Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
BUDI CAHYONO
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul “Proses Pengolaan Data Citra
Modis Untuk Menduga konsentrasi Klorofil-A Sebagai Indikator Kesuburan di
Perairan Utara papua. Penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro,
Semarang atas izin pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL);
2. Dr. Agus Hartoko, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan saran dan bimbingan selama proses penyusunan laporan praktek
kerja lapangan (PKL);
3. Drs. Kustiyo, M.Si., selaku Kepala Bidang Produksi Data Penginderaan Jauh
LAPAN yang telah memberikan ijin atas pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
(PKL);
4. Dipo Yudhatama, ST., dan Gathot Winarso, MSc., selaku pembimbing di
LAPAN yang telah banyak membimbing selama pelaksanaan.
5. Heri Sulyantoro, MSc., yang telah membantu segala sesuatunya selama
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di LAPAN;
6. Ayah, Ibu, Bunda, dan semua teman-teman yang telah membantu, moral
maupun material sehingga terselesaikannya Laporan Praktek Kerja Lapangan
ini.
Penyusun selalu mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan laporan
ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberikan kontribusi pada
masyarakat pada umumnya, serta bagi penyusun khususnya.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
v
4.1.1. Langkah kerja pembuatan Peta Sebaran
Klorofil-a di Pusdata LAPAN ................................... 21
4.1.2. Perekaman data klorofil-a ......................................... 22
4.1.3. Pengolahan data ........................................................ 23
4.1.3.1. pengolahan data pada SeaDAS 5.3 ............ 23
4.1.3.2. koreksi geometri (rektifikasi) pada ER
Mapper 7.1 ................................................. 26
4.1.3.3. interpretasi data citra pada ArcView
GIS 3.2 ....................................................... 29
4.2. Pembahasan .......................................................................... 35
LAMPIRAN ................................................................................................... 42
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar peta potensi perikanan dan kelautan propinsi Papua.................... 5
Manager...................................................................................................... 26
viii
19. Gambar Layout Awal ................................................................................ 32
20. Gambar Hasil tampilan proses graticule and grid wizard ....................... 33
21. Gambar Layout Setelah Diatur Tampilannya dilengkapi dengan
unsur-unsur peta ......................................................................................... 34
22. Gambar hasil peta setelah di export ke format *JPG ................................. 34
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
x
1
I. PENDAHULUAN
baik perairan yang berada di daratan seperti danau, rawa, sungai, waduk, dan
Luas perairan laut Indonesia 3,1 juta km2 terdiri dari perairan laut teritorial
seluas 0,3 juta km2 dan perairan laut nusantara seluas 2,8 juta km2. Ditambah lagi
dengan perairan laut yang berada di daerah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas
2,7 juta km2. Jadi, luas seluruhnya 5,8 juta km2. Sedangkan luas perairan yang
ada di daratan kurang lebih 11 juta ha. Sumberdaya hayati perikanan yang
biota perairan lainnya. Menurut hasil evaluasi berdasarkan data dan informasi
yang ada sampai saat ini secara keseluruhan menunjukkan perkiraan potensi
lestari, sumberdaya perikanan laut sebesar 6,6 juta ton/tahun dengan perkiraan
2006).
suatu perairan adalah ada tidaknya sumber makanan yang dibutuhkan. Menurut
wilayah perairan yang subur. Daerah perairan yang subur memiliki kandungan
nutrien yang tinggi, seperti orthoposphat, nitrat, nitrit dan unsur hara lainnya.
mediator dalam proses fotosintesis. Oleh karena itu, kandungan klorofil-a dalam
atau tingkat kesuburan suatu perairan. Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi
adalah intensitas cahaya dan nutrien (terutama nitrat, fosfat, dan silikat) (Wyrtki,
jika dirangsang oleh cahaya pada gelombang tertentu, hal inilah yang
klorofil-a suatu perairan. Pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini
dilakukan dengan menganalisis data penginderaan jarak jauh ocean color dari
Satelit Aqua yang menggunakan sensor MODIS, sensor ocean colour mengukur
radiasi visible yang berada dalam spektrum sinar tampak (400-700 nm) dari
radiasi pantulan ini mengandung informasi sifat optik/bio-optik air laut yang
diakibatkan oleh adanya bahan tersuspensi dan terlarut pada air laut tersebut.
