oral dan diet tinggi protein, Mencegah dehidrasi; memaksimalkan volume
vitamin C dan besi. sirkulasi dan aliran urin. Protein dan vitamin C
diperlukan untuk pembentukan kolagen; besi
diperlukan sintesis Hb.

Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau Balutan steril menutupi luka pada 24 jam
rembesan. Lepaskan balutan sesuai indikasi. pertama kelahiran sesaria membantu
melindungi luka dari cedera dan kontaminasi.
Rembesan dapat menandakan hematoma,
gangguan penyatuan jahitan, atau dehisens
luka, memerlukan intervensi lebih lanjut.
Pengangkatan balutan memungkinkan insisi
mengering dan meningkatkan penyembuhan.

Perhatikan catatan operasi untuk penggunaan drain Lingkungan lembab merupakan media paling
dan sifat dari insisi. Bersihkan luka dan ganti balutan baik untuk prtumbuhan bakteri; bakteri dapat
bila basah. berpindah melalui aliran kapiler melalui balutan
basah ke luka. (Catatan: Insisi pada segmen
uterus bawah sembuh lebih cepat daripada
insisi klasik dan kecil kemungkinan untuk ruptur
pada kehamilan selanjutnya).
Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan, Tanda-tanda ini menandakan infeksi luka,
perhatikan kemerahan, edema, nyeri, eksudat, atau biasanya disebabkan oleh streptokokus,
gangguan penyatuan. stapilokokus, atau spesies Pseudomonas.

Bantu sesuai kebutuhan pada pengangkatan jahitan Insisi biasanya sudah cukup membaik untuk
kulit atau klips. dilakukan pengangkatan jahitan pada hari
keempat atau kelima.

Dorong klien untuk mandi shower dengan Mandi shower biasanya diizinkan setelah hari
menggunakan air hangat setiap hari. kedua sehabis kelahiran sesaria, menigkatkan
higiene dan dapat merangsang sirkulasi serta
penyembuhan luka.

Kaji suhu, nadi, dan jumlah sel darah putih. Demam setelah pascaoperasi hari ketiga,
leukositosis, dan takikardia menunjukan infeksi.
Peningkatan sampai 38,3oC dalam 24 jam
pertama sangat mengindikasikan infeksi;
peningkatan sampai 38oC pada hari kedua
dalam 10 hari pertama pascapartum adalah
bermakna.

Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus; perhatikan Setelah kelahiran sesaria fundus tetap pada
perubahan involusi atau adanya nyeri tekan uterus ketinggian umbilikus selam ampai 5 hari, bila
yang ekstrem. involusi mulai, disertai dengan peningkatan
aliran lokhia. Pelambatan involusi meningkatkan

12
risiko endometritis. Perkembangan nyeri tekan
ekstrem menandakan kemungkinan jaringan
plasenta tertahan atau infeksi.

Perhatikan jumlah dan bau rabas lhokia atau Secara normal lokhia berbau amis; namun,
perubahan pada kemajuan normal dari rubra menjadi pada endometritis rabas mungkin purulen dan
serosa. berbau busuk, dan dapat gagal menunjukkan
kemajuan normal dari lokhia rubra menjadi
serosa sampai alba.

Pertahankan sistem drainase urin tertutup yang steril. Mencegah introduksi bakteri bila kateter
indwelling digunakan.

Berikan perawatan perineal dan kateter, dan Membantu menghilangkan media pertumbuhan
penggantian pengalas sering. bakteri; meningkatkan higiene.

Pertahankan kantung drainase pada posisi tergantung. Menghindari refluks urin, menurunkan risiko
infeksi.

