You are on page 1of 5

JAMA QASAR DALAM SHOLAT

Shalat Jamak dan Shalat Qashar adalah shalat yang sering dilakukan seseorang apabila melakukan
perjalanan jauh. Shalat Jamak dan Shalat Qashar bukanlah sebuah shalat tambahan selain shalat fardhu,
melainkan sebuah tindakan meringkas atau menggabungkan shalat fardhu. Shalat Jamak dan Shalat
Qashar merupakan sebuah keringanan yang diberikan Allah SWT kepada ummatnya.

Shalat Qashar
Pengertian Shalat Qashar
Shalat Qashar adalah sebuah tindakan meringkas jumlah rakaat shalat fardhu yang bilangannya 4
menjadi 2. Shalat fardhu yang dapat Qashar / diringkas adalah shalat Dhuhur, Asar, dan Isya. Untuk
shalat subuh dan maghrib, tidak ditemukan dalil yang memperbolehkan untuk mengQashar / meringkas
jumlah rakaat shalat ini.
Syarat Seseorang boleh mengQashar shalat
Seseorang diperbolehkan untuk meng Qashar shalat apabila dia adalah seorang musafir. Terdapat
sebuah hadits riwayat Muslim (691) yang menerangkan definisi seorang musafir ini dalam kaitannya
dengan shalat Qashar:
Dari Anas, dia berkata,"Rasulullah SAW apabila keluar untuk melakukan perjalanan sejauh tiga mil
atau farsakh, beliau shalat dua raka'at." (Hadits riwayat Muslim)
Dalam buku Bulughul Maram karya Ibnu Hajar Al Asqalani, diterangkan bahwa 1 Farshakh kira-kira
setara dengan 8 km. Dan perjalanan 3 farshakh ini menjadi syarat minimal seseorang disebut sebagai
seorang musafir.
Dalil-dalilnya:
1) “Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqashar shalatmu
jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang
nyata bagimu”. (An Nisa 101).

2) “Saya telah bertanya kepada Anas tentang mengqashar shalat. Jawabnya: Rasululloh SAW apabila ia
berjalan jauh 3 mil atau 33 farskah (25,92 km), maka beliau shalat dua rakaat” (Ahmad, Muslim, dan
Abu Dawud dari Yahya bin Mazid r.a)

3) “Telah berkata Ibnu Abbas: Rasululloh SAW pernah sembahyang jama’ antara Dhuhur dan Ashar,
dan antara Maghrib dan Isya, bukan diwaktu ketakutan dan bukan di dalam pelayaran (safa). Lantas
ada orang bertanya kepada Ibnu Abbas: mengapa Nabi SAW berbuat begitu? Ia menjawab: Nabi SAW
berbuat bgitu karena tidak mau memberatkan seorangpun daripada umatnya”. (HR Imam Muslim)

4) Dari Muhammad bin Ja’far : ” Telah bercerita kepadaku Syu’bah, dari Yahya bin Yazid Al-Hanna’i
yang menuturkan : “Aku bertanya kepada Anas bin Malik tentang mengqashar shalat. Sedangkan aku
pergi ke Kufah maka aku shalat dua raka’at hingga aku kembali. Kemudian Anas berkata : “Artinya :
Adalah Rasululloh SAW manakala keluar sejauh tiga mil atau tiga farskah (Syu’bah ragu), dia
mengqashar shalat. (Dalam suatu riwayat) : Dia shalat dua rakaat”. (HR Imam Ahmad (3/129) dan Al-
Baihaqi (2/146).

5) Dari Ya’la bin Umayyah bahwasanya dia bertanya kepada Umar ibnul Kaththab –radhiallahu anhu
tentang ayat ini seraya berkata: “Jika kamu takut di serang orang-orang kafir”, padahal manusia telah
aman ?!”. Sahabat Umar –radhiallahu anhu menjawab: “Aku sempat heran seperti keherananmu itu lalu
akupun bertanya kepada Rasululloh SAW tentang hal itu dan beliau menjawab: “(Qashar itu) adalah
sedekah dari ALLOH SWT kepadamu, maka terimahlah sedekah ALLOH SWT tersebut.” (HR.
Muslim, Abu Dawud)

Untuk melakukan sholat Qashar, maka kita mesti berniat untuk sholat Qashar. Karena disingkat
menjadi 2 raka’at, maka perlakuannya serupa dengan sholat Shubuh.