atau menyebabkan perubahan warna air laut (Gordon dan Morel, 1983 dalam
penginderaan jauh yang merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang obyek daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh
dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau
gejala yang dikaji. Teknologi ini memiliki beberapa kelebihan, salah satunya
beberapa software yang digunakan yaitu SeaDAS 5.3, ER Mapper 7.1, dan
ArcView GIS 3.2. Pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini menekankan hanya
sebaran klorofil-a di perairan Utara Papua, yang nantinya dapat digunakan sebagai
menambah ketrampilan dalam proses pengolahan data citra MODIS dan menduga
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan,
khususnya:
Maret 2010 di Pusat Data Pengindraan Jauh LAPAN, Jl. Lapan No. 70, Pekayon
Negara Papua New Guinea. Provinsi Papua memiliki garis pantai sepanjang 1.170
mil laut dengan luas perairan territorial mencapai 45.510 km² yang didalamnya
umum potensi lestari sumberdaya perikanan laut sebesar 1.524.800 ton/tahun dan
perikanan darat sebesar 268.100 ton/tahun (belum termasuk potensi lahan untuk
massa air yang berbeda dengan perairan wilayah Indonesia lainnya. Hal ini
disebabkan oleh letak geografis perairan tersebut yang terbuka dengan Samudra
Pasifik. Pada wilayah ini angin pasat yang mantap (steady) terjadi sepanjang
tahun. Di sepanjang perairan tropis Pasifik angin pasat ini menyeret massa air
tropis barat Samudera Pasifik (perairan utara Irian). Oleh karena itu wilayah
perairan ini dikenal dengan kolam air hangat (warm pool). Kondisi ini
menyebabkan tinggi muka laut rata-rata perairan tropis barat Pasifik lebih tinggi
dibanding tinggi muka laut rata-rata di Samudera Hindia. Air permukaan ini
Indonesia (Arlindo). Massa air ini dikenal memiliki suhu hangat (diatas 29ºC)
dan berkadar garam rendah (kurang dari 32 ‰). Hal ini sangat berbeda dengan air
Samudera Hindia yang relatif lebih dingin dan berkadar garam tinggi (Harsono,
2009).
Salah satu fenomena yang menarik untuk dipelajari di perairan ini adalah
munculnya Halmahera Eddy. Eddy adalah pusaran massa air di laut yang
akibat pengaruh dorongan arus yang terhalang oleh topografi pulau Halmahera,
sehingga terbentuk suatu pusaran besar massa air. Adanya eddy akan mengaduk
massa air kaya nutrien yang selanjutnya akan merangsang blooming tumbuhan
Halmahera Eddy dan front yang dibentuknya dapat dipetakan secara akurat, maka
7
informasi ini dapat membantu dalam menentukan daerah fishing ground bagi
Variasi musiman terhadap nilai kesuburan perairan selama musim timur juga
diperkuat oleh Sutomo (1992) yang menyebutkan bahwa nilai klorofil-a tinggi
musiman perairan utara Papua sangat subur yang dipicu ketika muncul Madden
Julian Oscilation (MJO) dalam variasi skala 60-90 harian. Ketika MJO muncul,
Wave) ke arah timur dan ketika mencapai kepulauan Bismarc gelombang ini
Bismarc selanjutnya pantai utara Papua hingga bertemu arus permukaan yang
didominasi massa air berkarakter MJO. Pertemuan arus ini memicu munculnya
fenomena divergensi yang mengakibatkan tarikan air pada lapisan dalam (up
welling) dimana air pada lapisan bawah akan naik ke permukaan untuk mengisi
2.2. Klorofil-a
2% dari berat kering alga (Realino et al., 2005). Sebenarnya ada 3 macam
klorofil, yaitu klorofil-a, klorofil-b, klorofil-c, selain itu ada juga jenis pigmen
8
fotosintesis seperti karoten dan xantofil. Dari ketiga pigmen tersebut, klorofil-a
matahari, dan konsentrasi nutrien yang terdapat di dalam suatu perairan. Di Laut,
sebaran klorofil-a lebih tinggi konsentrasinya pada perairan pantai dan pesisir,
perairan pantai dan pesisir disebabkan karena adanya suplai nutrien dalam jumlah
perairan lepas pantai karena tidak adanya suplai nutrien dari daratan secara
konsentrasi klorofil-a dalam jumlah yang cukup tinggi. Keadaan ini disebabkan
oleh tingginya konsentrasi nutrien yang dihasilkan melalui proses fisik massa air,
dimana massa air dalam mengangkat nutrien dari lapisan dalam ke lapisan
(fluorescence) dari pigmen itu sendiri. Menurut Curran (1985), pigmen seperti
klorofil-a memiliki sifat absorbansi yang tinggi pada kanal biru dan merah.