Catat frekuensi/jumlah dan karakteristik urin. Statis urinarius meningkatkan risiko infeksi. Urin
keruh atau berbau busuk menandakan adanya
infeksi.
Tingkatkan istirahat dan anjurkan penggunaan posisi
semi-Fowler bila kewapadaan anastesia dilengkapi. Istirahat menurunkan proses metabolisme,
memungkinkan oksigen dan nutrien digunakan
untuk penyembuhan. Posisi semi-Fowler
meningkatkan aliran lokhia dan menurunkan
penumpukan pada uterus, memaksimalkan
fungsi pernafasan.

Kaji klien dalam pembebatan insisi selama latihan paru. Membantu mencegah peregangan insisi dan
menurunkan kemungkinan dehidens luka.

Inspeksi sekitar infus I.V. terhadap tanda eritema dan Menandakan infekis lokal, memerlukan
nyeri tekan. pengangkatan kateter dan kemungkinaan
dimulainya kembali jalur IV pada sisi lain.

Evaluasi kondisi puting, perhatikan adanya pecah- Terjadinya fisura/pecah-pecah puting


pecah, kemerahan, atau nyeri tekan. Anjurkan memperbesar risiko mastitis.
pemeriksaan payudara rutin. Tinjau ulang perawatan
dan teknik memberi makan bayi yang tepat.(rujuk pada
DK : Nyeri [akut]/ ketidaknyamanan).

Kaji bunyi paru dan pernafasan mudah atau susah. Ronki menandakan tertahannya sekresi yang
Perhatikan krekel/ronki, dispnea, nyeri dada, demam, tidak seharusnya ada, bunyi nafas mungkin
dan sputum. berkurang selama 24 jam pertama astelah
pembedahan. Tidak adanya bunyi paru
menandakan konsolidasi atau kurangnya
pertukaran udara, dan kemungkinan atelektasis
atau pneumonia

Lakukan pembalikan, batuk, dan nafas dalam rutin Memperbaiki kedalaman pernafasan dan
dengan pembebatan insisi setiap 2-4 jem saat terjadi. ekspansi alveolar; membersihkan sekresi
Perhatikan batuk produktif. bronkial yang dapat memblok bronkioli. Batuk
produktif menandakan klien sedang
membersihkan sekresi bronkial secara efektif.

13
Kolaborasi
Berikan oksitosin atau preparat ergot.(Catatan : Infus Mempertahankan kontraktilitas miometrial,
oksitosin sering dipesankan secara rutin selama 4 jam sehingga mencegah penyebaran bakteri melalui
setelah pembedahan). dinding uterus; membantu mengeluarkan
bekuan-bekuan/membran.

Pantau hasil tes laboratorium, seperti nitrogen urea Pada klien yang telah mengalami HKK,
darah (BUN) dan urin 24 jam terhadap protein total, keterlibatan ginjal atau vaskular mungkin
klirens kreatinin,dan asam urat sesuai indikasi. menetap, atau ini tampak selama waktu-waktu
pertama selama periode pascapartum. Bila
kadar steroid menurun setelah kelahiran, fungsi
ginjal, dibuktikan dengan BUN dan klirens
kretinin, mulai kembali ke normal dalam 1
minggu; perubahan anatomik (mis.,dilatasi
uterus dan pelvis ginjal) memerlukan waktu
sampai 1 bulan untuk kembali normal.

Berikan infus antibiotik profilatik dengan dosis pertama Menurunkan kemungkinan endometritis
biasanya diberikan segera setelah pengkleman tali pascapartum sesuai komplikasi seperti abses
pusat dan 2 dosis lagi masing-masing berjarak 6 jam. insisi atau tromboflebitis pelvis.

Lakukan penggunaan spirometri insentif. Berikan Meningkatkan pernafasan maksimal terus


informasi sesuai keebutuhan. menerus, mengembangkan alveoli, dan
mencegah atelektasis.

Dapatkan spesimen sputum sesuai indikasi oleh Untuk mengidentifikasi patogen khusus dan
perubahan pada warna atau bau sputum, adanya terapi yang tepat.
kongesti, dan peningkatan suhu.