Selain itu ada juga syarat-syarat yang mesti diperhatikan:


1. Orang yang melakukan qashar = musafir.
2. Seseorang dikatakan musafir jika menempuh lebih kurang 88 km (atau lebih). Di hadits lain
disebutkan bahwa Rasululloh SAW jika bepergian lebih dari 15 km, beliau juga melakukan qashar,
seperti hadits berikut,“Dari Yahya bin Yazid al-Hana?i berkata, saya bertanya pada Anas bin Malik
tentang jarak shalat Qashar. Anas menjawab: “Adalah Rasululloh SAW jika keluar menempuh jarak 3
mil atau 3 farsakh beliau shalat dua rakaat.” (HR Muslim)

Shalat Jamak
Pengertian Shalat Jamak
Shalat Jamak adalah tindakan menggabungkan 2 shalat fardhu dalam 1 waktu. Pasangan shalat fardhu
yang boleh dijamak adalah shalat Dhuhur dengan shalat Asar, Shalat Maghrib dengan shalat Isya.
Apabila shalat jamak yang dilakukan mengambil waktu di shalat yang lebih awal disebut sebagai jamak
taqdim, jika pada waktu shalat yang terakhir maka disebut sebagai jamak takhir. Sederhananya seperti
ini:
Dhuhur + Ashar pada waktu shalat dhuhur = Jamak Taqdim
Dhuhur + Ashar pada waktu shalat Ashar = Jamak Takhir
Shalat Jamak ketika berada dalam perjalanan
1. "Nabi SAW menjamak antara maghrib dan Isya jika perjalannya berat" (HR Bukhari dan Muslim)
2. "Nabi SAW menjamak shalat Dhuhur dengan Ashar jika berada dalam perjalanan, begitu pula
beliau SAW menjamak antara Maghrib dan Isya" (HR Bukhari)
3. "Bahwasanya ketika Nabi SAW berada pada perang Tabuk, beliau menjamak antar dhuhur dengan
ashar, dan maghrib dengan isya. Dan suatu hari beliau mengakhirkan shalat kemudian beliau SAW
keluar dan melaksanakan shalat Dhuhur dengan Ashar secara jamak, kemudian masuk kembali (ke
dalam tenda), kemudian beliau SAW keluar dan melaksanakan shalat Maghrib dengan Isya secara
jamak." (HR Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, An-Nasa'i)

Dalil yang digunakan adalah:


1) Dari Muadz bin Jabal bahwa Rasululloh SAW apabila beliau melakukan perjalanan sebelum
matahari condong (masuk waktu sholat zuhur), maka beliau mengakhirkan sholat zuhur kemudian
menjamaknya dengan sholat ashar pada waktu ashar, dan apabila beliau melakukan perjalanan sesudah
matahari condong, beliau menjamak sholat zuhur dan ashar (pada waktu zuhur) baru kemudian beliau
berangkat. Dan apabila beliau melakukan perjalanan sebelum magrib maka beliau mengakhirkan sholat
magrib dan menjamaknya dengan sholat isya, dan jika beliau berangkat sesudah masuk waktu
magrib,maka beliau menyegerakan sholat isya dan menjamaknya dengan sholat magrib. (Hadits
Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi).

2)Rasululloh SAW menjamak sholat magrib dan isya pada malam yang hujan. Dalil lainnya yaitu salah
satu perbuatan sahabat, dari Nafi’: bahwa Abdulloh Ibnu Umar sholat bersama para umara (pemimpin)
apabila para umara tersebut menjamak sholat magrib dan isya pada waktu hujan. (HR Bukhori)

3) Rasululloh SAW menjamak antara sholat zuhur dan ashar dan antara sholat magrib dan Isya bukan
karena rasa takut dan hujan. (HR Muslim)