Pantulan maksimum terjadi pada kanal hijau, karena klorofil-a tidak menyerap
terjadi pada kisaran panjang gelombang 425-450 nm dan 665-680 nm. Klorofil-a
Pengindraan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu subjek, daerah, atau fenomena melalui analisa data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau
fenomena yang dikaji. (Lillesand dan Kiefer, 1990). JARS (1993) dalam pentury
Inderaja merupakan suatu ilmu bila digunakan untuk lingkup studi inderaja sendiri
dan merupakan suatu teknik bila digunakan sebagai penunjang untuk mempelajari
objek yang berbeda, tergantung pada jenis materi dan kondisinya. Perbedaan ini
dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat
hasil baik dalam bentuk grafik maupun dalam bentuk tabel, namun demikian
fungsi utamanya adalah untuk mengelola data spasial (Star et al., 1990 dalam
salah satu sensor yang dimiliki EOS (Earth Observing System) dan dibawa oleh
dua wahana yang diproduksi oleh NASA yaitu Terra dan Aqua. Sensor MODIS
MODIS mengorbit bumi secara polar (arah Selatan – Utara) pada ketinggian
705 km dan melewati garis Khatulistiwa pada jam 10.30 waktu lokal. Orbit satelit
Aqua–MODIS melintas dari Selatan ke Utara melalui garis Ekuator pada sore
melalui garis Ekuator pada pagi hari. Lebar cakupan lahan pada permukaan bumi
mulai dari 0,405 sampai 14,385 µm (1 µm = 1 / 1.000.000 m). Data terkirim dari
satelit dengan kecepatan 11 Mega bytes setiap detik dengan resolusi radiometrik
12 bit. Artinya obyek dapat dideteksi dan dibedakan sampai 212 (= 4.096) derajat
keabuan (grey levels). Satu elemen citranya (pixel, picture elements) berukuran
12
250 m (kanal 1-2), 500 m (kanal 3-7) dan 1.000 m (kanal 8-36). Di dalam dunia
penginderaan jauh, hal ini dikenal dengan nama resolusi spasial. MODIS dapat
mengamati tempat yang sama di permukaan bumi setiap hari, untuk kawasan di
atas Lintang 30°, dan setiap 2 hari untuk kawasan di bawah Lintang 30°, termasuk
23 4.020 – 4.080 um
24 4.433 – 4.498 um Temperatur Atmosfir
25 4.482 – 4.549 um
26 1.360 – 1.390 um Awan Cirrus/ Uap Air
27 6.535 – 6.895 um
28 7.175 – 7.457 um
29 8.400 – 8.700 um Sifat Awan
30 9.580 – 9.880 um Ozone
31 10.780 – 11.280 um Surface/ Temperatur Awan
32 11.770 – 2.270 um
33 13.185 – 13.485 um Cloud Top Altitude
34 13.485 – 13.785 um
35 13.785 – 14.085 um
36 14.085 – 14.385 um
a. Level 1a, mengandung informasi lebih yang dibutuhkan pada set data,
processing;
b. Level 1b, data yang telah mempunyai terapannya merupakan hasil dari
2. Level 2, dihasilkan dari proses penggabungan data level 1a dan 1b, data level
2 menetapkan nilai geofisik pada tiap piksel, yang berasal dari perhitungan
3.1. Materi
3.1.1.Alat
Materi dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini meliputi alat dan bahan
Papua. Bahan yang digunakan adalah citra MODIS yang diambil dari Pusat Data
pengindraan Jauh LAPAN. Data lain yang digunakan yaitu Peta Indonesia digital
1. Perangkat keras
Hardware yang digunakan adalah Notebook Intel (R) core (TM) 2 Duo CPU
2. Perangkat lunak
Windows;
3. ArcView GIS 3.3, untuk proses layout peta citra hasil pengolahan SeaDAS
5. Microsoft Office Excel 2003 dan Microsoft Office Excel 2007, untuk
6. Microsoft Office Picture Manager, untuk merubah format citra dari *.png ke
*.jpg.