Tinjau ulang sinar x dada sesuai indikasi. Memastikan adanya infiltrat atau atalektasis.

Dapatkan kultur darah, vagina, dan urin bila infeksi Bakterimia lebih sering pada klien yang
dicurigai. mengalami pecah ketuban selama 6 jam atau
lebih lama daripada klien yang ketubannya tetap
utuh sebelum kelahiran sesaria

Berikan antibiotik khusus untuk proses infeksi yang Perlu untuk mematikan organisme.
teridentifikasi.

14
DK III: Konstipasi b.d. penurunan tonus otot (diastasis rekti, kelebihan analgesik atau anastesi,
efek-efek progestron, dehidrasi, diare prapersalinan, kurang masukan, nyeri perineal/rektal.)
Ditandai dengan :
 Laporan rasa penuh abdomen/rektal atau tekanan
 mual
 defekasi kurang dari biasanya
 mengejan saat defekasi
 penurunan bising usus

Kriteria Hasil :
1. Klien dapat mendemostrasikan kembalinya motilitas usus dibuktikan oleh bising
usus aktif dan keluarnya flatus.
2. Klien mendapatkan kembali pola eliminasi biasanya/optimal dalam 4 hari
pascapartum.

TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL


Mandiri
Auskultasi terhadap adanya bising usus pada Menentukan kesiapan terhadap pemberian
keempat kuadran setiap 4 jam setelah makan per oral dan kemungkinan terjadinya
kelahiran sesaria. komplikasi; mis., ileus. Biasanya, bising usus
tidak terdengar pada hari pertama setelah
prosedur pembedahan, terdengar samar pada
hari kedua, dan aktif pada hari ketiga.

Palpasi abdomen, perhatikan distensi atau Menandakanpembentukan gas dan akumulasi


ketidaknyamanan. atau kemungkinan ileus paralitik

Anjurkan cairan oral yang adekuat (mis., 6-8 Makanan kasar (mis., buah dan sayuran,
gelas/hari) bial masuka oral sudah mulai khususnya dengan kulit dan bijinya) dan
kembali. Anjurkan peningkatan diet makanan meningkatkan cairan yang menghasilkan bulk,
kasar dan buah-buahan dan sayuran dengan merangsang eliminasi, dan mencegah
bijinya. konstipasi defekasi. (catatan : makanan atau
cairan diberikan sebelum kembalinya peristaltik
dapat berperan pada ileus peristaltik).

Anjurkan latihan kaki dan pengencangan Latihan kaki mengencangkan otot-otot


abdominal, tingkatkan ambulasi dini. abdomien dan memperbaiki motilitas abdomen.
Ambulasi progresif setelah 24 jam
meningkatkan peristaltik dan pengeluaran gas,
dan meghilangkan atau mencegah nyeri
karena gas.

Identifikasi aktivitas-aktivitas di mana klien Membantu dalam menciptakan kembali pola


dapat menggunakannya di rumah untuk evakuasi normal dan meningkatkan
merangsang kerja usus. kemandirian.

15
Kolaborasi
Berikan analgesik 30 mnt sebelum ambulasi. Memudahkan kemampuan untuk ambulasi;
namun narkotik, bila digunakan, dapat
menurunkan aktivitas usus.

Berikan pelunak feses atau katartik ringan. Melunakkan feses, meransang peristaltik dan
membantu mengembalikan fungsi usus.

Berikan sabun hipertonik atau kecil untuk Meningkatkan evakuasi usus dan
enema. menghilangkan distensi karena gas.

Masukkan atau pertahankan selang Mungkin perlu untuk mendekompresi lambung


nasogastrik sesuai indikasi. dan menghilangkan distensi berkenaan dengan
ileus paralitik.

DK IV : CEDERA, RESIKO TINGGI TERHADAP b.di fungsi biokimia atau regulasi (mis,
hipotensi ortostatik). Efek-efek anastesi, tromboemboli, anemia/kehilangan darah, sessivitas
terhadap rubella, trauma jaringan.

