Professional Documents
Culture Documents
I. Tujuan
Menggunakan hotwire sebagai sensor kecepatan aliran udara.
II. Alat
1. kawat pijar (hotwire)
2. Fan
3. Voltmeter dan Ampmeter
4. Adjustable power supply
5. Camcorder
6. Unit PC beserta DAQ dan perangkat pengendali otomatis
III. Teori
Single normal probe adalah suatu tipe hotwire yang paling banyak
digunakan sebagai sensor untuk memberikan informasi kecepatan aliran dalam
arah axial saja. Probe seperti ini terdiri dari sebuah kawat logam pendek yang
halus yang disatukan pada dua kawat baja. Masing masing ujung probe
dihubungkan ke sebuah sumber tegangan. Energi listrik yang mengalir pada
probe tersebut akan didispasi oleh kawat menjadi energi kalor. Besarnya energi
listrik yang terdisipasi sebanding dengan tegangan , arus listrik yang mengalir di
probe tersebut dan lamanya waktu arus listrik mengalir.
P = v i Δ t .........( 1 )
Overheat ratio =
1. Mengaktifkan Web cam (Meng klik icon video pada halaman web r-Lab).
2. Memberikan aliran udara dengan kecepatan 0 m/s , dengan meng”klik”
pilihan drop down pada icon “atur kecepatan aliran”.
3. Menghidupkan motor penggerak kipas dengan meng”klik” radio button
pada icon “menghidupkan power supply kipas”.
4. Mengukur Tegangan dan Arus listrik di kawat hot wire dengan cara
mengklik icon “ukur”.
5. Mengulangi langkah 2 hingga 4 untuk kecepatan 70 , 110 , 150 , 190 dan
230 m/s.
2
Y-Values
Tegangan (v)
1,5 Linear (Y-Values)
y = 2,112
1 R² = 0
0,5
0
0 2 4 6 8 10 12
waktu (s)
b. Pada Kecepatan Udara 70 m/s2
Tabel Hubungan antara Tegangan Hotwire dengan Waktu
pada Kecepatan Udara 70 m/s2
2 2,053
3 2,052
4 2,052
5 2,053
6 2,051
7 2,053
8 2,052
9 2,055
10 2,053
2,053
2,0525
2,052
2,0515
2,051
2,0505
0 2 4 6 8 10 12
waktu (s)
c. Pada Kecepatan Udara 110 m/s2
Tabel Hubungan antara Tegangan Hotwire dengan Waktu
pada Kecepatan Udara 110 m/s2
2 2,034
3 2,034
4 2,035
5 2,034
6 2,034
7 2,034
8 2,033
9 2,034
10 2,034
2,034
2,0335
2,033
2,0325
0 2 4 6 8 10 12
waktu (s)
d. Pada Kecepatan Udara 150 m/s2
Tabel Hubungan antara Tegangan Hotwire dengan Waktu
pada Kecepatan Udara 150 m/s2
2 2,026
3 2,026
4 2,026
5 2,026
6 2,025
7 2,025
8 2,025
9 2,025
10 2,025
2,0256
2,0254
2,0252
2,025
2,0248
2,0246
0 2 4 6 8 10 12
waktu (s)
e. Pada Kecepatan Udara 190 m/s2
Tabel Hubungan antara Tegangan Hotwire dengan Waktu
pada Kecepatan Udara 190 m/s2
2 2,022
3 2,022
4 2,022
5 2,021
6 2,021
7 2,021
8 2,021
9 2,021
10 2,021
2,0212
2,021
2,0208
2,0206
0 2 4 6 8 10 12
waktu (s)
f. Pada Kecepatan Udara 230 m/s2
Tabel Hubungan antara Tegangan Hotwire dengan Waktu
pada Kecepatan Udara 230 m/s2
2 2,018
3 2,019
4 2,019
5 2,018
6 2,019
7 2,019
8 2,019
9 2,018
10 2,018
2,0188
Y-Values
Tegangan (v)
2,0184
2,0182
2,018
2,0178
0 2 4 6 8 10 12
waktu (s)
Nilai rata-rata
rata V-HW (v) Kecepatan angin (m/s)
2,1120 0
2,0527 70
2,0341 110
2,0255 150
2,0214 190
2,0186 230
Y-Values
Values
150 Linear (Y
(Y-Values)
100
50
0
2 2,02 2,04 2,06 2,08 2,1 2,12
-50
tegangan (v)
y = m. x +b
Berdasarkan data yang telah diolah dan dibuat grafik dapat kita
lihat bahwa semakin tinggi kecepatan udara yang diberikan, akan
semakin besar pula tegangan hot wire sehingga pada grafik dapat kita
lihat garis linear yang menunjukkan hubungan antara keduanya. Hal ini
dapat menjelaskan bahwa penggunaan hot wire dapat digunakan untuk
mengukur kecepatan udara.
B. Analisa
1. Analisa Percobaan
Tujuan dari percobaan disipasi kalor hotwire ini adalah
membuktikan bahwa hot wire dapat digunakan sebagai alat sensor
kecepatan udara. Cara yang dilakukan adalah dengan memberikan
variasi pada kecepatan udara yang kemudian akan mempengaruhi
tegangan dari hot wire itu sendiri, setelah percobaan pertama, akan
diperoleh tegangan yang stabil, namun setelah mengubah kecepatan
menjadi 70, 110, 150, 190, dan 230 m/s pada aliran angin dimana tiap
kecepatan angin akan dicatat data yang diberikan selama 10 detik oleh
mesin pencatat tegangan, akan didapat variasi data yang kemudian di
rata-ratakan agar diperoleh kesalahan relatif yang kecil. Dari sini dapat
dilihat bahwa semakin tinggi kecepatan aliran udara semakin kecil
tegangan yang terjadi dan sebaliknya, hal ini terjadi karena pada alat
tersebut terjadi reaksi aliran fluida berupa aliran udara dalam satu arah,
kawat yang dihubungkan dengan sebuah sumber tegangan akan
didisipasi oleh kawat menjadi energi kalor. Maka besar energi listrik
yang terdisipasi sebanding dengan tegangan, arus listrik, dan lamanya
waktu arus lisrik mengalir (P = V I ∆t).
2. Analisa Grafik
a. Hubungan antara Tegangan dengan waktu
Dari grafik-grafik yang telah kita buat, rata-rata
memberikan gradient yang bernilai positif yang berarti bahwa
semakin lama waktu yang diberikan, semakin besar pula tegangan
yang akan terjadi. Hal ini sesuai dengan persamaan (P = V I ∆t)
yang menyatakan bahwa Energi listrik yang terdisipasi menjadi
kalor sebanding dengan tegangan, arus listrik, dan lamanya waktu
arus lisrik mengalir, namun pada grafik hubungan antara tegangan
dan waktu ini terlihat bahwa kemiringan gradiennya sangat landai.
Hal ini juga sesuai dengan persamaan di atas yaitu bahwa pengaruh
waktu terhadap energy listrik yang terdisipasi sangat kecil karena
yang diambil hanya selisih atau deltanya saja.
VII. Referensi
Tipler. Fisika; Untuk Sains dan Teknik, Edisi Ketiga, Jilid Satu. Penerbit
Erlangga. Jakarta: 1998
Giancoli, D.C.; Physics for Scientists & Engeeners, Third Edition, Prentice Hall,
NJ, 2000.