3.1.2.Bahan
3.2. Metode
Data primer adalah data yang hanya kita dapat kita peroleh dari sumber asli
atau pertama (Sarwono, 2006). Pengambilan data primer dilakukan di Pusat data
3.2.2. Wawancara
kita tinggal mencari dan mengumpulkan data tersebut. Tujuan utama melakukan
17
hal-hal yang sudah dilakukan dan menentukan hal-hal yang perlu dilakukan,
melakukan sintesa dan memperoleh perspektif baru, serta menentukan makna dan
hubungan antar variabel. Studi literatur sangat dibutuhkan sebagai acuan dalam
proses pembuatan Peta Sebaran Klorofil-a. Data sekunder ini biasanya telah
geografis suatu daerah, data sebaran klorofil bulanan, dan sebagainya. Selain itu,
Berikut ini adalah tahapan dalam proses pengolahan data citra satelit aqua
MODIS sampai menjadi sebuah peta persebaran klorofil-a diwilayah Utara Papua.
dahulu mengunduh data citra Satelit Aqua MODIS pada situs NASA:
karena didalam data tersebut telah menerapkan kalibrasi sensor, koreksi atmosfer,
5.3, pada sofware ini data diproses melalui tools Map projection, agar data yang
semula berupa elips menjadi sebuah bidang yang datar. Setelah itu proses
18
selanjutnya menyimpan data citra kedalam format (*.PNG) dan data suhu dalam
merupakan suatu standar internasional dalam kode huruf dan simbol seperti Hex
dan Unicode tetapi ASCII lebih bersifat universal, contohnya 124 adalah untuk
karakter "|". Ia selalu digunakan oleh komputer dan alat komunikasi lain untuk
sebanyak 8 bit. Dimulai dari 0000 0000 hingga 1111 1111. Total kombinasi yang
dihasilkan sebanyak 256, dimulai dari kode 0 hingga 255 dalam sistem bilangan
Desimal.
data citra dari format (*.PNG) kedalam format (*.JPEG) menggunakan Microsoft
disimpan kembali dengan format (*.ers), format inilah yang akan digunakan untuk
empat titik kontrol tanah (GCP = Ground Control Point) yang telah diketahui.
Dari empat titik GCP pada masing-masing citra dihasilkan transformasi koordinat
dengan tingkat kesalahan RMSE ( Root Mean Square Error ) maksimal 0,03,
papua dengan citra hasil rectrifikasi dari software Er Mapper 7.1 serta Peta
algoritma OC4v4. Algoritma OC4v4 menggunakan nilai tertinggi dari rasio kanal
443 nm, 490 nm dan 510 nm dengan kanal 555 nm untuk menentukan nilai
Dimana ,
R = Rasio reflektansi;
SeaDAS 5.3
*png dan *asc
*png *asc
Gambar 2. Alur kerja proses pengolahan nilai klorofil-a menggunakan data citra
MODIS
21
4.1. Hasil
Hasil yang dicapai dari materi Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Data
LAPAN
(PKL) dalam hubungan dengan pembuatan Peta Sebaran Klorofil-a di Pusat Data
Citra Klorofil-a
Proses
pengolahan
data satelit Pada ArcView GIS
dari stasiun 3.2: overlay dengan
bumi peta acuan Indonesia
Peta Sebaran
Klorofil-a
Perekaman data yang dimaksud di sini adalah proses input data oseanografi.
Perekaman data status perairan Utara Papua yang telah didapat diolah dengan
Data yang dipakai dalam prosesing ini ialah data Level 2 dari Satelit Aqua
Oceancolor, pilih Level 1 and 2 Browser pada kolom Data Acces. Kemudian
Dari tampilan ini dipilih bulan dari data yang diinginkan, kemudian arahkan
kursor ke atas pulau Papua lalu klik 1 kali dan pilih data yang akan diolah, lalu
klik pada data. Untuk data klorofil dipilih data dengan kode A2xxx.L2_LAC,
Pada tahap pengolahan data, tahap awal merupakan tahap yang sangat
ini, hal yang harus perlu diperhatikan sebelum membuka gambar adalah data
harus berformat sebagai file. Kemudian data dibuka, data diolah dengan
Output citra berformat *.png. Data lain hasil output SeaDAS 5.3 yaitu data ASCII
data nilai konsentrasi klorofil-a pada setiap titik koordinat longitude dan latitude.