Hasil Yang Diharapkan :


 Mendemonstrasikan prelilaku untuk menurunkan faktor-faktor resiko dan/atau
perlindungan diri.
 Bebas dari komplikasi.

Intervensi Keparawatan Rasional


• Tinjau ulang catatan pranatal dan intrapranatal • Adanya faktor-faktor resiko seperti kehilang
terhadap faktor-faktor yang memperdisposisikan miometrial, distensi uterus berlebihan, stimulasi
klien pada komlikasi. Catat kadar Hb dan oksitosin lama, atau tromboplebitis pranatal
kehilangan darah operatif. memungkinkan klien lebih rentan terhadap
komlikasi pascaoperasi.

• Pantau TD, nadi, suhu. Catat kulit dingin, basah; • Takanan darah yang tinggi dapat menandakan
nadi lemah dan halus; perubahan prilaku; terjadinya hipertensi,hipotennsi dan dehidrasi
sianosis. dapat menandakan dehidrasidan
hipovelemiatetapi mungkin tidak terjadi sampai
volume darah sirkulasi telah menurun sampai
35%-50%, dimana tanda vasokontriksi mungkin
terlihat.pireksia dapat menandakan infeksi.

• Infeksi balutan terhadap perdarahan berlebih. • Luka bedah dengan drain dapat membasahi
Catat tanggal dreinase pada balutan (bila tidak balutan; namun, rembesan biasanya tidak terlihat
diganti), beritau dokter bila rembesan berlanjut. dapat menunjukan terjadinya komplikasi.

• Perlihatkan kateter dan jumlah aliran lokhia dan • Aliran lokhia tidak banyak dan mengandung
konsistensi fundus. bekuan; fundus harus tetap berkontraksi dengan
kuat pada umbilikus. Tonjolan uterus
mengakibatkan peningkatan aliran dan
kehilangan darah.

• Pantau masukan vcaitan dan haluaran urine, • Fungsi ginjal adalah indeks kunci dati volume
perhatikan, warna, konsentrasi, dan berat jenis darahsirkulasi. Bila haluaran menurun, berat

16
urine. jenis meningkat, dan sebaliknya. Urine yang
mengandung darah atau bekuan menunjukan
kemungkinan trauma kandung kemih berkenaan
dengan intervensi pembedahan.

• Anjurkan ambulasi dini dan latihan, kecuali pada • Meningkatkan sirkulasi dan aliran balik vena dari
klien yang mendapat anastesia subaraknoid, ekstremitas bawah, menurunkan pembentukan
yang tetap tidur datar selama 6-8 jam tanpa trombus, yang berkenaan dengan statis.
menggunakan bantal atau meninggikan kepala, Meskipun posisi rekumben setelah anastesia
sesuai dengan indikasi protokol dan kembalinya subaraknoid dikontravesikan, hal ini dapat
sensasi/kontrolotot. membantu mencegah kebocoran CSS dan sakit
kepala.

• Bantu klien pada ambulasi awal. Berikan • Hipotensi ortostatik dapat terjadi pada perubahan
supervisi yang adekuat dalam hal mandi shower dari posisi terlentang ke berdiri, atau mungkin
dan rendam duduk. Tempatkan bel pemandi sebagai akibat dari vasodilatasi karena panas
dalam jangkauan klien. dari mandi shower atau rendam duuduk tersebut.

• Minta klien duduk dilantai atau kursi dengan • Membantu mempertahankan atau meningkatkan
kepala di antara kaki, atau biarkan berbaring sirkulasi dan memberikan oksigen ke otak.
pada posisi datar, bila ia merasa pening.
Gunakan kapsul amonia (“smelling salt”).