4) Adalah Rasululloh SAW dalam peperangan Tabuk, apabila hendak berangkat sebelum tergelincir
matahari, maka beliau mengakhirkan Dzuhur hingga beliau mengumpulkannya dengan Ashar, lalu
beliau melakukan dua shalat itu sekalian. Dan apabila beliau hendak berangkat setelah tergelincir
matahari, maka beliau menyegerakan Ashar bersama Dzuhur dan melakukan shalat Dzuhur dan Ashar
sekalian. Kemudian beliau berjalan. Dan apabila beliau hendak berangkat sebelum Maghrib maka
beliau mengakhirkan Maghrib sehingga mengerjakan bersama Isya’, dan apabila beliau berangkat
setelah Maghrib maka beliau menyegerakan Isya’ dan melakukan shalat Isya’ bersama Maghrib“. (HR
Tirmidzi)

5) Dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah menjama antara Zhuhur dan Ashar jika berada dalam perjalanan, juga menjama antara
Maghrib dan Isya. (HR Bukhari)

Ada beberapa syarat melakukan sholat jama’, yaitu:


1. Bepergian jauh dan tujuannya bukan untuk bermaksiat.
2. Apabila melakukan sholat berjama’ah, maka imamnya harus musafir juga.
3. Karena sedang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berat yang betul-betul sulit ditinggalkan. Misalnya
seorang dokter yang mesti melakukan operasi.

Ada 2 jenis sholat jama’, yakni:


1. Jama’ Taqdim (ada juga yg menuliskan ta’dim, takdim, dst)
Jama’ taqdim adalah ‘menarik’ lebih awal waktu sholat. Jadi, apabila kita hendak bepergian yg kira2
cukup jauh di waktu Dhuhur, usai sholat Dhuhur kita lanjutkan dengan sholat Ashar. Hal yang sama
berlaku untuk sholat Isya’, yang dilakukan di saat Magrib.

Yang tidak diperbolehkan dijama’ taqdim adalah Dhuhur di waktu Subuh, ataupun Magrib di waktu
Ashar. Selain itu tidak boleh menjama’ Ashar dg sholat Jum’at (di hari Jum’at).

Untuk melaksanakan sholat jama’ taqdim, maka ada hal-hal yg mesti diperhatikan:
a. Kerjakan dulu sholat Dhuhur baru Ashar (atau Magrib dulu baru Isya).
b. Niat jama’ dilakukan saat hendak sholat Dhuhur atau Magrib. Dengan demikian, tidak sah jika niat
jama’ dilakukan saat sholat Ashar atau Isya.
c. Dilakukan ‘menyambung’, dalam artian, tidak melakukan sholat sunnah setelah sholat Dhuhur atau
Magrib.

2. Jama’ Takhir (ada juga yg menulis ta’hir, taqhir, dst)


Jama’ takhir kebalikan dari poin 1. Dengan demikian, kita ‘mengulur’ sholat di waktu berikutnya.
Berdasarkan poin 1, maka kita bisa simpulkan bahwa jama’ takhir itu berarti sholat Dhuhur & Ashar di
waktu Ashar, dan sholat Maghrib & Isya di waktu Isya.

Hal yg tidak diperbolehkan adalah Isya di saat Subuh dan Ashar di saat Maghrib.

Untuk melaksanakan sholat jama’ takhir, maka ada hal-hal yg mesti diperhatikan:
a. Niat jama’ tetap dilakukan di saat sholat Dhuhur atau Magrib.
b. Kita masih berada dalam perjalanan pada saat Ashar atau Isya.

Khusus untuk sholat jama’ takhir, kita mesti mendahulukan waktu sholat yg terakhir. Sebagai contoh,
jika kita jama’ takhir Dhuhur dan Ashar, maka kita sholat Ashar dahulu barulah sholat Dhuhur.

Tata cara sholat jama’ sama dengan sholat biasa.

Shalat Subuh tidak boleh diqashar atau dijamak. Sedangkan shalat Maghrib hanya bisa dijamak dengan
Isya dan tidak boleh diqashar. Mereka yang memenuhi syarat, boleh sekaligus menjamak dan
mengqasar

sementara kita bisa menggabung jama' dan qasar1

1Di dalam bukunya, As-Shalah (hal 181), Prof.Dr. Abdullah Ath-Thayyar menyatakan bahwa Rasululloh SAW pernah
melakukan gabungan jama’ dan qashar sekaligus. Pendapat ini juga merupakan fatwa para ulama termasuk syaikh
Abdul Aziz bin Baz.

You might also like