2. Pilih Display;
Gambar 7. Gambar Tampilan “Please Select a File for Reading” pada SeaDAS
5.3.
6. Pilih Chlor_a pada Select One or Many Products, dan pilih q0, q1, q2, q3, q4
pada Select Quality Level(s), tekan Load;
9. Pilih data yang akan diolah pada Selection List, klik lagi pada data yang akan
diolah pada Selected for Projection, pada Projection pilih Tranverse Mercator
tekan Go;
10. Kembali ke Band List Selection, pilih Mapped – Chlor_a, tekan Display;
14. Pilih Longitude, Latitude, dan Geophys Data, lalu tekan Write File;
18. Data yang diambil adalah data yang telah diolah menjadi format *.png dan
19. Untuk meng-copy file *asc dan *png dari folder Root’s Home ke folder
Shared yaitu: pada terminal seadas ketik ls untuk mengetahui semua file-file
21. Buka file *png menggunakan Microsoft Office Picture Manager, klik file,
titik (minimal) atau lebih dengan sebelumnya memperhatikan kolom isian yang
latitude/longitude). Hal yang ditekankan pada proses ini adalah penempatan titik
setepat mungkin dengan nilai error (RMS) sekecil mungkin (kalau bisa sampai
pengolahan selanjutnya, data output dirubah lagi dari format *.jpg menjadi *.tif.
2. Klik Open, pilih file citra yang sudah diubah menjadi format *.jpg, klik OK;
3. Tampilan citra;
4. Klik Save As dengan format ER Mapper Raster Dataset (*.ers), klik OK;
9. Cari file yang akan diolah pada Input File dengan format ER Mapper Raster
Dataset (*.ers), pada Geocoding Type pilih Polynomial;
10. Klik 2) Polynomial Setup (Geocoding Wizard: step 2 of 5), pada Polynomial
Order pilih Linear;
11. Klik 3) GCP Setup (Geocoding Wizard: step 3 of 5), pada Output Coordinate
Space klik Change, pada Datum pilih WGS84, Projection pilih GEODETIC,
Coord. System Type pilih Latitude/Longitude, klik OK;
12. Pada GCP Picking Method diberi tanda di kotak Geocoded Image, Vectors or
Algorithm, lalu memasukkan file peta acuan Indonesia;
13. Klik 4) GCP Edit (Geocoding Wizard: step 4 of 5), menutup CORRECTED
GCP (OVERVIEW ROAM geolink) dan UNCORRECTED GCP (OVERVIEW
ROAM geolink); lalu menentukan minimal 4 titik yang sama antara data citra
dengan peta acuan Indonesia.
14. Proses rektifikasi (koreksi geometri), yaitu mencocokkan koordinat antara peta
acuan Indonesia dengan citra Perairan Utara Papua;
16. Pilih pada Output Info menentukan tempat untuk menyimpan hasil rektifikasi
dengan format ER Mapper Raster Dataset (*.ers);
dimana langkah yang tercakup dalam proses ini adalah dengan ArcView GIS 3.2.
Data citra yang telah direktifikasi selanjutnya diolah di software ini. Setelah
Utara Papua dengan menggunakan tools yang terdapat pada software ini.
30
Layout peta sebaran klorofil-a adalah berupa peta tampilan daerah sebaran
klorofil-a dengan konsentrasi yang berbeda. Hal ini merupakan proses bagian
akhir dari pengolahan data citra MODIS-Aqua untuk menjadi suatu Peta Sebaran
5. Pilih Add Theme pada icon , mencari output dari proses rektifikasi ER
8. Klik Table ( ) pada kotak Untitled, klik Add, mencari data ASCII dengan
9. Klik kotak View 1, pilih View pada toolbar, klik Add Event Theme;
10. Pada kotak Add Event Theme, pilih data ASCII pada Table, Bujur pada Xfield,
11. Pada kotak Legend Editor, memilih Legend Type menjadi Graduated Color,
klik Classify, Number of Classes dibuat 6, Type: Natural Breaks, dan Round
Values at: d.ddd, OK; Pada Legend Editor, Classification Field pilih klorofil-
a, Color Ramps pilih Green Monochromatic, lalu membuat range pada kotak
14. Tampilan sementara, lalu dengan menu yang ada di toolbar layout diedit
15. Pada Layout peta, pertama yang dilakukan yaitu Atur skala peta sebaran
klorofil; klik 2 kali pada peta klik view 1, pada option scale pilih user
specified scale, atur skala sesuai dengan yang diinginkan; disini penyusun
16. Mengatur ukuran kertas; klik layout pada toolbar, pilih page setup, pada page
17. Membuat grid atau graticule menyeleksi tampilan peta yang akan diberi grid
18. Tahap selanjutnya mengganti Degrees yang semula 600 menjadi 20,klik next;
19. Tahap selanjutnya memilih option untuk border, setelah itu klik preview dan
finish;
33
Gambar 20. Gambar Hasil tampilan proses graticule and grid wizard.