• Kaji terhadap hiperefleksi, nyeri kuadran kanan • Bahaya eklamsia karena HLL ada selama
atas, atau gangguan penglihatan. Pertahanan sampai 72 jam pascapartum, meskipun literatur
kewaspadaan kejang, dan berikan lingkungan menunjukan status kejang telah terjadi paling
tenang sesuai indikasi. lambat hari kelima pascapartum.

• Tidak adanya refleks patella dan frekuensi


• Perhatikan efek-efek MgSO4, bila diberikan. Kaji pernapasan dibawah 12×/mnt menandakan
respon patella dan pantau frekuensi pernapasan. toksisitas dan penurunan atau penghentianterapi
obat.

• Inspeksi insisi secara teratur; perhatikan tanda • Peregangan berlebihan pada insisi perlambatan
perlambatan atau perubahan penyembuhan penyembuhan dapat menyebabkan
(mis., kurang penyatuan). kliencenderung terhadap pemisahan jaringan
dan kemungkinan hemoragi.

• Inspeksi ekstremitas bawah terhadap tanda • Peningkatan produk lembaran fibrin


tromboflebitis (mis., kemerahan, hangat, (kemungkinan pelepasan dari sisi plasenta),
nyeri/nyeri tekan). Perhatikan ada atau tidak penurunan mobilitas, trauma, spesis, dan aktivasi
adanya tanda Homan. pembekuan darah secara berlebihan setelah
membuat klien cenderung pada terjadinya
tromboemboli. Tanda Homan mungkin ada pada
trombus vana dalam, tetapi mungkin tidak ada
pada flebiitis superfisial. Kehilangan plasma,
peningkatan jumlah trombosit, imobilitas, dan
reaksi pembuluh darah dari anastesia membuat
klien berisiko terhadap tromboflebitis.

• Evaluasi status rubelli klien pada grafik pranatal. • Vaksinasi membantu mencegah efek-efek
Kaji klien terhadap alergi pada telur atau kulit; teratogenik pada kehamilan selanjutnya.
bila ada, tanda vaksin.berikan informasi tertulis Pemberian vaksin pada periode pascapartum
dan verbal, dan dapat persetujuan tiindakan segera dapat menyebabkan efek-efek samping
untuk vaksin setelah meninjau ulang efek-efek atralgia sementara, ruam, dan gejala dingin

17
samping, resiko, dan perlunya mencegah selama inkubasi 14-21 hari. Anafilatik alergik
konsepsi untuk 2-3 bulan setelah vaksinasi. atau respon hipersensitifdapat terjadi,
memerlukan pemberian epinefrin.
KOLABORASI

• Gantikankehilangan cairan secara intravena, • Rata-rata kehilangan darah biasanya 600-


sesuai proggram. 800ml,tetapi edema fisiologispranatal, yang
mengarahkan pascapartum, meningkatkan
pertumbuhan terhadap pergantian volume
cairan. Dinjurkan untuk memberi cairan melalui
infus secara intervena pada periode intraoperasi
dan awal pascaoperasi (24 jam) dengan jumlah
total 3 Liter.

• Pantau Hb/Ht pascaoperasi; bandingkan dengan • Klien dengan Ht 33% atau lebih besar dan
kadar praoperasi. penigkatan plasma berkenaan dengan kehamilan
dapat mentoleransi kehilangan darah aktual
sampai 500 ml tanpa kesulitan. Perubahan
bermakna dalam volume memerlukan
penggantian dengan produk darah, meskipun
penggantian besi mungkin diperlukan.

• Tingkatkan infus oksitoksin bila terus relaksasi • Merangsang kontaktilitas miometrial dan
dan/atau lokhia berat. menurunkan kehilangan darah. Oksitosin
biasanya ditambahkanuntuk penginfusan
intraoperasi setelah kelahiran bayi dan
dipertahankan dalam periode pascaoperasi.

• Berikan MgSO4 dengan pompa infus, sesuai • Membantu menurunkan kepekaan serebral pada
dengan indikasi. adanya HKK atau eklamsia.

• Berikan kaos kaki penyokong atau balutan elastis • Menurunkan statis vena, meningkatkan aliran
untuk kaki bila resiko atau gejala flebitis ada. balik vena dan menurunkan resiko terhadap
pembentukan trombus.

• Berikan anti koagulan; evaluasi faktor-faktor • Meskipun biasanya tidak diperlukan, dapat
koagulasi, dan perhatikan tanda kegagalan untuk membantu mencegah terbantuknya trombus
membeku. lebih lanjut.

• Berikan imun globulin Rho(D) (RhIgG) secara • Dosis 300µg biasanya cukup untuk
I.M. dalam 72 jam pascapartum sesuai indikasi meningkatkan lisis sel-sel darah merah janin Rh-
untuk ibu Rh-negatif yang belum sensitif positif mungkin telah masuk ke sirkulasi darah
sebelumnya dan yang memberikan hasil negatif ibu selama kelahiran, dan bahwa mungkin
tes Comb darah talipusat kepada bayi Rh0- potensial menyebabkan sensitifitas dan masalah
positif. Dapatkan smear Betke-Kleihauer bila inkompatibilitas Rh pada kehamilan selanjutnyan
transfusi janin ibu barmakna dicurigai pada adanya 20 ml atau lebih darah janin Rh-positif
kelahiran. dalam sirkulasi ibu memerlukan dosis RhIgG
lebih tinggi.

18
Pelaksanaan
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan.
Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.
Komponen tahap implementasi terdiri dari :
Tindakan keperawatan mandiri
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan keperawatan
mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses Association; undang – undang
praktik keperawatan negara bagian; dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.
Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaboratif diimplementasikan bila perawat bekerja dengan
anggota tim perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan
untuk mengatasi masalah – masalah klien.
Dokumentasi tindakan keperawatan dan respons klien terhadap asuhan keperawatan.
Frekuensi dokumentasi terhantung pada kondisi klien dan terapi yang diberikan. Di
rumah sakit, catatan perawat ditulis minimal setiap shift dan diagnosa keperawatan dicatat di
rencana asuhan keperawatan. Setiap klien harus dikaji dan dikaji ulang sesuai dengan kebijakan
institusi perawatan kesehatan (Allen, Carol Vestal, 1998)

Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang diamati dengan kriteria hsil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil
telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.
Komponen tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap – tahap
proses keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan. (Allen, Carol Vestal,
1998)
Pada evaluasi klien dengan post operasi sectio caesaria, kriteria evaluasi adalah sebagai berikut:
 Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama dalam
persiapan prabedah
 Nyeri diminimalkan/dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia nyaman
 Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan dan menunjukkan tak ada tanda atau gejala
emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawatan di rumah sakit.
 Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan dan mengalami defeksi dalam 3
sampai 4 hari setelah pembedahan
 Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi, involusi uterus berlanjut secara
normal

19
 Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi, sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut
dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam prnulisan makah ini masih banyak membutuhkan
perbaikan demi kesempurnaan makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik serta saran terhadap makalah ini

20
DAFTAR PUSTAKA

• Hamilton, Persis Mary,(1995) Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6, EGC.


Jakarta.
• Ibrahim S. Cristina,(1993) Perawatan Kebidanan, Bratara Jakarta.
• Manuaba, Ida Bagus Gde, (1998), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, EGC. Jakarta.
• Martius, Gerhard, (1997), Bedah Kebidanan Martius, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
• ______________, (1999), Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
• Muchtar, Rustam,(1998), Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 1, EGC. Jakarta.
• Sarwono Prawiroharjo,(1999)., Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
• _____________, (1991), Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi 1 Cet. 2, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

• Tucker, Susan Martin, (1998), Standar Perawatan Pasien, Edisi 5, Volume 4, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.

21
• http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/03/05/teori-yang-berhubungan-dengan-
praktik-kebidanan/

22

You might also like