21. Memberikan judul peta; klik 2 kali pada tulisan view 1, tuliskan judul peta,
klik OK. Karena ukuran tulisan judul terlalu besar maka cara mengaturnya
dengan cara tekan ctrl dan P bersamaan, akan muncul jendela font pallete,
pada size pilih 14, style bold, klik create markers, tutup jendela font pallete.
22. Menuliskan skala peta dengan cara, klik tanda huruf T ( ) klik dibawah
judul peta, lalu pada text properties isikan skala 1: 7. 500.000 klik OK.
23. Klik pada poiter, klik di gambar arah mata angin, drag arah mata angin dan
24. Klik 2 kali pada scale bar, pada option units pilih kilometers, intervals isikan
25. Insert peta indonesia, klik , buat projection diluar layout, pilih view 2 yang
isinya adalah peta indonesia yang telah diberi batas administrasi setelah itu
26. Insert logo UNDIP dan LAPAN sebagai bagian dari keterangan peta dengan
cara klik kemudian cari gambar yang dimasukan dalam keterangan peta;
34
27. Membuat keterangan peta yaitu dengan cara klik tombol , kemudian tekan
4.2. Pembahasan
Hasil yang didapat pada Praktikum Kerja Lapangan (PKL) ini adalah berupa
dengan masuk ke situs NASA dan men-download data citra sesuai dengan
tanggal/waktu yang dicari dan diperlukan. Menurut Realino et al. (2007), data
penyempurnaan dari data level 1. Sehingga yang digunakan untuk mengolah data
komposit harian tanggal 11 Februari 2009 bisa menggunakan data level 1 dan
level 2.
Data yang diolah pada PKL ini hanya 1 buah data harian karena sesuai
dengan judulnya yaitu memaparkan proses pengolahan data citra MODIS dengan
peta. Jadi, baik 1 maupun 2 buah data atau lebih, hasilnya akan tetap sama berupa
layout peta. Namun bila untuk penelitian, membutuhkan data lebih dari 1 yang
yang pertama adalah data citra gambar dengan format *.png, dan yang kedua
adalah data citra nilai konsentrasi klorofil-a dengan format *.asc atau disebut juga
data ASCII, pada setiap titik koordinat seluas koordinat wilayah perairan Utara
Papua. Output citra format *.png diubah ke format *.jpg bertujuan agar terbaca
36
saat input di ER Mapper 7.1, untuk mengubah format file gambar dapat dilakukan
di setiap software pembuka file gambar, contohnya ACDSee dan Microsoft Office
Office Excel 2007 karena memiliki cell yang berkapasitas cukup banyak, pada
Microsoft Office Excel 2003 tidak cukup jumlah cell-nya yang hanya berjumlah ±
65.300, sedangkan jumlah data konsentrasi klorofil-a yang akan diolah adalah
Data yang telah dibuka di Microsoft Office Excel 2007 selanjutnya akan
di antaranya yang terbaca adalah titik koordinat pada daratan dan awan yang
menutupi perekaman citra. data nilai konsentrasi klorofil-a yang akan disaring
yaitu antara 0-3 mg/m3. Data ASCII akan disimpan dengan format *.dbf 4 yang
Office Excel 2007 tidak terdapat format *.dbf 4, sehingga harus dibuka terlebih
dahulu di Microsoft Office Excel 2003 karena terdapat format tersebut, baru
disimpan. Mengingat jumlah cell yang tidak cukup, maka solusinya dengan
membagi 2 data ASCII, baru dapat dibuka di Microsoft Office Excel 2003.
Citra yang telah diubah formatnya menjadi *.jpg akan diubah lagi ke dalam
format *.ers di ER Mapper 7.1, karena input data untuk proses rektifikasi harus
berformat *.ers. Saat proses rektifikasi, proses mengoreksi citra hingga citra
yang terpisah. Semakin banyak titik yang dibuat, maka hasil rektifikasi akan
semakin baik. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan akurat tidak hanya
melakukan plot titik yang banyak, tetapi juga titik-titik yang telah diplotkan
37
dengan garis pantai kepulauan Indonesia di ArcView GIS 3.2 yang akan
menghasilkan output sebuah peta. Menurut Realino et al. (2007), data ASCII
yang dimasukkan dan ditampilkan di software ini hanya terlihat 1 warna yang
sama, oleh karena itu perlu dilakukan klasifikasi untuk membedakan nilai
konsentrasi klorofil-a yang ada. Proses dilakukan dengan menu legend editor
yang ada pada ArcView GIS 3.2. Klasifikasi dilakukan dengan memberi warna
yang berbeda pada tiap range nilai konsentrasi klorofil-a. Langkah selanjutnya
adalah pembuatan peta kesuburan dengan mengedit hasil ovelay citra dengan
menu-menu yang ada pada software ini. Interpretasi peta dilakukan untuk
sebagai daerah yang sangat potensial sebagai daerah potensi kesuburan perairan
Dari hasil peta dapat dilihat bahwa sebaran konsentrasi klorofil-a di perairan
utara papua termasuk kepada kategori rendah, yaitu berkisar 0,01 – 05 mg/l3.
yaitu 0,01 – 0,5 mg/l3; sedang: 0,501 – 1,0 mg/l3; tinggi berkisar 1,01 – 1,5 mg/l3;
5.1. Kesimpulan
disimpukan bahwa pada proses pengolahan data citra satelit Modis untuk
5.3, Er Mapper 7.1, dan Arcview 3.2. Hasil dari sebaran klorofil-a yang telihat
pada Peta Sebaran Klorofil-a di Wilayah Perairan Utara Papua tanggal 11 Februari
kisaran 0,01 – 0,5 mg/l3. Konsentrasi klorofil-a terendah adalah 0,01 mg/l3,
5.2. Saran
Pusat Data Penginderaan Jauh Bidang Produksi Data LAPAN, Jakarta Timur, ada
saran yang diperuntukkan kepada instansi terkait, yaitu Penyediaan data citra Aqua
MODIS yang sama dengan format dari NASA sehingga memudahkan para
mahasiswa untuk mengolah data tersebut kedalam sofware pengolahan data citra
DAFTAR PUSTAKA
Curran, P.J., Dungan., J.L., Macler., B.A., and Plummer, S.E.1985. The effect of a
read leaf pigment on the relationships between red edge and chlorophyll
concentration. Remote Sensing of Environment, Vol. 35, hal. 69-76.
Graham R. dan Lee, D. W.. 1986. Leaf optical properties of rainforest sun and
extreme shade plants. Am. J. Bot 73:1100–1108.
Lillesand and Kiefer. 1990. Remote Sensing and Image Interpretation. John Wiley
& Son Inc. New York.
Maryani H., Prayogi, Wiwik M., dan Anneke M..2004. Implementasi dan
pembinaan aplikasi informasi zona potensi penangkapan ikan di situbondo
dan makassar.Laporan Semester I Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan
Teknologi Penginderaan Jauh LAPAN.Jakarta Timur
Nababan B., Zulkarnaen D., dan Gaol J.L,. Variabilitas Konsentrasi Klorofil-a di
Perairan Utara Sumbawa Berdasarkan Data Satelit SeaWiFS. E-Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 1, No. 2, Hal. 72-83, Desember
2009
Realino, B., Sri Suryo S., Widodo S.P.2005. Peningkatan Informasi Daerah
Penangkapan Ikan Melalui Integrasi Teknologi Inderaja Permodelan
Hidrodinamika dan Bioakustik. Badan Riset Kelautan dan Perikanan.
Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Realino B., Wibawa A. T., Zahrudin A.D., Napitu M.A.. 2006. Pola Spasial dan
Temporal Kesuburan Perairan Permukaan Laut di Indonesia. Balai Riset
dan Observasi Kelautan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen
Kelautan dan Perikanan, Negara, Jembrana, Bali
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Sebaran Klorofil-a di Wilayah Perairan Utara Papua pada Tanggal 11 Februari 2010
Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Praktek Kerja Lapangan